Anda di halaman 1dari 30

I.

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Psikososial Spiritual


A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah
kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi
dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap
sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang.
Secara umum, konsep diri adalah semua tanda, keyakinan, dan
penderita yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang
dirinya yang dapat memengaruhi hubungannya dengan orang
lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2
Buku 1, 2018) .
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti
bernafas atau angin. Spiritual merupakan suatu yang
dipercayakan oleh seseorang dalam hubungannya dengan
kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu
kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan dan
permohonan maaf atas segala yang pernah diperbuat.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan
atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban
agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa
percaya dengan tuhan. (Haswita & Sulistyowati, Kebutuhan
Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan,
2017)
2. Tahap Perkembangan
a. Psikososial (konsep diri)
Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat
dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1) Usia 0-1 tahun
(a) Menumbuhkan rasa percaya diri konsentrasi dalam
kinteraksi pengasuhan dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh orang tua atau orang lain
(b) Membedakan dirinya dari lingkungan.
2) Usia 1-3 tahun
(a) Mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak
sukai
(b) Meningkatnya kemandirian dalam berpikir dan
bertindak
(c) Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
(d) Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang
dikagumi, menuri, dan bersosialisasi
3) Usia 3-6 tahun
(a) Memiliki inisiatif
(b) Mengenali jenis kelamin
(c) Meningkatna kesadaran diri
(d) Meningkatnya keterampilan berbahsa, termausk
pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa,
dan sebagainya.
4) Usia 6-12 tahun
(a) Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan
guru, keluarga tidak lagi dominan
(b) Meningkatnya harga diri dengan penguasaan
keterampilan baru (misalnya membaca, matematika,
olahraga, musik)
(c) Menguatna identitas seksual
(d) Menyadari kekuatan dan kelemahan
5) Usia 12-20 tahun
(a) Menerima perubahan tubuh/kedewasaan
(b) Belajar tentang sikap, nilai, dan keyakinan,
menentukan tujuan masa depan
(c) Merasa positif atas berkembangnya konsep diri
(d) Berinteraksi dengan orang – orang yang menurutnya
menarik secara seksual atau intelektual
6) Usia 20-40 tahun
(a) Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan
orang orang lain
(b) Memiliki perasaan yang stabil dan positif mengenai diri
(c) Mengalami keberhasilan transisi peran dan
meningkatnya tanggung jawab
7) Usia 40-60 tahun
(a) Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahuan
fisik
(b) Mengevaluasi ulang tuuan hidup
(c) Merasa nyaman dengan proses penuaan
8) Usia diatas 60 tahun
(a) Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
(b) Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi
generasi berikutnya (Hidayat & Uliyah, Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 1, 2018)
b. Spiritual
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s
dibagi kedalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur,
yaitu :
1) Usia anak anak
Merupakan tahap perkembangan berdasarkan
pengalaman. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah
mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari
jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2) Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang
ditandai dengan adanya pertisipasi aktif pada aktivitas
keagamaan.perkembangan spiritual pada masa ini sudah
mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan
spiritual seperti keinginan memulai meminta atau berdoa
kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai
membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau
kepercayaan.
3) Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali
dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau
kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai
bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini,
timbul perasaan akan penghargaan terhadap
kepercayaannya.
4) Usia pertengahan dewasa
Merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya
kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih
mengerti akan kepercayaan dirinya. (Haswita &
Sulistyowati, Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan, 2017)
3. Faktor – Faktor Yang mmepengaruhi Keutuhan
a. Psikososial
1) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah fisik dan
lingkungan psikologis. Lingkungan fisik adalah segala
sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri,
sedangkang lingkungan yang dapat menunjang
kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat
memengaruhi perkembangan konsep diri.
2) Pengalaman masa lalu
Adanyan umpan baik dari orang-orang penting, situasi
stresor sebelumnya, peghargaan diri dan pengalaman
sukses atau gagal sebelumnya, penting dalam hidup, atau
faktor yang berkaitan dengan masalah stresor, usia, sakit
yang diderita, atau trauma, semuanya dapat
memengaruhi perkembangan konsep diri.
3) Tingkat tumbuh kembang
Adanya dukungan mental yang cukup akan
membentuk konsep diri yang cukup baik. Sebaliknya,
kegagalan selama masa tumbuh kembang akan
membentuk konsep diri yang kurang memadai. (Hidayat &
Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2
Buku 1, 2018)
b. Spiritual
1) Perkembangan
Usia perkembangan dapat menentukan proses
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap
perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap tuhan.
2) Keluarga
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam
memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki
ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Ras/suku
Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang
berbeda-beda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan
spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
4) Agama yang dianut
Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh
seseorang dapat menentukan arti pentingya kebutuhan
spiritual
5) Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan
selalu mendekatkan drii kepada penciptanya.
4. Masalah Kebutuhan
a. Psikososial
1) Gangguan identitas diri
a) Perubahan perkembangan
b) Trauma
c) Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya yang tidak sesuai
2) Gangguan citra tubuh
a) Hilangna bagian tubuh
b) Perubahan perkembangan
c) Kecacatan
3) Gangguan harga diri
a) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b) Kegagalan perkembangan
c) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Gangguan peran
a) Kehilangan peran
b) Peran ganda
c) Konflik peran
d) Ketidakmampuan menampilkan peran (Tarwoto &
Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5, 2017)
b. Spiritual
1) Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak yang tidak diperkirakan,
yang mengharapkan baik ancaman langsung atau jangka
panjang terhadap kesehatan dan kesejahteraan klien,
dapat menimbulkan stress spiritual yang bermakna.
2) Penyakit Kronis
Seseorang yang dengan penyakit kronis sering
menderita gejala yang melumpuhkan dan menganggu
kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal
mereka.
3) Penyakit Terminal
Umunya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fiisk,
ketidaktahuan dan ancaman terhadapintegritas.
4) Individuasi
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering
mengajukan pertanyaan untuk menemukan dan
memahami diri (mereka) sebagai hal yang berbeda tetapi
juga dalam hubungan dengan orang lain. Individuasi
digambarkan sebagai krisis pertengahan hidup,
individuasi umum pada individu usia baya.
5) Pengalaman Mendekati Kematian
Perawat atau bidan mungkin menghadapi klien yang
telah mempunyai pengalaman mendekati kematian (NDE/
Near Death Experience). NDE telah diidentifikasi sebagai
fenomena psikologis tentang individu yang baik telah
sangat dekat dengan kematian secara klinis atau mungkin
telah pulih setelah dinyatakan mati.
6) Perubahan Dalam Keanggotaan Denominasi atau
Perubahan Religi
Melakukan perkawinan dengan seseorang yang
berbeda latar belakang agamanya atau berpindah ke
suatu lingkungan yang tidak mempunyai cabang dari
kelompok keagamaan tertentu, akan merasa kehilangan
bagi individu.
7) Intensifikasi Kepatuhan terhadap Keyakinan
Intensifikasi praktik keagamaan secara sukarela
dapat menyebabkan masalah ketika seseorang tidak
merasa bebas atau tidak mengetahui bagaimana harus
membicarakan tentang aspek keagamaan atau
mengintensifikasi praktik keagamaan dalam menghadapi
rasa bersalah atau untuk menghadapi trauma yang sulit
atau kehilangan.
8) Kehilangan atau Mempertanyakan Kepercayaan
Kepercayaan adalah cara menunjukkan diri
seseorang, komunitas seseorang dan kekuatan yang lebih
tinggi sebagai pusat. (Haswita & Sulistyowati, Kebutuhan
Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan
Kebidanan, 2017)
5. Komponen Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Citra tubuh dalah sikap seseorang terhadap tubuhna
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi
dan perasaan tentang ukuran, benuk, dan fungsi penampilan
tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar perilaku. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang
dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi
ideal diri. Jika individu selalu sukses, maka harga dirinya
cenderung akan tinggi dan jika mengalami gagal harga
dirinya cenderung menjadi rendah. Harga diri diperoleh dari
diir sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan pisinya di
masyarakat.
e. Indentitas Diri
Indentitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan
sintesis dari semua aspek konsep dari sebagai suatu
kesatuan yang utuh. (Tarwoto & Wartonah, Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4, 2017)
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Psikososial
1) Pengkajian Psikologis
a) Status emosional
(1) Apakah emosi sesuai prilaku ?
(2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi ?
(3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti
biasanya ?
(4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri
khas klien ?
(5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih ?
b) Konsep diri
(1) Bagaimana klien menilai dirinya sebaagi manusia ?
(2) Bagaimana orang lain menilai diri klien ?
(3) Apakah klien suka akan dirinya ?
c) Cara komunikasi
(1) Apakah klien mudah merespon ?
(2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya ?
(3) Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam
berkomunikasi ?
(4) Apakah klien menolak untuk memberi respons ?
d) Pola interaksi
(1) Kepada siapa klien mau berinteraksi ?
(2) Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
(3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau
positif ?
2) Pengkajian Sosial
a) Pendidikan dan pekerjaan
(1) Pendidikan terakhir
(2) Keterampilan yang mmapu dilakukan
(3) Pekerjaan klien
(4) Status keuangan
b) Hubungan sosial
(1) Teman dekat klien
(2) Bagaimana klien berkecimpung dalam kelompok
masarakat ?
(3) Apakah klien verkecimpung dalam kelompok
masyarakat ?
c) Fakor sosiokultural
(1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
(2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang
agama ?
(3) Apakah bahasa klien memadai untuk
berkomunikasi dengan orang lain ?
d) Pola hidup
(1) Di mana tempat tinggal klien ?
(2) Bagaimana tempat tinggal klien ?
(3) Dengan siapa klien tinggal ?
(4) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri ?
e) Keluarga
(1) Apakah klien sudah menikah ?
(2) Apakah klien sudah mempunyai anak ?
(3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga ?
(4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga ?
(5) Bagaimana tingkat kecemasan klien ? (Tarwoto &
Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5, 2017)
b. Spiritual
Pengkajian spiritual terhadap masalah kebutuhan spiritual,
diantaranya adanya ungkapan terhadap masalah spiritual,
seperti artikehidupan, kematian, dan penderitaan, keraguan
akan kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah,
perasaan yang ksoong serta pengakuan alam. (Hidayat &
Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 1,
2018)
2. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Ansietas
1) Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2) Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi fungsi keluarga
h) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
i) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak
lahir)
j) Penyalahgunaan zat
k) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan
lain-lain)
l) Kurang terpapar informasi
3) Gejala Dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
(3) Sulit berkomunikasi
b) Obyektif
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur
4) Gejala Dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Mengeluh pusing
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
(4) Merasa tidak berdaya
b) Obyektif
(1) Frekuensi nafas meningkat
(2) Frekuensi nadi meningkat
(3) Tekanan darah meningkat
(4) Diaforesis
(5) Tremor
(6) Muka tampak pucat
(7) Suara bergetar
(8) Kontak mata buruk
(9) Sering berkemih
(10) Berorientasi pada masa lalu
b. Distres Spiritual
1) Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui
hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atatu tuhan.
2) Penyebab
a) Menjelang ajal
b) Kondisi penyakit kronis
c) Kematian orang terdekat
d) Perubahan pola hidup
e) Kesepian
f) Pengasingan diri
g) Pengasingan sosial
h) Gangguan sosio-kultural
i) Peningkatan ketergangtungan pada orang lain
j) Kejadian hidup yang tidak diharapkan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Mempertanyakan tujuan/makna hidupnya
(2) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kuran bermakna
(3) Merasa menderita/tidak berdaya
b) Obyektif
(1) Tidak mampu beribadah
(2) Marah pada tuhan
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
(2) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
(3) Merasa bersalah
(4) Merasa terasing
(5) Menyatakan telah diabaikan
b) Obyektif
(1) Menolak berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin spiritual
(2) Tidak mampu berkreativitas (mis. menyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
(3) Koping tidak efektif
(4) Tidak berminat pada alam/literatur spiritual
c. Gangguan Citra Tubuh
1) Definisi
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi fisik individu.
2) Penyebab
a) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi,
trauma, luka bakar, obesitas, jerawat)
b) Perubahang fungsi tubuh (mis. proses penyakit,
kehamila, kelumpuhan)
c) Perubahan fungsi kognitif
d) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
e) Transisi perkembangan
f) Gangguan psikososial
g) Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
b) Obyektif
(1) Kehilangan bagian tubuh
(2) Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan
bagian tubuh
(2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh
(3) Mengungkapakan kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain
(4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b) Obyektif
(1) Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan
(2) Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian
tubuh
(3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
(4) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi
tubuh
(5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
(6) Hubungan sosial berubah
d. Gangguan Indentitas Diri
1) Definisi
Tidak mampu mempertahankan keutuhan persepsi
terhadap identitas diri.
2) Penyebab
a) Gangguan peran sosial
b) Tidak terpenuhi tugas perkembangan
c) Gangguan neurologis
d) Ketidakadekuatan stimulasi sensori
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Perspesi terhadap diri berubah
(2) Bingung dengan nila-nilai nudaya, tujuan hidup,
jenis kelamin, dan/atau nila-nilai ideal
(3) Perasaan yang fluktuatif terhadap diri
b) Obyektif
(1) Perilaku tidak konsisten
(2) Hubungan tidak efektif
(3) Strategi koping tidak efektif
(4) Penampilan peran tidak efektif
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(tidak tersedia)
b) Obyektif
(tidak tersedia)
e. Harga Diri Rendah Situasional
1) Definisi
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat
ini.
2) Penyebab
a) Perubahan pada citra tubuh
b) Perubahan peran sosial
c) Ketidakadekuatan pemahaman
d) Perilaku tidak konsisten dengan nilai
e) Riwayat kehilangan
f) Riwayat penolakan
g) Transisi perkembangan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak
tertolong)
(2) Merasa malu/bersalah
(3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri
sendiri
(4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
b) Obyektif
(1) Berbicara pelan dan lirih
(2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
(3) Berjalan menunduk
(4) Postur tubuh menunduk
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
Sulit berkonsentrasi
b) Obyektif
(1) Kontak mata kurang
(2) Lesu dan tidak bergairah
(3) Pasif
(4) Tidak mampu membuat keputusan
f. Keputusasaan
1) Definisi
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan
atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada
masalah yang dihadapi.
2) Penyebab
a) Stress jangka panjang
b) Penurunan kondisi fisiologis
c) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
d) Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
e) Pembatasan aktivitas jangka panjang
f) Pengasingan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
(1) Mengungkapkan keputusasaan
b) Obyektif
(1) Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
(2) Afek datar
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Sulit tidur
(2) Selera makan menurun
b) Obyektif
(1) Berperilaku pasif
(2) Kurang inisiatif
(3) Meninggalkan lawan bicara
(4) Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan
bicara
g. Ketidakberdayaan
1) Definisi
Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi kurang
kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
2) Penyebab
a) Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau
jangka panjang
b) Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
c) Interaksi interpersonal tidak memuaskan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif
Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan
aktivitas sebelumnya
b) Obyektif
Bergantung pada orang lain
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif
(1) Merasa diasingkan
(2) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran
(3) Menyatakan kurang kontrol
(4) Menyatakan rasa malu
(5) Merasa tertekan (depresi)
b) Obyektif
(1) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
(2) Pengasingan
3. Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
a. Reduksi Ansietas
1) Definisi
Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Tingkat Ansietas menurun dengn kriteria hasil :
a) Verbalisasi kebingungan menurun
b) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
c) Perilaku gelisah menurun
d) Perilaku tegang menurun
e) Keluhan pusing menurun
f) Konsentrasi membaik
g) Pola tidur membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis.kondisi,waktu, stresor)
(2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
(3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
b) Terapeutik
(1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
(2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memunginkan
(3) Pahami situasi yang membuat ansietas
(4) Dengarkan dengan penuh perhatian
(5) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
(6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
(7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
(2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
(3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
(4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
(5) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
(6) Latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
b. Dukungan Spiritual
1) Definisi
Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan
terhubung dengan kekuatan yang lebih besar.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Status Spiritual membaik dengan kriteria hasil :
a) Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat
b) Verbalisasi kepuasaan terhadap makna hidup
meningkat
c) Verbalisasi perasaan keberdayaan meningkat
d) Perilaku marah pada Tuhan menurun
e) Kemampuan beribadah membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan
ketidakberdayaan
(2) Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
(3) Identifikasi ketaatan dalam beragama
b) Terapeutik
(1) Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan
tentang penyakit dan kematian
(2) Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung
selama masa ketidakberdayaan
(3) Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas
spiritual
(4) Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan
hidup, jika perlu
(5) Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
c) Edukasi
(1) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
c. Promosi Citra Tubuh
1) Definisi
Meningkatkan perbaikan perubahan persepsi terhadap
fisik pasien.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Citra Tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
a) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh
menurun
b) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi
orang lain menurun
c) Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun
d) Melihat bagian tubuh membaik
e) Menyentuh bagian tubuh membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
(2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan
umur terkait citra tubuh
(3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri
sendiri
b) Terapeutik
(1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
(2) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka, penyakit, pembedahan)
(3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
(4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
c) Edukasi
(1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap
citra tubuh
(2) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.pakaian,
wig, kosmetik)
(3) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
(4) Latih peningkatan penampilan diri (mis.berdandan)
d. Orientasi Realita
1) Definisi
Meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu,
dan lingkungan.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Identitas Diri membaik dengan kriteria hasil :
a) Perilaku konsisten meningkat
b) Hubungan yang efektif meningkat
c) Penampilan peran aktif meningkat
d) Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
e) Persepsi terhadap diri membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor perubahan orientasi
(2) Monitor perubahan kognitif dan perilaku
b) Terapeutik
(1) Perkenalkan nama saat memulai interaksi
(2) Orientasikan orang, tempat, dan waktu
(3) Hadirkan realita (mis.beri penjelasan alternatif,
hindari perdebatan)
(4) Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
(5) Gunakan simbol dalam mengorientasikan
lingkingan (mis.tanda, gambar, warna)
(6) Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup,
sesuai kebutuhan
c) Edukasi
(1) Anjurkan perawatan diri secara mandiri
(2) Anjurkan penggunaan alat bantu (mis.kacamata,
alat bantu denganr, gigi palsu)
e. Promosi Harga Diri
1) Definisi
Meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Harga Diri meningkat dengan kriteria hasil :
a) Penilaian diri positif meningkat
b) Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif
meningkat
c) Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
d) Perasaan malu menurun
e) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin,dan
usia terhadap harga diri
(2) Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
(3) Monitor tingkat harga diri setiap waktu,sesuai
kebutuhan
b) Terapeutik
(1) Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri
sendiri
(2) Motivais menerima tantangan atau hal baru
(3) Diskusikan pernyataan tentang harga diri
(4) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
(5) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga
diri
(6) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa
bersalah
(7) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan
harapan dan batasan yang jelas
(8) Fasilitasi lingkungan dan aktiivtas yang
meningkatkan harga diri
c) Edukasi
(1) Jelaskan kepada keluarga pentingya dukungan
dalam perkembangan konsep posiitf diri pasien
(2) Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
(3) Anjurkan mempertahankan kontak mata sata
berkomunikasi dengan orang lain
(4) Anjurkan megevaluasi perilaku
(5) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri
sendiri
(6) Latih cara berfikir dan berprilaku positif
f. Dukungan Emosional
1) Definisi
Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa
stres.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Harapan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Keterlibatan dalam aktivitas perawatan meningkat
b) Minat komunikasi verbal meningkat
c) Verbalisasi keputusasaan menurun
d) Perilaku pasif menurun
e) Pola tidur membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi
pasien
(2) Identifikasi hal yang memicu emosi
b) Terapeutik
(1) Faislitasi mengungkapkan perasaan cemas,
marah, atau sedih
(2) Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
(mis. merangkul, menepuk-nepuk)
(3) Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
c) Edukasi
(1) Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
(mis.ansietas, marah, sedih)
(2) Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang
tepat
d) Kolaborasi
(1) Rujuk untuk konseling, jika perlu
g. Promosi Harapan
1) Definisi
Meningkatkan kepercayaan pada kemampuan untuk
memulai dan mempertahankan tindakan
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Keberdayaan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Verbalisasi mampu melaksanakan aktivitas meningkat
b) Verbalisasi frustasi menurun
c) Ketergantungan pada orang lain menurun
d) Perasaan tertekan menurun
e) Pengasingan menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam
pencapaian hidup
b) Terapeutik
(1) Pandu mengingat kembali kenangan yang
menyenangkan
(2) Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
(3) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
terlibat dengan dukungan kelompok
(4) Ciptakan lingkungan yang memudahkan yang
memudahkan mempraktikkan kebutuhan spiritual
c) Edukasi
(1) Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap
kondisi dengan realistis
(2) Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik
dengan orang lain
(3) Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan
harapan
(4) Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu
(mis. prestasi, pengalaman)
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi-intervensi keperawatan.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman,
& J.Snyder, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1, 2018)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan
dan hasil yang diinginkan dan direncanakan keperawatan.
(Potter & Perry, 2019)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat
harus mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak
berhasil. (Saryono & Widianti, 2019)
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelanjutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
(Kozier, Erb, Berman, & J.Snyder, Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1, 2018)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & J.Snyder, S. (2018). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2019). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.


Jakarta: EGC.

Saryono, & Widianti, A. T. (2019). Catatan Kuliah Kebtuuhan Dasar


Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI.

Wartonah, & Tarwoto. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, & Tarwoto. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Widianti, A. T., & Saryono. (2019). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar


Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai