Anda di halaman 1dari 4

CAPD (continuous ambulatory 

peritoneal dialysis) adalah metode cuci darah


yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga
perut (peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan
pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
Cuci darah bermanfaat untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme,
elektrolit, mineral, dan cairan berlebihan akibat penurunan fungsi ginjal. Selain itu,
cuci darah juga dapat membantu mengendalikan tekanan darah.

Persiapan Sebelum CAPD
Pasien diharuskan untuk menjalani operasi pemasangan kateter ke dalam rongga
perut terlebih dahulu. Kateter ini nantinya berguna sebagai tempat keluar-masuknya
cairan dialisis, yaitu cairan steril untuk menarik zat-zat sisa metabolisme, mineral,
elektrolit, dan air dari tubuh.
Dalam operasi pemasangan kateter, dokter bedah akan membuat sayatan kecil
(biasanya di samping bawah pusar), setelah pasien diberi obat bius total atau lokal.
Dari sayatan tersebut, dimasukkanlah kateter hingga mencapai rongga perut
(rongga peritoneum).
Setelah operasi selesai, pasien bisa saja diharuskan menjalani rawat inap
semalaman. Namun, kebanyakan bisa langsung pulang.
Walaupun cuci darah bisa dilakukan segera setelah kateter terpasang, kateter akan
bekerja lebih baik jika luka operasi sembuh dulu, yaitu dalam waktu 10-14 hari atau
hingga 1 bulan.
Anda akan diajari oleh perawat mengenai cara melakukan pertukaran cairan dengan
benar serta cara untuk menghindari infeksi. Setelah 1-2 minggu menjalani CAPD
dengan bantuan perawat, biasanya pasien sudah dapat melakukannya sendiri di
rumah.

Bagaimana CAPD Dilakukan?


Pertama-tama, pasien perlu meletakkan kantong berisi cairan dialisis setinggi bahu.
Cairan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rongga perut dengan bantuan
gravitasi.
Setelah cairan dialisis masuk seluruhnya ke dalam rongga perut, kateter harus
ditutup dan pasien bisa bergerak serta menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Setelah 4-6 jam, cairan dialisis yang mengandung zat sisa bisa dialirkan keluar dari
rongga perut, untuk kemudian dibuang ke toilet atau kamar mandi. CAPD bisa
dilakukan sebanyak 3-6 kali dalam sehari, dengan satu kali pengisian cairan
sebelum tidur.

Kelebihan CAPD
CAPD memiliki efektivitas yang hampir sama dengan hemodialisis (HD). Namun,
ada beberapa keunggulan CAPD jika dibandingkan dengan HD, di antaranya
adalah:

 Tidak ada perubahan aliran darah drastis yang biasanya terjadi pada
hemodialisis, sehingga beban pada jantung dan pembuluh darah lebih ringan.
 Penggunaan obat-obatan lebih sedikit.
 Lebih leluasa dan mandiri. Cuci darah dengan mesin umumnya dilakukan di
rumah sakit atau pusat hemodialisis, sedangkan CAPD bisa dilakukan di
mana pun asalkan bersih. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk pertukaran
cairan tidak lama, jadi Anda masih bisa beraktivitas seperti biasa, bekerja,
maupun berpergian. Sebelum berangkat ke tempat tujuan, pastikan peralatan
yang diperlukan untuk pertukaran cairan sudah siap.
 Batasan makanan dan minuman tidak seketat pasien yang menjalani
hemodialisis, karena proses cuci darah lewat perut bisa dilakukan lebih
sering.
 Fungsi ginjal mungkin bisa dipertahankan lebih lama.
 Tidak perlu menerima tusukan jarum suntik atau jarum infus.
 Lebih sedikit masalah bagi pasien yang mengalami anemia.
 Tingkat kematian lebih rendah.
 Risiko terjadinya demensia lebih rendah.

Kekurangan CAPD
CAPD belum tentu tepat bagi semua penderita gagal ginjal. Kondisi yang membuat
cuci darah lewat perut sulit atau tidak bisa dilakukan adalah:

 Obesitas atau kegemukan.


 Pernah menjalani operasi perut beberapa kali atau ada bekas luka operasi
yang besar di perut.
 Penyakit hernia, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, infeksi bakteri Clostridium
difficile, kanker usus, serta penyakit hati stadium akhir dengan asites.
 Adanya lubang atau stoma pada perut (ileostomi atau kolostomi).
 Kurang mampu merawat diri sendiri atau terbatasnya bantuan orang lain.

Risiko CAPD
Meski sebenarnya semua metode cuci darah memiliki risiko atau efek samping,
namun ada beberapa kondisi yang lebih rentan terjadi akibat CAPD, seperti:

1. Hernia
Adanya lubang di otot perut tempat masuknya kateter serta tekanan dari dalam
rongga perut akibat cairan dialisis dapat mengakibatkan munculnya hernia di dekat
pusar, selangkangan, atau dekat tempat masuknya kateter.

2. Kenaikan berat badan dan kadar gula darah


Cairan dialisis mengandung gula yang bisa terserap oleh tubuh, sehingga pasien
berisiko mengalami kenaikan berat badan dan diabetes.

3. Perut membesar
Selama cairan dialisis ada di dalam perut, perut mungkin membesar dan terasa
seperti kembung atau penuh. Namun, umumnya tidak sampai menyebabkan nyeri.

4. Masalah pencernaan
Pasien yang menjalani CAPD lebih sering mengalami masalah pencernaan, seperti
penyakit asam lambung (GERD), sakit maag (dispepsia), obstruksi usus
(penyumbatan usus), atau perlengketan usus, dibandingkan pasien yang menjalani
hemodialisis.

5. Infeksi
Komplikasi yang paling serius adalah infeksi. Infeksi bisa terjadi pada kulit di sekitar
tempat masuknya kateter atau di dalam rongga perut (peritonitis) akibat masuknya
kuman melalui kateter.
Gejala dari infeksi kulit meliputi kulit kemerahan, bernanah, bengkak, dan nyeri tekan
pada tempat keluarnya kateter. Sedangkan peritonitis dapat menimbulkan gejala
berupa:

 Nyeri perut
 Demam
 Mual dan muntah
 Cairan dialisis yang sudah terpakai berwarna keruh
 Kateter seperti terdesak keluar dari perut

Cuci darah bisa membantu mengurangi keluhan dan memperpanjang harapan


hidup, namun tidak dapat mengobati penyakit gagal ginjal. Konsultasikan
dengan dokter spesialis penyakit dalam mengenai pemilihan metode cuci darah
yang tepat untuk Anda, termasuk CAPD, dengan mempertimbangkan kelebihan
serta kekurangannya.

Anda mungkin juga menyukai