Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN SKRINING PASIEN DI DALAM

DAN DILUAR RUMAH SAKIT


RUMAH SAKIT MEDIKA INSANI
TAHUN 2022

RUMAH SAKIT MEDIKA


INSANI
Jl. Sumber Jaya No 667 Tanjung Baru,
Bukitkemuning

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Panduan Skrining Pasien ini dapat terselesaikan.
Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 menyebutkan bahwa
Rumah Sakit berkewajiban untuk memenuhi hak pasien dan mengedepankan kepuasan pasien. Oleh
sebab itu disusunlah Panduan Skrining Pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi mana pasien
yang perlu rawat inap dan mana yang perlu rawat jalan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
tepat di seluruh rumah sakit.
Panduan Skrining pasien adalah prosedur mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien
sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien di Rumah Sakit Medika Insani
dengan standar baku yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit, dimana prosedur ini harus
dipatuhi oleh semua instalasi/unit pelayanan lingkungan Rumah Sakit Medika Insani. Panduan ini
bertujuan meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta melindungi
pasien dari resiko yang mengancam jiwa.
Panduan ini disusun bersama antara bidang Pelayanan Medik dengan beberapa instalasi
terkait yang merupakan bagian dari panitia Akreditasi Rumah Sakit Medika Insani.
Akhir kata semoga ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam memberikan
pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah kesempurnaan penyusunan
panduan dimasa mendatang.

2
BAB I
DEFINISI

Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk


memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang
tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974).
Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif
pada pasien untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining
bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat
sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit
atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk
mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan
dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik sebelumnya. Skrining dilakukan
apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat pasien di transportasi emergensi atau di
sumber rujukan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke rumah
sakit, saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah sakit.
Pada pasien yang datang langsung ke rumah sakit, skrining dilakukan oleh
petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak dengan pasien. Pada pasien yang tidak
datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan melalui telepon atau
skrining dilakukan di tempat asal pasien yang dilakukan oleh petugas medis Rumah Sakit
Medika Insani.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat
jalan adalah mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya
dan misi rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi yang
didapat melalui proses skrining penting dalam membuat keputusan yang tepat
tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.
A. Skrining dilakukan pada area:
1. Luar Rumah Sakit
2. Pendaftaran
3. Poli Rawat Jalan
4. IGD
B. Skrining dilakukan melalui :
1. Kriteria triage
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemerikasaan fisik
4. Pemeriksaan Laboratorium
C. Prinsip skrining adalah sebagai berikut
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah
sakit
2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di Rumah sakit candimas medical center
adalah bila rumah sakit mampu menyediakan pela yanan yang dibutuhkan
pasien

I. TATA LAKSANA
1. Skrining di luar Rumah Sakit/ Pra Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon.
Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang
mencari informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit,

4
atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana
merujuk pasien ke Rumah Sakit Candimas Medical Center, akan
diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager (CM), atau
tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ)
setelah disambungkan oleh operator. Langkah-langkah skrining pra-hospital
antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DI LAKUKAN


Operator/ penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telpon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan
Admisi / counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas
pendaftaran / kesehatan perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter
customer care/ jaga IGD (24 jam) atau IRJ (selama jam buka
security pelayanan poli) untuk mengidentifikasi pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan
Case Maneger 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
perhatian khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan
berdasarkan identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien
yang membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Medika Insani disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan pasien.
Instalasi Rawat Jalan 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses
pelayanan tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima
telepon segera mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan bagi calon pasien (yang belum
terdaftar sebagai pasien) maupun pasien
lama,untuk merencanakan tindak lanjut

5
IGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima
panggilan telepon melakukan skrining per- telepon
dengan mencatat semua informasi yang diperlukan
mulai dari kondisi pasien sampai dengan riwayat
penyakit saat ini dan/terdahulu serta rencana
tindakan lanjutan yang direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan,
yaitu pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh
rumah sakit untuk identifikasi kebutuhan pelayanan
yang sesuai serta konsultasi dokter jaga IGD kepada
DPJP kasus terkait.
Tenaga Ambulan 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan
permintaan penjemputan pasien, untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan SDM
tim ambulan yang akan melakukan penjemputan,
maupun menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam
penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi
penjemputan dengan berpatokan pada penilaian pre
transport pasien, dengan menggunakan form transfer
pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage,dilakukan setelah tiba di
IGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi
pasien.

2. Skrining di Dalam Rumah Sakit/ Intra Hospital


Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau
usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,pertanyaan, pemeriksaan
fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau
diagnostik imajing pasien. Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif,
kuratif dan rehabilitatif di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses
admisi sebagai pasien rawat inap. Hal tersebut terdapat pada proses assesmen
awal pasien yang dilakukan petugas, adapun penjelasan dari pelayanan preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitasi sebagai berikut:
a. Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal
dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau
6
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada pasien
penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif adalah
mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan mempertahankan
kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini dicapai melalui
intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi pelayanan, memastikan
pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten dengan nilai-nilai dan
preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika diperlukan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan penderitaan minimal.

c. Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Pasien kuratif indikasi
rawat inap:
Diagnosa Kriteria/ indikasi rawat inap
Katarak senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laseasi kornea
2. Laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan pengelihatan
2. Edema kornea
3. TIO > 21
pentonsilarabses 1. Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epitaksis 1. Perdaraan massif
2. Hipertensi tak kontrol
3. Obsevasi perdarahan

7
Lanjut hipertrofil tonsil 1. Pre operatic
Treatment prolonged pregnancy 1. Hamil > 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri > 8cm
2. Telah terjadi perdaraan berulan
3. Hb < 8.0 mg/dl
preeklampsia 1. Tekanan dara > 160/110
2. Proteinuria > + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus cc 1. Perdarahan > 150
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hemiparase gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
4. Hb > 8 mg/dl

1. Trombosit < 100.000


2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (pre syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gasto esophageal reflux desesse
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehhidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk
3. Pre syok TD 100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer
2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu

8
d. Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita- penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok- kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang,
kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC
(latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan melalui
tahapan berikut :
a. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan pada saat
kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman.
Penilaian awal umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 -
5 menit. Penilaian awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria triase
yang menggunakan skala triase Australia, selanjutnya petugas
melaksanakan penilaian lanjutan.
b. Skrining dilakukan melalui :
a) Kriteria triase (SPO Triase pasien)
b) Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
c) Pertanyaan ( anamnesa pasien )
d) Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
e) Psikologik,
f) Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
g) Ketersediaan kamar rawatan
h) Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan preventif,
paliatif, kuratif, dan rehabilitatif
c. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang mencakup :
a) Identitas pasien
b) Anamnesis pasien
c) Pemeriksaan fisik
d) Pemeriksaan penunjang
e) Diagnosis pasien
d. dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di admisi yang
mencakup :
a) Identitas pasien
b) Anamnesis pasien
c) Pemeriksaan penunjang

9
Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di are rumah sakit mulai dari
petugas medis hingga non medis. Hal ini dikarenakan, skrining
didasarkan pada kondisi pasien pada kontak pertamakali dimana pasien tidak
mungkin langsung kontak dengan paramedic melainkan dengan petugas non
medis di sekitar rumah sakit. Berikut ini adalah bagan alur skrining di dalam
dan di luar rumah sakit :
Bila pasien tidak Pendataran pasien rawat
ada jalan / unit yang dituju
Pasien tiba di Skrining oleh kegawatdaruratan
RS petugas RS

Bila pasien ada


kegawatdaruratan Instalasi Gawat Darurat
(IGD)

3. Skrining Non Medis


Skrining ini dilakukan oleh tenaga–tenaga non medis yang berkontak
langsung dengan pasien pertama kali datang.
a. Petugas Non Medis (Satpam, Parkir, Petugas lain)
a) Melaksanakan skrining secara visual
b) Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup Rumah Sakit
candimas medical center, bila melihat ada pasien yang terlihat
kegawatan seperti; sesak, nyeri dada kiri tembus punggung, tidak sadar,
nyeri hebat. Maka petugas membantu pasien dan mengarahkan ke
IGD untuk dilakukan Triage di IGD.
c) Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis
menanyakan keluhan pasien tersebut (sambil melihat apakah ada
kegawatan atau tidak pada pasien). Bila ada kegawatan pasien dibantu
dan diarahkan ke IGD dan bila tidak ada kegawatan dan pasien ingin
berobat diarahkan ke bagian pendaftaran. Contoh :
Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang bisa saya bantu?
(sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien : Selamat Pagi / Siang / Malam pak… Saya mau berobat,
pendaftaran dimana ya?
Petugas : (bila pasien terlihat sakit) ibu ada keluhan apa, sepertinya
ibu terlihat pucat/ nyeri? (bila pasien terlihat baik arahkan
ke pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri

10
Petugas : Kalau begitu ibu sebaiknya ke IGD untuk mendapatkan
perawatan yang cepat, mari ibu saya temani. (Bantu pasien hingga
sampai ke IGD agar dapat dilakukan Triagedi IGD)
d) Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan
kehamilan seperti; ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain- lain, maka
petugas membantu pasien agar dapat dibawa ke Ruang Bersalin dan
ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang bertugas.
e) Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu
pasien hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi
perawat IGD agar perawat IGD dapat mengevakuasi pasien
dengan benar.
4. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi.
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan
laboratorium dan rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien
seperti suhu dan nadi, bila pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat,
pucat, lemas, sesak, demam, nadi lemah dan lain-lain, maka tanyakan
keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka
sarankan pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan
tindak lanjut di IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk
penanganan kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan
DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.
5. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila pasien
terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan lain-lain,
maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar
mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk
penanganan kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan
DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.
6. Front Office (FO)
a. Melaksanakan skrining secara visual

11
b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang jenis-
jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter praktek di Rumah Sakit
Medika Insani.
c. Bila via telepon maka ditanyakan keluhan pasien dan unit yang akan dituju.
d. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat mata
dicurigai ada kegawatan.
e. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke IGD agar dapat ditindak
lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu (Triage).
f. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat IGD
agar perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.
7. Skrining Medis
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak
pertama dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, serta perawat
yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat
menanyakan keluhan pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada
kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat
dapat mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran bila pasien dalam
kondisi sehat dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke IGD
8. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan
pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-
pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau
mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus- kasus yang
ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau
sebelum pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan
ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan
dan fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan
tepat.

12
BAB III
DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan


dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti
perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya
akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

13

Anda mungkin juga menyukai