Anda di halaman 1dari 25

Departemen Keperawatan Dasar

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


DASAR NUTRISI DI RUANG PERAWATAN NON INFEKSI PARU & HIV
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh:
RADEN SRI HASRIANTI
NIM: 70900123012

PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………..) (…………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
KONSEP KEBUTUHAN

A. Pengertian
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pegolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. (Hidayat & Uliyah, 2015)
Nutrisi adalah bahan organik dan anorganik yang terdapat dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat befungsi dengan baik.
Nutrisi dibutuhkan oleh tubuh untuk memperoleh energi bagi aktivitas
tubuh, membentuk sel dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia di dalam tubuh. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
Nutrisi merupakan proses pemasukan makanan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh. (Alimul, 2015)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan Nutrisi adalah salah
satu zat organisme yang sangat penting untuk meningkatkan energi dalam
tubuh.

B. Anatomi dan Fisiologi


a. Saluran Pencernaan
1) Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara
gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di
dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui
pegunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilum
yang terkandung dalam makanan menjadi maltosa.
2) Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut, dan laring. Faring langsung berhubungan
dengan esofagus sebuah tabung yang akan memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 cm di belakang trakea, di depan tulang
punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma
yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung
dengan lambung.
3) Esofagus
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti
silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2cm dengan
kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal,
sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan
masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah
gerakan balik sisi ke organ bagian atas, yaitu esofagus. Proses
penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendorkan dan yang
dibelakang makanan berkontraksi.
4) Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas
(fundus), bagian utama dan bagian bawa berbentuk horizontal
(antrum pilorik). Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris
serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung
adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai
dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah
memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat
bercampur dengan sama lambung.
5) Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang
kurang lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus halus terdiri
atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih
25cm, jejenum dengan panjang kurang lebih 2m, dan ileum
dengan panjang kurang lebih 1m atau 3/3 akhir dari usus. Fungsi
usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi
chyme dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan
diabsorbsi didalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini
terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin
A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
6) Usus Besar
Usus besar juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari
usus halus yang dimulai dari katup ileosaekal yang merupakan
tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang
lebih 1,5 m. Kolon terbagi atas yaitu asenden, transversum,
desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira
kira 10cm dari usus besar. Fungsi utama kolon adalah
mengabsorpsi air (kurag lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan
sedikit glukosa.
b. Organ Aksesori
1) Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh yang terletak di
bagian paling atas rongga abdomen, disebelah kanan dibawah
diafragma. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu,
fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel
darah merah, dan menyimpan glikogen.
2) Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti
kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan
permukaan bawah hati sampai pinggiran depan. Fungsi kantong
empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekat
cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
ptimum enzim-enzim pada usus halus mengemulsi garam-garam
empedu, mengemulsi lemak, mengekresi bebrapa zat yang tak
digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses.
3) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti
kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15cm.
Panckreas terdiri atas 3 bagian yaitu bagian kepala pankreas yang
paling lebar, badan pankreas yang letaknya dibelakang lambung
dan didepan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor yang
merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang
dilakukan oleh sel sekrotori yang membentuk getah pankreas
berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar di
antara elveoli pankreas. (Hidayat & Uliyah, 2015)

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketidakseimbangan Nutrisi


a. Faktor fisiologis, merupakan faktor yang terkait dengan proses
pencernaan atau intake makanan.
1) Intake nutrisi, intake nutriri yang tidak kurang dari kebutuhan
tubuh menimbulkan kekurangan nutrisi, demikian juga sebaliknya
jika intake nutrisi berlebihan juga menimbulkan
ketidakseimbangan nutrisi, seperti overweight, obesitas.
2) Kemampuan pencernaan dan absorpsi makanan, nutrien dapat
digunakan untuk energi dan kebutuhan tubuh lain harus terlebih
dahulu dicerna dan diabsorpsi. Kemampuan mencerna dan
mengabsorpsi makanan dipengaruhi oeh adekuatnya fungsi organ
pencernaan.
3) Kebutuhan metabolik, meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh pada
kondisi tertentu dapat memengaruhi status nutrisi seperti pada :
a) Masa pertumbuhan yang cepat seperti bayi, remaja maupun
keadaan hamil
b) Meningkatnya metabolisme seperti pada hipertiroid, infeksi,
atau aktivitas.
c) Stres, seperti adanya ketakutan, trauma, dan pembedahan
d) Penyakit tertentu, seperti kanker dan AIDS
b. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan seeprti waktu makan pada jam tertentu, makan
bersama, cara penyajian makanan, jenis makanan pasien, jika
mengalami perubahan maka dapat memengaruhi selera dan intake
makan.
c. Budaya dan keyakinan
Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam lingkungan
mesyarakat tertentu dalam mengonsumsi makanan menimbulkan tidak
adekuatnya status nutrisi.
d. Kemampuan ekonomi atau tersedianya dana
Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang
dengan intake makanan juga otomatis berkurang.
e. Penggunaan obat-obatan dan interaksi nutrisi
Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi
yang dapat menghambat intake makanan maupun absorpsi nutrien.
f. Jenis kelamin
Kebutuhan nutrisi laki laki dengan perempuan berbeda. Hal ini
berkaitan dengan meningkatnya aktivitas, BMR, maupun besarnya
massa otot.
g. Pembedahan
Keadaan luka dan proses penyembuhan luka, membutuhkan lebih
banyak nutrien. Demikian juga pada pembedahan saluran pencernaan
juga berpotensi tidak adekuatnya intake makanan. (Wartonah &
Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5,
2015)
D. Elemen – Elemen Nutrisi
a. Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai
dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan
kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam
bentuk glikogen.
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gisi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan
antibodi.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan
jumlah kalori lebih besar daripada karbohidrat dan protein.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat
berperan dalam proses metabolisme dalam fungsinya sebagai
katalisator.
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya
sebagai katalis dalam reaksi biokima. Mineral dan vitamin tidak
menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan
dalam mempertahankan proses tubuh.
f. Air
Air merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh. (Wartonah & Tarwoto, 2011)

E. Masalah – Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi


a. Kelebihan berat badan atau overweight
Merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan
ideal. Untuk menentukan status overweight dipakai ukuran Indeks
Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan membandingkan
perhitungan berat badan ideal. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
b. Obesitas
Merupakan kondisi dimana terjadi penimbunana lemak tubuh dalam
jumlah yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan jauh
melebihi dari normal. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
c. Berat badan kurang atau underweight
Merupakan kondisi dimana berat beadan kurang dari normal, yaitu
kurang dari 10% dari berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5.
Kondisi yang menyebabkan berat badan kurang adalah asupan nutrisi
yang kurang seperti pembatasan makanan, ketidakmampuan
menyediakan makanan, pecandu alkohol dan obat terlarang, serta
berbagai penyakit seperti hipertiroid, cacingan, TBC paru, penyakit
kanker, dan penyakit infeksi. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
d. Malnutrisi
Merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Hidayat & Uliyah,
2015)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi
adalah sebagai berikut :
a. Kadar total limfosit
b. Albumin sensim
c. Zat besi
d. Trans form serum
e. Kogatinim
f. Hemoglobin
g. Hematoksit
h. Keseimbangan nitrogen
G. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi Internal
Merupakan makanan yang dberikan dalam saluran gastriotestinal.
Nutrisi eksternal merupakan metode yang dipilih unutk memenuhi
kebutuhan kebutuhan nutrisi klien apabila saluran gastrointestinal
berfungsi dengan pemberian dukungan psiologis, keamanan dan
nutrisi secara ekonomi.
b. Nutrisi parenteral
Merupakan bentuk nutrisi khusus yang mendukung zat gizi yang
diberikan secara intravena. Pemberian yang sama pada nutrisi bentuk
ini tergantung pada pengkajian kebutuhan nutrisi yang tepat
(Pengestutu, S.H. 2018)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan dan diet
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus ?
3) Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya ?
4) Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatan diet seperti
luka bakar dan demam ?
5) Apakah ada toleransi makan atau minum tertentu ?
b. Faktor yang memengaruhi diet
1) Status kesehatan
2) Kultur dan kepercayaan
3) Status sosial ekonomi
4) Faktor psikologis
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Keluhan utama
1) Tidak nafsu makan, mual atau muntah
2) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan
3) Kelemahan fisik
4) Penurunan berat badan
5) Kesulitan menelan
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik : apatis, lesu
2) Berat badan : obesitas, kurus
3) Otot : fleksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja
4) Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun
5) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver atau limpa
6) Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100kali/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi
7) Rambut : kusamg, kering, pudar kemerahan, tipis, pecah atau
patah-patah
8) Kulit : kering, pucat, iritasi, ptekie, lemak di subkutan tidak ada
9) Gusi : perdarahan, peradangan
10) Pengukuran antropometri :
a) Berat badan ideal (TB-100) ± 10%
b) Lingkar pergelangan tangan
c) Lingkar legan atas (MAC) : nilai normal; wanita 28,5 cm dan
pria 28,3 cm
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : nilai normal; wanita
16,5-18cm , pria 12,5-16,5 cm
e. Laboratorium
1) Albumin (nilai normal 4-5,5 mg/100ml)
2) Transferin (nilai normal 170-25 mg/100ml)
3) Hb (nilai normal 12 mg%)
4) BUN (nilai normal 10-20 mg/100 ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal : wanita 0,5-1,0
mg/100ml, lakilaki 0,6-1,3 mg/100ml).

2. Diagnosis Keperawatan ( PPNI, 2017)


Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan , pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan.
a. Berat Badan Lebih
1) Definisi
Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai
dengan usia dan jenis kelamin.
2) Penyebab
a) Kurang aktifitas fisik harian
b) Kelebihan konsumsi gula
c) Gangguan kebiasaan makan
d) Gangguan persepsi makan
e) Kelebihan konsumsi alkohol
f) Penggunaan energi kurang dari asupan
g) Sering mengemil
h) Sering memakan makanan berminyak/berlemak
i) Faktor keturunan (mis. Distribusi jaringan adiposa,
pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid,
lipolysis)
j) Penggunaan makanan formula atau makanan campuran (pada
bayi)
k) Asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
l) Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama
masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan
tahun pertama)
m) Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5
bulan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Obektif
(1) IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan Panjang
badan lebih dari persentil 95 (pada anak < 2 tahun) atau
IMT pada presentil ke 85 – 95 (pada anak 2 – 18 tahun)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
b. Defisit Nutrisi
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2) Penyebab
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Cepat kenyang setelah makan
(2) Kram/nyeri abdomen
(3) Nafsu makan menurun

b) Objektif
(1) Bising usus hiperaktif
(2) Otot pengunyah lemah
(3) Otot menelan lemah
(4) Membran mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare
c. Disfungsi Motilitas Gastrointetinal
1) Definisi
Peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktivitas
peristaltik gastrointestinal.
2) Penyebab
a) Asupan enteral
b) Intoleransi makanan
c) Imobilisasi
d) Makanan kontaminan
e) Malnutrisi
f) Pembedahan
g) Efek agen farmakologis (mis. Narkotik/opiate, antibiotic,
laksatif, anestesi)
h) Proses penuaan
i) Kecemasan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Mengungkapkan flatus tidak ada
(2) Nyeri/kram abdomen
b) Objektif
Suara peristaltik berubah (tidak ada, hipoaktif, atau hiperaktif)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
Merasa mual
b) Objektif
(1) Residu lambung meningkat/menurun
(2) Muntah
(3) Regurgitasi
(4) Pengosongan lambung cepat
(5) Distensi abdomen
(6) Diare
(7) Feses kering dan sulit keluar
(8) Feses keras
d. Kesiapan Peningkatan Nutrisi
1) Definisi
Pola ekuilibrium antara volume cairan dan komposisi kimia cairan
tubuh yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan dapat
ditingkatkan.
2) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Mengekspresikan keninginan untuk meningkatkan
keseimbangan cairan
b) Objektfi
(1) Membran mukosa lembab
(2) Asupan makanan dan cairan adekuat untuk kebutuhan
harian
(3) Turgor jaringan baik
(4) Tidak ada tanda edema atau dehidrasi
3) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Urine berwarna kuning dengan berat jenis dalam rentang
normal
(2) Haluaran urin sesuai dengan asupan
(3) Berat badan stabil
e. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
1) Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.
2) Penyebab
a) Hiperglikemia
(1) Disfungsi pancreas
(2) Resistensi insulin
(3) Gangguan toleransi glukosa darah
(4) Gangguan glukosa darah puasa
b) Hipoglikemia
(1) Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
(2) Hyperinsulinemia (mis. Insulinoma)
(3) Endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitary)
(4) Disfungsi hati
(5) Disfungsi ginjal kronis
(6) Efek agen farmakologis
(7) Tindakan pembedahan neoplasma
(8) Gangguan metabolik bawaan (mis. Gangguan
penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan
penyimpanan glikogen)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Hipoglikemia
(a) Mengantuk
(b) Pusing
(2) Hiperglikemia
(a) Lelah atau lesu
b) Objektif
(1) Hipoglikemia
(a) Gangguan koordinasi
(b) Kadar glukosa dalam darah/urin darah
(2) Hiperglikemia
(a) Kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
(b)
4) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Hipoglikemia
(a) Palpitasi
(b) Mengeluh lapar
(2) Hiperglikemia
(a) Mulut kering
(b) Haus meningkat
b) Objektif
(1) Hipoglikemia
(a) Gemetar
(b) Kesadaran menurun
(c) Perilaku aneh
(d) Sulit bicara
(e) Berkeringat
(2) Hiperglikemia
(a) Jumlah urin meningkat
f. Obesitas
1) Definisi
Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai
dengan usia dan jenis kelamin, serta melampaui kondisi berat
badan lebih (overweight).
2) Penyebab
a) Kurang aktivitas fisik harian
b) Kelebihan konsumsi gula
c) Gangguan kebiasaan makan
d) Gangguan persepsi makan
e) Kelebihan konsumsi alkohol
f) Penggunaan energi kurang dari asupan
g) Sering mengemil
h) Sering memakan makanan berminyak/berlemak
i) Faktor keturunan
j) Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada
bayi
k) Asupan kalsium rendah pada anak-anak
l) Berat badan bertambah cepat
m) Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5
bulan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
IMT >27 kg/m2 (pada dewasa) atau lebih dari presentil ke 95
untuk usia dan jenis kelamin (pada anak)

4) Gejala dan Tanda Minor


a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Tebal lipatan kulit trisep >25 mm

3. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)


Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan
klien individu, keluarga, dan komunitas.
a. Manajemen Berat Badan
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola berat badan agar dalam rentang
optimal.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Berat Badan membaik dengan kriteria hasil :
a) Berat badan membaik
b) Tebal lipatan kulit membaik
c) Indeks massa tubuh membaik
3) Tindakan
a) Observasi
Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat memengaruhi
berat badan
b) Terapeutik
(1) Hitung berat badan ideal pasien
(2) Hitung presentase lemak dan otot pasien
(3) Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
c) Edukasi
(1) Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan penurunan berat badan
kurang
(2) Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan berat badan
kurang
(3) Anjurkan mencatat berat baan setiap minggu, jika perlu
(4) Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas
fisik dan perubahan berat badan
b. Manajemen Nutrisi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Status Nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Berat badan membaik
c) Indeks massa tubuh (IMT) membaik
d) Frekuensi makan membaik
e) Nafsu makan membaik
f) Bising usus membaik
g) Tebal lipatan kulit trisep membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi status nutrisi
(2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(3) Identifikasi makanan yang disukai
(4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
(5) Monitor asupan makanan
(6) Monitor berat badan
(7) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
(1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
(2) Sajikan makanan secara mekanik dan suhu yang sesuai
(3) Berikan makanan tinggi serat utuk mencegah konstipasi
(4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
(5) Berikan suplemen makanan, jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
(2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
c. Edukasi Nutrisi
1) Definisi
Memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Status Nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Berat badan membaik
c) Indeks massa tubuh (IMT) membaik
d) Frekuensi makan membaik
e) Nafsu makan membaik
f) Bising usus membaik
g) Tebal lipatan kulit trisep membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan
dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
(2) Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi,
tabel makanan penukar, cara mengelola, cara menekar
makanan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Edukasi
(1) Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan,
makanan yang harus dihindari, kebutuhan jumlah kalori,
jenis makanan yang dibutuhkan pasien
(2) Ajarkan cara melaksanakan diet seuai program
(mis.makanan tinggi protein, rendah garam, rendah kalori)
(3) Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum memberikan
makan (mis.perawatan mulut, penggunaan gigi palsu, obat-
obat ang harus diberikan sebelum makan)
(4) Demonstrasikan cara membersihkan mulut
(5) Demonstrasikan cara mengatur posisi saat makan
(6) Ajarkan pasie dan keluarga memantau kondisi kekurangan
nutrisi
(7) Anjurkan mendemonstrasikan cara memberi makan,
menghitung kalori, menyiapkan makanan sesuai program
diet.
d. Manajemen Hiperglikemia
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah diatas
normal.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Kestabilan Kadar Glukosa Darah meningkat dengan kriteria hasil :
a) Koordinasi meningkat
b) Mengantuk menurun
c) Pusing menurun
d) Lelah/lesu menurun
e) Rasa lapar menurun
f) Kadar glukosa dalam darah membaik
g) Kadar glukosa dalam urine membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
(2) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis.penyakit kambuhan)
(3) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
(4) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise pandangan kabur,
sakit kepala)
(5) Monitor intake dan output cairan
(6) Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
b) Terapeutik
(1) Berikan asupan cairan oral
(2) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
(3) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
c) Edukasi
(1) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
(2) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
(3) Ajarkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
(4) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan penggantian karbohidrat,
dan bantuan profesional kesehatan)
d) Kolaborasi
(1) Kolabirasi pemberian insulin, jika perlu
(2) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
(3) Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
e. Edukasi Berat Badan Efektif
1) Definisi
Memberikan informasi tentang berat badan dan persentase lemak
tubuh yang optimal.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Berat Badan membaik dengan kriteria hasil :
a) Berat badan membaik
b) Tebal lipatan kulit membaik
c) Indeks massa tubuh membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan medis edukasi
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
c) Edukasi
(1) Jelaskann hubungan asupan makanan, latihan, peningkatan
dan penurunan berat badan
(2) Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat
badan
(3) Jelaskan risiko kondisi kegemukan dan kurus
(4) Ajarkan cara mengelola berat badan secara efektif
(5) Jelaskan kebiasaan, tradisi dan budaya, serta faktor genetik
yang mempengaruhi berat badan

4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi - intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb,
Berman, & J.Snyder, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi
dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang
diinginkan dan direncanakan keperawatan. (Potter & Perry, 2012)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil. (Saryono &
Widianti, 2014)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan
secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi
2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusi Buku
2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2012). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1. Jakarta: ECG.

Potter, & Perry. (2012). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI.

Saryono, & Widianti, A. T. (2014). Catatan Kuliah Kebtuuhan Dasar Manusia


(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai