Anda di halaman 1dari 15

I.

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Istirahat dan Tidur


A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap
individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang,
rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan
gelisah. Dalam arti lain istirahat berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Sedangkan pengertian
tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang
dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan
yang cukup. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari
kecemasan dan tenang secara fisik. Istirahat tidak selalu
berbaring ditempat tidur. Namun dapat berupa membaca buku,
melihat televisi. Sesuai istirahat, mental dan fisik menjadi segar.
Tidur merupakan perubahan status kesadaran berulang ulang
pada periode tertentu. Tidur memberikan waktu perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh. Perawat membantu klien
mengambangkan perilaku komdusif untuk istirahat dan relaksasi.
(Saryono & Widianti, 2019)
2. Fisiologi Tidur
a. Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang- malam disebut irama sirkardian.
Irama sirkardian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi
biologis utama seperti suhu tubuh, denyut jantung, tekanan
darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana
hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor
eksternal ( aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan).
b. Tahapan Tidur
Dua fase tidur normal : NREM (pergerakan mata yang tidak
cepat) dan REM (pergerakan mata yang cepat)
1) Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahapan
ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah
terbangun karena suara.
2) Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga
untuk bangun pun sulit. Tahap ini berakhir 10-20 menit.
Fungsi tubuh menjadi lambat.
3) Tahap 3 : NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot-otot menjadi
relaks penuh sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang
bergerak. Tanda tanda vital menurun namun teratur.
4) Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit
dibangunkan. Jika kurang tidur, individu akan
menyeimbangkan porsi tidurya pada tahap ini.
5) Tidur REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon
pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasidan peningkatan tekanan darah.
(Saryono & Widianti, 2019)
3. Karakteristik Istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat diantaranya yaitu :
a. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
e. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang
mempunyai tujuan
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan (Hidayat &
Uliyah, 2018)
4. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Istirahat dan Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti
gaduh, maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada manahan
kantuk.
d. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan
saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan
lekas marah.
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan
tidur antara lain sebagai berikut :
1) Diuretik : menyebabkan insomnia
2) Antidepresan : menyupresi REM
3) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
4) Beta-bloker : menimbulkan insomnia
Narkotika : menyupresi REM . (Wartonah & Tarwoto, 2017)
5. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas
dan kuantitas tidur. Tiga macam insomsia, yaitu : insomnia
inisial (initial insomnia) adalah tidak adanya
ketidakmampuan untuk tidur ; insomnia intermiten
(intermitent insomnia) merupakan ketidakmampuan untuk
tetap mempertahankan tidur karena sering terbangun ; dan
insomnia terminal (terminal insomnia) adalah bangun lebih
awal, tetapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab
insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan
kebiasaan minum alkohl dalam jumlah banyak.
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam,
biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi,
beberapa penyakit ginjal, hati, dan metabolisme.
c. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur
anak, seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
d. Narkolepsi
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan
yang terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada
saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal,
juga tidak terdapat gas darah atau endektrin.
e. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur,
namun bila disertai apnea maka dapat menajdi masalah.
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran
udara di hidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-
otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode
apnea berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi
sebelum tidur REM. (Wartonah & Tarwoto, 2017)

B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian (Wartonah & Tarwoto, 2017)
a. Riwayat Keperawatan
1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan
pada : waktu tidur, jumlah jam tidru, kualitas tidur, apakah
mengalami kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur,
apakah mengalami mimpi yang mengancam
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah
merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang
tidur
3) Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum
tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu
tidur.
4) Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis
gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.
b. Keluhan utama pasien
1) Ketidakmampuan memejamkan mata
2) Ketidakmampuan tidur dengan nyenyak, sering terganggu
oleh tindakan medis dan perawatan, lingkungan yang
tidak mendukung untuk tidur.
3) Tidak sesuai pola tidur pasien
4) Pasien mengatakan tidak bisa tidur
c. Pemeriksaan fisik
1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi
pasien
2) Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan
konjungtiva merah
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Elektroensefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)
2. Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2017)
a. Gangguan Pola Tidur
1) Definisi
Ganggau kulaitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (mis. kelebapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan,
bau tidak sedap, jadwal pemantaun /pemeriksaan
/tindakan)
b) Kurangnya kontrol tidur
c) Kurangnya privasi
d) Restrain fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan perlatan tidur
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Mengeluh sulit tidur
(2) Mengeluh sering terjaga
(3) Mengeluh tidak puas tidur
(4) Mengeluh pola tidur berubah
(5) Mengeluh istirahat tidak cukup
b) Objektif
(tidak tersedia)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
Mengeluh kemampuan aktivitas menurun
b) Objektif
(tidak tersedia)
b. Keletihan
1) Definisi
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
pulih dengan istirahat.
2) Penyebab
a) Gangguan tidur
b) Gaya hidup monoton
c) Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit
terminal, anemia, malnutirsi, kehamilan)
d) Program pengobatan/perawatan jangka panjang
e) Peristiwa hidup negatif
f) Stres berlebihan
g) Depresi
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
(2) Merasa kurang tenaga
(3) Mengeluh lelah
b) Objektif
(1) Tidak mampu merpertahankan aktivitas rutin
(2) Tampak lesu
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Merasa bersalah akibat tidak mampu mejalankan
tanggung jawab
(2) Libido menurun
b) Objektif
Kebutuhan istirahat meningkat
c. Kesiapan Peningkatan Tidur
1) Definisi
Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya
hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan .
2) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan
tidur
(2) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah
tidur
b) Objektif
(1) Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan
3) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
Tidak menggunakan obat tidur
b) Objektif
Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan
kebiasaan tidur
3. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)
a. Dukungan Tidur
1) Definisi
Memfasilitasi siklur tidur dan terjaga yang teratur.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Pola Tidur membaik dengan kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan tidak puas tidur menurun
d) Keluhan pola tidur berubah menurun
e) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
(2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
(3) Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis.kopi, teh, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur)
(4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
b) Terapeutik
(1) Modifikasi lingkungan (mis.pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
(2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
(3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
(4) Tetapkan jadwal tidur rutin
(5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posis, terapi
akupresur)
(6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
c) Edukasi
(1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
(2) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
menganggu tidur
b. Edukasi Aktivitas/Istirahat
1) Definisi
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil :
a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat
b) Tenaga meningkat
c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
d) Verbalisasi lelah menurun
e) Lesu menurun
3) Tindakan
a) Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Teraperutik
(1) Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
dan istirahat
(2) Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya
c) Edukasi
(1) Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
(2) Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
(3) Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
(mis. kelelahan, sesak napas saat aktiivtas)
c. Manajemen Energi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Tingkat Keletihan menurun dengan kriteria hasil :
a) Verbalisasi kepulihan energi meningkat
b) Tenaga meningkat
c) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
d) Verbalisasi lelah menurun
e) Lesu menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
(2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
(3) Monitor pola dan jam tidur
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan ynaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya, suara, kunjungan)
(2) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
(3) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
berpindah atau berjalan
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
(2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
(4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
d) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi-intervensi keperawatan.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman,
& J.Snyder, 2018)
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan
dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
(Wartonah & Tarwoto, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan
dan hasil yang diinginkan dan direncanakan keperawatan.
(Potter & Perry, 2019)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat
harus mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak
berhasil. (Saryono & Widianti, 2019)
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelnajutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
(Kozier, Erb, Berman, & J.Snyder, 2018)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & J.Snyder, S. (2018). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2019). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.


Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Widianti, A. T., & Saryono. (2019). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai