Anda di halaman 1dari 6

COVER

SK PEMBERLAKUKAN PANDUAN SKRINING

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi
(Kamus Dorland ed . 25 : 974 ). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan diri
secara pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko.Sehingga
skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien
sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama.
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husadamenetapkan proses skrining baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan untuk mengidentifikasi pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan sesuai
dengan misi serta sumber daya Rumah SakitKhususBedah Hasta Husada. Skrining dapat
dilakukan di luar rumah sakit seperti ditempat pasien berada, di ambulans, atau
didalamrumahsakitsaat pasien tiba di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada, danatau melalui
jalur cepat (fast track) kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan
fisis, psikologis, laboratorium klinis, atau diagnostik imajing sebelumnya.Keputusan untuk
mengobati, mentransfer atau merujuk dilakukan setelah hasil hasil skrining selesai dievaluasi. Bila
rumah sakit mempunyai kemampuan memberikan pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten
dengan misi dan kemampuan pelayanannya maka dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat
inap atau pasien rawat jalan.
Skrining khusus dapat dilakukan oleh RS sesuai kebutuhan seperti skrining infeksi (TBC,
COVID-19, dll), skrining nyeri, skrining geriatri, skrining jatuh atau skrining lainnya.Keterangan
hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untukmenerima pasien rawat inap atau
pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta
Husada mempunyai kemampuan menyediaan pelayanan sesuai dengan misi rumah sakit sebagai
bahan pertimbangan untuk menerima pasien rawat inap dan rawat jalan. Pasien tidak bias
dipindahkan, dirawat,atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yang diperlukan.
Pasien dengan kebutuhan gawat dan/atau darurat, atau pasien yang membutuhkan
pertolongan segera diidentifikasi menggunakan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan kebutuhan pasien, dengan mendahulukan dari pasien yang lain. Pada kondisi
bencana, dapatmenggunakan triase bencana. Sesudah dinyatakan pasien darurat, mendesak dan
membutuhkan pertolongan segera, dilakukan pengkajian dan memberikan pelayanan sesegera
mungkin. Kriteria psikologis berbasis bukti dibutuhkan dalam proses triase untuk kasus
kegawatdaruratan psikiatris. Pelatihan bagi staf diadakan agar staf mampu menerapkan kriteria

1
triase berbasis bukti dan memutuskan pasien yang membutuhkan pertolongan segera serta
pelayanan yang dibutuhkan.
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada melakukan skrining kebutuhan pasien saat
admisi rawat inap untuk menetapkan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan
khusus/spesialistik atau pelayanan intensif.Ketika pasien diputuskan diterima untuk masuk rawat
inap, maka proses skrining akan membantu staf mengidentifikasi pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatifyang dibutuhkan pasien kemudian menentukan pelayanan yang paling sesuai dan
mendesak atau yang paling diprioritaskan.
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada menetapkan kriteria prioritas untuk
menentukan pasien yang membutuhkan pelayanan di unit khusus/spesialistik (unitisolasinon-
airbone : luka bakar, gangrene, lukakronis yang membutuhkan kohorting) atau pelayanan di unit
intensif (ICU, pascaoperasi). Kriteria prioritas meliputi kriteria masuk dan kriteria keluar
menggunakan parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis
fisiologis.Dengan mempertimbangkan bahwa pelayanan di unit khusus/spesialistik dan di unit
intensif menghabiskan banyak sumber daya, maka rumah sakit dapat membatasi hanya pasien
dengan kondisi medis yang reversibel yang dapat diterima dan pasien kondisi khusus termasuk
menjelang akhir kehidupan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Staf di unit
khusus/spesialistik atau unit intensif berpartisipasi dalam menentukan kriteria masuk dan kriteria
keluar dari unit tersebut. Kriteriadipergunakan untuk menentukan apakah pasien dapat diterima di
unit tersebut, baik dari dalam atau dari luar rumah sakit.
Pasien yang diterima di unit tersebut harus dilakukan pengkajian ulang untuk menentukan
apakah kondisi pasien berubah sehingga tidak memerlukan lagi pelayanan khusus/intensif
misalnya, jika status fisiologis sudah stabil dan monitoring intensif baik sehingga tindakan lain
tidak diperlukan lagi maka pasien dapat dipindah ke unit layanan yang lebih rendah (seperti unit
rawat inap atau unit pelayanan paliatif). Apabila rumah sakit melakukan penelitian atau
menyediakan pelayanan spesialistik atau melaksanakan program, penerimaan pasien di program
tersebut harus melalui kriteria tertentu atau ketentuan protokol. Mereka yang terlibat dalam riset
atau program lain harus terlibat dalam menentukan kriteria atau protokol. Penerimaan ke dalam
program tercatat di rekam medis pasien termasuk kriteria atau protokol yang diberlakukan
terhadap pasien yang diterima masuk

2
BAB II

RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan pada area :

1. Pintu masuk Rumah Sakit


2. Poli Rawat Jalan
3. IGD
4. Admisi

3
BAB III

TATA LAKSANA

A. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada melakukan skrining diluar melaluiTelepon meliputi:
1. Menanyakan kebutuhan pasien.
2. Menilai dan memutuskan apakah pasien dapat diterima untuk melakukan pemeriksaan awal
atau tidak.
a. Menilai kebutuhan pasien sesuai  dengan sumber daya rumah sakit apakah pasien dapat
diterima.
b. Jika kebutuhan pasien dinilai tidak sesuai dengansumber daya rumah sakit, maka pasien
diarahkan ke fasilitas kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien.
3. Mencatat di buku terima telepon dari luar.

B. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada melakukan skrining didalam RumahSakit meliputi :
1. Menanyakan kebutuhan pasien.
2. Melakukan skrining COVID 19, apabila hasil negatif bisa diterima sesuai dengan kebutuhan
dan sumber daya rumah sakit.
3. Melakukan skrining infeksi lainnya (airbone disease) pasien ditempatkan di ruang isolasi
airbone disease di IGD.
4. Jika kebutuhan pasien dinilai tidak sesuai dengan sumber daya rumah sakit tetapi kondisi
pasien tidak gawat pasien diarahkan ke fasilitas kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien.

Jika kebutuhan pasien dinilai tidak sesuai  dengan sumber daya rumah sakit tetapi kondisi


pasien gawat, tangani kegawatan pasien terlebih dahulu kemudian dirujuk ke RS lain sesuai
kebutuhan pasien.

C. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada melakukan skrining pada saat rawat inap meliputi :
1. DPJP menentukan pasien masuk rawat inap sesuai prioritas kuratif, prefentif, rehabilitative.
2. Dicatat di form pengkajian awal medis IGD, rawat jalan, form permintaan rawat inap.

BAB IV

DOKUMENTASI

4
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik yang meliputi:

1. Form skrining COVID 19


2. Form skriningairbone disease (TBC)
3. Form triage
4. Form pengkajianawalmedis, rawatjalan, dan IGD
5. Form PermintaanRawatInap

BAB V
PENUTUP

5
Buku panduan skrining pasien ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pelayanan
skrining terhadap pasien oleh staf Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada dan tetap terbuka untuk
dievaluasi dan disempurnakan dari waktu ke waktu guna perbaikan yang lebih optimal.

Mengetahui,

Direktur

Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada

(dr. Ninik Pujaning Dyah)

Anda mungkin juga menyukai