TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
pertama : Panduan Skrining Di Dalam dan Di Luar Rumah Sakit Di Rumah Sakit Citama.
Kedua : Panduan Penundaan Pelayanan di Rumah Sakit sebagaimana kebijakan diatas
terlampir .
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Bogor
Pada tanggal : 12 Juli 2018
Direktur,
DEFINISI
A. Skrining adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi apakah kebutuhan dan
kondisi pasien dapat dipenuhi oleh sumber daya atau fasilitas yang ada di rumah sakit yang
dilakukan pada kontak pertama dengan pasien. Skrining dapat dilaksanakan dengan
menggunakan kriteria triase, penilaian visual, pemeriksaan fisik atau berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik imaging
sebelumnya. Pencocokan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung dari informasi yang diperoleh saat melakukan skrining tentang kebutuhan pasien,
biasanya pada kontak pertama.
B. Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai makna
pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki
keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed.
25:974). Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada
ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining dapat
dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui
serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat
sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama,
apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien. Keterangan
hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau
pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining dibagi dalam dua area,
yaitu dalam rumah sakit dan luar rumah sakit.
Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke rumah sakit, saat
pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah sakit. Pada pasien yang datang
langsung ke rumah sakit, skrining dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak
dengan pasien.
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan melalui
telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang dilakukan oleh petugas medis RS Citama.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah mereka
yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi rumah sakit yang
diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat keputusan yang tepat tentang
apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.
Skrining di Rumah Sakit Citama terbagi dua yaitu :
a. Skrining Didalam Rumah Sakit
Skrining didalam rumah sakit pasien di skrining dengan form triase di ruang gawat darurat
dan hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
b. Skrining di luar rumah sakit
a). Dibagian Front Office pasien di skrining dengan Form TB atau Form HIV
b). Dibagian Security pasien di nilai dengan resiko jatuh secara visual kemudian jika
pasien resiko jatuh di pasangkan klip kuning
Skrining dalam rumah sakit bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum
dirujuk dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar
rumah sakit. Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui
metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan
melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa. Skrining di dalam rumah sakit bisa dilakukan saat
pasien telah mencapai rumah sakit. Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area
rawat jalan, baik tenaga medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu. Skrining di luar rumah sakit pasien atau fasilitas menelepon Rumah Sakit
Citama untum merujuk pasien dan di kaji ulang setelah pasien di terima. Adapun skrining diluar
Rumah Sakit petugas security dan Front office melakukan skrining melalui visual pasien.
Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif di prioritaskan
berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien rawat inap. Hal tersebut terdapat pada
proses assesmen awal pasien yang dilakukan petugas, adapun penjelasan dari pelayanan preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitasi sbb :
a) Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu
yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan
untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau
masyarakat
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan Preventif dilakukan di RS Citama yaitu :
1. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan
2. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit). Pendeteksian dilakukan
dengan cara dilakukan cek PA
3. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita
4. Pelayanan pasien dengan Abortus Iminem
5. Konsultasi Pasien HIV di poli Sadum
b) Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan inter disipliner yang berfokus pada pasien penyakit
serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif adalah mengurangi beban penyakit,
meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis.
Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi pelayanan, memastikan
pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi pasien,
memberi bantuan konkrit jika diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien
meninggal dengan penderitaan minimal. Pelayanan Paliatif di RS Citama dalah Ruangan
Intensive Care atau ICU
c) Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang
menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pelayanan
kuratif di RS Citama adalah :
1. Pelayanan Penyakit Dalam
2. Pelayanan Tb Paru
3. Pelayanan Pasien Operasi
4. Pelayanan Penyakit Obgyn
5. Pelayanan Penyakit Saraf
6. Pelayanan Penyakit THT
7. Pelayanan Penyakit Anak
d) Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah,
maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
Pelayanan Rehabilitatif di RS Citama adalah pelayanan Rehab Medik.
BAB III
KEBIJAKAN
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti; ketuban
pecah, perdarahan, kontraksi dll, maka petugas membantu pasien agar dapat dibawa ke
Ruang Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang bertugas.
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien hingga
sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar perawat IGD dapat
mengevakuasi pasien dengan benar.
f. Pasien dengan resiko tinggi jatuh langsung di pasang klip kuning
3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila pasien terlihat
kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dll, maka tanyakan keluhan pasien
dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan
pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk kegawatan
pasien agar dapat ditindak lanjuti.
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga klinis (perawat) yang berkontak pertama dengan
pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, poli anak, poli lain-lain, serta
perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan pasien,
sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat mengarahkan
apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien dalam kondisi sehat dan membutuhkan
pengobatan) atau diarahkan ke IGD atau Kamar Bersalin sesuai dengan keluhan pasien
(bila pasien terdapat kegawatan)
e. Perawat menuliskan di Skrining IGD terintergrasi
f. Perawat di Rawat Jalan menuliskan di Skrining terintegrasi dan jika pasien tidak memenuhi
untuk di periksa di Rawat Jalan pasien di antar ke ruang IGD
g. Perawat Rawat Inap menuliskan di Lembar Skrining Pasien dan melaporkan kepada dokter
jaga jika pasien dapat di rawat di Rumah Sakit atau dirujuk ke fasilitas lebih lengkap
6. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-pasien
asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas penyakit
dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau sebelum pasien
tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan ketika tim
medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan fasilitas
yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Kasus Anak
a. Pemeriksaan Hematologi : Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit,
HitungJenis)
b. Tubex TF / IgM Anti Salmonella Typhi (sesuai kasus)
c. Natrium, Kalium, Clorida, Calcium (sesuai kasus
2. Kasus Umum
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit, LED, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT ( Sesuai kasus )
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai indikasi )
f. Pemeriksaan Radiologi : Foto Rontgen Thorax (sesuai kasus)
3. Perawatan Geriatri
a. Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis)
b. Glukosa darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. Elektrolit (sesuai kasus)
f. EKG, Rontgen Thorax (sesuai kasus)
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin & Golongan darah
b. Bilirubin, TSH, dan G6PD ( pada usia hari ke -3 )
c. Glukosa darah sewaktu ( sesuai indikasi )
d. CRP dan IT Ratio ( sesuai indikasi )
e. Kultur Darah ( sesuai indikasi )
f. Radiologi : Thoracoabdomen. ( sesuai indikasi )
5. Perawatan ICU
a. Hematologi :Darah Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu
c. Analisa Gas Darah
d. Kimia darah : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT, Albumin, Globulin.
e. Kultur darah, CRP,& IT Ratio
f. Pemeriksaan EKG
g. Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax
h. Enzim Jantung (sesuai kasus)
DOKUMENTASI