Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN KEAMANAN FISIK

I. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang
tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
sakit
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN &


KEAMANAN.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu:
1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya
melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat
perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam
individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan
tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.
3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat
penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa,
dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,
reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan.
Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang
kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat
menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal.
Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi
terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien
dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa
mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan
keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat
membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu
mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko
menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

III. MACAM-MACAM BAHAYA / KECELAKAAN


Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di
tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit.
Penyebab kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan
pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen
sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar,
dan oksigen yang cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas,
seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh
panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah
sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami
penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh
dapat terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan,
lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh
melalui aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau
diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan
pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang
sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena
penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus
diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat
menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik
didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded
yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung
kepermukaan tanah.
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya
fungsi pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi
terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan
individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan
gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar
suara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan
gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85
desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang
berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat
radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi,
fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering
digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika
sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau
kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk
ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan
henti jantung serta kematian.
9. Lain-lain
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak
berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan
prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).

IV. PENCEGAHAN KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT.


a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari
kecelakaan.
b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik
aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda
e. Menghindari kecelakaan :
Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
Meja yang mudah dijangkau.
Kereta dorong ada penghalangnya.
f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik
misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.
g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah
meledak seperti tabung oksigen dan termos.
h. Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti
penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi
j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu
penerangan
l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan
mampu menggunakannya.
n. Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANAN DAN


KESELAMATAN KLIEN ADALAH
1. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik,
apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam
keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika
menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.
a) Sistem Muskoloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam
pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi
pada mobilitas dan kemampuan untuk merespon terhadap hal yang
membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah
muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh
keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan
sprains
b) Sistem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi
akan menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang
diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui
proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskan
dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan
seseorang mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat
dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti
cedera kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke,
injuri tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan
Alzaimer), dan tumor kepala.
c) Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat
beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ
tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler
yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan
jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi atau
pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas,
wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap
aktivitas, keterbatasan mobilitas.
d) Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada
kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu
seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya dari luar.
e) Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap
bahaya, kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam
pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya
dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam
pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
2. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang
akan mengganggu keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan
dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang mengalami
kecemasan mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan
mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan
setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke
rumah sehingga akan muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung
dengan keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan
dalam keamanan. Menarik diri, pemalu dan ketidakpercayaan berpengaruh
pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk belajar
kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental,
diantaranya:
a. Faktor Lingkungan Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi,
pencahayaan, pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan perabot
rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di dalam
rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan
ruangan, tangga sangat menentukan keselamatan dan keamanan
seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai rumah dari bahan
kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam
pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya
risiko adanya untuk jatuh.
b. Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan
adanya risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat
ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik
secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang
sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga
perlu adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
c. Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan
keamanan seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang
baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga
sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam
komunitas.
d. Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan
seseorang baik bagi petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya
dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan
sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang
baku dan diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan
dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah sakit.
e. Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap
keamanan seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap
perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan
seseorang dapat terpenuhi.
f. Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara
bebas akan menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia dalam
produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan
menganggu ekosistem yang ada.
g. Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun
dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
sengatan listrik ataupun kebakaran.
h. Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen
ataupun kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang
menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami
masalah.
3. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah
dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS,
hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk
mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik
dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga
infeksi nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS,
klinik ataupun keluarga.
4. Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai
dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

VI. FUNGSI SISTEM SARAF


1. menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory
pathway (sensorik)
2. mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem
saraf pusat
3. mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun
di otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di
hadapi
4. menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi
(motorik) keorgan-organ tubuh sebagai kontrol atau memodifikasi
tindakan.
VII. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TERKAIT KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PADA PASIEN
Keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap
peningkatan biaya pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit,
harapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat utamanya di RS Haji Surabaya.
Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit ini agar terciptanya
budaya keselamatan pasien di rumah sakit dan meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat yang tidak mampu.
saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit.
Yakni, keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis rumah sakit yang
terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri. Kelima aspek
keselamatan tersebut, menurut Sukamto, sangatlah penting untuk
dilaksanakan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam
komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan
lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan
kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan
klien dan lingkungan.
Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian
terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan,
termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi
pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang
terkait dengan kebutuhan keamanan seperti:
pengalaman jatuh, mengalami patah tulang
pembatasan aktivitas, dan sebagainya.
tindakan pengamanan di mobil
perhatian terhadap tanda bahaya
tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah
status imunisasi
pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan
perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Identifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan
kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada
wanita, penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat),
prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi,
kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis,
orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar
kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler,
neoplasma, kesulitan mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan
dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan,
delirium, dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan
waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE,
antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau
transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau
lingkungan, pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan
lingkungan.
6. Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan
pengaman, penataan ruang, penggunaan mainan.
b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan
pemeriksaan fisik terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan
pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup
prosedur test diagnostik.

Sistem Neurologis
- Status mental
- Tingkat kesadaran
- Fungsi sensori
- Sistem reflek
- Sistem koordinasi
- Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
- Sensivitas terhadap lingkungan
Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
- Toleransi terhadap aktivitas
- Nyeri dada
- Kesulitan bernafas saat aktivitas
- Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
Integritas kulit
- Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
- Kaji adanya luka, scar, dan lesi
- Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
Mobilitas
- Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
- Kaji range of motion klien
- Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. DIAGNOSA
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut
NANDA adalah :
Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien
dikatakan mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya
cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang
beresiko menimbulkan cedera.
Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang
memungkinkan perawat menjelaskan cedera secara lebih spesifik dan
atau untuk memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000)
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan
akivat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis
yang dapat menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang
menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas.
Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera
pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur).
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari
lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi
terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam
saluran pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien
beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem
muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari.

Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat
glaukoma sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari.
Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan
sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
Diagnosa yang muncul adalah:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu
melihat).
C. PERENCANAAN
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi
lingkungan agar lebih aman.
Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus diatas)

Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan


sensori (tidak mampu melihat).
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh)
atau cidera (jatuh) tidak terjadi.
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi
lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari
kunjungan diharapkan Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera,
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam
melindungi diri dari cidera.

Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat
tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan
yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya
ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi
cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif
atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam
melindungi diri dari cidera.
DAFTAR PUSTAKA

http://rockydhuro.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-keamanan-
dan.html
Nanda internasional (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta; EGC
Rizqan Yukti.(2011). Laporan pendahuluan Keamanan dan Keselamatan Fisik.
UNMUH. Jember

Anda mungkin juga menyukai