Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

KRITERIA KELUAR DAN MASUK HCU ( HIGH CARE UNIT )

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH HASTA HUSADA


Jl. Bromo No. 98-100 Kepanjen (0341) 399499 fax (0341) 399699
MALANG
2019
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI .................................................................................................. 01


BAB II RUANG LINGKUP .................................................................................. 02
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................... 03
A.Kriteria Masuk Dan Keluar High Care Unit (Hcu)....................................... 03
B.Keputusan Melakukan Transfer ................................................................... 04
C.Stabilisasi Sebelum Transfer ....................................................................... 05
D.Pendampingan Pasien Selama Transfer .................................................... 06
E.Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa
Selama Transfer Ke Ruang Intensif ............................................................. 07
F.Alat Transportasi Untuk Transfer Pasien Ke Ruang Intensif (Hcu) ......... 08
G.Komunikasi Dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit .......................... 08
BAB IV DOKUMENTASI .................................................................................... 09

i
BAB I
DEFINISI

Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang


perawatan/ruang tindakan lain didalam rumah sakit ( intra rumah sakit ) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain ( antar rumah sakit ).
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan
dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan
peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer.
Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.

A. TUJUAN
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:


a. Transfer pasien dari IGD, ke Ruang perawatan intensif (HCU)
b. Transfer pasien dari IRNA ke Ruang perawatan intensif (HCU)
c. Transfer pasien dari RR ke Ruang perawatan intensif (HCU)
d. Transfer pasien dari HCU (high care unit) ke Rawat Inap
e. Transfer pasien dari HCU (high care unit) ke Kamar Operasi

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. KRITERIA MASUK DAN KELUAR High Care Unit (HCU)


High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien
dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun
masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara
ketat.Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang
membahayakan, sehingga bisa dengan segera dipindah ke ICU untuk dikelola lebih
baik lagi. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif harus diidentifikasi sesuai atau tidak dengan kriteria
untuk dimasukkan keHCU.
Pelayanan HCU adalah pelayanan medis yang dilaksanakan melalui
pendekatan tim multi disiplin dengan kriteria yang dibuat oleh seluruh DPJP yang
melaksanakan asuhan pasien. HCU dipimpin oleh dokter spesialis yang telah
mengikuti pelatihan dasar-dasar HCU. Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien
secara ketat, menganalisis hasil pemantauan dan melakukan tindakan medik dan
terapi serta asuhan keperawatan yang diperlukan.
1. Tujuan teknis pelayanan High Care Unit adalah:
a) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang di rawat di
HCU
b) Menyediakan, meningkatkan, dan mengembangkan sumber daya
manusia
c) Meningkatkan sarana dan prasarana serta peralatan HCU
d) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan HCU
terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan
pemantauan
2. Kriteria Masuk dan Keluar HCU
a) Kriteria Masuk
 Pasien gagal organ yang berpotensi mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan alat bantu
invasif.
 Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
b) Kriteria Keluar
 Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang
ketat.
 Pasien yang cenderung memburuk dan / atau memerlukan
pemantauan dan alat bantu invasif sehingga perlu pindah ke ICU
c) Yang tidak perlu masuk HCU.

3
 Pasien dengan fase terminal suatu penyakit ( seperti: kanker stadium
akhir )
 Pasien / keluarga yang menolak untuk dirawat di HCU ( atas dasar
‘informed consent’)

B. KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER


1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre - transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam
rumah sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada Kepanjen.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman:
edukasi dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan
dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel
rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya
lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,
peralatan dan alat transportasi khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP / dokter senior ( biasanya
seorang konsultan ) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter
yang mengambil keputusan ( berikut gelar dan biodata detailnya ), tanggal
dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari berikut
kriteria kondisi umum pasien.
10. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab /
dokter ruanganakan menghubungi unit perawatan intensif ( HCU ) yang
dituju.
11. Beritahukan kepada pasien ( jika kondisinya memungkinkan ) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer ke ruang intensif / khusus, dan
mintalah persetujuan tindakan transfer.
12. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi
yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat
bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah
sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses
transfer berlangsung dengan aman.

4
C. STABILISASI SEBELUM TRANSFER
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (
extremely ill ).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil ( pasien
di transfer jika kondisi sudah stabil )
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga
hipovolemia harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit / rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
 Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
 Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
ventilator portabel selama minimal 15 menit.
 Terdapat jalur / akses vena yang adekuat ( minimal 2 kanula perifer atau
sentral )
 Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu/terus-menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama
proses transfer berlangsung.
 Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada ( Water - Sealed
Drainage – WSD ) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
 Pasang kateter urin dan nasogastric tube ( NGT ), jika diperlukan
 Pemberian terapi / tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai
penanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasi - situasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara
independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat - obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien ( lampiran 1 ) untuk
memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan
tidak ada yang terlewat.

5
D. PENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang
tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus ( tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien ).
3. Dokter ruangan ( dr DPJP ), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek - aspek lainnya yang berkaitan
dengan proses transfer.
5. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis (
keputusan harus dibuat oleh dokter Ruangan / DPJP ):
1) Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa
di unit / rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh
dokter, perawat, atau paramedis ( selama transfer ).
2) Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit ( HCU ); di mana
membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan
dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh
perawat, petugas ambulan, dan atau dokter ( selama transfer ).
3) Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan
pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman
( biasanya dokter dan perawat / paramedis lainnya ).
4) Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut ( advanced
respiratory support ) atau bantuan pernapasan dasar ( basic
respiratory support ) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2
sistem organ, termasuk pasien - pasien yang membutuhkan
penanganan kegagalan multi - organ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman ( biasanya dokter
anestesi dan perawat ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya ).

6
6. Saat dokter Ruangan / DPJP di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada
Kepanjen tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan
anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan
haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
7. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan
sakit berat/kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
8. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama
transfer berlangsung yang berisi nomor telphon Rumah Sakit Khusus Bedah
Hasta Husada Kepanjen dan rumah sakit tujuan.
9. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

E. KOMPETENSI PENDAMPING PASIEN DAN PERALATAN YANG HARUS


DIBAWA SELAMA TRANSFER KE RUANG INTENSIF
Tenaga yang terLibat datam perayanan HCU terdiri dari tenaga dokter
spesialis, dokter dan perawat.Tenaga tersebut meraksanakan perayanan HCU
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diatur oleh masing - masing RS.
Adapun susunan timpelayanan HCU adarah sebagai berikut:
1. Koordinator: Dokter spesiaris yang terah mengikuti peratihan dasar -
dasar ICU, yang meliputi:
1) Pelatihan pemantauan
2) Pelatihan penataraksanaanjaran nafas dan terapi oksigen
3) Pelatian terapi cairan, elektrolit, dan asam basa
4) Pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi
5) Pelatihan manejemen HCU
2. Anggota:
1) Dokter spesialis / dokter yang tetah mengikuti pelatihan Basic dan
Advanced Life Support.
2) Perawat yang telah mengikuti pelatihan Basic Life Support dan dapat
melakukan pemantauan menggunakan peraratan monitor.
Jumlah dokter spesialis, dokter dan perawat disesuaikan dengan jam kerja
pelayanan HCU 24 jam, beban kerja dan kompleksitas kasus pasien yang
membutuhkan pelayanan HCU. Rasio jumlah perawat berbanding pasien di HCU
sebaiknya adalah 1 ( satu ) perawat untuk 2 ( dua ) pasien.
SDM pelayqnan HCU diharuskan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan secara berkelanjutan guna mempertahankan dan meningkatkan
kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Program pelatihan harus diselenggarakan bagi semua staf agar dapat
meningkatkan dan menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam
menerapkan prosedur serta pengetahuan dan teknorogi baru.

7
Program pengembangan dan pendidikan eksternal untuk dokter
ditujukan pada pelatihan dan petatihan ulang ACLS, FCCS, dan PFCCS. Untuk
perawat ditujukan pada pelatihan Bantuan Hidup Dasar, ACLS, Kardiologi
Dasar dan Pelatihan lCU. Adapun evaluasi dilakukan setelah pelatihan
dilaksanaka.

F. ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN KE RUANG INTENSIF


(HCU)

G. KOMUNIKASI DALAM TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT


a. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer.
b. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan / dokter penanggung jawab
yang sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk mendiskusikan mengenai
kebutuhan medis pasien.
c. Untuk kontak selanjutnya, dilakukan oleh petugas medis ( perawat ) sampai
transfer selesai dilakukan.
a. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada perawat yang bertugas di ruang intensif.
b. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,
berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan di pelayanan HCU meliputi pencatatan rekam


medis pasien dan pelaporan kegiatan pelayanan Rumah sakit menjadi tanggung
jawab Kepala HCU yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Pencatatan rekam medis pada pelayananan HCU sangat
dibutuhkan oreh Tim untuk pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan,
sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan medis serta untuk kepentingan perlindungan hukum bagi Dokter /
Dokter Spesialis.
Rekam medis HCU dapat menggunakan model rekam medis ICU atau
membuat sendiri catatan terhadap pemantauan dan intervensi yang dilakukan
sesuai kebutuhan.
Proses transfer didokumentasikan di rekam medis pasien dan buku
operan.Saat tiba di ruang intensif ( HCU ), harus ada proses serah - terima
pasien antara tim transfer dengan pihak petugas medis ruang intensif ( HCU )
yang menerima ( paramedis dan perawat ) yang akan bertanggungjawab
terhadap perawatan pasien selanjutnya.Proses serah - terima pasien harus
mencakup pemberian informasi ( baik secara verbal maupun tertulis ) mengenai
riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang (
laboratorium, radiologi ), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas ruang intensif ( HCU ). Setelah
menyerahkan pasien, tim transfer dibebas tugaskan dari kewajiban merawat
pasien.

Anda mungkin juga menyukai