DEFINISI
A. Pengertian
1
B. Tujuan
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
Transfer dari luar atau ke luar RSUD Mokopido Tolitoli bisa berupa
transfer dari RSUD Mokopido Tolitoli ke rumah sakit lainatau sebaliknya,
transfer mungkin berasal dari kejadian kecelakaan lalulintas, musibah
masal/bencana dan sebagainya.
4
c. RR: 20-32 x/menit
d. Sistol 160-220 mmHg
e. HR : 101-120
f. GCS 8-13
g. >37,5-≤40C
3. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi,
dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter
dan perawat / paramedis lainnya).
Kriteria:
a. OBSTRUKSI
b. Snoring
c. Gargling
d. Terintubasi
e. Henti nafas
f. RR<10x/ menit
g. RR<32x/menit
h. Wheezing berat
i. Rhonki Basah
j. Henti jantung
k. Nadi tidak teraba
l. Sistol >220 mmHG
m. Diastol >120 mmHg
n. Pucat/sianosis
o. HR<50x/menit / >120x/menit
p. CRT >2 detik
q. GCS ≤7
r. > 40°c
s. > 35°c
4. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory
support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan
multi-organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
5
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif /
IGD atau paramedis lainnya).
Kriteria:
a. Obstruksi
b. Snoring
c. Gargling
d. Terintubasi
e. Henti nafas
f. RR<10x/ menit
g. RR<32x/menit
h. Wheezing berat
i. Rhonki Basah
j. Henti jantung
k. Nadi tidak teraba
l. Sistol >220 mmHG
m. Diastol >120 mmHg
n. Pucat/sianosis
o. HR<50x/menit / >120x/menit
p. CRT >2 detik
q. GCS ≤7
r. > 40°c
s. > 35°c
Catatan :
1) Saat Dr ICU/ DPJP di RS tidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses
transfer; pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan
prioritas dan risiko terkait transfer.
2) Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien
dengan sakit berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan
berpengalaman.
3) Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam
selama transfer berlangsung yang berisi nomor telepon RS dan
rumah sakit tujuan.
4) Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses
transfer.
6
BAB III
1. BHD
2. PPGD
3. Pelatihan Transfer pasien dengan sakit berat / kristis
7
4. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan potensi jalan napas, beberapa pasien mungkin
membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan pemantauan end-tidal
carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
ventilator portabel selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer
atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien
selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed
Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
5. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai
penanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasi-situasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
6. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
7. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk
memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan
tidak ada yang terlewat.
8
1. Transfer Intra Rumah Sakit
a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang
berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah
sakit.
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan
keuntungannya.
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup
untuk mengantisipasi kejadian emergensi.
d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan
oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
e. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi
harus paham akan bahaya potensial yang ada.
f. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi
level pasien.
Tabel. 1
Kompetensi SDM untuk Transfer Intra Rumah sakit
9
Petugas Ketrampilan yang
No Pasien Peralatan Utama
Pendamping Minimal dibutuhkan
Tabel 2
10
Kompetensi SDM untuk Transfer Antar Rumah Sakit
Petugas
Ketrampilan yang
No Pasien Pendamping Peralatan Utama
dibutuhkan
Minimal
11
G. Tingkat Penanganan Pasien
Derajat Kondisi
No Tingkat Perawatan Unit Pelayanan
Pasien
1 Intensive Care 3 1. ICU
2. Kamar Operasi
2 1. Ward Care 0 1. Semua ruang rawat
2. Out Patient inap
3. Emergency 2. Semua pelayanan
4. Pelayanan lain rawat jalan
selain 1 dan 2 3. Semua pelayanan
diatas IGD
4. Semua pelayanan
yang tidak termasuk
intensive care
Contoh :
1. Pasien gagal nafas berat
2. Syok dengan macam-macam penyeba
3. Trauma kapitis berat
4. Pasien yang memerlukan pacu jantung
5. Pasien yang kehidupannya terancan dan memerlukan pantaua terus
menerus:
- Pasien infark miokard akut
- Pasien hipertensi emergency
- Pasien disritmia jantung
- Pasien kontusio serebri
- Pasien gangguan pembuluh darah otak
- Pasien pasca resusitasi atau sedang dalam resusitasi
- Pasien koma
- Pasien eklamsi
b. Prioritas II :
c. Prioritas III:
12
H. Tata Cara Transfer Pasien
Kategori 1
Kategori 1 adalah arah pemindahan pasien dari derajat kondisi yang lebih
tinggi ke kondisi derajat yang lebih rendah
Intensive Care
3
(Derajat 3)
Ward Care
(Derajat 1)
Prioritas satu (1) : Pasien yang sudah memenuhi criteria keluar dari ruang ICU /
OK dimana kondisi pasien mulai stabil, sudah tidak
memerlukan bantuan pernapasan, dimana pasien dapat
dirawat diruangan perawatan.
Prioritas ketiga (3) : dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah
tidak ada lagi.
13
Berikut Alur untuk transfer kategori 1:
Pasien
Sudah tidak memerlukan perawatan
intensive
TT
tersedia
selesai
14
Alur untuk transfer Kategori 2
Dari kamar Operasi ke ruang perawatan
MULAI
PASIEN
layak keluar ruang pemulihan
(Recovery Room)
PERAWAT RR
Menghubungi ruang perawatan untuk
kesiapan menerima pasien
Mempersiapkan pasien, obat-obatan &
peralatan sesuai kondisi dan kebutuhan
pasien
TRANSPORTER & RR
Mengantar pasien,denganmembawa
obat-obatan & peralatan sesuai kondisi
pasien menuju ruang
SELESAI
15
Alur untuk transfer kategori 3
Dari Kamar Operasi ke ICU
MULAI
PASIEN
layak keluar ruang pemulihan
(Recovery Room)
PERAWAT RR
Menghubungi ICU untuk kesiapan
menerima pasien
Mempersiapkan pasien, obat-obatan &
peralatan sesuai kondisi dan kebutuhan
pasien
SELESAI
Mengingat kondisi pasien yang tidak stabil, maka prosedur transfer perlu
dilakukan oleh petugas yang berkompeten dibidangnya.
16
3. Transfer antar rumah sakit perlu mendapatkan persetujuan dari pasien dan
atau keluarga yang bertanggung jawab.
4. Tidak menganggap remeh resiko yang akan dialami pasien selama proses
transfer berlangsung. Pastikan tim transfer telah siap dan semua peralatan
medis dan obat-obatan tersedia lengkap dan tidak kadaluarsa.
5. Keputusan mentransfer pasien harus didokumentasikan dalam rekam medis
pasien berikut criteria kondisi umum pasien.
17
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan
ventilator.2
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan
di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga
dengan baik.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang
dengan baik.
13. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
19. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
21. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu
proses transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam
pemberian terapi / obat-obatan.
22. Pencacatan tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait dilengkapi selama
transfer.
23. Pasien dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
18
24. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh
petugas dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
25. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
26. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
27. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu
proses transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam
pemberian terapi / obat-obatan.
28. Pencacatan tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait dilengkapi selama
transfer.
29. Pasien dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
30. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh
petugas dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
19
L. Alat Transportasi untuk Transfer pasien Antar Rumah Sakit
1. Mobil ambulan Rumah Sakit Umum Daerah Mokopido
Kab.Tolitolidilengkapi suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya.
2. Peralatan di Ambulan
l. Suplai oksigen
m. Ventilator
n. Jarum suntik
o. Suction
p. Baterai cadangan
q. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi
posisii pasien
r. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan
temperatur pasien)
s. Alat kejut jantung (defibrillator)
3. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir
ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan
segera dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
4. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat
padat penduduknya
5. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan
intervensi segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan
tindakan yang diperlukan.
20
N. Dokumentasi dan Penyerahan pasien Transfer antar Rumah Sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan
transfer, dan harus mencakup:
a. Detail kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. Status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan
untuk transfer intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan
setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor
lingkungan, dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan
datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi
selama proses transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi
rumah sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien
antara tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis
dan perawat) yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien
selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik
secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda
vital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan
kondisi klinis selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban
merawat pasien.
21
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di
kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
5. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
6. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
7. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan.
8. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
Q. Hal lain yang belum diatur dalam panduan ini dilaksanakan dengan SPO yang
berlaku.
22
BAB IV
DOKUMENTASI
23