Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN ADMISI

RSU AMANDA MITRA KELUARGA


Jln. Raya Buahaseum, Ds.Karya mukti,
Lemah Abang Wadas - Karawang
Tahun 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial atau mendaftar pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, atau mencatat hasil pelayanannya. RS
AMANDA MITRA KELUARGA harus menyediakan skrining medis yang sesuai untuk
setiap orang yang datang kerumah sakit yang meminta pemeriksaan atau pengobatan untuk
suatu kondisi medis. Skrining medis harus dapat digunakan untuk menentukan apakah pasien
mempunyai kondisi medis yang emergesi.Suatu kondisi medis yang emergesi berarti pasien
dengan gejala akut yang cukup berat dan tanpa perhatian medis yang segera dapat
diperkirakanakan mengakibatkan kesehatan pasien dalam bahaya yang serius, gangguan
fungi tubuh yang serius, atau disfungsi yang serius dari organ tubuh atau bagian.Pasien
bukan emergensi akan mendapat perawatan yang continue sesuai dengan status klinisnya dan
sumber daya yang tersedia. Untuk pasien yang membutuhkan pelayanan diluar dari yang
tersedia di RS AMANDA MITRA KELUARGA, pasien akan dipindahkan atau dirujuk ke
fasilitas perawatan kesehatan yang sesuai mempunyai perjanjian dan hubungan dengan
organisasi atau fasilitas agar dapat memberikan pasien perawatan yangsesuai jika sumber
daya yang dibutuhkan tidak tersedia di RS AMANDA MITRA KELUARGA.
Struktur dari kebijakan ini terdiri dari 3 bagian ;
I : kebijakan utama
II : ruang lingkup pelayanan di RS AMANDA MITRA KELUARGA
III : pedoman akses untuk perawatan dan penerimaan
Walapun terdapat perbedaan dalam setiap aspek menurut persyaratan praktis dari
pelayanan,persyaratan tersebut akan mempunyai prinsip umum yang sama. Dokumen ini
berlaku untuk semua petugas kesehatan yang bekerja di RS AMANDA MITRA
KELUARGA termasuk para manajer, bidan , perawat, dokter, dan petugas kesehatan yag
berhubungan atau siapapun yang membuat kontak pertama dengan pasien dan melakukan
penilaian mengenai kebutuhan pasien tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum adalah meregistrasi pasien untuk memastikan agar catatan pelayanan
kesehatan pasien sekarang, sebelumnya dan berikutnya terangkum didalam satu catatan
rekam medis yang sama.
2. Tujuan khusus dari pendaftaran rawat jalan adalah ;
a. Untuk membangun respon yang sesuai oleh unit emergensi dalam menerima,
menyaring dan menstabilkan pasien yang datang dengan kondisi klinis darurat.
b. Untuk memastikan standarisasi penerimaan pasien rawat inap,dan pendaftaran
pelayanan pasien rawat jalan.
c. Untuk memberikan pedoman bagi semua staf petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan untuk proses akses bagi pasien untuk mendapat perawatan serta kontinuitas
pelayanan.

C. RUANG LINGKUP
Pasien dapat mengakses layanan perawatan di unit emergensi dan VK24 jam per hari,
7 hari per minggu 52 minggu per tahun. Pasien akan di triasedan dikategorikan untuk
penilaian dan perawtan dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.Pasien dapat melakukan
akses untuk mendapat perawatan ;
1. 1.Rawat jalan poliklinik dan One Day Care (ODC)
2. Unit emergensi
3. VK Pasien hanya dapat dilayani di RS AMANDA MITRA KELUARGA
Jika tersedia jenis layanan yang dibutuhkan. Apabila layanan yang dibutuhkan tidak
memadai atau tidak ada, maka pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki
kebutuhan jenis layanan uang dibutuhkan pasien saat itu dengan sebelumnya dilakukan tes
pemeriksaan penunjang sebagai dasar pengambilan keputusan sesuai standart pelayanan
medis.Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan yang
sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di RSU FIKRI MEDIKA atau jika pasien
ingin untuk dipindahkan ke rumah sakit dikarenakan asuransi atau masalah lainnya
(merujuk kepada kebijakan transfer pasien). Pada pasien dengan hambatan / keterbatasan /
kendala fisik/ komunikasi / bahasa / budaya, RS AMANDA MITRA KELUARGA
memfasilitasi untuk menyelesaikan kendala tersebut.
BAB II
TATA LAKSANA

A. TANGGUNG JAWAB DIREKTUR


Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme protocol yang dijelaskan
dalam kebijakan ini dan dokumen yang bterkait tersedia untuk implementasi,monitoring dan
revisi kebijakan ini secara keseluruhan serta dapat diakses dan dimengerti oleh semua staf
terkait.Yang terlibat dalam tata laksana ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
semua manajer menyebarkan kebijakan ini diwilayah yang menjadi tanggung jawab
mereka,mengimplementasikan kebijakan ini didalam wilayah yang menjadi tanggung jawab
mereka,mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang tepat untuk terpenuhinya
kebijakan ini dan memastikan bahwa semua staf dibawah pengawasan Direktur.

1. Manajer Pelayanan Pasien


Bertanggung jawab untuk memastikan bahwaaudit internal dilaksanaka
2. Kepala Urusan Admisi
Bertanggung jawab untuk implementasi kebijakanyang dikelola dan harus
memastikan bahwa semua staf baru dan lama mempunyai akses dan tau mengenai
kebijakan Direktur, SPO dan formulirlain yang terkait dan dipantau kepatuhannya.
3. Semua Staf Admisi
Bertanggung jawab untuk mengimplementasikan semua kebijakan Direktur dalam
hubungannya dan memastikan bahwa merekamengerti semua kebijakan
serta melaksanakan semua kebijakan tersebut dan SPO lainnya.

B. TATA LAKSANA
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatanatau yang akan
mendapatkan pelayanan kesehatan harus diregistrasikan didalam data pasien dan mendapatkan
nomor rekam medis meliputi pasienrawat inap termasuk bayi baru lahir, serta
mengindentifikasi pasien
1. Proses penerimaan pasien rawat jalana.
a. Pasien datang ke bagian admisi dan diterima oleh petugas admisi.
b. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru(pasien yang
pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobatdan kehilangan kartu) atau
pasien lama.
c. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas admisimendaftar pasien
sebagai berikut ;
1) Petugas admisi akan mengidentifikasi pasien sesuai denganidentitas diri
(KTP/SIM)
2) Jika pasien mempunyai asuransi maka petugas admisi memintakartu asuransi
untuk di swipe dan konfirmasi ke asuransi terkait sertameminta foto copy
KTP maupun kartu asuransi tersebut.
3) Petugas admisi memasukkan data ke system IT sesuai kebenarandata pasien
4) Petugas mencetak Kartu berobat dan memberikan kepada pasienuntuk
disimpan agar dibawa kembali ketika berobat.
d. Jika pasien tersebut adalah pasien lama
1) Petugas menerima dan meneliti antara kartu identitas diri dengankartu
berobat
2) Petugas mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akandituju
3) Petugas rekam medis mengambil berkas rekam medis danmenyerahkan ke unit
yang dituju

2. Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap


Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter jaga IGD maupun
dokter spesialis yang memiliki ijin praktek di RS AMANDA MITRA KELUARGA.
Dokter jaga IGD/poliklinik maupun dokter spesialis akanmembuat surat pengantar
rawat inap sesuai kondisi pasien dan diagnosis sementara kepada admisi. Penerimaan
pasien non emergensi atau pasien rujukan harus dilakukan verivikasi terlebih dahulu
mengenai kelayakan pasien serta kesediaan unit pelayanan sesuai kebutuhan pasien
untuk dirawat di RS AMANDA MITRA KELUARGA.
Petugas admisi memerlukan kelengkapan lembar kerja admisi dan memberikan kepada
dokter pemberi surat pengantar rawat inap baik dari IGD maupun dari poliklinik.

C. PENGATURAN KAMAR RAWAT


Alokasi kamar di RS AMANDA MITRA KELUARGA adalah sebagai berikut:
1. Ruang Anak
2. PU 1
3. PU 2
4. PU 3
5. Ruang ICU
6. Ruang Perinatologi

Pengalokasian kamar dikendalikan oleh petugas admisi. Pasien diperbolehkan untuk


memilih kelas ruagan yang di inginkan, terkecuali pasien dengan kebutuhan ruang isolasi
atau pelayanan intensive setelah dikaji / assesment oleh dokter.
Jika kelas kamar yang diminta tidak ada akan ditawarkan kelas yang tersedia. Jika
pasien tetap menolak, permintaan akan disampaikan kepada manajemen untuk ditindak
lanjuti. Jika semua kamar tidak tersedia maka pasien akan dirujuk. Pasien yang sudah tidak
ada indikasi rawat inap disegerakan untuk dipulangkan dari RS untuk berobat jalan.
Box neonates yaitu bayi baru lahir maka tarif yang berlaku adalah sesuai dengan kelas
kamar ibu nya.Pengaturan tenaga kerja RS AMANDA MITRA KELUARGA di unit
pelayanan admisi berdasarkan sistem shift dapat dilihat di bawah ini:
a. Karyawan Shift Senin- Minggu
Shift 1 : 07.00 - 19.00 WIB
Shift II : 19.00-07.00 WIB
b. Karyawan Non Shift Senin- Jumat : 07.00 - 19.00 WIB
D. BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN
1. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
Perhitungan Beban Kerja Perhitungan kebutuhan petugas admisi berdasarkan beban
kerja pada pelayanan admisi di rumah sakit yang meliputi pelayanan penerimaan pasien
rawat jalan, penerimaan pasien rawat inap, pelayanan pengajuan akta kelahiran dan
kematian, pelayanan perrmintaan resume medis,pendistribusian koran dan admisi sebagai
operator rumah sakit.
Idealnya dibutuhkan tenaga admisi sejumlah 10 tenaga, dengan klasifikasi 1 tenaga
kepala urusan admisi dan 9 tenaga pelaksana admisi untuk pelayanan pasien RS
AMANDA MITRA KELUARGA.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan kebutuhan
pelayanan admisi rumah sakit:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit.
b. Dipisahkan antara fasilitas maupun tenaga untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien dan layanan sebagai operator telepon rumah sakit.
c. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan memenuhi
persyaratan yang ditentukan terutama untuk perlengkapan layanan pasien secara
langsung.

B. Standar Fasilitas
Rumah Sakit harus mempunyai ruang khusus untuk penyelenggaraan
manajemen, ruang pelayanan pasien dan ruang tunggu pelayanan pasien yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi ruangan
yang sejuk, sanitasi dan pemisahan antara meja pelayanan pasien dan ruang tunggu
pelayanan pasien.

C. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan pembuatan kartu berobat/kunjungan, pembuatan label identitas pasien dan
pembuatan gelang identitas pasien. Fasilitas peralatan tersebut harus dijamin sensitif pada
pengukuran dan memenuhi persyaratan untuk peralatan tertentu setiap tahun.Peralatan
minimal yang harus tersedia:
1. Peralatan untuk mencetak kartu kunjungan/kartu berobat
2. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
3. Registrasi data pasien.
4. AC untuk ruang pelayanan admisi pasien
5. Alarm
Macam- macam Peralatan
a. Peralatan Kantor
1) Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filling cabinet,dll)
2) Komputer
3) Alat tulis kantor
4) Telepon
5) Mesin pencetak gelang dan label identitas pasien
6) Mesin pencetak kartu kunjungan pasien
b. Peralatan Sistem Komputerisasi
Sistem komputerisasi harus diadakan dan difungsikan secara optimal untuk
kegiatan sekretariat, pengurusan asuransi dan perusahaan kerjasama, registrasi data
dan pelayanan pasien lainnya. Sistem informasi layanan pasien ini harus terintegrasi
dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk meningkatkan efisiensi fungsi
manajerial dan agar data pasien mudah di registrasi kembali guna kebutuhan resume
medis pasien. Sistem komputerisasi meliputi:
1) Jaringan
2) Perangkat keras
3) Perangkat lunak (program aplikasi)
c. Peralatan Produksi
1) Peralatan pelayanan admisi untuk pembuatan gelang identitas pasien, label
identitas pasien dan kartu kunjungan pasien.
2) Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d. Pendistribusian / pelayanan
1) Pelayanan pasien rawat inap
2) Pelayanan pasien rawat jalan IGD
3) Pelayanan permintaan resume medis dan surat keterangan
4) Pelayanan pengajuan pembuatan kartu keluarga dan akta kelahiran
5) Layanan operator telepon 24 jam
6) Kebutuhan ruang perawatan / unit lain.
BAB IV
A. Pengertian
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Maksud dari sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien ini menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan memberikan bukti serta solusi
dari konsensus para ahli atas permasalahan ini.Dalam pelayanan farmasi sasaran
keselamatan pasien adalah keamanan obat yang perlu diwaspadai.

B. Tujuan
Tujuan “Patient Safety” adalah
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akun tabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit dalam penggunaan
obat.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemakaian obat.

C. Tata Laksana Keselamatan


1. Pelaksaanaan “Patient Safety” meliputi:
a. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai.
b. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai.
c. Membatasi akses masuk dan hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pembelian
tidak sengaja/kurang hati-hati.
d. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan.
e. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak
diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan.
2. Tanggung jawab
a. Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala Instalasi farmasi
setiap unit yang terkait.
b. Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke kepala
masing-masing instalasi atau staf pengganti yang telah ditunjuk

D. Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kefarmasian


Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah yang perlu difahami dan
disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
2. Kejadian Nyaris Cedera/KNCn (Near Miss)
3. Kejadan Sentinel
4. Adverse Drug Event
5. Adverse Drug Reaction
6. Medication Error
7. Efek samping obat
Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya
sehingga dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program Keselamatan
pasien. Berdasarkan laporan IOM (Institute of Medicine) tentang
a. Adverse event
Yang dialami pasien, disebutkan bahwa insiden berhubungan dengan pengobatan
menempati urutan utama. Disimak dari aspek biaya, kejadian 459
b. Adverse drug event
Dari 14732 bernilai sebesar $348 juta, senilai $159 juta yangdapat dicegah (265 dari
459 kejadian). Sebagian besar tidak menimbulkan cedera namun tetap menimbulkan
konsekuensi biaya. Atas kejadian tersebut, IOM merekomendasikan untuk:
1) Menetapkan suatu fokus nasional terhadap isu tersebut
2) Menetapkan suatu fokus nasional terhadap isu tersebut
3) Meningkatkan standar organisasi
4) Menciptakan sistem keselamatan dalam organisasi kesehatan.

E. Peran Admisi Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien


Penggunaan label dan gelang identitas pasien merupakan hal utama dari
pelayanan keselamatan pasien. Dalam mewujudkannya, keselamatan pasien menjadi
masalah yang perlu di perhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu
disebutkan sejumlah pasien mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat
memperoleh layanan kesehatan, khususnya terkait klasifikasi pasien berdasarkan jenis
kelamin, pasien rawan jatuh dan pasien alergi obat di rumah sakitdan sarana pelayanan
kesehatan lainnya, kejadian human error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan
admisi rumah sakit yang sudah terlatih.Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE)Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang
penting tentang hak dan kewajiban pasien. Hal-hal yang harus diinformasikan dan
didiskusikan pada pasien adalah:
1. Hak pasien
a. Dasar hukum undang
1) undang no. 44 tahun 2009 pasal 32
2) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku diruma
h sakit
3) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
4) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi
5) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
6) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
7) Mengajukan pengaduan dan kualitas pelayanan yang didapatkan
8) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit
9) Meminta konsultasi penyakit yang diterimanya kepada dokter lain yang
mempunyai surat izin praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar RumahSakit
10) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya
11) Mendapat informasi yang meleiputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,tuju
an, tujuan tindakan medis, alternatife tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang diajukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
12) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
13) Di dampingin keluarganya dalam keadaan kritis
14) Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang di anutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya
15) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
16) Mengajukan usul, sara, dan perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
17) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya
18) Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayana yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana, dan
19) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang –undangan
2. Kewajiban pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menaati segala peraturan dan tata
tertib Rumah Sakit
b. Pasien berkewajiban untuk menaati segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya
c. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter yang merawat
d. Pasien atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalanatas
jasa pelayanan Rumah Sakit / dokter
e. Pasien atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal–hal yang
telahdisepakati / perjanjian yang telah dibuatnya

G. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Pelaporan Insiden Dan Prosedur Pelaporan Insiden
Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Sentinel masih sangat langka. Setiap kegiatan
pelayanan kefarmasian baik di rumah sakit maupun di komunitas diharapkan
melakukan pencatatan dan pelaporan semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien meliputi KTD, KNC, dan Kejadian Sentinel. Pelaporan di rumah sakit
dilakukan sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit(Patient
Safety ) dan Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang dikeluarkan
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit - Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI). Kejadian terkait dengan keselamatan pasien dalam pelayanan
farmasi komunitas di Indonesia belum mempunyai panduan pelaporan, sehingga
kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan untuk monitoring dan evaluasi. Tujuan
dilakukan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien adalah untuk menurunkan Insiden
Keselamatan Pasien yang terkait dengan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel serta
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.Sistem pelaporan
mengharuskan semua orang dalam organisasi untuk peduli terhadap bahaya/potensi
bahaya yang dapat terjadi pada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk
memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan sehingga diharapkan dapat
mendorong dilakukannya investigasi lebih lanjut.Pelaporan akan menjadi awal
proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali. Setiap
kejadian dilaporkan kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menggunakan
formulir yang sudah disediakan di rumah sakit untuk diinvestigasi.Prosedur
pelaporan insiden, sebagai berikut:
a. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi.
b. Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja atau staf farmasi yang pertamakali
menemukan kejadian atau terlibat dalam kejadian.
c. Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir Laporan Insiden” yang bersifat rahasia

2. Alur Pelaporan Insiden Ke Tim Keselamatan Pasien (KP) Di RS (Internal)


a. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/Kejadian Sentinel) terkait dengan
pelayanan kefarmasian, wajib segera ditindak lanjuti (dicegah/ditangani) untuk
mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan.
b. Setelah ditindak lanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Kepala urusan admisi atau
penanggung jawab admisi, jangan menunda laporan (paling lambat2 x 24 jam)
c. Kepala urusan admisi penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan
grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
d. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan
dilakukan :
1) Grade biru
Investigasi sederhana oleh kepala urusan admisi /penanggung jawab, waktu
maksimal 1 minggu
2) Grade hijau
Investigasi sederhana oleh kepala urusan admisi /penanggung jawab, waktu
maksimal 2 minggu
3) Grade kuning
Investigasi komprehensif /Root Cause Analysis (RCA)oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
4) Grade merah
Investigasi komprehensif /Root Cause Analysis (RCA)oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 harie) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana,
laporan hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di
RS.f) Tim KP di RS akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan

H. Peran Kepala Urusan Admisi Dalam Penyusunan Laporan


Idealnya setiap KTD/KNC/Kejadian Sentinel yang terkait dengan penggunaan
obat harus dikaji terlebih dahulu oleh apoteker yang berpengalaman sebelum diserahkan
kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Tujuan pengkajian untuk memastikan
bahwa laporan tersebut sudah sesuai, yang dilaporkan benar, dan memasukkan dalam
kategori insiden yang benar.
1. Kategori kesalahan dalam pemberian identitas pasien adalah:
a. Pasien tanpa gelang identias
b. Pasien menggunakan gelang tidak sesuai dengan kebutuhan
c. Label identias pasien salah / tidak ada / tidak jelan
d. Informasi pengidentifikasian pasien yang salah / tidak jelas
e. Penjelasan petunjuk penggunaan kepada pasien yang salah
2. Dokumentasi
Semua laporan yang telah dibuat harus didokumentasikan bagian pelayanan
pasien dan bagian admisi rumah sakit serta sarana pelayanan kesehatan lain untuk
bahan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.
3. Monitoring dan Evaluasi

Sebagai tindak lanjut terhadap Program Keselamatan Pasien, kepala urusana


dmisi perlu melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi di unit kerjanya secara
berkala. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan
pelayanan admisi rumah sakit terkait Program Keselamatan Pasien. Evaluasi
merupakan proses penilaian kinerja pelayanan admisi rumah sakit terkait Program
Keselamatan Pasien.Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi agar pelayanan
admisi rumah sakityang dilakukan sesuai dengan kaidah keselamatan pasien dan
mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dan berulang dimasa yang akan
datang.Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap:
a. Sumber daya manusia (SDM)
b. Pengelolaan perbekalan admisi (seleksi, perencanaan, penerimaan, dan distribusi /
penggunaan alat)
c. Laporan yang didokumentasikan.Dari hasil monitoring dan evaluasi dilakukan
intervensi berupa rekomendasi dan tindak lanjut terhadap hal-hal yang perlu
diperbaiki seperti perbaikan kebijakan,prosedur, peningkatan kinerja SDM, sarana
dan prasarana ataupun organisasi.Hasil dari rekomendasi dan tindak lanjut ini
harus diumpan balikkan ke semua pihak yang terkait dengan program keselamatan
pasien rumah sakit.Untuk mengukur keberhasilan program kegiatan yang telah
ditetapkan diperlukan indikator, suatu alat / tolok ukur yang menunjuk pada
ukuran kepatuhanterhadap prosedur yang telah ditetapkan.Indikator keberhasilan
program dapat dilihat dari:
1) Menurunnya angka kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian nyaris cedera(
KNC) dan kejadian sentinel
2) Menurunnya KTD, KNC dan Kejadian Sentinel yang berulang.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum Agar setiap pelayanan admisi rumah sakit memenuhi standarpelay
anan pasien yang ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
a. Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandard
b. Terciptanya pelayanan admisi yang menjamin efektivitas dankeamanan
pasien.
c. Meningkatkan efisiensi pelayanan.
d. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
e. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
B. EVALUASI
Pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Pasien dilakukan melalui kegiatan
Monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh bidang pelayanan
pasien sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal.Monitoring dan evaluasi
merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara terencana, sistematis dan
terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan. Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh bagian
pelayanan pasien rumah sakit.

C. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis,
sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu
serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu
diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu Pelayanan Pasien yang
berkesinambungan.Pengendalian mutu Pelayanan Pasien merupakan kegiatan yang
dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah
berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui Monitoring dan evaluasi.Tujuan
kegiatan ini adalah untuk menjamin Pelayanan admisi rumah sakit yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan
datang. Pengendalian mutu Pelayanan Admisi Rumah Sakit harus reintegrasi dengan
program pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan
secara berkesinambungan.
BAB VII

PENUTUP

Perkembangan dan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang


komprehensif dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi admisi
untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan ditetapkannya pedoman Pelayanan Admisi di
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga tidaklah berarti semua permasalahan tentang
pelayanan admisi dirumah sakit menjadi mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya di
lapangan, pedoman pelayanan admisi di rumah sakit ini sudah barang tentu akan
menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia / tenaga admisi di rumah
sakit, kebijakan manajemen rumah sakit serta pihak-pihak terkait yang umumnya masih
dengan para digma lama yang melihat pelayanan admisi di rumah sakit hanya mengurusi
masalah penerimaan pasien rawatinap. Petugas admisi yang bekerja di Rumah Sakit
dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Admisi dari orientasi
penerimaan menjadi orientasi pelayanan pasien untuk itu kompetensi admis iperlu
ditingkatkan secara kontinu agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan,
sehingga dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan Pedoman Standar Pelayanan
Admisi di Rumah sakit diperlukan komitmen, kerja sama dan koordinasi yang lebih baik
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi serta seluruh pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai