Disusun Oleh:
ABDUL HAFIZ, S.Kep
193203079
(Dwi Susanti, M. Kep) (Ari Subekti, S. Kep., Ns) (Abdul Hafiz, S. Kep)
KEBUTUHAN NUTRISI
A. Definisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan meghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh (Alimul, 2006).
Nutrisi adalah zat organik dan anorganik yang dijumpai dalam
makanan dan dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Manusia memerlukan zat gizi
esensial dalam makanan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara semua
jaringan tubuh dan fungsi normal semua proses tubuh (Kozier, 2010).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan
metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk
kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit
tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi,
faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi.
B. Anatomi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut
pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong
gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke
esophagus bagian atas dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid
yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi
terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan
usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah
spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltik
meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali
lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum yang
panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri
dari rektum, colon dan rektum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang
usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima
makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum
normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme
untuk membantu mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan
untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga gerakan
peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Makanan
yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah
ditelan, jumlah chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
C. Etiologi
1. Kekurangan nutrisi
a. Efek dari pengobatan
b. Mual/ muntah
c. Gangguan intake makanan
d. Radiasi/ kemoterapi
e. Penyakit kronis
f. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker
g. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
h. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
i. Nafsu makan menurun ( Wartonah, 2006)
2. Kelebihan nutrisi
a. Kelebihan intake
b. Gaya hidup
c. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
d. Penurunan laju metabolik
e. Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat (Wartonah, 2006).
D. Tipe dan Karakteristik
1. Tipe gangguan nutrisi
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
2. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan :
a. Body Mass Index
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
b. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi 10% dari jumlah itu (Wartonah, 2006).
E. Patofiologis
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan
menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi sistem organ lain :
perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital,
inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian
dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organik di mana saluran gastrointestinal
dicurigai, terdapat banyak faktor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress
dan ansietas sering menjadi keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/
gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi/ diare.
Selain itu status kesehatan mental, faktor fisik: seperti kelelahan dan
ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat
mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan
nutrisi (Mubarak, 2007).
F. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan hal
sebagai berikut (Kresno, 2010) :
1. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas
konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB
Normal.
c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
2. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada
bayi ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi dapat berakibat :
retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak
tumbuh, depigmentasi kulit, dermatitis.
3. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori
berkibat : kelaparan, hilangnya jaringan-jaringn tubuh, BB kurang dari
normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang baiknya penanganan
klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya
perubahan nutrisi adalah sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit
2. Albumin serum
3. Zat besi
4. Transferin serum
5. Kreatinin
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Keseimbangan nitrogen
9. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status
nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai
limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan
kadar kolesterol (Mubarak, 2008).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi Enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system
pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total
(TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau
mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport
makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral
diberikan melalui selang nasogastrik dan selang pemberian makan
berukuran kecil atau melalui slang gastrostomy.
b. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total
(TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein,
elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan
hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan
dilarutkan oleh darah klien (Kozier, 2010)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang disesuaikan dengan kondisi klien.
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksik
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan
dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai,
set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah
dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan.
6) Kurangi stres psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi unutk memberikan diet sesuai dengan
kondisi (Kozier, 2010).
I. Pengkajian
1. Komponen Pengkajian Nutrisi
Pengkajian Nutrisi Data Skrining Data Tambahan
3. Riwayat Keperawatan
a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan
makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
4. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2012)
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolisme tubuh.
c. Gangguan menelan berhubungan
5. Rencana intervensi (Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012)
Perencanaan
Dx keperawatan
NOC NIC
Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan
aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC.