Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PASIEN SAFETY

(KRITERIA MONITORING DAN EVALUASI PASIEN SAFETY)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
GHEFIRA NURUL HAK
IBNA SABRINA
MAGFIRAH SUKRANI
AUDINI HASANAH HARAHAP

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA


MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kriteria monitor dan evaluasi pasien safety” dengan tepat waktu.Tidak
lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian monitoring dan evaluasi...................................................3

B. Kriteria monitoring dan Evaluasi Patient Safety……………………... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................6

B. Saran..................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negeri dengan penduduk yang cukup padat, namun


memiliki akses unit kesehatan yang tidak mampu melayani hingga ke daerah
kepelosok. Banyaknya masalah kesehatan yang terjadi hingganya banyaknya
angka kematian di indonesia merupakan salah satu kacamata yang
memperihatinkan di negeri ini. Tingginya angka kematian disebabkan oleh
beberapa faktor seperti jauhnya akses unit kesehatan, terbatasnya sarana dan
prasarana tingginya biaya kesehatan, dan kesalahan petugas unit kesehatan
terkait. Maraknya mal praktik yang disengaja maupun yang tidak disengaja baik dari
profesi kesehatan apapun membuat pemerintah mengambil kebijakan bahwa
perlunya setiap unit kesehatan kecil maupun besar mencanangkan program
kesehatan pasien atau disebut patient safety.
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju
yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi
juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi
tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh
Indonesia. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah
sakit agar dapat menjalankan spirit keselamatan pasien secara utuh.

1
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah
sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya
dilaksanakan secara normatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kriteria monitoring Rumah Sakit?
2. Bagaimana kriteria monitoring Provinsi?
3. Bagaimana kriteria monitoring Pusat?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kriteria monitoring Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui kriteria monitoring provinsi
3. Untuk mengetahui kriteria monitoring pusat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi


Monitoring sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu
program dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan
cara mendengar, melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta
perkembangan program tersebut.

Dalam seri monograf 3, UNESCO Regional Office for Education in Asia and the
Pasific, dijelaskan bahwa monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin
untuk mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program sebagaimana
telah direncanakan, waktu pelaksanaan program sebagai mana telah dijadwalkan,
dan kemajuan dalam mencapai tujuan program. Suherman dkk (1988) menjelaskan
bahwa monitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti
perkembangan suatu program yang dilakukan secara mantap dan teratur serta terus
menerus.

Evaluasi adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen, evaluasi


dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap
pelaksanaan program. Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan
atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang dan atau setelah program
dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan
rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.

Evaluasi adalah proses untuk menentukan nilai atau harga dari sebuah program,
kursus, atau prakarsa lainnya menuju pada tujuan akhir yaitu menghasilkan
keputusan mengenai penerimaan, penolakan atau perbaikan inovasi. Berbeda
dengan assessment atau penilaian, yang meliputi metode untuk mengukur atau

3
menguji kinerja dalam suatu kompetensi. Evaluasi adalah istilah yang lebih
menyeluruh, sering menggunakan data penilaian sebagai tambahan terhadap jenis
data lainnya yang dijadikan sumber.

B. Kriteria Monitoring dan Evaluasi Patient Safety


Kementrian Kesehatan telah menetapkan beberapa kriteria monitoring dan
evaluasi dilayanan Kesehatan.
1. Di Rumah Sakit
a. Rumah Sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit,dengan susunan organisasi sebagai berikut :
Ketua : dokter
Anggota ; dokter,dokter gigi,perawat,tenaga kefarmasian dan tenaga
Kesehatan lainnya.
b. Rumah Sakit agar mengembangkan system informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden rumah sakit agar melakukan
pelaporan insiden ke komite keselamatan pasien.
c. Rumah sakit (KKPRS) secara rahasia rumah sakit agar memenuhi
standar keselamatan pasien rumah sakit agar memenuhi standar
keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah
mennuju keselamatan pasien rumah sakit.
d. Rumah sakit Pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat
standar-standar yang baru dikembangkan.
2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-
rumah sakit di wilayahnya.
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit.

4
4. Di Pusat
a. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah
perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
b. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke
Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota,PERSI Daerah dan rumah
sakit Pendidikan dengan jejaring Pendidikan.
d. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Monitoring dan Evaluasi patient safety dapat dilakukan oleh rumah sakit,
komisi akreditasi rumah sakit (KARS), komite keselamatan pasien rumah sakit
(KKP-RS), dan perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia (PERSI). Selain itu
kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan di rumah sakit, di provinsi Kabupaten/kota
serta di pusat.
Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu hak pasien,
mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan kesimbungan pelayanan,
penggunaan metode – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan
komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
pengetahuan tentang monitoring dan evaluasi patient safety dan dapat menjadikan
referensi bagi kita semua. Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik
dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-
makalah kami selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Panduan Nasional Keselamatan


Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).

Modul Manajemen Patient Safety. 2013. Termuat dalam elearning.medistra.ac.id. diakses pada
tanggal 24 September 2022 Pukul 18.30 WITA.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan


Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2).

Anda mungkin juga menyukai