Anda di halaman 1dari 22

I.

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan


A. Tinjaun Medis
1. Pengertian
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih
yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.
Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan
diharapkan karena dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan
kemanan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.
(Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5, 2017)
Keamanan adalah pencegahan kecelakaan dan cedera.
Penyebab utama cedera yang tidak disengaja dan kematian
adalah kecelakaan, luka bakar, keracunan, menghirup dan
menelan benda asing, serta senjata api. (Kozier, Erb, Berman,
& J.Snyder, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,,
2018)
Keselamatan adalah merujuk pada perlindunganterhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. (Mathias
& jakson,2018)
Keamanan merupakan upaya untuk mengamankan sesuatu:
apakah itu negara, individu, kelompok etnik, lingkungan hidup
atau bahkan keberlangsungan planet bumi itu sendiri. (Buzan &
Hansen,2017)
Keselamatan merupakan sebuah kondisi dan faktor yang
berdampak pada keselamatan dan kesehatan para
ketenagakerjaan maupun orang lain yang menyangkut atau
yang berada di sekitar lingkungan pekerjaan tersebut.
(OZHAS,2019)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Keselamatan adalah suatu
keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik,
sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan,
psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman
terhadap faktor-faktor tersebut.
2. Faktor – Faktor yang Memperngaruhi Kebutuhan Keselamatan
dan Keamanan
a. Usia
Pada anak- anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui
akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua atau lansia
akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.
b. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap
rangsangan, paralisis, dan disorientasi. Keadaan ini
berpotensi terhadap risiko dekubitus, paralisis, dan
disorientasi. Keadaan ini berpotensi terhadap risiko
dekubitus, atropi, infeksi paru-paru, dan jatuh.
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah
keselamatan dan keamaan, seperti risiko mencederai diri
sendiri atau orang lain.
d. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko cedera
atau gangguan integritas kulit.
e. Gangguan Persepsi Sensori
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya, seperti gangguan penciuman
dan penglihatan sehingga risiko terjatuh, keracunan, dan
kebakaran dapat terjadi.
f. Informasi/komunikasi
Gangguan komunikasi, seperti afasia atau tidak dapat
membaca menimbulkan kesalahan dalam menerjemahkan
pesan kecelakaan mudah terjadi.
g. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resistan dan syok anafilaktik.
h. Keadaan Imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh
yang kurang sehingga mudah terserang penyakit
i. Ketidakmampuan Tubuh dalam memproduksi Sel Darah
Putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap suatu penyakit dan membentuk antibodi.
j. Status Nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan
dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya,
kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
k. Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat diprediksi sebelumnya. (Wartonah &
Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5, 2017)
3. Macam – Macam Bahaya dan Kecelakaan
a. Rumah
1) Tersedak
2) Jatuh
3) Tertekan alat-alat rumah tangga
4) Tersiram air panas
5) Jatuh dari jendela/tangga
6) Terpotong
7) Luka tusuk/gores
8) Luka bakar
9) Tenggelam
10) Terkena pecahan kaca
11) Terkunci dalam kamar
12) Jatuh dari sepeda
13) Keracunan
b. Di Rumah Sakit
1) Mikroorganisme
2) Cahaya
3) Kebisingan
4) Temperatur
5) Kelembapan
6) Cedera/jatuh
7) Kesalahan prosedur
8) Peralatan medik
9) Radiasi
10)Keracunan inhalasi (Haswita & Sulistyowati, 2017)
4. Jenis – Jenis Infeksi
a. Infeksi lokal, yaitu infeksi yang terjadi pada lokasi tertentu,
areanya terbatas, dan general atau tidak sistemik.
b. Infeksi sistemik atau global, yaitu infeksi bersifat menyeluruh
atau sistemik yang dapat menyebar satu atau lebih organ
tubuh.
c. Infeksi oportunistis, merupakan infeksi yang disebabkan
karena penurunan daya tahan tubuh.
d. Infeksi akut, infeksi yang terjadi secara mendadak dan cepat,
misalnya apendisitis.
e. Infeksi kronis, yaitu infeksi yang terjadi dalam jangka yang
lama dan membutuhkan pengobatan yang lama, seperti
penyakit bronkhitis, apendisitis kronis
f. Infeksi sekunder, merupakan infeksi yang terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi awal atau pertama seperti infeksi
sekunder pada luka bakar.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori
komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien
karena gangguan sensori komunikasi :
1) Halusinasi
2) Gangguan proses pikir
3) Kelesuhan
4) Ilusi
5) Kebosanan dan tidak bergairah
6) Perasaan terasing
7) Kurangnya konsentrasi
8) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
b. Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan klien :
1) Kesadaran menurun
2) Kelemahan fisik
3) Imobilisasi
4) Penggunaan alat bantu
c. Kondisi lingkungan :
1) Keadaan lingkungan yang licin
2) Pencahayaan yang kurang
3) Fasilitas penghalang tempat tidur
4) Terali atau pengaman jendela
5) Fasilitasi pengamanan risiko jatuh di tempat kamar
mandi
d. Faktor resiko yang berhubungan dengan kebijakan rumah
sakit :
1) Penempatan pasien yang berisiko tinggi terjadi
penularan terhadap pasien lain
2) Kontrol infeksi nosokomial
3) Kebijakan adanya sarana hand washing maupun hand
hygiene
4) Pembatasan pengunjung
5) Kebijakan adanya sarana hand washing maupun hand
hygiene
6) Pembatasan pengunjung
7) Penggunaan universal precaution (Wartonah & Tarwoto,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 4, 2017)

2. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


a. Gangguan Integritas Jaringan
1) Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tulang, tendon,
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen)
2) Penyebab
a) Perubahan sirkulasi
b) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
c) Kekurangan/kelebihan volume cairan
d) Penurunan mobilitas
e) Bahan kimia iritatif
f) Suhu lingkungan yang ekstrem
g) Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi
listrik bertekanan tinggi)
h) Efek samping terapi radiasi
i) Kelembabab
j) Proses penuaan
k) Neuropati perifer
l) Perubahan pigmentasi
m) Perubahan hormonal
n) Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Nyeri
(2) Perdarahan
(3) Kemerahan
(4) Hematoma
b. Hipertermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Suhu tubuh di atas normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardia
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
c. Hipotermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di bawah rentang normal tubuh
2) Penyebab
a) Kerusakan hipotalamus
b) Konsumsi alkohol
c) Berat badan ekstrem
d) Kekurangan lemak subkutan
e) Terpapar suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakain pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Tidak beraktivitas
j) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi,
radiasi)
k) Trauma
l) Proses penuaan
m) Efek agen farmakologis
n) Kurang terpapar infromasi tentang hipotermia
3) Gejala Dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Kulit teraba dingin
(2) Menggigil
(3) Suhu tubuh di bawah nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Akrosianosis
(2) Bradikardi
(3) Dasar kuku sianotik
(4) Hipoglikemia
(5) Hipoksia
(6) Pengisian kapiler > 3 detik
(7) Konsumsi oksigen meningkat
(8) Ventilasi menurun
(9) Piloereksi
(10) Takikardia
(11) Vasokontriksi perifer
(12) Kutis memorata (pada neonatus)
d. Risiko Alergi
1) Definisi
Berisiko mengalami stimulasi respon imunitas yang
berlebihan akibat terpapar alergen.
2) Faktor Risiko
a) Makanan (mis. alpukat, pisang, kiwi, kacang, makanan
olahan laut, buah tropis, jamur)
b) Terpapar zat alergen (mis. zat kimia, agen
farmakologis)
c) Terpapar alergen lingkungan (mis. debu, serbuk sari)
d) Sengatan serangga
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi penurunan imunitas
b) Riwayat pembedahan
c) Riwayat alergi sebelumnya
d) Asma
e. Risiko Infeksi
1) Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang oragnisme
patogenik.
2) Faktor Risiko
a) Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
b) Efek prosedur invasif
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
f) Gangguan peristaltik
g) Kerusakan integritas kulit
h) Perubahan sekresi pH
i) Penurunan kerja siliaris
j) Ketuban pecah lama
k) Ketuban pecah sebelum waktunya
l) Merokok
m) Statis cairan tubuh
n) Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder :
o) Penurunan hemoglobin
p) Imunosupresi
q) Leukopenia
r) Supresi respon inflamasi
s) Vaksinasi tidak adekuat
f. Risiko Jatuh
1) Definisi
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh.
2) Faktor Risiko
a) Usia > dan sama dengan 65 tahun (pada dewasa)
atau kurang dan sama dengan 2 tahun (pada anak)
b) Riwayat jatuh
c) Anggota gerak prostesis (buatan)
d) Penggunaan alat bantu berjalan
e) Penurunan tingkat kesadaran
f) Perubahan fungsi kognitif
g) Lingkungan tidak aman (mis. licin, gelap, lingkungan
asing)
h) Kondisi pasca operasi
i) Hipotensi ortostatik
j) Perubahan kadar gula darah
k) Anemia
l) Kekuatan otot menurun
m) Gangguan pendengaran
n) Gangguan keseimbangan
o) Gangguan penglihatan (mis. glaukoma, katarak,
ablasio retina, neuritis optikus)
p) Neuropati
q) Efek agen farmakologis (mis. sedasi, alkohol, anastesi
umum)
3. Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
a. Perawatan Integritas Kulit
1) Definisi
Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga
keutuhan, kelembaban dan mencegah perkembangan
mikroorganisme.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Integritas Kulit dan Jaringan meningkat dengan kriteria
hasil :
a) Elastisitas meningkat
b) Kerusakan jaringan menurun
c) Kerusakan lapisan kulit menurun
d) Pigmentasi abnormal menurun
e) Suhu kulit membaik
f) Sensasi membaik
g) Tekstur membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identiifkasi penyebab gangguan integritas kulit
(mis.perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
b) Terapeutik
(1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
(2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
jika perlu
(3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
selama periode diare
(4) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
(5) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
c) Edukasi
(1) Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,
serum)
(2) Anjurkan minum air yang cukup
(3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
(5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
(6) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya.
b. Manajemen Hipertermia
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh
akibat disfungsi termoregulasi.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
a) Menggigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Konsumsi oksigen menurun
d) Pucat menurun
e) Hipoksia menurun
f) Suhu tubuh membaik
g) Suhu kulit membaik
h) Pengisian kapiler membaik
i) Ventilasi membaik
j) Tekanan darah membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identivikasi penyebaba hipertermia(mis. Dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
(2) Monitor suhu ttubuh
(3) Monitor kadar elektrolit
(4) Monitor haluaran urin
(5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang dingin
(2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
(3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(4) Berikan cairan oral
(5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis(keringat berlebih)
(6) Lakukan pendinginana eksternal(mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
(7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
(8) Berikan oksigen jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
c. Manajemen Hipotermia
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah
rendah.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
k) Menggigil menurun
l) Kulit merah menurun
m) Konsumsi oksigen menurun
n) Pucat menurun
o) Hipoksia menurun
p) Suhu tubuh membaik
q) Suhu kulit membaik
r) Pengisian kapiler membaik
s) Ventilasi membaik
t) Tekanan darah membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu tubuh
(2) Identifikasi penyebab hiportermia (mis. Terpapar
suhu lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
kekurangan lemak subkutan)
(3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
(hiportermia ringan: takipnea, disatria, menggigil,
hipertensi, diuresis, hiportermia sedang: aritmia,
hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun,
hipotermia berat: oliguria, refleks menghilang,
edema paru, asam basa abnormal)
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang hangat(mis. atur suhu
ruangan, inkubator)
(2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
(3) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut,
menutup kepala, pakaian tebal)
(4) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis.
Kompres hangat, botol hangat , selimut hangat,
perawatan metode kangguru)
(5) Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus
cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan atau minum hangat
d. Pencegahan Alergi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko pasien
mengalami reaksi alergi.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Respons Alergi Lokal menurun dengan kriteria hasil:
a) Nyeri menurun
b) Gatal lokal menurun
c) Bersin menurun
d) Konjungtivitis menurun
e) Lakrimasi menurun
f) Edema lokal menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi riwayat alergi (obat, makann, debu,
udara)
(2) Monitor terhadap reaksi (obat, makanan, lateks,
tranfusi darah atau produk darah atau alergen
lainnya)
b) Terapeutik
(1) Berikan tanda alergi pada rekam medis
(2) Pasang gelang tanda alergi pada lengan
(3) Hentikan paparan alergen
(4) Lakukan tes alergi sebelum pemberian obat
c) Edukasi
Ajarkan menghindari dan mencegah paparan alergen
d) Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam
pencegahan alergi (mis. dokter, ahli gizi)
e. Pencegahan Infeksi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang
organisme petogenik.
2) Tujuan
Tingkat Infeksi menurun dengan kriteria hasil :
a) Demam menurun
b) Kemerahan menurun
c) Nyeri menurun
d) Bengkak menurun
e) Kadar sel darah putih membaik
f) Kultur area luka membaik
g) Nafsu makan membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik
b) Terapeutik
(1) Batasi jumlah pengunjung
(2) Berikan perawatan kulit pada area edema
(3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
(4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
c) Edukasi
(1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
(3) Ajarkan etika batuk
(4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
(5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
f. Pencegahan Jatuh
1) Definisi
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjatuh akibat
perubahan kondisi fisik dan psikologis.
2) Tujuan (PPNI, 2019)
Tingkat Jatuh menurun dengan kriteria hasil :
a) Jatuh dari tempat tidur menurun
b) Jatuh saat berdiri menurun
c) Jatuh saat duduk menurun
d) Jatuh saat berjalan menurun
e) Jatuh saat di kamar mandi menurun
f) Jatuh saat membungkuk menurun
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran, defisiit kognitif,
hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, neuropati)
(2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan institusi
(3) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
risiko jatuh (mis.lantai licin, penerangan kurang)
(4) Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
(mis. Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale, jika
perlu)
(5) Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya
b) Terapeutik
(1) Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
(2) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu
dalam kondiis terkunci
(3) Pasang hendrall tepat tidur
(4) Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
(5) Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat
dengan pantauan perawat dari nurse station
(6) Gunakan alat bantu berjalan (mis.kursi roda,
walker)
(7) Dekatkan bel pemanggilan dalam jangkauan
pasien
c) Edukasi
(1) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
(2) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
(3) Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
(4) Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri
(5) Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi-intervensi keperawatan.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman,
& J.Snyder, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,,
2018)
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan
dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
(Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 4, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan
dan hasil yang diinginkan dan direncanakan keperawatan.
(Potter & Perry, 2019)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat
harus mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak
berhasil. (Saryono & Widianti, 2019)
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelanjutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
(Kozier, Erb, Berman, & J.Snyder, Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep,, 2018)

Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:


S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusi
Buku 2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2018). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: ECG.
Potter, & Perry. (2019). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Saryono, & Widianti, A. T. (2019). Catatan Kuliah Kebtuuhan Dasar
Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definiis dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI.
Widianti, A. T., & Saryono. (2019). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai