Adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. Sedang
kecelakaan merupakan kejadian tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
cedera fisik maupun psikologis.
Tugas seorang perawat :
a. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
b. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS
c. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi hidup dan
keadaan klien
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian
akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam
individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang
tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi
memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang.
Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat
melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang
kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan
tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan.
Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko
untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa
mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam
lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu
mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah,
tempat kerja, dan jalanan.
7. Radiasi
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui
radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi,
fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan dalam
bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam
atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran
nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi
henti nafas dan henti jantung serta kematian.
9. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik (equipment-
related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).
3. Faktor Lingkungan
Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan sebagainya.
Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan
yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat menentukan keselamatan
dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan
penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber
listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.
Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk terjadi injuri pada
seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik
secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat membutuhkan adanya
suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan, kebisingan,
pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat
berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.
Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas kesehatan
maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan sebagainya.
Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS sehingga kebutuhan
akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah sakit.
Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu adanya
penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan
seseorang dapat terpenuhi.
Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan menggangu keamanan
seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan menganggu
ekosistem yang ada.
Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak diperlukan
untuk mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.
Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel sehingga
mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami
masalah.
4. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan
keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh
untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam pengenalan hal
tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah
baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
E. PENGKAJIAN
Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya
bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian Resiko
a) Jatuh
- Usia klien lebih dari 65 tahun
- Riwayat jatuh di rumah atau RS
- Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
- Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
- Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
- Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
- Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)
b) Riwayat kecelakaan
Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat
sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali
c) Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh
aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.
d) Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi
resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya
kecelakaan akibat api.
Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung
kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak
diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh
cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang
spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada
lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.
F. DIAGNOSA
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah
• Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan mengalami masalah
keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan
seseorang beresiko menimbulkan cedera.
Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang memungkinkan perawat menjelaskan cedera
secara lebih spesifik dan atau untuk memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000):
• Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat terpapar, atau tertelannya
obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
• Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara
untuk proses bernafas.
• Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka
bakar, atau fraktur).
• Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
• Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari
lateks.
• Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal,
benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.
• Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan
sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma sehingga klien harus
menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan,
kehilangan penglihatan sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil
pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang
penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
6.Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk
mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih
spesifik diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan
cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
H. IMPLEMENTASI
Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak berhubungan dengan
kasus):
III. EVALUASI
Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat menilai apakah
tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu melakukan eksplorasi
penyebabnya. Diantaranya perawat dapat menanyakan beberapa hal berikut pada klien:
- Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?
- Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?
- Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?
- Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada klien?
INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al,
1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak
berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Penyebab Infeksi
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
• Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah,
makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
• Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk
diproduksi.
• Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
• Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan
arthropoda.
Tipe Infeksi
• Kolonisasi merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora
residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit.
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh
host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
1. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
2. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan
kerusakan.
• Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
• Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
• Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
• Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan
sampai tahun)
Tahap-tahap Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai
faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of
exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
• Agen Infeksi
• Host/ Pejamu
• Portal de Entry
• Cara Penularan
• Portal de Exit
• Reservoir
• AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien
melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal.
Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan
mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan
dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan
bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
• PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier
pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat
menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan
portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen
masuk ke dalam tubuh.
• DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.Kerentangan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara
konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,keturunan,stress (fisik dan
emosional),status nutrisi, terapi medis,pemberian obat dan penyakit penyerta.
Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi,
patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka
akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi
tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan
pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah:
infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya
kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalahsebagai berikut:
• Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.Contoh: flu 1-3 hari,
campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
• Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,keletihan) sampai gejala yang
spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
• Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit
telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman kedalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan
radang atau penyakit.
Beberapa unsur yang melibatkan proses transmisi kuman, yaitu:
Reservoir = habitat bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa manusia,
hewan, tumbuhan, maupun tanah.
Jalan masuk = jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai kuman, seperti
saluran pernapasan, pencernaan, kulit dan lain- lain.
Inang (host) = tempat berkembangnya suatu mikroorganisme, yang dapat didukung oleh ketahanan
kuman.
Jalan keluar = tempat keluar mikroorganisme dari reservoir, seperti system pernapasan, system
pencernaan, alat kelamin, dan lain- lain.
Jalur penyebaran = jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai
tempat, seperti air, makanan, udarah dan lain- lain.
CARA PENULARAN MIKROORGANISME
Beberapa cara penularan / penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh :
Kontak tubuh = kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun
tidak langsung. Misalnya secara langsung sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung
melalui benda- benda yang berkontaminasi.
Makan dan minuman = hal ini terjadi akibat dari kontaminasi misalnya, penyakit tifus abdominalis,
penyakit infeksi cacing dan lainnya.
Serangga = misalnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk Anopheles dan
beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
Udarah = penyebaran kuman ini sering kali dijumpai pada penyakit system pernapasan.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES INFEKSI :
a. sumber penyakit,
b. kuman penyebab,
c. cara membebaskan sumber dari kuman,
d. cara penularan,
e. cara masuknya kuman,
f. daya tahan tubuh.
INFEKSI NASOKOMIAL
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang terjadi di RS atau dalam sistem pelayanan kesehatanyang berasal
dari proses penyebaran di sumber pelayanan kes.,baik melalui pasien, petugas kes., pengunjung
maupun sumber lain.
Pencegahan IN
beberapa tindakan pencegahan IN yang dapat di lakukan yaitu:
1. Mengurangi jumlah atau menghilangkan bakteri yang berada di ruang, alat, personil RS.
2. Isolasai sumber infeksi (pasien yang menderita) maupun yang mempunyai resiko tinggi yang sifatnya
proteksi misalnya: pasien pasca operasi, penderita leukimia dll.
PENCEGAHAN INFEKSI
Tindakan pencegahan infeksi :
a. aseptik = tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Usaha ini dilakukan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
b. Antiseptik = upaya pencegahan infeksi dengan cara pembunuhan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontraminasi = tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan
secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.
d. Pencucian = tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti
debu dan kotoran.
e. Desinfeksi = tindakan kepada benda mati denganmenghilangkan tindakan pada benda mati dengan
menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit.
f. Sterilisasi = tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (mbakteri, jamur, parasit, dan
virus) termasuk bakteri endospora.
Pedoman pencegahan infeksi
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menghalang penyebaran infeksi :
• Pencucian tangan
• Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat
memegang benda- benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/ kain tenunan bekas pakai).
• Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
• Pemrosesan alat bekas pakai (dekonyaminasi, cuci dan bilas, serta desinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi).
• Pembuangan sampah
Mencuci tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prossedur awal yang dilakukan petugas kesehatan dalam
memberikan tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala kotoran,
mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan, dan persiapan beda atau tindakan pembedahan.
o Beberapa tehnik mencuci tangan :
- Tehnik mencuci biasa
- Tehnik mencuci dengan desinfeksi
- Tehnik mencuci steril
PERLINDUNGAN DIRI
• Menggunakan sarung tangan. Sarugn tangan digunakan dalam melakukan posedur tindakan, dengan
tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko teretuarnya penyakit.
• Menggunakan masker. Tindakan pengamanan yang menutup hidung dan mulut dengan menggunakan
masker, bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet mikroorganisme saat merawat
pasien.
PENANGANAN SAMPAH
Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau suda
dibuang oleh manusia.
Sampah dibagi atas 2 menurut karakteristiknya :
Kandungan zat/ kimia. Berdasarkan kandungan zatnya, sampah terdiri atas sampah anorganik dan
sampah oraganik. Sampah anorganik merupakan sampah tidak membusuk, misalnya : logam, pecahan
gelas, plastik, dan lainnya. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang dapat busuk, seperti
sisa makanan.
Dapat dan tidaknya terbakar. Sampah ini tebagi atas dua yaitu : sampah mudah terbakar misalnya,
kertas, karet, plastik dan lainnya. Sedangkan sampah tidak dapat terbakar seperti, kaleng bekas, logam
atau besi, kaca, dan lainnya.
PENGELOLAAN SAMPAH
Pengumpulan dan pengangkuan sampah
Pada tahap ini, sampah dikumpulkan berdasarkan kelompoknya, seperti sampah basah sendiri, sampah
kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendiri, dan selanjutnya dilakukan pengangkutan.
Pemusnahan dan pengelolaan sampah.
Pada tahap ini, samapah dimusnakan atau dikelolah dengan cara sebagai berikut : ditanam ( dengan
memasukkan / menimbun dalam tanah) dan dibakar (dengan melakukan pembakaran melalui tungku
pembakaran). Sampah tersebut kemudian dijadikan pupuk, biasanya jenis sampah ini sampah organik,
seperti sisa makanan yang dapat membusuk.
http://velofers.blogspot.com/2011/07/askep-keselamatan-dan-keamanan.html
9:25