DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 :
4. Anita
6. Soffia Pramestian
7. Selvyana Andreyani
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEBUTUHAN DASAR NUTRISI
B. Fungsi fisiologis
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan
menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi system
organ lain : perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker.
Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah
ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran
gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal
dicurigai, terdapat banyak factor ekstrinsik yang menimbulkan
gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan utama berupa
indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang
menimbulkan konstipasi/ diare.
Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan
dan ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba
dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan
perubahan nutrisi ( Smeltzer, 2002).
1. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya
luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah
dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring,
dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas dan
kemudian ke bawah ke dalam lambung.
2. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian
atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah
otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang
mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
3. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi
terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui
lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic,
yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari
otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan
menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah
spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang
peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah
menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa
melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu
yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah
makan adalah 2 sampai 6 jam.
4. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang
panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus
besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang kemudian
bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter
dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang
sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan
berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai
mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan
colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu, pertama houstral shuffing
adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga
gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa
gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme,
akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah chime yang
direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
5. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau
50-60 inch, terdiri dari :Sekum, yang berhubungan langsung
dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon asenden,
transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6
inch.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
a. Absorbsi air dan nutrient
b. Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang
akan melindungi dinding usus trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri.
c. Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara
berkontraksi.
d. Anus/ anal/ orifisium eksternal
Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai
2 spingter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter).
Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 7,6 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm
(Potter,2005)
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi interal
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system
pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi
enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu
menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran
pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan
melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan
berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau
yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi
parenteral total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH),
diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi
karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau
karena kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi
parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter
vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak,
protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini
memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan
TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena
sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh
darah klien.( Kozier, 2011, hlm.784-801)
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang
berproliferasi secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan
mukosa tetapi juga meliputi tinjauan sistematis yang dapat
dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik yang rutin.
Tanda Klinis malnutrisi :
Area pemeriksaan Tanda- tanda
Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen,
ada petekie/ memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti
sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar,
rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea
lunak, kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan
halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah,
meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas
4. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang
biasa; pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis,
dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan factor social,
ekonomi, etnis atau agama yang mempengaruhi nutrisi.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya
kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan
apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak
adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan.
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral
ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makan yang
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik
edisi 7. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika