Disusun Oleh :
Bq. Irmawati
Nurbianti
Putrawansyah
Zurnaumi
PROGRAM KHUSUS
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa, sang pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karna berkat limpahan
rahmat, taufiq, hadayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu
dari sekian kewajiban mata kuliah ilmu keperawatan dasar serta mampu memahami tentang
kebutuhan nutrisi
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulispun sadar
bahwasanya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik tuhan azza wa’jala hingga dalam penulisan
dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau
bahkan hikmah bagi penulis atau pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGKAJIAN .......................................................................................
B. DIAGNOSA ...........................................................................................
C. RENCANA TINDAKAN ......................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi
padat sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa
gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari
setelah ditelan, jumlah chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri dari
:Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon asenden,
transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
Absorbsi air dan nutrient
Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus
trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
f. Anus/ anal/ orifisium eksternal
Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal
(involunter) dan eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 7,6 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm
b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang adekuat dalam jangka
panjang. Gejala klinis (menyerupai marasmus) : lapar, berat badan menurun drastis,
kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres yang akut. Efek dari
mixed state dapat berakibat buruk akibat hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin, dan zat besi.
Tanda klinis : defisit neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20%-30% > Normal)
e. Overweight
Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.
3. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia
a. Bayi
Pada bayi pencernaan dan absorbsi masih sederhana sampai umur 6 bulan. Kalori yang
dibutuhkan sekitar 110-120 kal/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160-ml/kg/hari. Bayi
sebelum usia 6 bulan pemberian nutrisi yang cocok adalah ASI.
b. Anak Todler dan Pra Sekolah
Kebiasaan yang perlu diajarkan pada usia ini antara lain:
1) Penyediaan makanan dalam berbagai variasi
2) Membatasi makanan manis
3) Konsumsi diet yang seimbang.
4) Penyajian waktu makanan yang teratur.
Kebutuhan kalori pada masing-masingusia:
1) 1 tahun = 100 kkal/hari
2) 3 tahun = 300-500 kkal/hari
H. KOMPLIKASI
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat
badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena kelebihan
asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol
darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak
secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan
adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan
energy. (Alimul, 2006, hlm.68)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI
A. PENGKAJIAN
1. Komponen pengkajian nutrisi :
· Membran mukosa
· Frekuensi makan
Environment · Lingkungan
BB Berlebih/ kurang
4. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa; pilihan makanan, alergi,
dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan factor social,
ekonomi, etnis atau agama yang mempengaruhi nutrisi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:
a. Kesulitan untuk mencerna makanan
b. Kesulitan untuk menelan makanan
c. Anoreksia, muntah
d. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
e. Depresi, stress, isolasi social
f. Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan penurunan asupan
sekunder akibat: pembedahan, medikasi ( mis. kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah
mulut, kawat rahang
g. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi radiasi, kemoterapi,
tonsilektomi
Ditandai dengan:
Kriteria Hasil:
Mandiri :
Kolaborasi :
Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat pada ahli gizi
Berikan suplemen makanan
Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik (NGT)
Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan hiperosmolar.
Ditandai dengan :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Keperawatan :
Mandiri :
Kolaborasi :
Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang meliputi pengelolaan diet dan
pengeluaran energy
BAB IV
ANALISA JURNAL TERKAIT
Pendahuluan
Tujuan pembangunan salah satunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu
meningkatkan kualitas hidup secara langsung adalah peningkatan kualitas kesehatan dan juga
sumber daya tersebut. Balita bukan saja bagian dari sumber daya tetapi kelak menjadi pelaku
pembangunan atau generasi penerus. Krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak buruk
bagi pengembangan sumber daya bangsa Indonesia. Pengangguran mencapai 40 juta orang dan
kemiskinan menimpa separuh jumlah penduduk (100 juta). Semua ini berdampak pada
kekurangan pangan yang menurunkan kualitas kesehatan dan status gizi masyarakat. Sampai
saat ini, Indonesia masih menggelar "perang" terhadap empat masalah gizi utama, yaitu kurang
energi protein (KEP), anemia gizi besi, kekurangan yodium dan kurang vitamin A (Khudori,
2003).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2001).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh
kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya
(Depkes RI, 2006).
Pemberitaan media massa kerap mengungkap kasus-kasus gizi buruk yang tidak hanya terjadi
di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar seperti Jakarta. Menurut data Depkes awal
Maret 2008, jumlah balita Indonesia penderitamalnutrisi pada 2007 adalah 4,1 juta jiwa.
Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu termasuk kategori risiko gizi
buruk(Siswono, 2009). Hasil analisis data Susenas 2000 terhadap status gizi balita di Indonesia
dengan menggunakan metode z-score baku WHO-NCHS, ditemukan gizi baik 72,02%, KEP
ringan/sedang 17,13%, dan KEP berat 7,53% (Akhmadi, 2009).
Departemen Kesehatan Jawa tengah mencatat angka prevalensi KEP total di Jawa tengah pada
tahun 2008 sebesar 2.710 balita, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 4.676 balita.
Pada bulan Mei tahun 2009, terdapat jumlah balita sebanyak 76.496. Dari data tersebut jumlah
balita yang menderita KEP adalah 320 balita ( DKK, 2009 )
Berdasarkan studi pendahuluan dari data yang diperoleh dari laporan bulanan gizi Puskesmas
Selogiri Kabupaten Wonogiri pada bulan Agustus 2010, jumlah balita yang ditimbang di
wilayah puskesmas tersebut sebanyak 2.114 balita. Angka kejadian anak balita yang
mengalami KEP ringan, sedang dan berat sebanyak 14 balita.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malnutrisi. Data Anak-Anak PBB atau
UNICEF (United Nations Children's Fund) menyatakan bahwa ada dua penyebab langsung
terjadinya kasus gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya
penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan. Sedangkan, malnutrisi yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat menjadi unsur
penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai di samping perilaku dan budaya dalam
pengolahan pangan dan pengasuhan anak. Pengelolaan lingkungan yang buruk dan perawatan
kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab turunnya tingkat kesehatan yang
memungkinkan timbulnya beragam penyakit (Siswono, 2009).Pengaruh orang tua sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal. Untuk mendapatkan anak
yang tumbuh dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan
dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita.
Pengetahuan gizi ibu ini dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
Pengetahuan gizi nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan
dan gizi di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat
media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio).
Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat menyusun, membuat
makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi atau beraneka ragam. Keaneka ragaman
bahan makanan itu bertujuan supaya sesuai kebutuhan zat gizi seorang balita dapat terpenuhi
dalam satu menu makanan. Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai
sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur
(vitamin). Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan
balita. Namun perlu diketahui porsi atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi itu harus
sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada balita.
Anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi
dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Bila anak menderita gizi
buruk tidak segera ditangani, amat berisiko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga
akan menyebabkan meningkatnya angka kematian. Padahal angka kematian menjadi salah satu
indikator derajat kesehatan. Anak yang pernah menderita gizi buruk sulit mengejar
pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi akan menyebabkan berat
otak, jumlah sel ukuran besar sel, dan zat-zat biokimia lain lebih rendah dari pada anak normal.
Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi maka makin berat akibat yang ditimbulkan.
Keadaan akan menjadi lebih berat jika kurang gizi dialami sejak dalam kandungan.
Kemunduran mental akibat gizi buruk dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki
(Midwifery, 2007).
Upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas KEP diantaranya adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang pemenuhan gizi keluarga kepada masyarakat dan bantuan
pemberian makanan tambahan pada balita KEP.
Atas dasar uraian di atas, dengan mempertimbangkan tema, waktu, tenaga, materi,
dimungkinkan untuk dilakukan penelitian yang diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
responden. Maka dari itu dalam penelitian ini akan diungkap tentang gambaran hubungan
antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola asuh dan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi
balita di wilayah kerja puskesmas selogiri kabupaten Wonogiri.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan korelasi
sederhana. Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Selogiri kabupaten Wonogiri. Pengumpulan data peneliti
lakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2010. Sedangkan Populasi dari
penelitian ini adalah semua balita dan orang tuanya yang ada di wilayah kerja puskesmas
Selogiri Kabupaten Wonogiri yang mempunyai balita berjumlah 2.104 orang. Untuk tehnik
pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Instrumen yang digunakan
berupa kuesioner, KMS, Food Recall. Untuk mengetahui ketepatan dan kesahihan tes dan
angket dilakukan dengan analisis validitas dan reliabilitas. Untuk validitas butir kuesioner
digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan reliabilitas kuesioner
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Tehnik analisis data yang digunakan adalah korelasi
sederhana dan regresi ganda pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil Analisis Data Penelitian
Untuk menganalisis data digunakan beberapa tehnik analisis, yaitu analisis korelasi sederhana
(parsial dan simultan) dan analisis regresi ganda.
a. Hubungan variabel pengetahuan gizi dengan status gizi balita.
Besarnya hubungan variabel pengetahuan gizi dengan status gizi sebesar 0,554 sedangkan pada
taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 3,005 > t tabel 1,960 atau p-value 0.004 < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan gizi (X1) dengan status gizi balita (Y)
secara parsial.
b. Hubungan variabel pola asuh makan dengan status gizi balita.
Besarnya hubungan variabel pola asuh makan dengan status gizi balita sebesar 0,384
sedangkan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 2,660 > t tabel 1,960 atau p-
value 0,010 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara variabel pola asuh makan (X2) dengan status gizi balita secara
parsial.
c. Hubungan variabel konsumsi energi dengan status gizi balita.
Besarnya hubungan variabel konsumsi energi dengan status gizi balita sebesar 0,658 sedangkan
pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung sebesar 5,135 > t tabel 1,960 atau p-value 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara variabel konsumsi energi (X3) dengan status gizi balita secara parsial.
d. Hubungan tingkat pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi energi terhadap
status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri Wonogiri.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan tehnik analisis regresi ganda yang digunakan
untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi
energi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri Wonogiri disajikan
dalam tabel rangkuman hasil analisis regresi berikut ini :
Model JK DK Mean F Sig.
Square
1. Residual Total 64.771 3 21.590 29.890 000 (a)
54,897 76 722
119.667 79
Keterangan:
JK : Jumlah Kuadrat
DK : Derajat Kebebasan
RK : Rata – Rata Kuadrat
F : Varians
Sig : Signifikansi
Dari tabel 1 tersebut diketahui F hitung sebesar 29,890 dengan p-value 0,000 maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel
pengetahuan gizi, pola asuh makan dan tingkat konsumsi energi dengan status
gizi balita ada hubungan yang signifikan secara simultan.
Pembahasan
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita, semakin pengetahuan gizi ibu naik maka status gizi balita semakin baik. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(over behavior), karena dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal pemberian dan
penyediaan makanannya, sehingga seorang anak tidak menderita kekurangan gizi. Kekurangan
gizi juga dapat disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan
makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan. Ketidaktahuan
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan, meskipun bahan makanan
tersedia. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan
pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang
penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk
menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi yang
tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap masalah gizi. Pada akhirnya pengetahuan
akan mendorong seseorang untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas
gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Kadar gizi anak dipengaruhi oleh pengasuhnya dalam hal
ini adalah ibu.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh makan dengan ststus gizi balita,
menurut Amala (2002) pola asuh didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh
pengasuh (ibu, bapak, nenek, kakak atau orang lain) dalam memberikan kasih sayang,
pemeliharaan kesehatan, dukungan emosional, pemberian pendidikan, pemberian makanan,
minuman dan pakaian. Dengan kata lain, pola asuh
adalah memberikan bimbingan kepada anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Santoso
dan Ranti, (1995) mengatakan bahwa pola asuh makan merupakan praktik-praktik pengasuhan
yang diterapkan oleh ibu/pengasuh kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makanan.
Pemberian makanan pada anak diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup
untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan. Secara fisiologi, makan merupakan suatu bentuk bentuk pemenuhan atau
pemuasan rasa lapar. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak
supaya dapat menerima, menyukai dan memilih makanan yang baik.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
balita, semakin tingkat konsumsi energi baik maka status gizi balita semakin baik. Zat gizi
adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
metabolisme dalam tubuh secara normal. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Dalam usaha pencapaian konsumsi yang
adekuat, maka dua faktor terpenting yang dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi sehari-hari
yaitu: tersedianya pangan dan pengetahuan gizi. Seseorang akan mampu menyelenggarakan
konsumsi yang adekuat bilamana mereka mampu untuk menyediakan bahan pangan karena
didukung dengan pandangan yang cukup. Zat gizi yang telah dikonsumsi tersebut akan
digunakan oleh tubuh untuk mencapai status gizi yang optimal. Menurut Elly Nurachmah,
(2001) energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan Jumlah energi
yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh
Energi dalam tubuh manusia timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak. Dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-
zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. G. Kartasapoetra, (2003 mengatakan
bahwa.manusia yang kurang makan akan lemah baik dikegiatanya, pekerjaan-pekerjaan fisik
maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima oleh tubuh yang
3. Tingkat konsumsi energi yang cukup berpengaruh terhadap status gizi balita, sumbangan
efektif sebesar 64,60% dan sumbangan relative sebesar 34,95%.
Implikasi
Dari Penelitian ini didapatkan beberapa implikasi yaitu sebagai berikut :
1. Status gizi pada balita akan meningkat apabila orang tua asuh mempunyai Tingkat
Pengetahuan yang tinggi , sebab dengan pengetahuan yang tinggi maka akan berupaya untuk
meningkatkan status gizi pada anaknya.
2. Pola Asuh makan yang baik akan meningkatkan status gisi pada balita. Hal ini disebabkan
karena pola asuh yang baik akan membuat anak merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan kasih
sayang serta makanan yang di butuhkan oleh balita
3. Tingkat konsumsi energi yang baik akan meningkatkan status gizi pada balita karena energi
dalam tubuh manusia dapat timbul dengan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak.
Sehingga konsumsi energi yang baik berpengaruh terhadap status gizi.
Saran - saran
Saran dari peneliti dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Bagi orang tua balita ibu khususnya, hendaknya dapat memberikan gizi yang baik dan benar
supaya status gizi anak balita menjadi lebih baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengaji ulang variabel lain yang mungkin
belum diteliti untuk dijadikan sebagai variabel tambahan yang ada hubungannya dengan status
gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad D.S, 1999. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Achmad D.S, 2000. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Agus I, 2004. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana.
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Amal, K.B., 2002. Pendidikan Anak di Usia Dini. Jakarta : Waspada Online
Anies dkk, 1999. Mengatasi Gangguan Kesehatan Pada Anak-Anak. Jakarta : Penerbit PT Elex
Media Komputindo Gramedia.
Anwar, 2000. Peranan Gizi dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta : Depkes RI
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta. : Rineka Cipta
Barus, G., 2003. Memaknai Pola Pengasuhan Orang Tua pada Remaja. Jakarta : Jurnal
Intelektual
BPS Semarang, 2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2005. Semarang : Kantor BPS.
Depkes RI, 2001. Modul I Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Pusdiklat Kesehatan.
Eko B, 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Elly N, 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sadung Seto.
G. Kartasapoetra, 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hardinsyah, 2000. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan. Bogor: Fakultas Pertanian
IPB.
I Dewa N.S, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Indan E, 2000. Ilmu Kesehatan Mayarakat. Bandung : Penerbit PT citra Aditya Bakti.
Kumar, Dinesh. 2006. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under-
Five Children. Diunduh dari www.springerlink.com/index/U2KW5744NJ72WW62.pdf pada
tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Miller, Jane E., 2009. Mother’s Education and Children’s Nutritional Status: New Evidence
From Cambodia. Diunduh dari www.adb.org/Documents/Periodicals/ADR/.../ADR-Vol26-1-
Miller.pdf pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Notoatmodjo S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata. Jakarta :
Salemba Medika
Owor, M., 2000. Socio-Economic Risk Factors For Severe Protein Energy Malnutrition Among
Children In Mulago Hospital, Kampala. Diunduh dari
ajol.info/index.php/eamj/article/view/46691/33081 pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Pudjiadi, S., 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Rasanen, M., 2007. Impact of Nutrition Counselling on Nutrition Knowledge and nutrition
Intake of 7-to-9-y-old Children in An Atherosclerosis Prevention Project. Diunduh dari
www.nature.com › Journal home › Archive › Original Communications pada tanggal 20 Januari
2011 pukul 21.30
Rice, F.P., 1996. The Adolesent : Development, Relationship and Culture, Massachusetts :
Alyn Bacon
Shariff, Zalilah Mohd., Nutrition Education Intervention Improves Nutrition Knowledge
Attitude and Practices of Primary School Children : A Pilot Study. Diunduh dari
http://www.aahperd.org/aahe/publications/iejhe/loader.cfm?csModule=security/getfile&pageid
=27313 pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta : CV. Sagung Seto
Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit CV Alfabeta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarna, Eman. 2001. Comparison of the Nutritional Status of Under-Five Children from
Health Centers with Different Performance in East Sumba District, East Nusa Tenggara
Province, Indonesia. Diunduh dari www.gizi.net
pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
Walsh, S.M., 2001. The Impact of A Nutrition Education Programme On The Anthropometric
Nutritional Status of Low-Income Children in South Africa.
Diunduh dari
http://journals.cambridge.org/download.php?file=/PHN/PHN5_01/S1368980002000022a.pdf&
code=517815bdb2eb238e13924f0d065b8fde pada tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.30
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nutrisi atau gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai substansi organik untuk menormalkan
fungsi atau keadaan tubuh.Pada umumnya nutrisi sering didapat pada makanan oleh karena itu
kata atau makanan yang mengandung atau membahas tentang nutrisi semakin berkembang
seiring berkembangnya zaman.
2. Saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang konsep dasar pemenuhan kebutuhan
nutrisi.makalah ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas
wawasan kita
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik edisi 7. Jakarta
: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan aplikasi dalam praktik.
Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika