Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI

Skrining dapat di definisikan sebagai pelaksanaan prosedur


sederhana dan cepat untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang
yang tampaknya sehat tetapi memungkinkan beresiko terkena penyakit,
dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Skrining di
lakukan untuk mengidentifikasi mereka yang di duga mengidap penyakit
sehingga mereka dapat di kirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan
studi dignostik yang lebih pasti.
Skrining secara umum di definisikan suatu strategi yang di gunakan
dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa
tanda atau gejala penyakit itu, atau secara aktif untuk mendeteksi atau
mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak,
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu test atau
pemeriksaan atau prosedur lainnya yang dapat di lakukan secara singkat
dan sederhana yang selanjutnya di proses melalui diagnosis dan
pengobatan. (Menurut CCI) Conference On Preventif aspect of Chronic
Desease,Tahun 1951.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung pada keterangan yang di dapat tentang kebutuhan
pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining di
laksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, fisiologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining di
lakukan pada kontak pertama di dalam atau di luar rumah sakit. Dapat
terjadi di asal rujukan, pada saat pasien di transportasi emergensi atau
waktu pasien tiba di rumah sakit. Pasien di terima hanya apabila rumah
sakit dapat menyediakan kebutuhan pelayanan rawat inap dan rawat jalan
yang tepat. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan
dengan tanggungjawab untuk menetapkan apakah pasien di terima, di
pindahkan atau di rujuk. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining
dan tes diagnose dan tes diagnose mana yang merupakan standar sebelum
penerimaan pasien. Pasien tidak di rawat, di pindahkan atau di rujuk
sebelum di peroleh hasil tes yang di butuhkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Apabila pasien di pertimbangkan diterima sebagai

1
pasien rawat inap rumah sakit, pemeriksaan skrining membantu staf atau
karyawan untuk memutuskan apakah pasien membutuhkan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative dan memilih pelayanan yang
paling tepat sesuai dengan urgensi nya.

a. Pelayanan Preventif
Pelayanan preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit atau
deteksi dini faktor resiko:
a. Pemeriksaan kesehatan di lakukan berkala ( pemeriksaan kehamilan,
balita).
b. Deteksi dini kasus , faktor resiko maternal dan balita.
c. Immunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa.
d. Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan kontrol
atau immunisasi lanjutan.
e. Pemberian ATS/TT dan membersihkan luka pada luka baru atau
tusuk untuk mencegah tetanus.
f. Perawatan ruangan isolasi untuk mencegah penularan atau infeksi,
seperti untuk kasus Covid-19, TB paru, luka bakar yang
membutuhkan ruangan khusus luka bakar.

b. Pelayanan Paliatif

Pelayanan palatif adalah pelayanan inter disipliner yang berfokus


pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan
paliatif adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan
mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini
dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik,
psikologis, social dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten
dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika
diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal
dengan penderitaan minimal.
c. Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha
yang dilakukan, yaitu :
Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis
penderita TB, dukungan psikis yang terpapar Covid -19.

2
a. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
b. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas.
c. Perawatan payudara.
d. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
e. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, Oralit.

d. Pelayanan Rehabilitatif

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita


yang di rawat di rumah, maupun terhadap kelompok –kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang di lakukan ,yaitu:

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah


tulang, kelainan bawaan.
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu, misalnya TBC
( melakukan latihan nafas dan batuk ), Stroke ( Fisioterapi )

e.Isolasi

Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat


pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk
mencegah penyebaran penyakit dan mengurangi resiko terhadap pemberian
pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak
terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan
petugas kesehatan.

a. Konfirmasi bagian petugas admisi rawat inap dan ketersediaan ruang


isolasi.
b. Jika ruangan khusus isolasi tidak tersedia,maka pasien indikasi
rawat inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang
setidaknya hanya 1 pasien dalam satu kamar.
c. Ruang isolasi yang setelah di gunakan oleh pasien dengan resiko
penularan infeksi tinggi, tidak bisa di gunakan pada pasien
immucompromise sebelum ruangan di nyatakan steril.
f. ICU / INTENSIF.
Skrining dapat di lakukan di luar /dalam rumah sakit, dan
merupakan deteksi dini atau usaha untuk mengidentifikasi pasien yang

3
di lakukan sebelum pasien masuk ke layanan intensif atau ICU.
Skrining dapat di lakukan layanan melalui telepon.
1. Identifikasi pasien.
Petugas menanyakan identitas pasien, petugas juga menilai
apakah sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
2. Penilaian berkelanjutan
Seperti tanda tanda vital, obat obatan, alat yang terpasang, dan
rencana tindakan selanjutnya.
3. Konsultasi dengan DPJP.
4. Dokumentasi skrining pasien :
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Alamat
e. Status pembayaran
f. Diagnosa
g. Keadaan umum pasien
h. Kesadaran
i. Tanda tanda vital
j. Terapi tindakan yang telah di lakukan.

Skrining di dalam rumah sakit di laksanankan melalui tahapan berikut:

1. Pemeriksaan saat pasien datang .

Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan pada saat


kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman.
Penilaian awal umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 – 5
menit. Penilaian awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria triase
yang menggunakan skala triase Australia, selanjutnya petugas
melaksanakan penilaian lanjutan.
2. Skining dilakukan melalui :
a. Kriteria triase (SPO Triase pasien)
b. Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
c. Pertanyaan (anamnesa pasien)
d. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik
e. Psikologik
f. Hasil laboratorium klinik atau diagnostic imajing pasien

4
g. Ketersediaan kamar perawatan
h. Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative

3. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang


mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesa Pasien
c. Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan penunjang
e. Diagnosa pasien
4. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis di admisi yang
mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan penunjang

Beberapa istilah yang perlu di perhatikan dalam kegiatan skrining pasien


awal di triage ,antara lain:

1.Triage
Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/penya
kit serta kecepatan penanganan /pemindahannya.

2.Prioritas
Penentuan mana yang harus di dahulukan mengenai penanganan dan pe
mindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

3.Penilaian tingkat prioritas pada pasien yang masuk ke IGD di seleksi ber
dasarkan kondisi kegawat daruratannya dengan katagori ATS (Australian
Triage Skale) salah satu sistem triage berbasis bukti.

4.Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai factor yang datang seca
ra mendadak,tidak di kehendaki sehingga dapat menimbulkan cidera
fisik,

5
mental,ataupun social. Kecelakaan dapat di klasifikasikan menurut krite
ria sebagai berikut:

a) Mekanisme kejadian
Tertumbuk,jatuh,terpotong,tercekik,tersengat,terbakar (baik karena
kimia,listrik,radiasi,api)
- Tempat kejadian
- Kecelakaan lalu lintas
- Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
- Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
- Kecelakaan di sekolah
- Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat
rekreasi,perbelanjaan,area olah raga,dan sebagainya).

b) Waktu kejadian
-Waktu perjalanan
-Waktu bekerja,sekolah,bermain,dan sebagainya.

5.Bencana
Peristiwa atau serangkaian peristiwa yang di sebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasaran
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

6
BAB II

RUANG LINGKUP

1. SKRINING DI DALAM RUMAH SAKIT

A.Instalasi Rawat Jalan

Di area rawat jalan dapat di lakukan proses skrining , apabila pasien


tersebut mengalami kegawatan , pasien dapat di rujuk interen ke IGD.

B.Instalasi Gawat Darurat

Proses skrining di IGD adalah skrining berbasis triage sesuai dengan


tingkat kegawat daruratan.

C.Instalasi Rawat Inap

Apabila pasien datang membawa hasil pemeriksaan penunjang


{ lab, Radiologi ,EKG, dan sebagainya } menunjukan hasil, maka petugas
admisi atau petugas medis dapat mengarahkan pasien ke instalasi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemeriksaan diagnostik di lakukan bila
pasien di pertimbangkan untuk dirawat inap. Jenis pemeriksaan dapat di
lihat dengan cara berikut.

Skrining diagnostik test standar yang harus di lakukan sebelum pasien rawat
inap atau di rujuk.

No Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang


1 Pasien dewasa  Darah rutin
 Gula darah sewaktu (bila ada indikasi)
 EKG
2 Pasien anak  Darah rutin
 Thorak foto (bila ada indikasi)
3 Pasien kebidanan  Darah rutin
 Urin lengkap (bila ada indikasi )

7
2.SKRINING DI LUAR RUMAH SAKIT

A. Tempat Penjemputan Pasien Dengan Ambulan

Rumah sakit Umum Daerah 45 Kuningan melayani penjemputan pasien


ke rumah pasien apabila pasien memerlukan . Keluarga pasien
menghubungi RSUD 45 melalui nomor telpon(0232)871885/871605

Kemudian petugas melakukan proses skrining melalui telpon dan


menanyakan kondisi pasien .

Apabila rumah sakit dapat menyediakan fasilitas sesuai dengan kebutuhan


pelayanan , maka tim rujuk akan melakukan penjemputan.

B. Pada Saat Menerima Telpon dari Luar Rumah Sakit (Faskes Lain) di IGD

atau petugas informasi.

Pada saat menerima telpon dari faskes lain hendaknya petugas penerima
telpon menanyakan hal hal berikut ini:

a. Faskes penelepon
b. Identitas pasien
c. Diagnosa pasien
d. Kondisi pasien (tingkat kesadran,tanda tanda vital dll)
e. Alasan di rujuk
f. Tindakan yang sudah di lakukan
g. Nama penelepon
Data skrining tersebut di catat dalam buku ekspedisi dan harus
menulis tanggal dan jam serta menulis nama penerima telpon dan di
komunikasikan antar rekan.
Jika pasien dapat di terima di rumah sakit atau tersedia tempat,
maka pasien tersebut dapat di kirim ke Rumah Sakit Umum Daerah
45 Kuningan. Dan pastikan pasien stabil saat di lakukan proses
transfer menuju RSUD 45 Kuningan.
Dan jika tidak tersedia layanan sesuai kebutuhan pasien , Rumah
Sakit Umum Daerah 45 tidak dapat menerima pasien tersebut dan
dapat menyarankan untuk di rujuk ke rumah sakit lain.

8
BAB III

KEBIJAKAN

NOMOR :445.1/........./AKP

KEBIJAKAN SKRINING PASIEN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN
1. Kebijakan Umum
Semua pasien yang datang berobat dilakukan skrining terlebih
dahulu untuk menentukan pelayanan yang dibutuhkan: prevenif,
paliatif, kuratif, dan rehabilitatif, serta menetapkan pelayanan yang
paling tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dan kemampuan Rumah
Sakit.
2. Kebijakan Khusus
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah
sakit.
2. Skrining dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.
3. Untuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi dilakukan
berdasarkan clinical pathway /PPK masing-masing penyakit.
4. Skrining dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
5. Skrining dilakukan oleh petugas rumah sakit baik IGD, pendaftaran,
poliklinik dan penunjang.
6. Hasil skrining dijadikan dasar untuk menentukan pemberian
pelayanan kesehatan di rumah sakit atau pasien dirujuk ke rumah
sakit lain.
7. Khusus untuk skrining HIV dilakukan oleh tim voluntary conseling
and testing HIV (VCT) sesuai dengan standar prosedur operasional
yang telah ditetapkan oleh tim VCT.

Ditetapkan di : Kuningan
Pada tanggal : Januari 2022
DIREKTUR RSUD 45
KUNINGAN

dr. Deki Saifullah,MM,Kes

9
Pembina
NIP. 197404252003

BAB IV

TATA LAKSANA

Proses skrining dapat di lakukan di dalam atau di luar rumah sakit,


tempat awal pasien, awal rujukan pasien, atau saat pasien datang ke rumah
sakit. Hasil skrining sendiri bergantung pada tempat awal di lakukannya
skrining.Skining sebagai proses awal dapat di lakukan di pos satpam,
bagian pendaftaran ,maupun perawat IGD secara langsung. Pasien yang
datang dapat di nilai atau di skrining secara visual berdasarkan keadaan
umum pasien atau berdasarkan kebutuhan emergensi atau non emergensi.
Pada pasien emergensi dapat di arahkan langsung ke IGD . Pada pasien non
emergensi dengan kebutuihan control atau periksa dapat di arahkan ke poli
atau diarahkan ke pendaftaran rawat jalan.Skrining di lakukan untuk
menentukan keputusan apakah pasiendi terima , di pindah atau di rujuk.

Pada proses pendaftaran, petugas pendaftaran melakukan penilaian


awal atau skrining berdasarkan keadaan umum pasien dan menanyakan
kebutuhan pasien ataupun keluhan pasien. Dari sini dapat di putuskan
kebutuhan pasien control ke klinik rawat jalan sesuai dengan spesialisasi
dokter yang di butuhkan. Apabila pasien dalam keadaan gawat atau
urgensi , pasien segera di alihkan ke IGD untuk mendapatkan penanganan
awal atau mendapatkan prioritas penanganan sesuai kondisi kegawatannya.

Skrining di lakukan sebelum penerimaan pasien. Adapun tata laksana


sebagai berikut:

1 Tatalaksana skrining di dalam rumah sakit

Pasien datang dengan rujukan atau surat pengantar.

- Dilakukan proses pendaftaran penerimaan pasien


- Dokter atau perawat membaca diagnosa dalam surat pengantar.
- Dilakukan pemeriksaan secara visual/ pengamatan dan
pemeriksaan fisik keadaan pasien.

10
- Tenaga yang melakukan skrining secara visual telah mendapatkan
pelatihan PPGD dan skrining pasien
- Bila didapat penderita dalam keadaan gawat, penderita dialihkan
ke IGD untuk proses triase.
- Bila tidak didapatkan proses kegawatan setelah proses
pendaftaran, penderita dapat menunggu di ruang tunggu poli
rawat jalan.

.Pasien datang tanpa membawa rujukan atau atau surat pengantar

A.Tatalaksana skrining di instalasi rawat jalan.

Skrining di instalasi rawat jalan adalah menetukan kebutuhan


pelayanan, apakah tetap sesuai antrian atau di transfer transfer ke IGD
dengan menggunakan lembar skrining rawat jalan.

1. Dilakukan pendaftaran sesuai kebutuhan penderita.


2. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum atau spesialis.
3. Asuhan keperawatan dilakukan oleh tenaga keperawatan yang
memenuhi kriteria lulus D3 atau S1 Keperawatan.
4. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita (terlampir dalam panduan praktek klinik).
5. Diputuskan suatu diagnosa.
6. Ditetapkan penderita untuk rawat jalan, diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan.

B. Tatalaksana skrining di IGD.

1. Dilakukan sistem triase.


2. Pemeriksaan dilakukan dokter jaga IGD dengan kriteria
3. Telah mendapat pelatihan ATLS.
4. Minimal bekerja dalam waktu 6 bulan.
5. Asuhan keperawatan dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan
kriteria :
6. Telah mendapat minimal pelatihan PPGD.
7. Minimal D3 Keperawatan dan bekerja di Unit IGD selama 1 tahun.
8. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita (terlampir dalam panduan praktek klinik).
9. Diputuskan suatu diagnosa

11
10. Melakukan konsultasi dengan Dokter penanggung jawab pelayanan
11. Ditetapkan untuk penderita rawat jalan, ditereima rawat inap atau
rujuk.

C.Tatalaksana skrining di Rawat Inap

1. Kebutuhan pasienyang berkenaan dengan pelayanan preventif,


kuratif
2. rehabilitatif, paliatif dan isolasi di proritaskan.
3. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat di lakukan oleh dokter
4. umum melalui IGD/ Poliklinik umum dan oleh dokter Spesialis.
5. Pasien akan masuk dengan kriteria preventif, kuratif,
rehabilitatif dan
6. paliatif serta memerlukan perawatan isolasi atau dapat berobat
jalan.

2. Tata laksana skrining di luar rumah sakit

A. Tatalaksana skrining di tempat permintaan penjemputan ambulans.

1. Menanyakan nama jelas dan alamat lengkap.


2. Menanyakan kondisi penderita
3. Konfirmasi kamar
4. Mempersiapkan sarana transportasi, mengirimkan tenaga keperawatan
dengan kriteria :
5. Minimal D3 Keperawatan
6. Minamal bekerja di IGD selama 1 tahun
7. Melakukan skrining dengan pemeriksaan visual tentang keadaan pasien
8. Melakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda vital (TD, Respiratori, nadi,
suhu, saturasi O2, GCS)
9. Melakukan koordinasi dengan unit terkait (dokter jaga IGD)
10. Menetapkan assesment keperawtan dan menetapkan apakah masalah
pasien dapat diterima di RSUD 45 Kuningan.
11. Bila pasien dapat di terima segera kirim ke Rumah Sakit RSUD 45
Kunungan
12. Apabila masalah penderita tidak dapat di terima oleh RSUD 45
Kuningan maka rujukan ke tingkat yang lebih tinggi.

12
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi dari hasil skrining berupa laporan atau catatan medic


yang di buat dokter penanggung jawab, serta di dapatkan bukti dengan
hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa
tercatat dalam catatan rekam medik pasien antara lain:

1.Status rawat inap

2.Status rawat jalan

3.Status IGD

13

Anda mungkin juga menyukai