(0725) 41928
Kota Metro, Kode Pos 34111
a.
b.
c.
Mengingat
1. Undang-undang
Nomor
29
tahun
2004
tentang
Praktik
Kedokterran;
2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 772 /Menkes/SK/VI/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/III/
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/
Menkes/Per/II/2011 Tentang Komisi Akreditasi RS;
Memperhatikan
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
2014
DIREKTUR RS BERSALIN
ASIH
Lampiran
Nomor
:/SKDir/RSBA/../2014
Tanggal
2014.
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi kriteria untuk masuk ke
dalam / keluar dari unit pelayan intensif.
2. Pelaksana panduan ini adalah tim transfer pasien (dokterr, bidan, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya).
3. Rekam Medis pasien yang akan masuk atau keluar dari unit pelayanan intensif diperiksa
apakah memenuhi kiteria untuk proses tersebut.
A. Transfer Pasien terbagi menjadi dua, yakni :
1. Transfer pasien intra rumah sakit yaitu pemindahan atau rujukan ruangan dari satu
ruangan ke ruangan lain dalam lingkup RSB ASIH, seperti pasien dapat ditransfer dari
UGD ke ruang rawat inap, pasien ditransfer dari ruang rawat inap ke Instalasi Bedah.
2. Transfer pasien antar rumah sakit dimana pemindahan atau rujukan dari RSB ASIH ke
rumah sakit besar lainnya di daerah yang sama ataupun ke luar daerah yang mempunyai
fasilitas lebih lengkap sehingga memungkinkan pasien untuk segera ditangani.
B. Pengaturan Transfer Pasien :
1. Rumah sakit harus membentuk suatu tim transfer yang mencakup perawat yang kompeten
dalam merawat pasien kritis, petugas medis. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan
metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Metode transfer di RSB ASIH adalah Tim Transfer LOKal yaitu RSB ASIH memiliki tim
transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya antar ruangan di dalam rumah
sakit.
3. Semua rumah sakit dengan layanan akut harus mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi,
dan transfer untuk pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
C. Yang Harus Dilakukan Sebelum Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Transfer adalah :
transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di
ruangan yang merujuk.
D. Kategori Transfer Berdasarkan Derajat Urgensi Pasien :
1. Setelah keputusan untuk melakukan transfer dibuat, harus ada kategori yang jelas
mengenai derajat urgensi pasien akan kebutuhan transfer dan hal ini harus
dikomunikasikan dengan pusat layanan / jasa ambulans di area tersebut.
2. Berikut tiga kategori transfer pasien :
a. Gawat darurat
Pasien gawat darurat adalah pasien dengan ancaman kematian dan perlu pertolongan
segera (critically ill patient), misalnya pasien inpartu dengan perdarahan hebat,
setelah mendapat pertolongan pertama pasien ditransfer ke ruang operasi.
b. Gawat
Pasien gawat adalah pasien yang tidak ada ancaman kematian tetapi perlu
pertolongan segera (emergency patient), misalnya perdarahan post partum tanpa
syOK, setelah mendapatkan pertolongan pertama pasien ditransfer ke VK.
c. Elektif
Pasien yang bisa melakukan transfer elektif adalah pasien yang tidak mengalami
kegawatdaruratan, misalnya pasien yang datang dengan rencana operasi.
E. Stabilisasi Sebelum Transfer :
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang
aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely ill).
2. Pada umumnya, transfer sebaiknya tidak dilakukan sampai kondisi pasien stabil.
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Rumah sakit yang terlibat harus memastikan bahwa terdapat prosedur / pengaturan
transfer pasien yang memadai.
5. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk transfer
intra-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a) Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah transfer;
termasuk kondisi medis yang terkai dan terapi yang diberikan.
b) Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lOKasi ruangan yang dituju
sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di ruangan tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer
dengan pihak ruangan yang menerima (paramedis) yang akan bertanggung jawab
terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas ruangan tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien.
J. Komunikasi :
1. Merupakan hal yang vital dalam mewujudkan transfer yang lancar dan tanpa masalah.
2. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan transfer
dan lOKasi ruangan tujuan, jelaskan lOKasi ruangan tersebut.
3. Pastikan bahwa ruangan tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum
dilakukan transfer.
4. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan
mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab kepada
perawat yang menggantikan.
5. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
ruangan tujuan.
6. Tim transfer harus berkomunikasi dengan ruangan asal dan tujuan mengenai penanganan
medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.
K. Edukasi dan Pelatihan :
1. Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan setiap petugas yang terlibat
dalam transfer pasien mendapat pelatihan yang adekuat, berpengalaman, dan memenuhi
standar minimal pelayanan; serta mengembangkan suatu panduan setempat.
2. Pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit akut harus tersedia di setiap area / daerah.
3. Kembangkanlah pelatihan dan pemeriksaan yang berbasis kompetensi untuk menerapkan
standar pelayanan tertinggi dalam pelayanan pasien sakit berat / kritis yang membutuhkan
transfer.
4. Pelatihan ini diterapkan pada transfer intra-rumah sakit.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Petugas Penanggung Jawab
1. Seluruh petugas Rumah Sakit
a) Memahami dan menerapkan prosedur transfer pasien
b) Memastikan prosedur transfer pasien yang benar
c) Melaporkan hasil transfer pasien kepada DPJP
2. Perawat yang bertugas dan Dokterr Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
a) Bertanggung jawab melakukan transfer pasien dan sesuai kriteria pasien.
b) Memeriksa rekam medis pasien yang akan diterima masuk unit pelayanan spesialistik
atau intensif mengenai bukti-bukti yang memenuhi kriteria yang tepat untuk
pelayanan yang dibutuhkan.
c) Memeriksa rekam medis pasien yang dipindahkan atau keluar dari unit pelayanaan
spesialistik atau intensif mengenai bukti-bukti yang menyatakan pasien tidak
memenuhi kriteria yang tepat untuk unit tersebut.
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruang
a) Memastikan seluruh petugas ruang rawat inap dan pelayanan intensif memahami
prosedur transfer pasien dan menerapkannya.
b) Memastikan transfer terlaksana dengan baik.
4. Tim Keselamatan RS
a) Memantau dan memastikan panduan transfer pasien dikelola dengan baik oleh
Kepala Instalasi rawat inap dan pelayanan intensif.
b) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan transfer pasien.
VK
UGD
Ruangan
10
OK
(Instalasi Bedah)
11
12
tentang
kondisi
pasien,
catatan
rekam
medis,
dan
motorik, dll.
10) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya
11) Melapor ke DPJP (Dokterr Penanggung Jawab Pelayanan) jika terjadi
perubahan.
12) Memberitahu keluarga tentang keadaan pasien dan tatatertib di Ruang
Rawat Inap.
13
14
motorik, dll.
10) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya
11) Melapor ke DPJP (Dokterr Penanggung Jawab Pelayanan) jika terjadi
perubahan.
12) Memberitahu keluarga tentang keadaan pasien dan tata tertib di Ruang
Rawat Inap.
13) Membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
14) Memasukkan data pasien ke Register Rawat Inap.
15) Memberi terapi sesuai advise dokterr.
16) Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal sekali
dalam sehari (terutama pada waktu kunjungan keluarga.
4. Transfer Pasien Dari Ruangan Ke Instalasi Bedah (OK) Dan Ke VK
a) Transfer pasien dari Ruangan ke Instalasi Bedah (OK)
1) Petugas ruangan memberi tahu ke Kamar Operasi (OK) bahwa akan
ada pasien masuk.
2) Pasien sudah dalam kondisi stabil (kesadaran & tanda-tanda vital)
3) Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh petugas Ruang Rawat Inap
menggunakan bed atau dengan kursi roda.
4) Petugas ruangan melakukan timbang terima kepada petugas OK
diruang transfer tentang kondisi pasien, catatan rekam medis, dan
perlengkapan penunjang misalnya persediaan obat-obatan atau
persediaan darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan
dibawa bersama pasien ke Instalasi Bedah
5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan
identitas pasien.
6) Setelah dinila lengkap, ganti semua pakaian pasien dengan duk bersih,
lepaskan semua perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman
mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan pasien
ke meja operasi senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
15
10)
11)
12)
13)
16
BAB IV
DOKUMENTASI
POLIKLINIK
Unit / Instalasi
RSBA
SURAT PENGANTAR PERMINTAAN RAWAT(SPPR)
Tanggal permintaan :
Kepada Yth. Pendaftaran
Mohon dirawat :
Secara urgent
Secepatnya ada tempat :
Ruang perawat
Nama pasien :
Tanggal lahir
:
NRM
:
Diagnosa
:
:
:
Dokterr pengirim,
(dr.
)
Pol./Unit/Instalasi
GCS :
Alat terpasang :
NRM
:
Nama
:
Jenis kelamin
:
Tanggal lahir
:
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
Tanggal
Pindah :
Ruang rawat
selanjutnya :
Diagnosis Utama :
Diagnosis Sekunder :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
MRSA
Alasan ppemindahan pasien :
1. Kondisi pasien : memburuk / stabil / tidak ada
perubahan
2. Fasilitas : kurang memadai / membutuhkan
peralatan yang lebih baik
3. Tenaga : Membutuhkan tenaga yang lebih ahli /
jumlah tenaga kurang
4. Lain-lain, sebutan.
Metode pemindahan pasien :
18
Kursi roda
Brankar
Tempat tidur
Pasien / keluarga mengetahui dan menyetujui
Ya
mengenai alasan pemindahan *)
Tidak
l/mnt
Alat penghisap
Ventilator
Bagging
Kateter urine
NGT
Pipa
infus
Keadan pasien saat pindah :
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Suhu
Pernapasan
Status nyeri
INFORMASI MEDIS
Nadi
Nama petugas:
Pemeriksaan fisik
Status generalisasi (Temuan yang signifikan)
Bicara
Saliva
19
Baik
Sedang
Buruk
NRM :
Status kemandirian
Man
Butuh
Tidak
diri
bantuan
dapat
melak
ukan
Aktifitas
di tempat
kerja
Hygien
pribadi
Berpakai
an
Makan
Pergerak
an
Berguling
Duduk
Wajah, rambut, tangan
Batang tubuh & perinenum
Ekstremitas bawah
Traktus digestivus
Traktus urinarius
Ekstremitas atas
Batang tubuh
Ekstremitas bawah
Jalan kaki
Kursi roda
20
Diet :
Nama obat
Jumlah
Dosis
Frekuensi
Cara pemberian
0
.
Metro,
Dokterr yang mengirim jam :
Seluruh proses pemindahan pasien telah selesai dan dilakukan sesuai standar prosedur
operasional yang diterapkan.
Petugas,
(
)
21
Nilai Akhir
Ruangan :
Ahli bedah/Anasteshia :
Tanggal :
Perawat R.R
2
1- < 50 % dari pre anastesi
Tingkat Kesadaran :
- Orientasi baik dan respon verbal positif
Warna kulit :
- Warna dan penampilan kulit normal
1- Sianosis
0
Aktivitas : 2 ekstrimitas
22
Total
Keterangan :
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian post
anastesi > 7-8.
Waktu keluar :
23
Tanggal :
Waktu :
Jumlah
Jumlah
Jumlah
24
(_________________________)
(________________________)
Formulir Rujukan
A. Identitas Pasien
Nama:
Alamat:
Umur:
Jenis kelamin :
Berat badan:
Identitas Pengantar Pasien :
Nama:
Umur :
Alamat:
Jenis kelamin
No. Telpon:
B. Waktu
Tanggal :
Tanggal cedera:
Waktu masuk UGD:
Waktu masuk Instalasi Bedah:
Waktu saat dirujuk:
C. Anamnesa
1. Keluhan :
2. Riwayat Penyakit :
Pernafasan :
0
Suhu :
C
x/mnt
F. Pemeriksaan Fisik
G. Pemeriksaan diagnostik
Data lab.: terlampir
Foto ronsen : terlampir
EKG: terlampir
25
Waktu:
Cairan yang diberikan:
Lain-lain:
I. Kondisi saat meninggalkan UGD :
J. Rencana Tindak Lanjut :
K. Alasan merujuk :
L. Sarana Transportasi yang Digunakan :
M. Data rumah sakit yang merujuk
Nama dokterr:
Nama petugas pendamping rujukan :
Rumah Sakit:
No. Telpon
1. Dokterr :
2. Petugas :
Rumah Sakit:
No. Telpon :
Petugas Pendamping Rujukan,
27