Anda di halaman 1dari 5

ransplantasi atau pencangkokan ginjal adalah prosedur bedah yang dilakukan

untuk mengganti organ ginjal yang mengalami kerusakan akibat gagal ginjal
kronis stadium akhir. Ginjal yang dicangkok bisa berasal dari donor yang
masih hidup atau sudah meninggal dunia.
 

Organ ginjal memiliki fungsi untuk menyaring dan membuang zat sisa, cairan,
mineral, dan racun yang ada di dalam tubuh melalui urine. Saat fungsi ginjal
menurun, zat yang seharusnya dibuang akan menumpuk di dalam tubuh. Jika
masalah ini tidak ditangani, dapat berakibat fatal.
Transplantasi ginjal merupakan 1 dari 3 terapi pengganti ginjal pada penderita gagal
ginjal kronis tahap akhir, selain cuci darah dan continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD), atau yang dikenal dengan cuci darah lewat perut. Dinamakan terapi
pengganti ginjal karena ginjal yang sudah rusak akibat gagal ginjal kronis tidak dapat
membaik, tetapi dapat digantikan kerjanya. Pada transplantasi ginjal, ginjal yang
sudah rusak akan digantikan kerjanya oleh ginjal donor yang cocok. Salah satu
penelitian mengatakan bahwa transplantasi ginjal dapat memperpanjang hidup
seseorang bila dibandingkan dengan cuci darah dan CAPD.
 Berdasarkan kategori donor, transplantasi ginjal dibagi menjadi dua macam, yaitu:

 Living-donor kidney transplant. Transplantasi ginjal yang diperoleh dari


donor yang masih hidup. Akan diambil 1 ginjal untuk diberikan kepada
penerima (resipien).
 Deceased-donor kidney transplant. Transplantasi ginjal yang diperoleh dari
donor yang baru meninggal dunia, atas izin keluarga atau yang bersangkutan
(almarhum) ketika masih hidup.

Indikasi Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis tahap akhir, di mana
fungsi ginjal sudah sangat menurun dan sudah terjadi penumpukkan racun di dalam
tubuh. Berikut ini adalah tanda-tanda turunnya fungsi ginjal yang perlu diwaspadai:

 Retensi atau penumpukan cairan di dalam tubuh, seperti di lengan, tungkai,


dan paru-paru. Akibat akumulasi cairan ini, penderita gagal ginjal akan
mengalami pembengkakan pada tubuh, sesak napas, dan produksi urine
menurun.
 Mual dan muntah.
 Nafsu makan menurun.
 Gatal-gatal.
 Linglung hingga penurunan kesadaran.
 Pucat.
 Mudah merasa lelah.
 Nyeri otot, sendi atau tulang.

Beberapa kondisi berikut ini dapat menyebabkan gagal ginjal kronis, di antaranya
adalah:

 Diabetes tipe 1 atau 2.


 Hipertensi.
 Glomerulonefritis.
 Penyakit sindrom hemolitik uremik.
 Lupus
 Anemia sel sabit.
 Penyakit asam urat.
 Rheumatoid arthritis.
 Beberapa jenis kanker, seperti limfoma, multiple myeloma, renal cell
carcinoma, tumor Wilms.
 Infeksi HIV.
 Gangguan pada aliran urine, misalnya akibat batu saluran kemih.
 Penyakit ginjal polikistik.

Selain gagal ginjal kronis, tumor ginjal juga merupakan alasan seseorang menjalani
transplantasi ginjal.

Peringatan Transplantasi Ginjal


Perlu diperhatikan terdapat beberapa kondisi yang dapat membahayakan proses
transpantasi ginjal, seperti kanker yang tersebar di dalam tubuh, sedang mengalami
infeksi, gangguan jantung, gangguan hati, dan penyakit paru-paru.
Saat ini penderita HIV juga masih dipertimbangkan dalam melakukan transplantasi
ginjal karena setelah transplantasi ginjal pasien akan mengonsumsi obat-obatan
penurun daya tahan tubuh (imunosupresan) yang semakin membuat masalah pada
penderita HIV.
Usia, baik pendonor dan penerima juga menjadi salah satu aspek yang diperhatikan,
karena dengan bertambahnya usia, kemungkinan komplikasi yang timbul juga
semakin besar serta keberhasilan jadi berkurang. Selain itu, kecocokan
ginjal, golongan darah dan jaringan tubuh dari pasien dan pendonor juga akan
dipastikan.

Sebelum Transplantasi Ginjal
Beberapa evaluasi akan dilakukan oleh dokter ginjal dan tim dokter di rumah sakit
sebelum prosedur transplantasi ginjal dilakukan, seperti menanyakan riwayat
penyakit yang diderita, obat-obatan yang dikonsumsi, dan adanya riwayat alergi
terhadap obat bius dan obat imonusupresan.
Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi pasien melalui pemeriksaan fisik, tes
darah, pencitraan (seperti Rontgen, CT scan atau MRI), hingga pemeriksaan
psikologi untuk memastikan kesiapan pasien. Proses ini memerlukan waktu
beberapa hari.
Setelah calon donor ginjal ada, serangkaian tes yang akan dilakukan meliputi:

 Cek golongan darah. Dokter akan memeriksa apakah golongan


darah pasien dan pendonor cocok melalui tes darah. Hal ini dilakukan untuk
menekan potensi penolakan tubuh terhadap organ ginjal baru.
 Cek jaringan. Jika golongan darah cocok, dokter akan melanjutkan
pemeriksaan dengan mencocokan jaringan pendonor dengan resipien. Akan
dilakukan pemeriksaan human leukocyte antigen (HLA), yaitu dengan
membandingkan gen pendonor dengan resipien. Jika cocok, maka potensi
penolakan terhadap organ donor akan menurun.
 Tes kecocokan darah (crossmatch). Dalam tes terakhir ini, kedua darah
pendonor dan resipien akan dicampurkan di laboratorium untuk memeriksa
adanya reaksi antara darah resipien dengan pendonor. Diharapkan hasilnya
cocok (compatible) untuk mengurangi risiko penolakan organ.

Jika donor dan resipien telah siap dan telah ditentukan tanggal untuk
operasi transplantasi ginjal, baik pendonor atau resipien akan diminta untuk
berpuasa sebelum prosedur transplantasi ginjal dilakukan.

Prosedur Transplantasi Ginjal
Pasien akan diminta berbaring di atas tempat tidur dan akan diberikan suntikan
anestesi (bius) umum di ruang operasi. Ketika kesadaran pasien sudah
menurun, dokter urologi akan membuat sayatan di bagian bawah perut. Proses
operasi akan dilakukan bersamaan dengan pendonor, yang diawali dengan
mengambil ginjal dari pendonor. Organ ginjal dari donor kemudian akan dipasang
tanpa mengangkat ginjal lama, kecuali terdapat penyakit seperti infeksi, batu ginjal,
kanker, sindrom nefrotik, kista ginjal, atau hipertensi yang dapat memicu terjadinya
komplikasi. Setelah ginjal yang baru sudah terpasang, dokter akan menyambung
pembuluh darah baru (biasanya dari daerah tungkai) ke pembuluh darah di perut,
agar ginjal baru mendapatkan pasokan darah dan berfungsi secara normal.
Pada tahap akhir, dokter akan menyambungkan saluran kemih (ureter) dari ginjal
baru ke kandung kemih. Pemasangan stent di ureter baru dapat dilakukan untuk
membantu melancarkan aliran urine selama 6-12 minggu pasca tindakan.
Saat organ ginjal sudah terpasang dengan sempurna, sayatan akan ditutup dengan
jahitan. Secara keseluruhan, tindakan operasi ini akan memakan waktu 3 jam.
Selama operasi, tekanan darah, denyut jantung, dan kadar oksigen dalam darah
akan terus dimonitor.

Sesudah Transplantasi Ginjal
Setelah efek anestesi mulai menurun, pasien akan merasakan nyeri pada bagian
sayatan. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk meringankan rasa sakit.
Pasien perlu dirawat setidaknya seminggu di rumah sakit untuk observasi dan
memastikan tidak ada efek atau komplikasi tertentu pasca transplantasi. Setelah
pulang, pasien akan diminta untuk beristirahat di rumah selama 3-8 minggu sebelum
diperbolehkan melakukan aktivitas kembali seperti biasa. Pasien akan diminta untuk
menghindari aktivitas fisik berat atau mengangkat benda berat, hingga dokter
mengizinkan.
Biasanya organ ginjal yang baru akan langsung bekerja. Namun, terkadang ada juga
yang memerlukan waktu hingga beberapa hari, sehingga pasien masih perlu
menjalani cuci darah hingga ginjal bekerja secara normal.
Untuk menekan potensi penolakan organ ginjal donor, pasien akan diberikan obat
imunosupresan, seperti ciclosporin, kortikostreoid, azathioprine, mycophenolate
mofetil, atau tacrolimus. Imunosupresan merupakan obat yang menekan sistem
kekebalan tubuh. Bila tidak ditekan, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang organ
ginjal donor yang dianggapnya sebagai benda asing.
Kontrol rutin perlu dilakukan, sambil terus mengonsumsi obat-obatan yang
diresepkan. Dokter juga dapat memberikan obat antibiotik, antivirus,
atau antijamur untuk mencegah timbulnya infeksi akibat kekebalan tubuh yang
ditekan.

Komplikasi Transplantasi Ginjal


Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi dari transplantasi ginjal:

 Penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, sehingga ginjal gagal berfungsi.
 Infeksi.
 Penggumpalan darah.
 Perdarahan.
 Saluran urine dari ginjal ke kandung kemih (ureter) bocor atau terhambat.
 Gangguan fungsi hati.
 Stroke.
 Serangan jantung.

Selain komplikasi dari operasi, pasien transplantasi ginjal mungkin akan merasakan
efek samping dari obat imunosupresan, seperti:

 Jerawat.
 Pengeroposan tulang (osteoporosis).
 Kerusakan tulang.
 Tremor.
 Diabetes.
 Hipertensi.
 Kolesterol tinggi.
 Infeksi.
 Rambut rontok atau justru bertumbuh lebat.
 Berat badan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai