I. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang
tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
sakit
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien
A. PENGKAJIAN
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam
komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan
lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan
kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan
klien dan lingkungan.
Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian
terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan,
termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi
pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang
terkait dengan kebutuhan keamanan seperti:
pengalaman jatuh, mengalami patah tulang
pembatasan aktivitas, dan sebagainya.
tindakan pengamanan di mobil
perhatian terhadap tanda bahaya
tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah
status imunisasi
pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan
perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Identifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan
kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada
wanita, penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat),
prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi,
kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis,
orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar
kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler,
neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan
dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan,
delirium, dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan
waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE,
antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau
transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau
lingkungan, pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan
lingkungan.
6. Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan
pengaman, penataan ruang, penggunaan mainan.
b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan
pemeriksaan fisik terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan
pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup
prosedur test diagnostik.
Sistem Neurologis
- Status mental
- Tingkat kesadaran
- Fungsi sensori
- Sistem reflek
- Sistem koordinasi
- Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
- Sensivitas terhadap lingkungan
Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
- Toleransi terhadap aktivitas
- Nyeri dada
- Kesulitan bernafas saat aktivitas
- Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
Integritas kulit
- Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
- Kaji adanya luka, scar, dan lesi
- Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
Mobilitas
- Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
- Kaji range of motion klien
- Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
B. DIAGNOSA
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut
NANDA adalah :
Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien
dikatakan mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya
cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang
beresiko menimbulkan cedera.
Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang
memungkinkan perawat menjelaskan cedera secara lebih spesifik dan
atau untuk memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000)
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan
akivat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis
yang dapat menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang
menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas.
Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera
pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur).
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari
lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi
terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam
saluran pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien
beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem
muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat
glaukoma sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari.
Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan
sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
Diagnosa yang muncul adalah:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu
melihat).
C. PERENCANAAN
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi
lingkungan agar lebih aman.
Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus diatas)
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat
tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan
yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya
ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi
cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif
atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam
melindungi diri dari cidera.
DAFTAR PUSTAKA
http://rockydhuro.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-keamanan-
dan.html
Nanda internasional (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta; EGC
Rizqan Yukti.(2011). Laporan pendahuluan Keamanan dan Keselamatan Fisik.
UNMUH. Jember