Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpah rahmat-Nya
sehingga telah berhasil disusun buku Panduan Transfer Pasien di lingkungan
RSU Banjar Patroman.
Buku panduan ini perlu dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
proses transfer pasien baik ke luar rumah sakit maupun antar ruang di dalam
lingkungan RSU Banjar Patroman. Dalam buku panduan Transfer Pasien
diuraikan kriteria transfer, peralatan dan tenaga pendamping transfer serta proses
dokumentasi proses transfer pasien ke luar maupun di dalam lingkungan RSU
Banjar Patroman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penyusunan buku Panduan Transfer Pasien di RSU Banjar Patroman.

Banjar, 8 Januari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan
keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan
transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi
pra transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien
selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf
keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah
terlatih.
B. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan/ruang tindakan lain didalam rumah sakit (internal rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (eksternal
rumah sakit).
C. Tujuan dan Alasan Transfer
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah :
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Transfer pasien didalam (internal) rumah sakit terdiri dari:


1. Transfer pasien dari IGD ke Rawat Inap, HCU, Kamar Operasi
2. Transfer pasien dari Rawat Jalan ke Rawat Inap, HCU, Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari Rawat Inap ke HCU, Kamar Operasi
4. Transfer pasien dari HCU ke Rawat Inap, Kamar Operasi
5. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Rawat Inap, HCU
6. Transfer pasien dari IGD, Rawat Inap, HCU ke Ruang Haemodialisa

B. Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:


1. Transfer pasien dari RSU Banjar Patroman ke RS lain atau sebaliknya
2. Transfer pasien dari RSU Banjar Patroman ke rumah pasien atau
sebaliknya
Pasien dapat ditransfer ke Rumah Sakit lain dengan alasan :
1. Membutuhkan pelayanan di tingkat yang lebih tinggidesw
2. Membutuhkan pelayanan spesialis
3. Permintaan pasien
4. Arahan dari penanggung dana
5. Apabila seluruh ruang rawat penuh
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pengaturan Transfer
RSU Banjar Patroman tidak memiliki suatu tim transfer, untuk pasien
trasnfer keluar RS/eksternal (rujukan) hanya oleh petugas pendamping rujuk
yang sesuai dengan kategori pasien transfer.
Berikut adalah metode transfer yang ada di RSU Banjar Patroman :
1. Layanan Antar-Jemput Pasien : merupakan layanan/jasa umum khusus
untuk pasien RSU Banjar Patroman dengan tim transfer dari petugas IGD,
di mana tim tersebut akan mengambil/menjemput pasien dari rumah
untuk dibawa ke RSU Banjar Patroman.
2. Tim transfer lokal :. RSU Banjar Patroman tidak memiliki suatu tim transfer,
untuk pasien trasnfer keluar RS/eksternal (rujukan) hanya oleh petugas
pendamping rujuk yang sesuai dengan kategori pasien transfer.
3. RSU Banjar Patroman mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi dan transfer
untuk pasien-pasien dengan sakit berat/kritis.
4. Dokter spesialis (DPJP) yang bertanggung jawab dalam transfer pasien yang
mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat/kritis
antar rumah sakit.
B. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan : evaluasi, komunikasi, dokumentasi/pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam
rumah sakit maupun ke rumah sakit rujukan/penerima.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman:
edukasi dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan
dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel
rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya
lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,
peralatan dan kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/dokter senior (biasanya
seorang konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter
yang mengambil keputusan (berikut gelar), tanggal dan waktu diambilnya
keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RSU Banjar
Patroman, yaitu :
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
1) Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan
transfer yang efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang
tidak dapat disediakan RSU Banjar Patroman
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer
3) Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer gawat darurat/emergency (misalnya ruptur
aneurisma aorta juga dapat dikategorikan sebagai tipe transfer
‘gawat’, misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa) atau
transfer transport (non emergency)
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah
sakit tidak adekuat, permintaan pasien dengan alasan domisili)
1) Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk
kepentingan mereka
2) Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan/kebutuhan akan
tempat tidur/ruang rawat inap melebihi suplai sehingga
diputuskanlah tindakan untuk mentransfer pasien ke unit/rumah
sakit lain
3) Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika,
apakah akan mentransfer pasien stabil yang telah berada/dirawat
di unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang
membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya tidak stabil
4) Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer ‘gawat’
c. Repatriasi/Pemulangan Kembali
Di RSU Banjar Patroman tidak melakukan transfer repatriasi
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung
jawab/dokter ruangan akan menghubungi unit/rumah sakit yang dituju.
12. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, (DPJP/ PPJP/ dr ruangan)
akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi
dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien
rujukan, harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di
rumah sakit yang dituju.
13. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
14. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis
pasien yang meliputi : nama, jabatan, dan detail kontak personel yang
membuat kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit
penerima; tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit;
serta saran-saran/hasil negosiasi kedua belah pihak.
15. Personel pendamping rujuk pasien harus mengikuti pelatihan transfer;
memiliki kompetensi yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan
yang memadai; dapat bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan,
protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait;
dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar
tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
16. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien.
C. Stabilisasi Sebelum Transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/kritis
(extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien
kalau kondisi sudah stabil).
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur/pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit/rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat
b. Terdapat jalur/akses vena yang adekuat
c. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinue/terus-menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama
proses transfer berlangsung
d. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed
Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
e. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
f. Pemberian terapi/tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai
penanganan segera/resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasi-situasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada pendamping
rujuk pasien.
8. Pendamping rujuk pasien harus familiar dengan peralatan yang ada dan
secara independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk
memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan
tidak ada yang terlewat.
D. Pendampingan Pasien Selama Transfer
1. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal 1 orang
tenaga medis dan paramedis sesuai dengan kualifikasi. Kecuali untuk
transfer internal tim transfer tidak beserta dokter pendamping karena
jumlah dokter jaga yang terbatas.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis/petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi/situasi klinis dari tiap kasus (tingkat/derajat
beratnya penyakit/kondisi pasien).
3. Dokter senior (dr HCU/dr Anesthesi)/dokter ruangan, bertugas untuk
membuat keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus
mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan
dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr
HCU/dr Anestesi selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik
dan tidak membutuhkan bantuan ventilator/oksigenasi.
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR).
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat/derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan
harus dibuat oleh dokter DPJP)
 Level 0 :
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang perawatan
biasa di unit/rumah sakit yang dituju.
 Level 1 :
Pasien yang berisiko mengalami perburukan, pasien yang baru
dipindahkan HCU (berlaku untuk pasien transfer antar rawat inap).
 Level 2 :
Pasien yang membutuhkan observasi/intervensi lebih ketat, pasien
yang mengalami kegagalan satu sistem organ, pasien perawatan post
operatif.
 Level 3 :
Pasien yang mengalami kegagalan multi organ dan memerlukan
bantuan hidup jangka panjang ditambah dengan kebutuhan alat bantu
pernafasan.
7. Saat DPJP di RSU Banjar Patroman tidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer;
pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko
terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan
sakit berat/kritis harus kompeten, terlatih dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama
transfer berlangsung yang berisi nomor telepon RSU Banjar Patroman dan
rumah sakit tujuan jika diperlukan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
E. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSU Banjar Patroman
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Perawat/bidan Bantuan hidup Status rekam medis pasien,
Transporter dasar hasil pemeriksaan
penunjang, form transfer
pasien
Derajat 1 Perawat/bidan Bantuan hidup  Peralatan Level 0 + tabung
Transporter dasar dan BTCLS oksigen dan kanul, dengan
tabung oksigen dan canul,
standar infus, Suction (jika
diperlukan), Pompa infus
dengan baterai (jika
diperlukan)
Derajat 2 Perawat  Semua  Peralatan Level 1 ditambah
/bidan ketrampilan di monitor dan defibrilator
atas, ditambah; (jika diperlukan)
 Dua tahun
pengalaman dalam
perawatan intensif
Derajat 3 Dokter, Standar kompetensi  Peralatan level 2 + alat
perawat/bidan dokter harus di atas bantu pernafasan
standar minimal (ventilator)
Dokter:
 Minimal 6 bulan
pengalaman
mengenai
perawatan pasien
intensif dan
bekerja di HCU
 Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
 Keterampilan
menangani
permasalahan
jalan napas dan
pernapasan
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit
berat/kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
bekerja di HCU
Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit
berat/kritis

Transfer intra RSU Banjar Patroman


a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan dan petugas yang
berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra dan antar-rumah sakit.
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
e. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level
pasien.
f. Pasien yang berada dalam kondisi tidak stabil/mengalami kedaruratan.
Dalam proses transfer pasien harus dalam kondisi stabil dan diberi
pendampingan oleh perawat yang mempunyai kompetensi menangani
kegawatdaruratan serta membawa emergency kit (jika diperlukan).
g. Sebelum pasien dipindahkan ke ruang lain, perawat yang mendampingi
transfer harus memberi informasi kepada petugas ruangan yang dituju
untuk menjamin kesiapan Sumber Daya Manusia dan sarana prasarana
sesuai kebutuhan pasien.
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan
pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 Petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan High
ambulan (BHD) Dependency Service
dan perawat (HDS)/Ambulan
Derajat 1 Petugas  kemampuan BHD dan  Kendaraan
ambulan BTCLS HDS/Ambulan
dan perawat transport, oksigen,
suction, tiang infus
portable, infus pump
dengan baterai,
oksimetri
Derajat 2 Dokter,  Semua ketrampilan di  Ambulan emergency
perawat,dan atas, ditambah; dan semua peralatan
petugas  Penggunaan alat diatas ditambah
ambulans pernapasan dengan monitor EKG
 Bantuan hidup lanjut dan Tekanan darah
 Penggunaan kantong dan defibrilator bila
pernapasan (bag-valve diperlukan
mask)
 Penggunaan
defibrillator
 Penggunaan monitor
intensif
Derajat 3 Dokter, Dokter:  Ambulan emergency
perawat,  Minimal 6 bulan dan monitor HCU
dan petugas pengalaman mengenai portable yang lengkap,
ambulan perawatan pasien ventilator dan
intensif dan bekerja di peralatan transfer
HCU yang memenuhi
 Keterampilan bantuan standar minimal
hidup dasar dan lanjut
 Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat/kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja
di HCU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat/kritis
(lengkapnya lihat
Lampiran 1)

F. Pemantuan, obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis.


1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya
harus sebaik pelayanan di RSU Banjar Patroman/rumah sakit tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain :
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinue
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)
4. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
5. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure) dan pengaturan ventilator.
6. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain : (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di
dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksan
7. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga
dengan baik.
8. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
9. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
10. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulan.
11. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
12. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
13. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
14. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
15. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi dan temperatur.
16. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal/vibrasi (getaran).
17. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
18. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian
terapi/obat-obatan.
19. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
20. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
21. Monitor, ventilator dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas
dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien
G. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan/availabilitas
g. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien :
Ambulan Gawat Darurat
1) Siap sedia dalam 24 jam
2) Perjalanan darat
3) Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.
H. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit
1. Gunakan mobil ambulan yang sudah bekerjasama dengan RSU Banjar
Patroman. Mobil harus dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen,
monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk
mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan,
dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Syringe/infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi
pasien
g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur
pasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)
4. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulan.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera
dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
5. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat
padat penduduknya
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan
yang diperlukan.
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan/ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
I. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer,
dan harus mencakup :
a. Detail kondisi pasien
b. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
c. Status klinis pre-transfer
d. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung.
2. Rekam medis harus mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan
setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor
lingkungan, dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit, pendamping rujuk pasien/petugas transfer
harus mempunyai salinan datanya.
3. DPJP dan Petugas transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai
lokasi rumah sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
4. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara
tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan
perawat) yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien
selanjutnya.
5. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital,
hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi
klinis selama transfer berlangsung.
6. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
7. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban
merawat pasien.
8. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa dan
sejumlah uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim
transfer.
J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon
rumah sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke rumah sakit tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/dokter penanggung jawab/
PPJP di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan
medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,
berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada rumah sakit tujuan.
5. Petugas transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
K. Audit dan Jaminan Mutu
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RSU Banjar Patroman bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya
proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan
protokol standar RSU Banjar Patroman
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSU Banjar Patroman
BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam proses transfer internal dan antar rumah sakit (rujukan) di RSU Banjar
Patroman didokumentasikan dalam form transfer internal dan form transfer antar
rumah sakit yang dilengkapi dengan ceklist persiapan transfer pasien, serta buatlah
catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.

Ditetapkan di: Banjar


Tanggal : 08 Januari 2019
DIREKTUR RSU BANJAR PATROMAN,

DR. dr. H. Herman Sutrisno., MM


NIP. 031401001
LAMPIRAN
KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT/KRITIS
DERAJAT 3 INTRA- DAN ANTAR-RUMAH SAKIT2
Semua pasien sakit berat/kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer.
Satu orang adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam
penanganan jalan napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum.
Terdapat standar keterampilan minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut
adalah kompetensi yang diperlukan.
A. Dokter
Harus memiliki :
1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja
di HCU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan,
minimal level ST 3 atau sederajat
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat/kritis
B. Perawat
Harus memiliki :
1. Minimal 2 tahun bekerja di HCU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat/kritis
C. Peralatan
1. Ventilator
Dokter harus :
a. Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilator
yang digunakan
b. Mampu mengganti baterai
c. Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen
pasien
Perawat harus :
a. Mampu mengganti tabung oksigen
b. Mampu mengganti baterai
2. Pompa
Dokter dan perawat harus :
a. Mampu mengganti baterai
b. Mampu mengoperasikan jarum suntik/syringe pumps
c. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan/obat
3. Monitor
Dokter dan perawat harus dapat :
a. Mendeteksi adanya gelombang yang invasive
b. Melakukan pemantauan invasive
c. Mengoperasikan EKG
d. Mengoperasikan kapnografi
e. Mengoperasikan oksimetri denyut
4. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi
kantong peralatan medis.
5. Troli transfer
Dokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan
mengamankan pasien serta peralatan di dalamnya.
D. Pengangkutan Pasien
Dokter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien
dengan aman.
E. Komunikasi dan Panduan
Dokter dan perawat harus dapat :
1. Mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan rumah sakit tujuan dan
pusat layanan ambulans
2. Membaca dan memahami kebijakan transfer setempat dan nasional
3. Memiliki pengetahuan mengenai struktur kendali dan pemberian perintah
untuk transfer
F. Transfer
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan risiko
yang dapat terjadi selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit
berat/kritis via menggunakan kendaraan yang bergerak/pada transportasi darat
dan waspada akan bahaya yang mungkin terjadi kepada petugas dan atau
pasien.
G. Penyerahan Pasien
Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah-terima pasien di rumah
sakit tujuan.
H. Orientasi
Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi
yang akan digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.
I. Panduan Pemantauan Minimal
Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.

Ditetapkan di: Banjar


Tanggal : 08 Januari 2019
DIREKTUR RSU BANJAR PATROMAN,

DR. dr. H. Herman Sutrisno., MM


NIP. 031401001
26

Anda mungkin juga menyukai