Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TENTANG KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN NUTRISI

Disusun untuk Memenuhi Tugas ilmu keperawatan dasar I

Disusun Oleh :

Nida ankhafia maryam

Bq. Irmawati

Nurbianti

Putrawansyah

Zurnaumi

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PROGRAM KHUSUS

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa, sang pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karna berkat limpahan
rahmat, taufiq, hadayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu
dari sekian kewajiban mata kuliah ilmu keperawatan dasar serta mampu memahami tentang
kebutuhan nutrisi
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulispun sadar
bahwasanya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik tuhan azza wa’jala hingga dalam penulisan
dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau
bahkan hikmah bagi penulis atau pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. I

KATA PENGANTAR ................................................................................ II

DAFTAR ISI............................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...........................................................................


B. TUJUAN ...............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI PENCERNAAN


B. KONSEP DASAR NUTRISI .................................................................

BAB III KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN .......................................................................................
B. DIAGNOSA ...........................................................................................
C. RENCANA TINDAKAN ......................................................................

BAB IV PENUTUP ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Nutrisi atau gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai substansi organik untuk
menormalkan fungsi atau keadaan tubuh.Pada umumnya nutrisi sering didapat pada makanan
oleh karena itu kata atau makanan yang mengandung atau membahas tentang nutrisi semakin
berkembang seiring berkembangnya zaman.
B. Rumusan masalah
Ada beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sbb:
a. konsep kebutuhan nutrisi
b..konsep tentang asuhan keprawatan dasar nutrisi
C. Tujuan
1. tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini agar mampu memahami tentang kebutuhan nutrisi
2. Tujuan khusus
 Dapat memahami tentang konsep kebutuhan nutrisi
 Dapat memahami tentang konsep tentang asuhan keprawatan dasar nutrisi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran
pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana
makanan bergerak ke esophagus bagian atas dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang
mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya
peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong
substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke
arah spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini
gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa
melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang
kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-kira
6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung
untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim. Chyme bergerak karena
adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai

mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi
padat sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa
gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari
setelah ditelan, jumlah chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri dari
:Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon asenden,
transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
 Absorbsi air dan nutrient
 Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus
trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
 Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
f. Anus/ anal/ orifisium eksternal
Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal
(involunter) dan eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 7,6 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm

2. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR NUTRISI


A. PENGERTIAN
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Alimul, 2006, hlm. 52).
Nutrisi adalah substansi organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik ( Kozier dalam Mubarak, 2008, hlm.
26)
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan ( Wikipedia Indonesia, 2008).

B. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO


1. Kekurangan nutrisi
a. Efek dari pengobatan
b. Mual/ muntah
c. Gangguan intake makanan
d. Radiasi/ kemoterapi
e. Penyakit kronis
f. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi
atau kanker
g. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
h. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
i. Nafsu makan menurun ( Wartonah, 2006 dan Alimul, 2006, hlm. 67)
2. Kelebihan nutrisi
a. Kelebihan intake
b. Gaya hidup
c. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
d. Penurunan laju metabolic
e. Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat (Wartonah, 2006 dan Potter, 2005)

C. KARAKTERISTIK/ JENIS/ TIPE


Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh ( Potter, 2005)

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan :


1. Body Mass Index
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan, BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan (over weight) dan obesitas.
2. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal
adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi 10% dari jumlah itu. (Wartonah, 2006)
D. PATOFISIOLOGI
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjukkan banyak
patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain : perdarahan, perforasi, obstruksi,
inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah
ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal dicurigai, terdapat banyak
factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan utama
berupa indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi/
diare.
Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan dan
ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran
gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan nutrisi ( Smeltzer, 2002).

E. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


 Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi,
dengan kategori sebagai berikut :
PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB Normal.
PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
 Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika sudah tidak
mendapatkan asi. Defisiensi dapat berakibat :
retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh,
depigmentasi kulit, dermatitis.
 Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat : kelaparan, hilangnya
jaringan-jaringn tubuh, BB kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang
baiknya penanganan klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
PCM yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan :
a. Status defisiensi Protein
Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada klien yang mengalami stres
berat akibat berbagai gangguan tubuh (pembedahan penyakit akut, dll)
Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan berat badan,
kemunduran otot, wajah tampak tua.

b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang adekuat dalam jangka
panjang. Gejala klinis (menyerupai marasmus) : lapar, berat badan menurun drastis,
kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres yang akut. Efek dari
mixed state dapat berakibat buruk akibat hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin, dan zat besi.
Tanda klinis : defisit neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20%-30% > Normal)
e. Overweight
Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.
3. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia
a. Bayi
Pada bayi pencernaan dan absorbsi masih sederhana sampai umur 6 bulan. Kalori yang
dibutuhkan sekitar 110-120 kal/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160-ml/kg/hari. Bayi
sebelum usia 6 bulan pemberian nutrisi yang cocok adalah ASI.
b. Anak Todler dan Pra Sekolah
Kebiasaan yang perlu diajarkan pada usia ini antara lain:
1) Penyediaan makanan dalam berbagai variasi
2) Membatasi makanan manis
3) Konsumsi diet yang seimbang.
4) Penyajian waktu makanan yang teratur.
Kebutuhan kalori pada masing-masingusia:
1) 1 tahun = 100 kkal/hari
2) 3 tahun = 300-500 kkal/hari

c. Anak Sekolah (6-12 tahun)


Usia kalori protein Calcium Fe Vit.A Vit.B1 Vit.C
10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,7 25
07-09 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25
05-06 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25
Tahun Kal gram Gram Mg U.I Mg Mg

d. Remaja (13-21 tahun)


Kebutuhan kalori, protein, mineral dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan berlanjutnya
proses pertumbuhan. Lemak tubuh meningkat akan mengakibatkan obesitas sehingga akan
menimbulkan stress terhadap body image.
e. Dewasa Muda (23-30 tahun)
Kebutuhan nutrisi pada masa dewasa muda, selain untuk proses pemeliharaan dan perbaikan
tubuh dari pada pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi pada umumnya lebih diutamakan pada tipe
dan kualitas daripada kuantitas.
f. Dewasa (31-45 tahun)
Masa dewasa merupakan masa produktif khususnya terkait dengan aktivitas fisik. Kebutuhan
nutrisi pada masa ini perlu mendapatkan perhatian besar dan harus di bedakan antara tingkatan
pekerjaan.

Kebutuhan gizi untuk orang dewasa berdasarkan tingkat pekerjaan


Keadaan pekerjaan
Unsur Ringan Sedang Berat
Gizi L P L P L P
Kalori 2100 1750 2500 2100 3000 2500
Protein 60 55 65 65 70 70
Kalsium 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Ferum 8 10 8 8 10 8
Vit. A 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Vit. B1 1 0,8 1,2 1 1,5 1,5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah
sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit
2. Albumin serum
3. Zat besi
4. Transferin serum
5. Kreatinin
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Keseimbangan nitrogen
9. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk meliputi
penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, penurunan albumin serum <
3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi meliputi
metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral
total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan
pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian
makanan lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan
berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau
hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi karena
terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke
vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan
unsure renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN
bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat
larutan dilarutkan oleh darah klien. ( Kozier, 2011, hlm.784-801)
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang disesuaikan dengan
kondisi klien
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang anoreksik
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang tidak enak.
Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang
sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan; istirahat bila
mengalami keletihan
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi (Kozier, 2011,
hlm.782-783)

H. KOMPLIKASI
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat
badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena kelebihan
asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol
darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak
secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan
adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan
energy. (Alimul, 2006, hlm.68)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI
A. PENGKAJIAN
1. Komponen pengkajian nutrisi :

Data skrining Data tambahan

Antropometri · Tinggi badan · Lipatan trisep

· Berat badan · LILA

· Berat badan ideal · Lingkar otot lengan


tengah
· Indeks massa tubuh
· Lingkar lengan tengah

Biokimia · Hemoglobin · Kadar transferin serum

· Albumin serum · Nitrogen urea kemih

· Hitung limfosit total · Ekskresi kreatinin


kemih

Clinical · Kulit · Analisis rambut

· Rambut dan kuku · Neurologi

· Membran mukosa

Diet · Porsi makan dalam 24 jam · Riwayat diet

· Frekuensi makan

Environment · Lingkungan

Fatique · Tingkat aktivitas · Penyakit tertentu yang


berhubungan dengan
aktivitas
2. Riwayat keperawatan
a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi secara cepat seperti kulit,
rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi tinjauan sistematis yang dapat
dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik yang rutin.

Tanda Klinis malnutrisi :

Area pemeriksaan Tanda- tanda

Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih

BB Berlebih/ kurang

Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada petekie/


memar, lemak subkutan kurang

Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti sendok

Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh

Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak, kornea


berawan

Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir mulut, fisura


vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus

Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang

Otot Lemah, mengecil

System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare, konstipasi,


gastrointestinal pembesaran hati

Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa terbakar,


kesemutan di tangan dan kaki, iritabilitas

4. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa; pilihan makanan, alergi,
dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan factor social,
ekonomi, etnis atau agama yang mempengaruhi nutrisi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:
a. Kesulitan untuk mencerna makanan
b. Kesulitan untuk menelan makanan
c. Anoreksia, muntah
d. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
e. Depresi, stress, isolasi social
f. Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan penurunan asupan
sekunder akibat: pembedahan, medikasi ( mis. kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah
mulut, kawat rahang
g. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi radiasi, kemoterapi,
tonsilektomi
Ditandai dengan:

Data obyektif Data subyektif


· Berat badan 20% atau lebih di bawah Pasien mengatakan :
BB ideal · Nyeri abdomen
· Diare · Kram abdomen
· Bising usus hiperaktif · Menghindari makan
· Penurunan BB dengan asupan · Cepat kenyang setelah
makanan adekuat mencerna makanan
· Membran mukosa pucat
· Ketidakmampuan mencerna makanan
· Tonus otot menurun
· Sariawan di rongga mulut
· Steatorea
· Kelemahan otot
· Gangguan menelan
Laborat
· Albumin serum
· Transferin
· Elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat menunjukan peningkatan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kriteria Hasil:

 Nafsu makan meningkat


 Peningkatan masukan oral
 Peningkatan aktivitas
 Massa otot
 Berat badan
Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

 Timbang BB setiap hari


 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
 Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan
 Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum makan
 Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
 Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
 Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :
 Makan makanan kering (crakers) saat bangun tidur
 Makan makanan asin bila tidak ada pantangan
 Hindari makanan yang terlalu manis
 Makan kapan saja bila dapat ditoleransi
 Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan hindari
mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan sesudah makan.

Kolaborasi :

 Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat pada ahli gizi
 Berikan suplemen makanan
 Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik (NGT)
 Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan hiperosmolar.

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:


 Perubahan pola kepuasan makan
 Penurunan indera pengecapan dan penciuman
 Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)
 Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
 Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar
 Pola makan disfungsional
 Peningkatan nafsu makan
 Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ditandai dengan :

Data Obyektif Data Subyektif


· Disfungsi pola makan (mis. Makan Pasien mengatakan :
sambil melakukan aktivitas lain) · Adanya pola makan yang tidak
· Aktivitas monoton diinginkan
· Lipatan otot triseps > 25mm pada · Adanya kelebihan frekuensi
wanita; >15mm pada pria makan
· Obesitas, BB 20% melebihi tinggi dan
kerangka tubuh ideal
· Kelebihan BB 10% melebihi tinggi
dan kerangka tubuh ideal
Laborat :
· Albumin serum
· Transferin
· Elektrolit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat menunjukan pemenuhan kebutuhan


nutrisi adekuat.

Kriteria Hasil :

 Peningkatan aktivitas dengan penurunan BB


 Mengidentifikasi pola makan yang menunjang penambahan BB
 Penurunan BB
 Lipatan otot triseps…
 BB ideal ….
 Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu
 Masukan adekuat tapi tidak berlebihan, cukup kalori, lemak, protein, karbohidrat, vitamin,
mineral, besi, dan kalsium

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

 Observasi aktivitas klien


 Tentukan factor penyebab peningkatan BB
 Timbang BB klien
 Tentukan keinginan dan motivasi klien untuk mengurangi BB
 Bantu klien untuk menentukan pola makan tentang apa, kapan, dan di mana pasien makan.
 Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi adekuat dan bagaimana dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
 Anjurkan klien untuk mengikuti diet yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan protein, dan
hindari gula, makanan cepat saji, kafein atau minuman ringan.
 Ajarkan pemilihan makanan yang sesuai.
 Bantu pengurangan BB:
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi motivasi untuk makan dan isyarat internal dan eksternal
yang dikaitkan dengan makan
 Tentukan dengan klien tentang jumlah penurunan BB yang diinginkan
 Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas
 Rencanakan program latihan , pertimbangkan aktivitas klienyang dibatasi
 Susun rencana yang realistis dengan klien untuk memasukkan pengurangan asupan makanan
dan peningkatan penggunaan energy
 Ajarkan teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan kalori :
 Jangan makan pada saat melakukan kegiatan
 Minum segelas air sesaat sebelum makan
 Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan manis, dan alcohol.
 Siapkan makanan dalam porsi kecil cukup untuk satu kali makan
 Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna

Kolaborasi :
 Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang meliputi pengelolaan diet dan
pengeluaran energy

BAB IV
ANALISA JURNAL TERKAIT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA NUTRISI, POLA MAKAN, DAN


ENERGI TINGKAT KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA LIMA
TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SELOGIRI, WONOGIRI
Nugroho Priyo Handono, S.Kep, M.Kes
Dosen AKPER Giri Satria Husada Wonogiri
ABSTRACT
The Relationship of Knowledge Level on Nutrition, Feeding Pattern, and Energy
Consumption Level to the Nutrition Status of Under-Five Age Children in the Work Area
of Puskesmas Selogiri, Wonogiri.
Objective : Analyzing the Relationship of Knowledge Level on Nutrition, Feeding Pattern, and
Energy Consumption Level to the Nutrition Status of Under-Five Age Children in the Work
Area of Puskesmas Selogiri, Wonogiri.
Research Type: The method of collecting data used in this research was cross-sectional one.
This research aims to find out the relationship of knowledge level on nutrition, feeding pattern,
and energy consumption level to the nutrition status of under-five age children in the work area
of Puskesmas Selogiri of Wonogiri Regency. This research employed 80 sample.
Result of the Study :The result obtained in this research shows that: there are more
respondents with (high) knowledge, 64 persons (80%), than the respondent with (medium)
knowledge, 16 persons (20%). The feeding pattern variable is good in 64 persons (80%)
compared with the medium feeding pattern in 16 persons (20%). The energy consumption level
of under-five age children variable is (good) in 32 under-five age children (40%) compared
with the (medium) one in 17 under-five age children (21.25%), and the nutrition status variable
is (good) in 68 under-five age children (85%) compared with the (poor) one in 3 under-five age
children (3.75%).
Conclusion:Considering the result of analysis it can be found that there is a significant
relationship knowledge level on nutrition, feeding pattern, and energy consumption level to the
nutrition status, both partially and simultaneously.
Key Words : Knowledge Level on Nutrition, Feeding Pattern, Energy Consumption Level ,
Nutrition Status.

Pendahuluan
Tujuan pembangunan salah satunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu
meningkatkan kualitas hidup secara langsung adalah peningkatan kualitas kesehatan dan juga
sumber daya tersebut. Balita bukan saja bagian dari sumber daya tetapi kelak menjadi pelaku
pembangunan atau generasi penerus. Krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak buruk
bagi pengembangan sumber daya bangsa Indonesia. Pengangguran mencapai 40 juta orang dan
kemiskinan menimpa separuh jumlah penduduk (100 juta). Semua ini berdampak pada
kekurangan pangan yang menurunkan kualitas kesehatan dan status gizi masyarakat. Sampai
saat ini, Indonesia masih menggelar "perang" terhadap empat masalah gizi utama, yaitu kurang
energi protein (KEP), anemia gizi besi, kekurangan yodium dan kurang vitamin A (Khudori,
2003).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2001).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh
kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya
(Depkes RI, 2006).

Pemberitaan media massa kerap mengungkap kasus-kasus gizi buruk yang tidak hanya terjadi
di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar seperti Jakarta. Menurut data Depkes awal
Maret 2008, jumlah balita Indonesia penderitamalnutrisi pada 2007 adalah 4,1 juta jiwa.
Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu termasuk kategori risiko gizi
buruk(Siswono, 2009). Hasil analisis data Susenas 2000 terhadap status gizi balita di Indonesia
dengan menggunakan metode z-score baku WHO-NCHS, ditemukan gizi baik 72,02%, KEP
ringan/sedang 17,13%, dan KEP berat 7,53% (Akhmadi, 2009).
Departemen Kesehatan Jawa tengah mencatat angka prevalensi KEP total di Jawa tengah pada
tahun 2008 sebesar 2.710 balita, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 4.676 balita.
Pada bulan Mei tahun 2009, terdapat jumlah balita sebanyak 76.496. Dari data tersebut jumlah
balita yang menderita KEP adalah 320 balita ( DKK, 2009 )
Berdasarkan studi pendahuluan dari data yang diperoleh dari laporan bulanan gizi Puskesmas
Selogiri Kabupaten Wonogiri pada bulan Agustus 2010, jumlah balita yang ditimbang di
wilayah puskesmas tersebut sebanyak 2.114 balita. Angka kejadian anak balita yang
mengalami KEP ringan, sedang dan berat sebanyak 14 balita.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malnutrisi. Data Anak-Anak PBB atau
UNICEF (United Nations Children's Fund) menyatakan bahwa ada dua penyebab langsung
terjadinya kasus gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya
penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan. Sedangkan, malnutrisi yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat menjadi unsur
penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai di samping perilaku dan budaya dalam
pengolahan pangan dan pengasuhan anak. Pengelolaan lingkungan yang buruk dan perawatan
kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab turunnya tingkat kesehatan yang
memungkinkan timbulnya beragam penyakit (Siswono, 2009).Pengaruh orang tua sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal. Untuk mendapatkan anak
yang tumbuh dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan
dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita.
Pengetahuan gizi ibu ini dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
Pengetahuan gizi nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan
dan gizi di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat
media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio).

Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat menyusun, membuat
makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi atau beraneka ragam. Keaneka ragaman
bahan makanan itu bertujuan supaya sesuai kebutuhan zat gizi seorang balita dapat terpenuhi
dalam satu menu makanan. Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai
sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur
(vitamin). Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan
balita. Namun perlu diketahui porsi atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi itu harus
sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada balita.
Anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi
dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Bila anak menderita gizi
buruk tidak segera ditangani, amat berisiko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga
akan menyebabkan meningkatnya angka kematian. Padahal angka kematian menjadi salah satu
indikator derajat kesehatan. Anak yang pernah menderita gizi buruk sulit mengejar
pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi akan menyebabkan berat
otak, jumlah sel ukuran besar sel, dan zat-zat biokimia lain lebih rendah dari pada anak normal.
Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi maka makin berat akibat yang ditimbulkan.
Keadaan akan menjadi lebih berat jika kurang gizi dialami sejak dalam kandungan.
Kemunduran mental akibat gizi buruk dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki
(Midwifery, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas KEP diantaranya adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang pemenuhan gizi keluarga kepada masyarakat dan bantuan
pemberian makanan tambahan pada balita KEP.
Atas dasar uraian di atas, dengan mempertimbangkan tema, waktu, tenaga, materi,
dimungkinkan untuk dilakukan penelitian yang diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
responden. Maka dari itu dalam penelitian ini akan diungkap tentang gambaran hubungan
antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola asuh dan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi
balita di wilayah kerja puskesmas selogiri kabupaten Wonogiri.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan korelasi
sederhana. Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Selogiri kabupaten Wonogiri. Pengumpulan data peneliti
lakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2010. Sedangkan Populasi dari
penelitian ini adalah semua balita dan orang tuanya yang ada di wilayah kerja puskesmas
Selogiri Kabupaten Wonogiri yang mempunyai balita berjumlah 2.104 orang. Untuk tehnik
pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Instrumen yang digunakan
berupa kuesioner, KMS, Food Recall. Untuk mengetahui ketepatan dan kesahihan tes dan
angket dilakukan dengan analisis validitas dan reliabilitas. Untuk validitas butir kuesioner
digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan reliabilitas kuesioner
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Tehnik analisis data yang digunakan adalah korelasi
sederhana dan regresi ganda pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil Analisis Data Penelitian
Untuk menganalisis data digunakan beberapa tehnik analisis, yaitu analisis korelasi sederhana
(parsial dan simultan) dan analisis regresi ganda.
a. Hubungan variabel pengetahuan gizi dengan status gizi balita.
Besarnya hubungan variabel pengetahuan gizi dengan status gizi sebesar 0,554 sedangkan pada
taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 3,005 > t tabel 1,960 atau p-value 0.004 < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan gizi (X1) dengan status gizi balita (Y)
secara parsial.
b. Hubungan variabel pola asuh makan dengan status gizi balita.

Besarnya hubungan variabel pola asuh makan dengan status gizi balita sebesar 0,384
sedangkan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 2,660 > t tabel 1,960 atau p-
value 0,010 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara variabel pola asuh makan (X2) dengan status gizi balita secara
parsial.
c. Hubungan variabel konsumsi energi dengan status gizi balita.

Besarnya hubungan variabel konsumsi energi dengan status gizi balita sebesar 0,658 sedangkan
pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 5,135 > t tabel 1,960 atau p-value 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara variabel konsumsi energi (X3) dengan status gizi balita secara parsial.
d. Hubungan tingkat pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi energi terhadap
status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri Wonogiri.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan tehnik analisis regresi ganda yang digunakan
untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi
energi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri Wonogiri disajikan
dalam tabel rangkuman hasil analisis regresi berikut ini :
Model JK DK Mean F Sig.
Square
1. Residual Total 64.771 3 21.590 29.890 000 (a)
54,897 76 722
119.667 79

Keterangan:
JK : Jumlah Kuadrat
DK : Derajat Kebebasan
RK : Rata – Rata Kuadrat
F : Varians
Sig : Signifikansi
Dari tabel 1 tersebut diketahui F hitung sebesar 29,890 dengan p-value 0,000 maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel
pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi energi dengan status
gizi balita ada hubungan yang signifikan secara simultan.
Pembahasan
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita, semakin pengetahuan gizi ibu naik maka status gizi balita semakin baik. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(over behavior), karena dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal pemberian dan
penyediaan makanannya, sehingga seorang anak tidak menderita kekurangan gizi. Kekurangan
gizi juga dapat disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan
makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan. Ketidaktahuan
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan, meskipun bahan makanan
tersedia. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan
pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang
penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk
menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi yang
tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap masalah gizi. Pada akhirnya pengetahuan
akan mendorong seseorang untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas
gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Kadar gizi anak dipengaruhi oleh pengasuhnya dalam hal
ini adalah ibu.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh makan dengan ststus gizi balita,
menurut Amala (2002) pola asuh didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh
pengasuh (ibu, bapak, nenek, kakak atau orang lain) dalam memberikan kasih sayang,
pemeliharaan kesehatan, dukungan emosional, pemberian pendidikan, pemberian makanan,
minuman dan pakaian. Dengan kata lain, pola asuh

adalah memberikan bimbingan kepada anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Santoso
dan Ranti, (1995) mengatakan bahwa pola asuh makan merupakan praktik-praktik pengasuhan
yang diterapkan oleh ibu/pengasuh kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makanan.
Pemberian makanan pada anak diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup
untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan. Secara fisiologi, makan merupakan suatu bentuk bentuk pemenuhan atau
pemuasan rasa lapar. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak
supaya dapat menerima, menyukai dan memilih makanan yang baik.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
balita, semakin tingkat konsumsi energi baik maka status gizi balita semakin baik. Zat gizi
adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
metabolisme dalam tubuh secara normal. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Dalam usaha pencapaian konsumsi yang
adekuat, maka dua faktor terpenting yang dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi sehari-hari
yaitu: tersedianya pangan dan pengetahuan gizi. Seseorang akan mampu menyelenggarakan
konsumsi yang adekuat bilamana mereka mampu untuk menyediakan bahan pangan karena
didukung dengan pandangan yang cukup. Zat gizi yang telah dikonsumsi tersebut akan
digunakan oleh tubuh untuk mencapai status gizi yang optimal. Menurut Elly Nurachmah,
(2001) energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan Jumlah energi
yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh
Energi dalam tubuh manusia timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak. Dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-
zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. G. Kartasapoetra, (2003 mengatakan
bahwa.manusia yang kurang makan akan lemah baik dikegiatanya, pekerjaan-pekerjaan fisik
maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima oleh tubuh yang

dapat menghasilkan energi. (G. Kartasapoetra, dkk, 2003: 16).


4. Ada hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu, pola asuh dan tingkat
konsumsi energi dengan status gizi balita, konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga
menimbulkan efek toksis atau membahayakan.Menurut Anies dan Soegeng Santoso, (1999)
konsumsi gizi sehari-hari merupakan salah satu faktor lingkungan yang membantu pola
pertumbuhan badan. Bila syarat konsumsi tidak terpenuhi dalam waktu yang cukup lama baik
kurang atau lebih maka akan terjadi gizi kurang (malnutrition) atau gizi lebih (overnutrition).
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan atau makanan. Kualitas
hidangan atau makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam
suatu hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Sedangkan kuantitas
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan
hidangan atau makanan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari kualitas maupan kuantitasnya,
maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan sebaik-baiknya. Konsumsi yang
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya ini disebut dengan konsumsi adekuat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan taraf
signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :
1. Pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap stastus gizi balita sumbangan efektif sebesar
55,38% dan sumbangan relatifnya sebesar 29,97%.
2. Pola asuh makan yang baik akan mempengaruhi stastus gizi balita, sumbangan efektif
sebesar 35,76% dan sumbangan relatifnya sebesar 19,35%.

3. Tingkat konsumsi energi yang cukup berpengaruh terhadap status gizi balita, sumbangan
efektif sebesar 64,60% dan sumbangan relative sebesar 34,95%.
Implikasi
Dari Penelitian ini didapatkan beberapa implikasi yaitu sebagai berikut :
1. Status gizi pada balita akan meningkat apabila orang tua asuh mempunyai Tingkat
Pengetahuan yang tinggi , sebab dengan pengetahuan yang tinggi maka akan berupaya untuk
meningkatkan status gizi pada anaknya.
2. Pola Asuh makan yang baik akan meningkatkan status gisi pada balita. Hal ini disebabkan
karena pola asuh yang baik akan membuat anak merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan kasih
sayang serta makanan yang di butuhkan oleh balita
3. Tingkat konsumsi energi yang baik akan meningkatkan status gizi pada balita karena energi
dalam tubuh manusia dapat timbul dengan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak.
Sehingga konsumsi energi yang baik berpengaruh terhadap status gizi.

Saran - saran
Saran dari peneliti dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Bagi orang tua balita ibu khususnya, hendaknya dapat memberikan gizi yang baik dan benar
supaya status gizi anak balita menjadi lebih baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengaji ulang variabel lain yang mungkin
belum diteliti untuk dijadikan sebagai variabel tambahan yang ada hubungannya dengan status
gizi balita.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad D.S, 1999. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Achmad D.S, 2000. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Agus I, 2004. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana.
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Amal, K.B., 2002. Pendidikan Anak di Usia Dini. Jakarta : Waspada Online
Anies dkk, 1999. Mengatasi Gangguan Kesehatan Pada Anak-Anak. Jakarta : Penerbit PT Elex
Media Komputindo Gramedia.
Anwar, 2000. Peranan Gizi dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta : Depkes RI
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta. : Rineka Cipta
Barus, G., 2003. Memaknai Pola Pengasuhan Orang Tua pada Remaja. Jakarta : Jurnal
Intelektual
BPS Semarang, 2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2005. Semarang : Kantor BPS.
Depkes RI, 2001. Modul I Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Pusdiklat Kesehatan.
Eko B, 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Elly N, 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sadung Seto.
G. Kartasapoetra, 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hardinsyah, 2000. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan. Bogor: Fakultas Pertanian
IPB.
I Dewa N.S, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Indan E, 2000. Ilmu Kesehatan Mayarakat. Bandung : Penerbit PT citra Aditya Bakti.
Kumar, Dinesh. 2006. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under-
Five Children. Diunduh dari www.springerlink.com/index/U2KW5744NJ72WW62.pdf pada
tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Miller, Jane E., 2009. Mother’s Education and Children’s Nutritional Status: New Evidence
From Cambodia. Diunduh dari www.adb.org/Documents/Periodicals/ADR/.../ADR-Vol26-1-
Miller.pdf pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Notoatmodjo S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata. Jakarta :
Salemba Medika
Owor, M., 2000. Socio-Economic Risk Factors For Severe Protein Energy Malnutrition Among
Children In Mulago Hospital, Kampala. Diunduh dari
ajol.info/index.php/eamj/article/view/46691/33081 pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Pudjiadi, S., 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Rasanen, M., 2007. Impact of Nutrition Counselling on Nutrition Knowledge and nutrition
Intake of 7-to-9-y-old Children in An Atherosclerosis Prevention Project. Diunduh dari
www.nature.com › Journal home › Archive › Original Communications pada tanggal 20 Januari
2011 pukul 21.30
Rice, F.P., 1996. The Adolesent : Development, Relationship and Culture, Massachusetts :
Alyn Bacon
Shariff, Zalilah Mohd., Nutrition Education Intervention Improves Nutrition Knowledge
Attitude and Practices of Primary School Children : A Pilot Study. Diunduh dari
http://www.aahperd.org/aahe/publications/iejhe/loader.cfm?csModule=security/getfile&pageid
=27313 pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta : CV. Sagung Seto
Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit CV Alfabeta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarna, Eman. 2001. Comparison of the Nutritional Status of Under-Five Children from
Health Centers with Different Performance in East Sumba District, East Nusa Tenggara
Province, Indonesia. Diunduh dari www.gizi.net
pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Walsh, S.M., 2001. The Impact of A Nutrition Education Programme On The Anthropometric
Nutritional Status of Low-Income Children in South Africa.
Diunduh dari
http://journals.cambridge.org/download.php?file=/PHN/PHN5_01/S1368980002000022a.pdf&
code=517815bdb2eb238e13924f0d065b8fde pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Nutrisi atau gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai substansi organik untuk menormalkan
fungsi atau keadaan tubuh.Pada umumnya nutrisi sering didapat pada makanan oleh karena itu
kata atau makanan yang mengandung atau membahas tentang nutrisi semakin berkembang
seiring berkembangnya zaman.

2. Saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang konsep dasar pemenuhan kebutuhan
nutrisi.makalah ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas
wawasan kita
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC

Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik edisi 7. Jakarta
: EGC

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan aplikasi dalam praktik.
Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta :EGC

Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Dewi Christyawati,Maria.2010.Modul KDM II Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Nutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta

Anda mungkin juga menyukai