Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ILMIAH

HEMODIALISIS

OLEH :
Rosiana Nur Fajar
NIM : 2010006

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA BODHI ISWARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “MAKALAH ILMIAH HEMODIALISIS” disusun untuk

memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Kami

menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Sosilo Yobel S.Kep.,Ners.,M.Kep

selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah

ini..

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah

pengetahuan para mahasiswa, masyarakat, dan pembaca.

Surabaya, 2 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................1
Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
1.Ginjal.............................................................................................................3
2. Anatomi dan fisiologi Ginjal........................................................................3
3.Tahapan Penyaringan pada Ginjal................................................................8
4. Definisi Gagal ginjal............................................................................10
5. Klasifikasi Gagal Ginjal......................................................................10
6. Penyebab Gagal Ginjal...............................................................................11
7. Derajat Gagal Ginjal..................................................................................13
8. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal.................................................................14
9.Hemodialisis................................................................................................16
10Prosedur Tindakan Hemodialisis...............................................................17
12. Peran Perawat dalam Tindakan Hemodialisis.....................................30
BAB III..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
Daftar Pustaka........................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan

volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.

Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal

ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat

pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible).

Gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat

dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien

dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ginjal ?

2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi ginjal ?

3. Bagaimana tahapan penyaringan ?

4. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal ?

5. Apa saja klasifikasi gagal ginjal ?

6. Apa saja faktor yang menjadi penyebab gagal ginjal?

7. Apa yang dimaksud dengan derajat gagal ginjal ?

8. Apa manifestasi klinis dari gagal ginjal ?

9. Apa yang dimaksud dengan hemodialisis ?

10. Bagaimana prosedur tindakan hemodialisis ?

11. Apa saja peran perawat dalam tidakan hemodialisis ?

1
2

Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah yang berjudul “MAKALAH ILMIAH

HEMODIALISIS” disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah.

 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mengetahui mengenai ginjal

2. Agar mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi ginjal.

3. Agar mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan penyaringan pada ginjal.

4. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari gagal ginjal.

5. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi gagal ginjal

6. Agar mahasiswa mengetahui penyebab gagal ginjal.

7. Agar mahasiswa mengetahui derajat-derajat gagal ginjal.

8. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal.

9. Agar mahasiswa mengetahui apa aitu hemodialisis.

10. Agar mahasiswa mengetahui prosedur Tindakan hemodialisis.

11. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat dalam Tindakan hemodialisis.


BAB II

PEMBAHASAN
1.Ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi

darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan

keseimbangan cairan dalam tubuh , menjaga level elektrolit seperti

sodium, potassium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone

enzim yang dapat membantu mengendalikan dalam tekanan darah

memproduksi sel darah merah serta menjaga susunan tulang menjadi

lebih kuat. Setiap hari kedua ginjal menyaring sekitar 120-150 liter

darah dan menghasilkan sekitar 1-2 liter urin. Ginjal tersusun atas unit

penyaring yang dinamakan nefron. Nefron terdiri dari glomerulus dan

tubulus. Glomelurus menyaring cairan dan limbah untuk dikeluarkan

serta mencegah keluarnya sel darah dan molekul besar yang sebagian

besar berupa protein. Selanjutnya melewati tubulus yang mengambil

kembali mineral yang dibutuhkan tubuh dan membuang limbahnya.

Ginjal juga menghasilkan enzim renin yang menjaga tekanan darah

dan kadar garam serta hormon erythropoietin. (Angraini, Fani &

Arcellia, 2016).

2. Anatomi dan fisiologi Ginjal


a. Anatomi

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang

peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga

otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan

psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)

3
4

ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal

pada orang dewasa  berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm,

tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa.

Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang

lebih beratnya antara 120-150 gram.

Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang

menghadap ke dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan,

ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal

laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan

biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk

memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal

dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang

tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak

perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam

guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut

kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang

berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang

berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla

berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut

tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut

papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk


4

konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe,

ureter dan nervus.


5

Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang

diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis

majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga

kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga

yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh

bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan

duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid

membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan

bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nefron yang berjumlah 1-

1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal.

Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler

glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan

tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus

pengumpul. (Price, 1995). Unit nefron dimulai dari pembuluh

darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus,

darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga

terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira

170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang

disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter,

kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron

berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)

dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi


6

cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa

cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan

dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

b. Fisiologi

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat

banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah

“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah

1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi

cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus.

Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar

dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.

Fungsi ginjal adalah

a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

cairan tubuh.

d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,

kreatinin dan amoniak.

e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.


6

g. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan

sel darah merah.


8

3.Tahapan Penyaringan pada Ginjal.

a. Tahap Filtrasi.

Gambar 2.1 Tahap Filtrasi

Pembentukan urine dimulai dari darah mengalir melalui arteri

aferen ginjal, masuk ke dalam glomerulus yang tersusun atas

kapiler-kapiler darah. Saat darah masuk ke glomerulus, tekanan

darah pun menjadi tinggi sehingga mendorong air dan zat-zat yang

memiliki ukuran kecil akan keluar melalui pori-pori kapiler, dan

menghasilkan filtrat. Cairan hasil penyaringan tersebut (filtrat),

tersusun atas Urobilin, Urea, Glukosa, Air, Asam amino, Ion-ion

seperti natrium, kalium, kalsium, dan klor. Filtrat selanjutnya

disimpan sementara di dalam kapsula bowman dan disebut urine

primer. Tahapan pembentukan urine primer ini disebut tahap

filtrasi. Sementara itu, darah dan protein tetap tinggal di dalam

kapiler darah karena tidak dapat menembus pori-pori glomerulus.


9

b. Tahap Reabsorbsi

Gambar 2.2 Tahap Reabsorbsi

Urine primer yang terbentuk pada tahap filtrasi masuk ke tubulus

proksimal. Di dalamnya terjadi proses penyerapan kembali zat-zat

yang masih diperlukan oleh tubuh (tahap reabsorpsi). Glukosa,

asam amino, ion kalium, dan zat-zat yang masih diperlukan oleh

tubuh juga diangkut ke dalam sel, kemudian ke dalam kapiler

darah di dalam ginjal. Sedangkan urea hanya sedikit yang diserap

kembali.

Cairan yang dihasilkan dari proses reabsorpsi disebut urine

sekunder yang mengandung air, garam, urea (penimbul bau pada

urine), dan urobilin (pemberi warna kuning pada urine). Urine

sekunder yang terbentuk dari proses reabsorpsi selanjutnya

mengalir ke lengkung henle, kemudian menuju tubulus distal.

Selama mengalir dalam lengkung henle, air dalam urine sekunder

juga terus direabsorpsi.


9

c. Tahap Augmentasi

Gambar 2.3 Tahapan Penyaringan

Pada bagian tubulus distal masih ada proses penyerapan air, ion

natrium, klor, dan urea. Di sinilah terjadi proses augmentasi, yaitu

pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ke dalam urine

sekunder. Ketika telah bercampur, inilah yang merupakan urine

sesungguhnya. Kemudian disalurkan ke pelvis renalis (rongga

ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal melalui


9

ureter, menuju kandung kemih yang merupakan tempat

menyimpan urine sementara.


10

4. Definisi Gagal ginjal


Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam

keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi

menjadi 2 kategori yaitu kronik dan akut. (Nanda,2015).

5. Klasifikasi Gagal Ginjal


a. Gangguan Ginjal Akut (GGA) atau Acute Kidney Injury (AKI)

yang sebelumnya dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF)

adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai dengan peningkatan

kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya atau

penurunan urine output (UO). (Balqis, Noormartany,

Gondodiputra, & Rita, 2016).

Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam

hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya

berlangsung reversible, diiikuti kegagalann ginjal untuk

mengekskresi sisa metabolisme nitrogen dengan / tanpa gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Gagal ginjal kronis (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)

atau yang tahap sebelumnya dikenal dengan Chronic Renal Failure

(CRF) adalah keadaan kerusakan ginjal dimana ginjal

mengalami kehilangan fungsi yang progresif dan

irreversible (Pranowo et al, 2016).


11

6. Penyebab Gagal Ginjal


Penyebab atau Etiologi Gagal Ginjal ini dikelompokkan menjadi 3,

yaitu :

a. Azotemia Prarenal

1) Depresi volume cairan ekstrasel absolute

 Perdarahan : operasi besar, trauma, pascapartum

 Diuresis berlebihan

 Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah,

diare

 Kehilangan cairan dar ruang ketiga : luka bakar, peritonitis,

pankreatitis.

2) Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif

 Penurunan curah jantung : infark miokardium, disritmia,

gagal jantung kongestif, emboli paru.

 Vasodilatasi perifer : sepsis, anafilaksis, obat anastesi, anti

hipertensi

 Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)

3) Perubahan hemodinamik ginjal primer

 Penghambat sintesis prostaglandin, aspirin, dan obat NSAID

lain.

 Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim

pengkonversi angiotensin, misalnya captopril

 Obat vasokontriksi : obat alfa-adrenergik (missal

norepinefrin), angiotensin II
12

 Sindroma hepatorenal

4) Obstruksi vaskular ginjal bilateral

 Stenosis arteri ginjal : emboli, thrombosis

 Thrombosis vena renalis bilateral

b. Azotemia Renal

1) A. Nekrosis tubular akut : paskaiskemik, sepsis, bedah jantung

terbuka, bedah aorta

B. Nefrotoksis

 Nefrotoksis eksogen : antibodi, logam berat, sikosplorin

 Nefrotoksis endogen :

- pigmen intratubular : hemoglobin, myoglobin.

- Protein intratubular : myeloma multiple

- Kristal intratubular : asam urat

2) Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer

A. Glomerulonephritis progresif cepat

B. Hipertensi maligna

3) Nefritis intratubulointertsisial akut

 Alergi : beta-laktam (penisilin, sefalosforin,

sulfonamide)

 Infeksi : missal pielonefritis akut

c. Azotemia Pascarenal (Obstruksi saluran kemih)

1) Obstruksi uretra : katup uretra, striktur uretra.

2) Obstruksi aliran keluar kandung kemih : hipertrofi prostat,

karsinoma
13

3) Obstruksi ureter bilateral / unilateral (bila salah satu ginjal

berfungsi):

A. Intraureter : batu, bekuan darah

B. Ekstraureter (kompresi) : fibrosis retroperitoneal,

neoplasma kandung kemih, prostat, atau serviks ligasi

bedah yang tidak sengaja atau cedera.

4) Kandung kemih neurogenik

7. Derajat Gagal Ginjal


Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas

dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang

dihitung dengan mempergunakan rumus KockcroftGault sebagai

berikut:

(140-umur) x berat badan

LFG (ml/mnt/1,73m2) = --------------------------------

72x Kreatinin Plasma

*) pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar derajat Penyakit.

Derajat Penjelasan LFG

(ml/mnt/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal ≥90

dengan LFG normal

atau ↑
14

2 Kerusakan ginjal 60-89

dengan LFG↑ ringan

3 Kerusakan ginjal 30-59

dengan LFG↑ sedang

4 Kerusakan ginjal 15-29

dengan LFG↑ berat

5 Gagal ginjal < 15 atau

dialisis

8. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal


A. Gagal Ginjal Kronis

Menurut perjalanan klinisnya :

cb. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR

dapat menurun hingga 25% dari normal.

cc. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria

dan nokturia, GFR 10% - 25% dari normal kadar kreatinin,

serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

cd. Penyakit ginjal Stadium Akhir (ESRD) atau sindrom uremik

(lemah, anoreksia mual muntah nokturia kelebihan volume

cairan (volume overload) neuropati perifer pruritus uremic frost

perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan

GFR < 5 - 10 ml/menit kadar serum kreatinin dan BUN

meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala

yang komplek.
14
15

Gejala komplikasi nya antara lain, hipertensi, anemia,

osteodistrofi renal payah jantung, asidosis metabolik gangguan

keseimbangan

B. Gagal Ginjal Akut

Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi tiga

Stadium: oliguria diuresis, dan pemulihan. pembagian ini dipakai

pada penjelasan di bawah ini tetapi harus diingat bahwa gagal

ginjal akut azotemia dapat saja terjadi di saat keluaran urine lebih

dari 400 ml/24 jam.

a. Stadium oliguria

Oliguri timbul dalam waktu 24-48 jam sesudah trauma dan dan

disertai azotemia

b. Stadium diuresis

- Stadium GGA dimulai bila keluaran urin lebih dari 400

ml/ hari

- Berlangsung 2-3 minggu

- Pengeluaran urine harian jarang melebihi 4 liter, asalkan

pasien tidak mengalami hidrasi yang berlebih

- Tingginya kadar urea darah kemungkinan menderita

kekurangan Kalium natrium dan air

- Selama stadium dini diuresis kadar BUN mungkin

meningkat terus
16

c. stadium penyembuhan

Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai 1 tahun, dan

selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit

demi sedikit membaik

9.Hemodialisis
Haemodialisa merupakan pengobatan (replacement treatment) pada

penderita gagal ginjal kronik stadium terminal, jadi fungsi ginjal

digantikan oleh alat yang disebut dyalizer (artifical kidney), pada

dialyzer ini terjadi proses pemindahan zat-zat terlarut dalam darah

kedalam cairan dialisa atau sebaliknya. Hamodialisa adalah suatu

proses dimana komposisi solute darah diubah oleh larutan lain melalui

membran semi permiabel, hemodialisa terbukti sangat bermanfaat dan

meningkatkan kualitas hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2005;

Wijaya, 2013). Pada umumnya hemodialisa pada pasien GKK

dilakukan 1 atau 2 kali seminggu dan sekurang-kurangnya berlangsung

selama 3 bulan secara berkelanjutan.

A. Kapan seseorang harus menjalani terapi hemodialisis

Terapi dibutuhkan apabila fungsi ginjal seseorang telah mencapai

tingkatan terakhir (derajat 5) dari penyakit ginjak kronik.Gejalanya :

- Bila terjadi komplikasi, hiperkalemia, sesak, koma, kelebihan

cairan

- Muncul gejala penumpukan racun : mual muntah

- Hasil lab menunjukkan BUN kreatin meningkat, dan penurunan

fungsi ginjal
17

B. Ciri Keberhasilan Cuci Darah

- Penderita mampu kembali ke kegiatan sehari-hari

- Penderita mampu menjalani diet normal

- Sel darah merah dapat ditolerir

- Tekanan darah dan nadi normal

- Tidak terdapat kerusakan saraf


30

10Prosedur Tindakan Hemodialisis


Tahap Prosedur Tindakan

Persiapan 1. Persiapan pasien

a. Surat dari dokter penanggung jawab Ruang

HD untuk tindakan HD(instruksi dokter)

b. Apabila dokter penanggung jawab HD

tidak berada ditempat atau tidak bisa

dihubungi, surat permintaan tindakan

hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis

penyakit dalam yang diberi delegasi oleh

dokter penanggung jawab HD.

c. Apabila pasien berasal dari luar RS

( traveling ) disertai dengan surat traveling

dari RS asal.

d. Identitas pasien dan surat persetujuan

tindakan HD

e. Riwayat penyakit yang pernah diderita

(penyakit lain)

f. Keadaan umum pasien

g. Keadaan psikososial

h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit,

extremitas edema +/-)

i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum,

creatinin, HBsAg, HCV,HIV, CT, BT

j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap


30

untuk dilakukan HD

2. Persiapan mesin

a. Listrik

b. Air yang sudah diubah dengan cara :

- Filtrasi

- Softening

- Deionisasi

- Reverse osmosis

c. Sistem sirkulasi dialisat

- Sistem proporsioning

- Acetate / bicarbonate

d. Sirkulasi darah

- Dializer / hollow fiber

- Priming

3. Persiapan alat

a. Dialyzer

b. Transfusi set

c. Normal saline 0.9%

d. AV blood line

e. AV fistula

f. Spuit

g. Heparin

h. Lidocain

i. Kassa steril
30

j. Duk

k. Sarung tangan

l. Mangkok kecil

m. Desinfektan (alkohol/betadin)

n. Klem

o. Matkan

p. Timbangan

q. Tensimeter

r. Termometer

s. Plastik

t. Perlak kecil

Tindakan a. Setting dan priming

1) Mesin dihidupkan

2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan

dialyzer dan AV blood linedari bungkusnya,

juga slang infus / transfusi set dan NaCl

(perhatikan sterilitasnya)

3) Sambungkan normal saline dengan set

infus, set infus dengan selang arteri, selang

darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan

selang darah venous

4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa

darah, putarlah pump dengan menekan tombol

tanda V atau Λ (pompa akan otomatis


30

berputar sesuai arah jarum jam)

5) Bukalah klem pada set infus, alirkan

normal saline ke selang darah arteri, tampung

cairan ke dalam gelas ukur

6) Setelah selang arteri terisi normal saline,

selang arteri diklem

b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer

biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah

1) Tekan tombol start pada pompa darah,

tekan tombol V atau Λ untuk

menentukan angka yang diinginkan (dalam

posisi priming sebaiknya kecepatan aliran

darah 100 rpm)

2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi

semua dengan normal saline,habiskan cairan

normal sebanyak 500 cc

3) Lanjutkan priming dengan normal saline

sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm

4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan

ujung selang darah venous

5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin

6) Setelah priming, mesin akan ke posisi

dialysis, start layer menunjukkan

“preparation”, artinya: consentrate dan RO


30

telah tercampur dengan melihat petunjuk

conductivity telah mencapai(normal: 13.8-

14.2). Pada keadaan “preparation”, selang

concentrate boleh disambung ke dialyzer

7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya:

a)sambung ujung blood line arterivenaa)

Ganti cairan normal saline dengan yang baru

500 cc

b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10

menit

c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump)

350 rpm

d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin

akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan

normal saline akan berkurang sebanyak 500

cc dalam waktu 10 menit

e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul

pada layar “UFG reached” artinya UFG

sudah tercapai

8) Pemberian heparin pada selang arteri.

Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai

2000 unit pada selang arteri.Lakukan sirkulasi

selama 5 menit agar heparin mengisi ke

seluruhselang darah dan dialyzer, berikan


30

kecepatan 100 rpmc. Dialyzer siap pakai ke

pasien Sambil menunggu pasien, matikan

flow dialisat agar concentrate tidak boros

Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc

dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk

membuang formalin (UFG: 500, time life 20

menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang

darah dan dialyzer dengan normalsaline

sebanyak 2000 cc

PUNKSI AKSES VASKULER

1. Tentukan tempat punksi atau periksa

tempat shunt

2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi

3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur

pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam

bak steril)

4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai

handscoen

5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi

6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi

daerah yang akan dipunksi dengan betadine

dan alcohol

7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih

dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal,


30

kemudian desinfeksi

8. Punksi inlet dengan cara yang sama,

kemudian difiksasi

MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai

hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat

badan pre hemodialisa

1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan,

pompa dimatikan, ujung AV blood line

diklem

2. Lakukan reset data untuk menghapus

program yang telah dibuat,mesin otomatis

menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR,

UFG dan time left

3. Tentukan program pasien dengan

menghitung BB dating-BB standar + jumlah

makan saat hemodialisa

4. Tekan tombol UFG = target cairan yang

akan ditarik

5. Tekan tombol time left=waktu yang akan

deprogram

6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien

(jangan merubah Base Na +karena teknisi

sudah mengatur sesuai dengan angka yang


30

berada digalon. Na = 140 mmol)

7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin =

36oC- 37oC)

8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan

pasien

9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm

10. Menyambung selang fistula inlet dengan

selang darah arteri

- Matikan (klem) selang infus

- Sambungkan selang arteri dengan fistula

arteri (inlet)

- Masing-masing kedua ujung selang

darah arteri dan fistula di-swab dengan

kassa betadine sebagai desinfektan

- Ujung selang darah venous masukkan

dalam gelas ukur

- Hidupkan pompa darah dan tekan tombol

V atau Λ 100 rpm

- Perhatikan aliran cimino apakah lancar,

fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak

lancar, rubahlah posisi jarum fistula

- Perhatikan darah, buble trap tidak boleh

penuh (kosong), sebaiknyaterisi ¾ bagian

- Cairan normal saline yang tersisa


30

ditampung dalam gelas ukurnamanya

cairan sisa priming

- Setelah darah mengisi semua selang

darah dan dialyzer, matikan pompa darah

11.Menyambung selang darah venous dengan

fistula outlet

- Sambung selang darah venous ke ujung

AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi

kassa betadine sebagai desinfektan).

Masing-masing sambungan

dikencangkan)

- Klem pada selang arteri dan venous

dibuka, sedangkan klem infus ditutup

- Pastikan pada selang venous tidak ada

udara, lalu hidupkan pompa darah dari

100 rpm sampai dengan yang diinginkan

- Tekan tombol UF pada layar monitor

terbaca “dialysis”

- Selama proses hemodialisa ada 7 lampu

hijau yang menyala (lampumonitor, on,

dialysis start, pompa, heparin, UF dan

Flow

- Rapikan peralatan

Penatalaksanaa a. Memprogram dan memonitor mesin


30

n selama hemodialisaa. Lamanya HD

hemodialisa b. QB (kecepatan aliran darah) 150-250

cc/menitc

c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit

d. Temperatur dialisat 37oC.

e. UFR dan TMP otomatis

f. Heparinisasi

1.Dosis awal: 25-50 unit/kgBB

a) Diberikan pada waktu punksi

b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit

c) Dosis maintenance 500-2000 unit/jam

diberikan pada waktu HD berlangsung

2. Dosis maintenance 500-2000 u/jam.

Diberikan pada waktu HD berlangsung.

Cara pemberian dosis maintenance

a) Kontinyu: diberikan secara terus

menerus dengan bantuan pompa dari awal

HD sampai dengan 1 jam sebelum HD

berakhir b) Intermitten: diberikan 1 jam

setelah HD berlangsung dan pemberian

selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu

1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir

c) Minimal heparin: heparin dosis awal

kurang lebih 200 unit,selanjutnya diberikan


30

kalau perlu

g. Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)

h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll

i. Monitor tekanan :

1) Fistula pressure

2) Arterial pressure

3) Venous pressure

4) Dialisat pressure

5) Detektor (udara blood leak detektor)

2. Observasi pasien

a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)

b. Fisik

c. Perdarahan

d. Sarana hubungan sirkulasi

e. Posisi dan aktivitas

f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa

MENGAKHIRI HEMODIALISA

1. Persiapan alat

a. Bengkok

b. Kassa steril

c. Betadine solution

d. Sarung tangan tidak steril

e. Perban gulung

f. Band aid (pelekat)


30

g. Gunting

h. Nebacetin powder antibiotic

i. Thermometer

j. Micropore

2. Pelaksanaana.

a. Perawat mencuci tangan

b. Perawat memakai sarung tangan

c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG

sudah tercapai (angka UV= angka UF)

d. Jika proses hemodialisa sudah selesai,

posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”

e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi

tanda-tanda vital

f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa

darah) sampai 100 rpm lalu matikan

g. Klem pada fistula arteri dan selang darah

arteri

h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan

bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah

bekas tusukan dengan kassa betadine

i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer

dengan normal saline secukupnya sampai

bersih dan gunakan kecepatan aliran darah

100 rpm
30

j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas

tusukan dengan kassa betadine

k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka

berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas

tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan

perban gulung)

l. Berilah fixasi dengan micropore pada

perban gulung

m. Observasi tanda-tanda vital pasien

n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula

o. Perawat melepas sarung tangan

p. Perawat mencuci tangan

12. Peran Perawat dalam Tindakan Hemodialisis.


Peran perawat meliputi empat peran, yaitu sebagai praktisi atau

pelaksana asuhan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan,

peneliti dan pendidik.

a. Peran perawat sebagai praktisi asuhan keperawatan

Perawat sebagai praktisi berfungsi untuk menjamin program

Hemodialisis terlaksana secara prima. Layanan secara prima ini

bertujuan agar program HD yang dijalani pasien terjamin


31

keamanannya sehingga hidup pasien berkualitas. Dengan demikian

perawat berfungsi sebagai pelindung pasien secara komprehensif.

b. Pengelola pelayanan keperawatan

Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi

aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli

terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan

perawatan pada klien

c. Peran perawat sebagai peneliti

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

d. Peran Perawat Sebagai Pendidik

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan Kesehatan klien mengenai HD, gejala

penyakit gagal ginjal bahkan tindakan yang diberikan sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah

dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan

cairan dalam tubuh. Ketika ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan

makanan normal ginjal mengalami kegagalan.

Ketika CKD sudah berada di tingkat ke 5 maka Tindakan yang diperlukan

yaitu hemodialisa yang merupakan pengobatan (replacement treatment) pada

penderita gagal ginjal kronik stadium terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh

alat yang disebut dyalizer (artifical kidney).

Saran

Berdasarkan simpulan, maka disarankan agar kita dapat meningkatkan

pencegahan, pengobatan pasien gagal ginjal dengan terapi hemodialisis dan

menekannkan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

32
Daftar Pustaka
Amin Huda Nurarif. Haradhi Kusuma. 2015. Nanda Nic Noc Jilid 2. Yogyakarta.

Mediaction

https://eprints.umm.ac.id/52941/3/BAB%20II.pdf

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 12.10 WIB

https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%20II

%20P1337420617091.pdf

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 12.12 WIB

https://eprints.umm.ac.id/63604/4/BAB%20II.pdf

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 12.20 WIB

http://rsmb.co.id/2015/01/24/p2652/

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 12.40 WIB

https://www.ruangguru.com/blog/ginjal-struktur-dan-fungsi-ekskresi-pada-

manusia

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 12.50 WIB

file:///C:/Users/USER/Downloads/237-Article%20Text-603-1-10-

20210714%20(1).pdf

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 13.00 WIB

file:///C:/Users/USER/Downloads/102-Article%20Text-369-1-10-20200828.pdf

Diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 13.15 WIB

33
file:///C:/Users/USER/Downloads/847-1599-1-SM.pdf

Diakses pada 6 Juni 2022 Pukul 14.45 WIB

file:///C:/Users/USER/Downloads/9701-481-25257-1-10-20190704.pdf

Diakses pada 6 Juni 2022 Pukul 15.00 WIB

https://www.academia.edu/37008067/SOP_TINDAKAN_HEMODIALISA

Diakses pada 6 Juni 2022 Pukul 16.10 WIB

34

Anda mungkin juga menyukai