Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN TRANSPER PASIEN

INTRA RUMAH SAKIT DAN ANTAR RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA BELITI


KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan system rujukan pelayanan kesehatan dikembangkan atas
dasar surat keputusan menteri kesehatan republik Indonesia no.32/Birhup/72
tentang pelaksanaan Referal system. Referal System adalah suatu usaha
pelayanan kesehatan antara berbagai macam tingkat unit-unit pelayanan medis
dalam suatu daerah tertentu ataupun untuk seluruh wilayah Republik Indonesia.
Prof.DR.Soekijo Notoatmojo (2008) mendefinisikan system rujukan sebagai
satu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab timbale balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical ( dari unit yang lebih mampu menangani )
atau horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuanya)
Sederhananya, system rujukan mengatur dari mana dan mau kemana
seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya, pengaturan ini berupa pengaturan transfer pasien.
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasienlayak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan
keselamtan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer
pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien di mulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
tranportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transper. Transfer hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
professional lainya yang sudah terlatih.

B. Definisi.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan/ruang tindakan lain dalam rumah sakit (intra Rumah sakit) atau
memindahakan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah
sakit)

2
B. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer adalah :
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan aman
dan lancar serta pelaksanaanya sangat memperhatikan keselamatan pasien
sera sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :


1. Transfer pasien dari IGD ke Rawat Inap
2. Transfer pasien dari IGD ke Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari IGD ke Radiologi
4. Transfer pasien dari Rawat Jalan ke Rawat Inap
5. Transfer pasien dari Rawat Jalan ke Radiologi
6. Transfer pasien dari Rawat Jalan ke Kamar Operasi
7. Transfer pasien dari Rawat Inap ke Kamar Operasi
8. Transfer pasien dari Rawat Inap ke Radiologi
9. Transfer pasien dari Rawat Inap ke Rawat Inap

B. Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :


1. Transfer pasien dari RSUD MUARA BELITI ke RS lain atau sebaliknya
2. Transfer pasien dari RSUD MUARA BELITI ke rumah pasien atau sebaliknya

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pengaturan Transfer
1. RSUD MUARA BELITI memiliki tim atau petugas transfer yang terdiri dari
DPJP, dr IGD/dr Ruangan, Perawat/bidan ruangan dan petugas ambulan.
Petugas ini memutuskan dalam melakukan transfer pasien dan metode yang
gdigunakan sesuai dengan tempat pasien rawat.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSUD Muara Beliti:
a. Layanan Antar-Jemput Pasein : Merupakan layanan jasa umum khusus
untuk pasien RSUD Muara Beliti dengan petugas tranfer IGD, dimana tim
tersebut akan mengambil/menjemput pasien dari rumah sakit jejaring
untuk dibawa ke RSUD Muara Beliti.
b. Tim Transfer Pasien di instalasi gawat darurat dilakukan oleh dokter dan
perawat jaga IGD sesuai dengan instruksi DPJP jaga oncall.
c. Tim Transfer Pasien diluar IGD dilakukan oleh dokter jaga bangsal dan
perawat jaga IGD sesuai dengan instruksi DPJP yang merawat pasien.
3. RSUD Muara Beliti mempunyai sistem resusitasi, stabilitasi dan transfer pasien
–pasien dengan sakit berat / kritis tanpa terkecuali.
4. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang bertanggung jawab dalam
tim transfer pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat/kritis antar rumah sakit.

B. Keputusan Melakukan Transfer


1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer kemudian
lakukan stabilitas pre transfer dan manajemen.
3. Hal yang mencangkup transfer : evaluasi, komunikasi, dokumtasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan penyerahan pasien antar ruangan dalam
rumah sakit maupun ke rumah sakit rujukan/penerima dan kembalike RSUD
Muara Beliti.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman edukasi
dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus di pertimbangkan
dengan matang karaena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personal
rumah sakit akan resiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.

5
6. Pertimbangan resiko dan keuntungan dilakukan transfer jika resikonya lebih
besar sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien diperlukan personal yang terlatih dan kompeten,
peralatan yang khusus.
8. Keputusan final untuk melakukan transfer internal dan eksternal dari IGD untuk
pasien 4 penyakit dasar didalam jam kerja ( pkl 07:30-14:00 wib ) maupun
diluar jam kerja ( 14:00-07:30 wib ) ditentukan oleh DPJP
9. DPJP Mengatur pendamping transfer pasien sesuai dengan kriteria
10. Keputusan final untuk melakukan transfer internal dan eksternal dari IGD
untuk pasien diluar 4 penyakit dasar didalam jam kerja maupun diluar jam
kerja dipegang oleh DPJP oncall.
11. Untuk level 3 harus berkoordinasi dengan dokter anestesi dan keputusan
final ditentukan oleh dokter anatesis.
12. Bila DPJP oncall/DPJP pasien berhalangan maka dapat dilimpahkan
kewenangan klinis kepada DPJP Lainnya/ dokter IGD secara tertulis didalam
form perlimpaan kewenangan klinis yang dikeluarkan oleh bidang Pelayanan.
13. Dokumtasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detil nya) tanggal dan waktu
pengambilan keputusan serta alasan mendasari ( resume pasien ).
14. Terdapat 3 alasan untuk melakukan trasnfer pasien keluar RSUD Muara
Beliti, yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut.
 Ini merupakan situasi emergency dimana sangat diperlukan transfer
yang efesien untuk terlakasana pasien lebih lanjut yang tidak dapat
disediakan RSUD Muara Beliti
 Pasien harus stabil dan tersusitasi dengan baik sebelum ditransfer
 Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai
tipe transfer “gawat darurat“, misalnya ruftur aneurisma aorta juga dapat
dikategorikan sebagai tipe transfer “gawat” mislanya pasien dengan
kebutuhan hemodialisa.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis ( misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit
tidak mencukupi)
 Idealnya pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan kepentingan
mereka.
 Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan / kebutuhan akan tempat
tidur/ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskan tindakan
untuk mentransfer pasien ke unit rumah sakit lain.

6
 Pengambilan keputusan haruslah mempertmbangkan aspek etika akan
mentransfer pasien stabil yang telah berada/dirawat diunit intensif
rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan perawat
intnsif tetapi kondisinya tidak stabil.
 Saat menghubungi jasa ambulan pasien ini dapat dikategorikan sebagai
tipe tansfer “gawat”.
c. Repartosi / pemulangan kembali
 Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya
dinilai cukup untuk menjalani tansfer oleh DPJP
 Pertimbangan akan resiko dan keuntungan dilakuknnya transfer harus
dipikirkan dengan matang dan dicatat.
 Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini
haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih
diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif keruang rawat, hal
ini juga membantu menjaga hubungan baik antar rumah sakit.
 Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan
sebagai tipe “elektif “.
15. Saat keputusan transfer telah diambil perawat ruangan / petugas informasi
akan menghubungi ruangan / rumah sakit yang dituju yang sudah melakukan
perjanjian kerja sama dalam pelayanan transfer pasien.
16. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit tim transfer ( DPJP/ perawat
ruangan , dokter IGD ) akan menghubungi rumah sakit yang dituju. jika
ruangan tersebut setuju untuk menerima pasien transfer, tim transfer RSUD
Muara Beliti harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai
dirumah sakit yang dituju.
17. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis
pasien yang meliputi nama, jabatan, dan detil kontak personal yang membuat
kesepakatan baik dirumah sakit yang merujuk dan di rumah sakit penerima :
tanggal dan waktu dilakukan komunikasi antar rumah sakit y ang merujuk.
18. Pusat pelayanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efesien.

C. Stabilisasi sebelum transfer


1. Meskipun berpotensi memberikan resiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/kritis

7
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil ( transfer
pasien kalau kondisi sudah stabil )
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
ekselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolema
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur pengaturan transfer pasien.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit / rumah skait lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
a. Amankan potensi jalan napas, beberapa pasien mungkin membutuhkan
intubasi atau trakeaostomi dengan pemantauan end-tidal carbondioxide
yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunak ventilator
selama minimal 15 menit.
c. Terdapt jalur vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral )
d. Pengukuran tekanan darah pasien selama prose transfer berlangsung
e. Jika terdapat pneumotorak selang drainase dada ( water-sealed Drainage-
WSD ) harus terpasang dan tidak boleh diklaim.
f. Pasang keteter urin dan naogastric tube ( NGT ) jika diperlukan
g. Pemberian terapi/ tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer.
7. Unit rumah sakit yang dituju dapat memberikan sarana mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap situasi-situasi khusus,
namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familar dengan peralatan yang akan dan secara
independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien ( lampiran 1 ) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewatkan.

D. Pendampingan pasien selama transfer


1. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis/petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus

8
3. DPJP yang bertanggung jawab terhadap pasien bertugas untuk membuat
keputusan setelah berkoordinasi dengan tim transfer dalam menentukan siapa
saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan tansfer petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien pasien yang tidak memerlukan dampingan dokter
ICU/dokter Anastesis Selama proses transfer anata rumah sakit berlangsung :
a. Pasien yang dapat mempertahankan potensi jalan napasnya dengan baik
dan tidak membutuhkan bantuan ventilator/oksigen
b. Pasien dengan perintah “ Do Not Resuscitate “ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut dimana
intervensi anestesis tidak akan mempengaruhi hasil
6. Beikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat/derajat kebutuhan perawat pasien kritis ( keputusan harus dibuat oleh
DPJP )
a. Derajat 0 : Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhan dengan ruang rawat
biasa di unit/rumah sakit yang dituju : biasanya tidak perlu didampingi oleh
dokter, perawat, atau paramedis (selama transfer)
b. Derajat 1 : Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di ICU dimana membutuhkan perawatan
diruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim
perawat kritis : dapat didampingi oleh perawat mahir, petugas ambulan
dan dokter (selama transfer)
c. Derajat 2 : Pasien yang membutuhkan observasi / interview lebih ketat
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca
operasi dan pasien yang sebelumnya dirawat di ICU , harus didampingi
oleh petugas yang berkompeten ( biasanya dokter dan perawt/paramedis
lainnya )
d. Derajat 3 : Pasien yang membutuhkan bantuan oernafasan lanjut
( advanced respiratory support ) atau bantuan pernafasan dasar ( basic
respiratory support) dengan dukungan bantuan pada minimal 2 sistem
organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan
kegagalan multi organ harus didampingi oleh petugas yang kompeten
( dokter anestesis dan perawat ruang intensif/IGD atau paramedis
lainnya ).
7. Saat DPJP di RSUD Muara Beliti dapat menjaminya terlaksnanya bantuan /
dukungan anestesisologi yang aman selama proses transfer, pengambilan
keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan resiko terkait transfer.

9
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat/kritis harus petugas mahir
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama
transfer berlangsung yang berisi nomor telepon RSUD Muara Beliti dan rumah
sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang terpenting selama proses transfer

E. Kompentensi Pendamping pasien dan peralatan yang harus dibawa selama


transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer inta RSUD Mura Beliti (miimal)

Pasien Petugas Keterampilan yang Peralatan Utama


Pendamping dibutuhkan

Derajat 0 TPK/Petugas Bantuan hidup


Keamanan dasar

Derajat 0,5 TPK/Petugas Bantuan hidup


( Orang Keamanan dasar
Tua/delirium)

Derajat 1 Perawat/Petugas Bantuan hidup Oksigen


keamanan dasar Suction
Pelatihan tabung Tiang infus
gas portabel
Pemberian obat- Pompa infus
obatan dengan baterai
Oksimentri
denyut

Derajat 2 Perawat dan Semua Semua peralatan


petugas keterampilan diatas diatas ditambah
keamanan ditambah Monitor EKG
Bantuan hidup dan tekanan
lanjut darah
Defibrillator

Derajat 3 Dokter , perawat, Standar kompetensi


dan dokter harus diatas
TPK/petugas standar minimal
keamanan dokter:
1. minimal 6 bulan
pengalaman
mengenai
perawatan pasien
intensif dan bekerja
di ICU
2.Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
3.ketermapilan

10
menangani
permaslahan jalan
napas dan
pernafasan minimal
level ST 3 atau
sederajat
4.Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut

Transfer Intra Rumah Sakit


1. Standar pemantauan minimal pelatihan dan petugas yang berpengalaman
diaplikasikan pada transfer intra dan antar rumah sakit
2. Sebelum transfer lakukan analisis mengenai resiko dan keuntungannya
3. Sediakan kapasits cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup utnuk
mengantisipasi kejadian emrgency.
4. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemariksaan radiologi harus
paham akan bahaya potensi yang ada
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boelh melebihi level
pasien

2. Kompetensi SDM untuk Transfer antar rumah sakit

Petugas Keterampilan Peralatan utama


Pasien pedamping yang dibutuhkan dan jenis
(minimal) kendaraan

Derajat 0 Petugas Bantuan Hidup Kendaraan High


ambulan Dasar (BHD) Dependency service
(HDS) / ambulans

Derajat 0,5 Petugas Bantuan Dasar Kendaraan


(orang tua atau ambulan dan Hidup HDS/ambulan
delirium) perawat

Derajat 1 Petugas 1.bantuan Hidup 1.Kendaraan


ambulan dan Dasar HDS/Ambulan
Perawat 2.pemberian 2.Oksigen
oksigen 3.Suction
3.Pemberian Obat- 4.Tiang Infus
obatan Portabel
5.Oksimentri

Derajat 2 Dokter , 1.Semua 1.Semua perlatan


Perawat dan ketermapilan di diatas
Petugas atas 2.Monitor EKG
Ambulan 2.Penggunaan alat dan tekanan
pernafasan darah

11
3.Bantuan hidup 3.Defibrilator bila
Lanjut diperlukan
4.Penggunaan
kantong
pernafasan
5.Penggunaan
Defibrillator
6.Penggunaan
monitor intensif
7.Ambulan EMS

Derajat 3 Dokter, perawat Dokter 1.Ambulans


dan petugas 1.Minimal 6 bulan lengkap /AGD
keamanan pengalaman 118
mengenai 2. Monitor ICU
perawatan portabel yang
pasien intensif lengkap
dan bekerja di 3.Ventilator dan
ICU peralatan
2.Keterampilan transfer yang
bantuan hidup memenuhi
dasar dan lanjut standar minimal
3.ketermapilan
menangani
permaslahan
jalan napas dan
pernafasan
minimal level
ST 3 atau
sederajat
Perawat :
Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut

F. Pemantauan, Obat-Obatan Dan Peralatan Selama Transfer Pasien Kritis


1. Pasien dengan kebutuhan oerawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus
sebaik pelayanan di RSUD Mura Beliti
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfrer dilakukan
Standar minimal untuk dilakukan transfer :

12
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG Kontineu
c. Pemantauan tekanan darah ( non-invasif)
d. Saturasi oksigen
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Pemantauan entidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temprature pasien secara terus menerus untuk mencegah
tejadinya hipotermia atau hipertemia
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan
dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu ( melalui kanula arter )
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekananan darah
nya secara invasif selama tansfer ( wajib pada pasien dengan cedera otak
akut; pasien dengan tekanan darah tidak stabil atau nerpotnsi menjadi tidak
stbil atau pada pasien dengan inotropik )
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu pemantauan filling status
(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral
diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien pasien
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure ) dan pengaturan vertilator.
10. Tim transfer yang terlibat harus harus memastikan ketrsedian obat obatan
yang diperlukan,antara lain ( sebaiknya obat-obatan sudah disiapkan di dalam
jarum suntuk )
a. Obat resusitasi dasar epinefrin, anti aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas terjaga dengan baik
12. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik

13
14. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans
15. Pertahankan temprature pasien , lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer
16. Seluruh peralatan harus kokh dan tahan lama dan ringan
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai ( saat
tidak disambungkan dengan stop kontak)
18. Baterai tambahan harus dibawa ( untuk mengantisipasi terjadinya listrik mati )
19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar jernih dan terang dan dapat
meperlihatkan elektrokardiogram ( EKG ), stuasi oksigen arteri, pengukuran
tekanan darah (non invaif), kapnografi dan temprature
20. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras dan tidak dapat diandalkan saat terhadap penggerakan
ektrenal/vibrasi
21. Alam dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras
22. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai minimal :
a. Alarm yang berbunyi jika tejadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari
tubuh pasien
b. Mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif dan berbagai macam
konsentrasi oksigen inspirasi
c. Pengukuran rasio inspirasi, ekspirasi, frekuensi pernafasan permenit dan
volume tiap hari
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali dan pemberian tekanan
positif berkelanjutan
23. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya satu proses
tranfer yangn lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi
/obatobatan
24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan dan informasi klinis lainya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selam transfer
25. Pasien harus dipantau secara terus menerus selama transfer dan dicatat
dilembar pemantauan
26. Monitor ventilator dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan
harus dalam posisi aman dibawah level pasien

G. Pemilihan Metode Transfer Antar Rs Untuk Pasien Kritis


1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti dibawah ini :
a. Derajat urgent untuk melakukan transfer

14
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain :
a. Jasa ambulan gawat darurat
 Siap sedia selama 24 jam
 Perjalanan darat
 Durabilitas : dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan
 Kontak : pusat ambulan: IGD 118 , ambulan 119
b. Ambulans udara/ helicopter ( bila perlu )
 Terbatas untuk siang hari dan bergantung pada cuaca
 Kesesuaian terhadap batas area, area sempit satu orang pendamping
profesional dapat iku bersama pasien jika diperlukan
 Durabilitas masih berada dalam lingkup
 Kontak : pusat ambulan udara
c. Fixed wing
 Sesuai permintaan
 Hanya jarak jauh , bebrapa pesawat memiliki kabin yang terbatas dan
mungkin tidak dapat mengakomodasi pasien dan peralatan , terutama
fiksasi eksternal . ini adalah layanan spesialisasi dan harus memiliki
petugas medis yang berpenglaman dan kompeten
 Durabilitas tidak ada batasan jarak. Biasanya digunakan transfer
internasional
 Kontak pusat ambulan udara/ambulan SOS /Angkasa pura

3. Jika telah ditentukan untuk menggunakan transfer via udara , kondisi appapun
mungkin dapat dipengaruhi oleh perubahan tekanan barometik harus
diberitahukan kepada tugas pesawat . ketinggian terbang dapat dibatasi sesuai
dengan pertimbanganpilot
4. Kondraindikasi relatif untuk transfer via udara adalah pneumoperitoneum dan
adanya udara intrakranial

H. Alat Transportasi Untuk Transfer Pasien Antar Rumah Sakit

15
1. Gunakan mobil ambulan RSUD Mura Beliti. mobil dilengkapi soket listrik 12 v,
suplai oksigen, monitor dan perlatan lainnya.
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan kebutuhan untuk mentrasfer
pasien terpenuhi ( seperti oksigen, baterai cadangan dll )
3. Standar perlatan di ambulan
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntuk
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Alat kejut jantung
4. Tim transfer / SDM pendamping dapat memberikan saran mengenai
kecepatan ambulan yang diperlukan dengan mempertimbangkan kondisi klinis
pasien
5. Keputusan pasien untuk menggunakam sirine diserahkan kepada supir
ambulan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer ynag lancar dan
segera denga akselerasi dan deselerasi yang minimal
6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat
padat penduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman
8. Jika terdapat kegawatan darurat medis dan pasien membutuhkan intervansi
segera, diberhentikan ambulan di tempat yang aman dan dilakukan tindakan
yang diperluakan
9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan ambulan gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya

I. Dokumen Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam tahapan transfer dan harus
mencangkup :
a. Detail kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan merima rujukan
d. Status resume medis

16
e. Detail tanda vital , pemeriksaan fisik dan terapi diberikan selam transfer
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi anta rumah sakit jejaring dan diterapkan
untuk transfer intra dan antar rumah sakit
3. Rekam medis harus mengandung :
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum,sesudah dan
setelah transfer, termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan
dan terapi yang diberikan
b. Dan untuk proses audit , petugas transfer harus mempunyai salinan
datanya
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah yang terjadi selama proses
transfer termasuk penundaan transportasi
5. Petugas transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi
rumah sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien
6. Saat tiba dirumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien anatar
petugas transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima yang akan
bertnaggung jawab terhadap perwatan pasien selanjutnya
7. Proses serah-terima pasien harus mencangkup pemberian informsi ( baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital,
hasil pemeriksaan penunjang, terapi dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi dan yang lainnya hrus
dideskripsikan dan siserahkan kepada petugas rumah sakit
9. Setelah menyerahkan pasien, petugas transfer dibebas tugaskan dari
kewajiban merawat pasien
10. Perlu penyediaan pakaian sejumalah peralatan yang dapat dibawa, sejumlah
uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tugas transfer

J. Komunikasi Dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit


1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluraganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikan nomor telepon rumah
sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju RS tersebut
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat setuju untuk menerima psien
sebelum dilakukan transfer
3. Kontak pertama harus diklakukan oleh konsultan / dokter penanggung jawab di
kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya tunjukanlah satu orang lainnya bertugas sebagai
komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan

17
a. Jika selama transfer terjadi pergantiian jaga perawat yng ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan jika ingin
menggunakan jasa dan harus menjadi kontak satu satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulan
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepda rumah sakit tujuan
5. Petugas transfer harus berkomuniksai dengan rumah skait asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangan
6. Kontak IGD RSUD Muara Beliti (0733) 4540193

BAB IV

DOKUMENTASI

Audit dan Jaminan Mutu


1. Audit catatan yang jelas dan lengkap selama transfer

18
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RSUD Muara Beliti bertanggung jawab untuk menjaga berlangsungnya proses
4. Pelaporan insidenyang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol
standar RSUD Muara Beliti
5. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSUD Muara Beliti

19

Anda mungkin juga menyukai