Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN

AKSES DAN KESINAMBUNGAN


PELAYANAN RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM PRIMA HUSADA


JL. LETJEN SUPRAPTO NO. 3 KEPUH KIRIMAN
WARU SIDOARJO
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Akses dan
Kesinambungan Pelayanan rumah sakit ini dapat disusun.
Panduan ini merupakan panduan untuk setiap staf Rumah Sakit Prima Husada untuk
melakukan pelayanan di Rumah Sakit Umum Prima Husada. Rumah sakit
mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan (PPA) dan tingkat
pelayanan yang akan membangun suatu kesinambungan pelayanan.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Skrining Rumah
Sakit Umum Prima Husada

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I DEFINISI
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 1
C. Definisi ........................................................................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATALAKSANA
BAB IV PENUTUP

iii
BAB I
DEFINISI

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian
dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan
(PPA) dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kesinambungan pelayanan.
Dalam panduan ini telah diuraikan :
a. Skrining pasien di rumah sakit,
b. Registrasi dan admisi di rumah sakit
c. Pelayanan berkesinambungan
d. Transfer pasien internal dalam rumah sakit
e. Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut
f. Transportasi.

Penyesuaian kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit bergantung
pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining
pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan melalui jalur cepat (fast track) kriteria
triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis, psikologis, laborat
klinis atau diagnostic imajing sebelumnya. Skrining dapat dilakukan di luar rumah sakit
seperti ditempat pasirn beradaa, di ambulans atau saat pasien tiba di rumah sakit.
Keputusan untuk mengobati, menstrasfer atau merujuk dilakukan setelah hasil skrining
selesai dievaluasi. Rumah Sakit Umum Prima Husada memberikan pelayanan yang
dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya untuk menerima
pasien rawat inap maupun rawat jalan.

B. TUJUAN
1. Menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakit, mengkoordinasikan pelayanan, merencanakan pemulangan dan tindakan
selanjutnya.
2. Meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit

1
C. DEFINISI
1. Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal
kebutuhan pelayanan pada setiap pasien yang datang ke rumah sakit.
2. Skrining pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit,
sebelum dirujuk dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi
dengan ambulan dari luar rumah sakit.
3. Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat.
4. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
5. Triage adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
6. Prioritas adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
7. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
8. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
9. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik mental
maupun social.
Kecelakan dapat diklasifikasikan menurut criteria sebagai berikut :
a. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek
kimia, fisik, listrik atau maupun radiasi)
b. Tempat kejadian
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga

2
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya ditempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga dan sebagainya)
c. Waktu kejadian
 Waktu perjalanan (travelling/transport time)
 Waktu bekerja, sekolah, bermain dan sebagainya
11. Bencana Peristiwa atau rtangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderita manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
12. Pendaftaran pasien adalah kegiatan memperoleh data penting yang terkait dengan
identitas dan kebutuhan (demand) pelayanan yang disampaikan pasien rawat jalan
maupun rawat inap.
13. Penerimaan pasien adalah melakukan kegiatan yang mempunyai fungsi untuk
melayani seluruh pasien yang akan mendapatkan pelayanan medis rawat jalan/rawat
inap dan mendapatkan pemeriksaan, pengobatan serta perawatan yang diberikan
oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
14. Pemulangan pasien rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatanpemulangan
pasien setelah pasien mendapatkan pelayanan dirawat jalan.
15. Pemulangan pasien rawat inap adalah:
a. Pemulangan pasien dalam keadaan sehat atau membaik adalahserangkaian proses
kegiatan pemulangan pasien rawat inap dimulai pada saat Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) menyatakan pasien diperbolehkan pulang sampai pasien
mendapatkan kartu kontrol, terapi lanjutan di rumah, hasil pemeriksaan penunjang
dan kuitansi pembayaran (untuk pasien umum dan pasien dengan asuransi yang
tidak bekerjasama dengan rumah sakit).
b. Pemulangan pasien meninggal dunia adalah serangkaian proses pemulangan
pasien dimulai saat dokter atau perawat menyatakan bahwa pasien meninggal
dunia, dokter mengisi keterangan sebab kematian, sertifikat sebab kematian dan
administrasi sudah diselesaikan oleh keluarga pasien.

3
c. Pemulangan pasien atas permintaan sendiri adalah serangkaian proses pemulangan
pasien atas permintaan pasien atau keluarga setelah menanda tangani surat
pernyataan pulang atas permintaan sendiri dan menyelesaikan administrasi
16. Rujukan pasien adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan medis pasien
berdasar indikasi medis, prognosa dan kondisi psikologis, sosial, ekonomi
pasien/keluarga.
17. Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang perawatan/
ruang tindakan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
18. Ambulan adalah kendaraan transportasi pasien gawat darurat medis atau cedera yang
digunakan untuk membawanya dari satu tempat ke tempat lain guna perawatan lebih
lanjut atau untuk pasien yang dirawat di RSU Prima Husada yang memerlukan
sarana transportasi untuk pulang.

4
BAB II

RUANG LINGKUP AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN

a. Skrining pasien di rumah sakit,


b. Registrasi dan admisi di rumah sakit
c. Pelayanan berkesinambungan
d. Transfer pasien internal dalam rumah sakit
e. Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut
f. Transportasi.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. SKRINING PASIEN DIRUMAH SAKIT


1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa datang
dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan
ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana
merujuk pasien ke RSU Prima Husada, akan diterima oleh operator yakni petugas
front office atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ)
setelah disambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Front Office dan 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke Instalasi yang
Petugas Security diinginkan
2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga
IGD atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
dikaji lebih lanjut dan mengidentifikasi pelayanan yang
dibutuhkan.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan.
4. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
IRJ 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, perawat rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta
jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses pelayanan
tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon
pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien) maupun
pasien lama, untuk merencanakan tindak lanjut.
IGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan mencatat

6
semua informasi yang diperlukan mulai dari kondisi pasien
sampai dengan riwayat penyakit saat ini dan/terdahulu
serta rencana tindakan lanjutan yang direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta
konsultasi dokter jaga IGD.
Tenaga ambulan 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM ambulan yang akan melakukan
penjemputan, maupun menentukan peralatan yang
dibutuhkan dalam penjemputan.
2. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di
lokasi penjemputan dengan berpatokan pada pengkajian
kondisi pasien.
3. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, tenaga
kesehatan dalam ambulan wajib mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan medis yang diperlukan, setelah
berkonsultasi dengan dokter jaga IGD dan memberikan
advis maka mempersiapkan sarana dan obat-obatan selama
proses transfer sampai dengan tiba di RSU Prima Husada
4. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien
tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia, kondisi
pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi
penjemputan
5. Untuk pasien-pasien gawat drurat dilakukan bantuan hidup
dasar dan stabilisasi sesuai SPO, sebelum ditransfer ke
rumah sakit

2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Rawat Jalan (IRJ). Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:

7
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Front Office 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke Instalasi yang
diinginkan
2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga
IGD atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
untuk dikaji lebih lanjut dan mengidentifikasi pelayanan
yang dibutuhkan.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan.
4. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
IRJ 1. Setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan lain wajib untuk
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien
yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di
poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
2. Tenaga medis segera melakukan skrining bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan
rujukan keluar.
3. Mengisi formulir surat permintaan rawat inap yang berisi
skrining pasien yang terdiri dari asal pelayanan,
ketersediaan sumber daya, kelas perawatan, tempat ruang
perawatan, jenis pembayaran dan hasil tes diagnostik
IGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang ke
IGD
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan
3. Dokter jaga/perawat/bidan melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk
selanjutnya dikonsulkan ke ke Dokter Spesialis
4. Dokter melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan
pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian
pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau dirujuk.
5. Mengisi formulir surat permintaan rawat inap yang berisi
skrining pasien yang terdiri dari asal pelayanan,

8
ketersediaan sumber daya, kelas perawatan, tempat ruang
perawatan, jenis pembayaran dan hasil tes diagnostik

3. Skrining di Instalasi Rawat Jalan/IGD


Skrining rawat jalan/IGD dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. meliputi :
a) Kondisi Umum Pasien
 Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh
(composmentis), atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran
(mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih
lanjut)
 Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah
ada kondisi potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
 Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah,
bahkan ada resiko distress nafas.
 Sirkulasi diilai apakah normal atau ada masalah.
b) Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri menggunakan Wong Baker Faces Pain Scale

0-1 = Sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2-3 = Sedikit nyeri
4-5 = Cukup nyeri
6-7 = Lumayan nyeri
8-9 = Sangat nyeri
10 = Amat sangat nyeri (talc tertahankan)
c) Skrining Batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk,
apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua
diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan
untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
d) Skrining Pasien Jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go
Test:

9
No. Penilaian Pengkajian YA TIDAK
1. Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
a. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung
b. Jalan mengguanakan alat bantu ( tripod/kruk /kursi
roda/ orang lain
2. Menompang saat akan duduk: tampak memegang
pinggiran kursi/ meja/ benda lain
e) Skrining Hambatan Pasien
Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika
pasien mengalami hambatan gerak seperti pengguanan kursi roda dan brankar. Jika
pasien mempunyai hambatan bahasa dan budaya ada pelayanan penerjemah bahasa
Rumah sakit.

4. Skrining di Instalasi Rawat Inap


 Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif dan isolasi yang diperlukan/diprioritaskan
 Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter melalui
IGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
 Pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi
rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
a) Kuratif : Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengob atan yang ditunjukan
untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien
kuratif indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap
Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR (Intrauterine growth restriction) 
5. Peningkatan SGPT/SGOT

10
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hemiparesis 1. Keton urin +
gravidarum 2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine Hb ≤ 8 mg/dl
bleeding
Gangguan saluran Gangguan yang mengancam kehidupan/ terjadinya
nafas, pernafasan, kecacatan
sirkulasi, dan
kesadaran
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux
desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bias masuk
3. Pre-syok TD < 100/60
Diabetes Mellitus 1. Hipoglikemi < 70 mg/dl
2. Hiperglikemi >200 mg/dl
3. Gelisah
Typhoid fever 1. Panas tinggi > 38,5 oC
2. Muntah
3. Konstipasi
4. Nyeri perut
Kejang 1. Panas tinggi > 38,5
2. Kejang

11
 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan
didokumentasikan dalam form instruksi pasien pulang
b) Preventif :
 Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini factor resiko:
- Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan,
balita)
- Deteksi dini kasus, factor resiko maternal dan balita
- Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa
- Faktor perilaku dan lingkungan yang berpengaruh pada penyakit
 Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan
control/imunisasi lanjutan.
c) Isolasi / indikasi masuk rumah sakit : Ruang isolasi adalah ruangan khusus di
rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari
pasien lain untuk men cegah penyebaran penyakit dan mengurangi resiko
terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular
agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan
petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi
Diagnosa Kriteria
Campak  Panas tinggi > 38,5 oC
 Ruam merah pada seluruh tubuh
 Nafsu makan menurun
 Batuk pilek
Tetanus  Semua grade tetanus indikasi dirawat inapkan
Hepatitis 1. Ikhterus
2. Panas tinggi > 38,5 oC
3. SGOT < 45 u/L dan SGPT <
35 u/L
4. Muntah
Varicella 1. Panas tinggi
2. Ada bintik- bintik seluruh tubuh berisi cairan
Gondok 1. Sulit bernafas
2. Batuk

12
3. Suara serak
4. Mengi
5. Sulit menelat
6. Nyeri di area leher
 Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap
ketersediaan ruang isolasi
 Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien
dalam satu kamar.
 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan
infeksi tinggi, tidak bias digunakan pada pasien immucompromise sebelum
ruang dinyatakan steril.
d) Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok
orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan
pencegahan kecacatan (tertiary prevention)
5. Skrining sebelum dirujuk
a) Dokter dan perawat melakukan penilaian anamnesa, pengamatan kondisi pasien
secara visual dan melakukan pemeriksaan vital sign
b) Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya
pertolongan pasien
c) Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan rawat
inap atau rujuk
d) Jika pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat wajib
memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
e) Perawat memastikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
f) Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus
dibawa saat merujuk pasien
g) Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang diperlukan
untuk merujuk pasien
h) Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang terampil
dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
i) Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik

13
6. Skrining pasien pro Tindakan Radiologi
a) Dokter melakukan assesmen perlu atau tidaknya pasien melakukan pemeriksaan
radiologi dengan atau tanpa kontras
b) Perawat mengarahkan pasien ke ruang pemeriksaan radiologi
c) Dokter atau radiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi
hamil
d) Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi dengan
cairan kontras
e) Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test, maka
pemeriksaan radiologi dengan kontras bias dilaksanakan
f) Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka pemeriksaan radiologi dengan kontras
tidak dapat dilakukan.
Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap atau
dirujuk atau dilaksanakan tindakan :
Diagnosa Pemeriksaan penunjang
DHF 1. Hemoglobin
2. Hitung leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
Lahir Spontan/normal 1. Darah rutin
2. HbsAg, HIV, Shipilis
Delivery by emergency caesaren suction 2. Darah rutin
3. Clootting
Time/Bleeding Time
4. HbsAg, HIV,
Shipilis
Delivery by elective caesarean section 1. Darah rutin
2. Clootting Time/Bleeding Time
3. HbsAg, HIV, Shipilis
Post menopausal bleeding 1. Darah rutin
2. Clootting Time/Bleeding Time
3. HbsAg

14
Preterm delivery 1. Urinalisis
2. Darah rutin
3. Clootting Time/Bleeding Time
4. HbsAg
Usia kehamilan < 37 minggu 1. Darah rutin
2. Urinalisis
Mild hyperemesis gravidarum Urinalisis
Kista ovarium 1. USG
2. Darah rutin
3. Clootting Time/Bleeding Time
4. HbsAg
Mioma Uteri 1. USG
2. Darah
rutin
3. Clootting
Time/Bleeding Time
4. HbsAg
Blighted ovum 1. USG
2. Darah rutin
3. Clootting Time/Bleeding Time
4. HbsAg
Diabetes militus 1. Gula darah puasa
2. Gula darah 2 jam PP
3. Urin rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Bronkitis 1. Foto Thorax
2. Darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hematokrit)
Fever, unspecifed 1. Darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hematokrit)
2. Urine rutin
3. Widal test

15
Cholelithiasis 1. USG abdomen
2. Permeriksaan laborat (SGOT,
SGPT)
Diare akut 1. Fases lengkap
2. Cek darah lengkap
Tipoid 1. Widal test
2. IgM Salmonella Tubex
Pneumonia 1. Cek darah lengkap
2. Foto Thorax
Hipertensi 1. Tekanan darah
2. Cek urine
Hepatitis 1. SGOT dan SGPT
2. Bilirubbin
3. HbSAg
4. Anti HAV
5. Anti HAC
Appendik 1. Cek darah lengkap
2. USG

B. REGISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT


Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan atau yang akan
mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam data pasien dan
mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk bayi baru
lahir), pasien rawat jalan, dan pasien IGD. Keberhasilan mengidentifikasi pasien
menurunkan angka duplikasi registrasi. Jika pasien tidak mempunyai satu identitas unik
dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu pelayanan pasien.
 Proses Pendaftaran
Pasien dapat mengakses pendaftaran rawat jalan, rawat inap, instalasi emergensi
(IGD) dan Kamar Bersalin 24 jam/hari, 7 hari/minggu, 52 minggu/tahun.
Pasien datang di bagian pendaftaran dan diterima oleh petugas pendaftaran. Petugas
menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien yang baru

16
pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kehilangan kartu) atau
pasien lama.
1. Pasien baru umum
a. Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien
baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
b. Petugas pendaftaran mengisi KIB (Kartu Identitas Berobat)
c. Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
d. Setelah pendaftaran selesai pasien menunggu diruang tunggu poli yang dituju
e. Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien ke poli/instalasi
pelayanan yang dituju.
2. Pasien baru BPJS
a. Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien
baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
b. Pasien menyerahkan kartu identitas (KTP/ kartu BPJS/ surat rujukan dari
FKTP 1)
c. Petugas pendaftaran mengisi KIB (Kartu Identitas Berobat)
d. Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
e. Petugas mencetakan SEP rawat jalan sesuai poli yang dituju
f. Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis dan SEP yang telah
ditandatangani pasien ke poli/instalasi pelayanan yang dituju.
3. Pasien lama
a. Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat (KIB) pasien;
b. Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan
dituju dengan mewawancarai pasien tersebut;
c. Petugas mengambil berkas rekam medis pasien yang tersimpan
d. Bila berkas sudah ditemukan, selanjutnya petugas membawa berkas rekam
medis pasien ke poliklinik yang dituju.
e. Bila dokumen rekam medis yang lama tidak diketemukan dibuatkan dokumen
rekam medis sementara dengan catatan melihat riwayat pemeriksaan terakhir
pada SIM RS.
 Proses Penerimaan Pasien Rawat Jalan Umum maupun BPJS
1. Setelah pasien registrasi diarahkan untuk kepetugas rawat jalan (poli umum, poli
KIA/KB, poli spesialis, poli gigi)

17
2. Petugas memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien, dengan melakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik/laboratorium, penetapan diagnosa, rencana
pengobatan/tindakan medik, pelaksanaan pengobatan serta pemberian
edukasi/informasi yang diperlukan pasien
3. Apabila pasien perlu dirujuk ke instalasi pelayanan penunjang yang lain, maka
petugas membawa formulir rujukan ke instalasi yang dituju;
4. Jika tidak, maka pasien/keluarganya dipersilahkan mengambil obat di instalasi
farmasi;
5. Petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir.
 Proses Penerimaan Pasien IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) buka selama 24 jam sehari. Semua pasien gawat
darurat pendaftarannya jadi satu dengan TPPRI dan TPPRGD. Proses pendaftaran
nya sama dengan pasien rawat jalan . Pasien yang dapat menunggu biasanya melalui
TPPRJ. Sedangkan pasien yang tidak dapat menunggu langsung masuk IGD.
Sementara keluarga / orang yang membawa pasien kerumah sakit mendaftarkan
pasien ke loket TPPRGD dan dimintai keterangan tentang identitas pasien yang akan
dicatat pada rekam medis pasien tersebut.Selanjutnya di IGD pasien akan dibuatkan
rekam medis Gawat Darurat oleh perawat /dokter jaga IGD.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup ,kemungkinan pasien akan :
 Pulang / berobat jalan setelah mendapat obat dari Farmasi
 Dirujuk kerumah sakit lain
 Rawat Inap
Prioritas pelayanan di IGD pada pelayanan medis keadaan gawatnya, yaitu
memberikan pelayanan medis yang bersifat menghindarkan bahaya maut ataupun
yang bersifat pertolongan pertama.

 Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap


Pasien yang setuju untuk pelayanan rawat inap dapat diberikan surat permintaan rawat
inap oleh dokter yang telah memeriksa. Dokter akan menjabarkan kondisi pasien dan
diagnosis sementara dalam (SPR) Surat Permintaan Rawat Inap. SPR tersebut berlaku
tidak lebih dari 24 jam. Jika lebih dari masa berlaku tersebut, pasien harus dikaji
ulang.

18
Penerimaan pasien non-emergensi atau pasien rujukan ke RSU Prima Husada harus
dilakukan verifikasi terlebih dahulu mengenai kelayakan pasien serta kesediaan
instalasi pelayanan sesuai kebutuhan pasien untuk dirawat di RSU Prima Husada.
Pasien datang di bagian front office dan diterima oleh petugas jaga :
1. Petugas menerima Surat Pengantar Rawat Inap yang berasal dari poliklinik, IGD,
Kamar Bersalin;
2. Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada pasien
mengenai tempat/fasilitas dan jaminan kesehatan yang diinginkan;
3. Petugas mengecek/mencarikan tempat/fasilitas yang diinginkan;
4. Petugas menanyakan apakah pasien meminta fasilitas atau perawatan yang lain;
a. Jika pasien/keluarga pasien meminta fasilitas/perawatan yang lain sesuai
permintaan pasien tersebut, maka pasien diminta untuk mengisi form
persetujuan;
b. Jika pasien tidak meminta fasilitas yang lain, maka petugas mendaftar pasien
berdasarkan identifikasi data pasien yang telah ada;
5. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai dengan
permintaan pasien;
a. Jika setuju, maka pasien mengisi formulir persetujuan yang tercantum dalam
dokumen rekam medis;
b. Jika tidak setuju, maka petugas menanyakan apakah pasien memilih tempat
yang lain selama tempat yang diinginkan belum ada;
c. Apabila ruangan tidak tersedia atau penuh bagi pasien BPJS petugas front
office memberikan informasi bawah pasien ditempatkan dikelas setingkat
diatasnya
d. Jika setuju, maka petugas mengisi formulir persetujuan sesuai tempat yang
diinginkan pasien;
e. Jika tidak setuju, maka petugas merujuk pasien ke rumah sakit lain sesuai
permintaan pasien;
f. Petugas mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data pasien.
6. Petugas front office/bidan/perawat memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap
akan ada pasien baru;
a. Perawat/bidan memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah
disiapkan;
b. Perawat/bidan mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap.

19
7. Petugas medis di instalasi pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien;
a. Dokter/bidan melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh, melakukan diagnosa dan menyusun rencana/pelaksanaan
pengobatan atau tindakan medik.
b. apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak;
c. Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke
instalasi pemeriksaan yang dituju;
d. Jika tidak, maka pasien tetap mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap.
8. Penerimaan pasien emergensi untuk rawat inap dilaksanakan sesuai standart yang
ditentukan

 Pemberian Informasi Pelayanan Oleh Petugas Pendaftaran/Front Office


(Admisi) untuk Rawat Inap
Setelah pasien dan atau keluarganya memahami pentingnya dilakukan prosedur
rawat inap, maka selanjutnya dokter akan meminta pasien atau keluarganya
menuju tempat pendataran rawat inap sambil membawa catatan informasi
mengenai kebutuhan kamar pasien yang untuk selanjutnya akan diserahkan kepada
petugas pendataran rawat inap. Setelah membaca catatan yang diberikan oleh
dokter maka selanjutnya petugas rawat inap akan memberikan informasi mengenai
pelayanan rawat inap yang ada di RSU Prima Husada kepada pasien atau
keluarganya.
Petugas pendataran rawat inap akan menjelaskan tentang :
1) Persetujuan pelepasan informasi kondisi kesehatan pasien
2) Hak & tanggung jawab pasien saat dirawat
3) Mendatangani Persetujuan pada form pernyataan umum (general concent)
4) Menanyakan mengenai cara pembayaran direncanakan oleh pasien atau
keluarganya. Cara pembayaran akan mempengaruhi pilihan pelayanan
yang dapat ditawarkan oleh RSU Prima Husada karena berkaitan dengan aturan
dari Asuransi Kesehatan yang akan menanggung pembiayaan dari pasien, namun
tidak akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan oleh RSU Prima
Husada.
 Admisi Memberikan Informasi Tentang Cara Pembayaran Biaya Pelayanan
1) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Asuransi Kesehatan BPJS

20
a. Sesuai aturan dari BPJS, pasien dengan Asuransi BPJS berhak untuk
menempati ruang perawatan sesuai dengan kelas yang tercantum pada kartu
BPJS.
b. Pasien berhak menerima obat-obatan yang masuk dalam Formularium
Nasional dan menjalani pemeriksaan penunjang medis sesuai dengan
indikasi dari dokter yang merawat.
c. Pasien tidak akan diminta untuk membayar setelah selesai menjalani
prosedur rawat inap.
a. Pasien berhak untuk mengajukan perawatan di ruang perawatan dengan
kelas lebih tinggi dari haknya dengan konsekuensi membayar selisih harga
kamar. petugas menginformasikan perkiraan selisih pembiayaan. Namun
selisih biaya ini hanya merupakan perkiaan yang tidak dapat dijadikan patokan
pasti.
b. Selisih biaya bila pasien menghendaki naik kelas perawatan dibayarkan
setelah pasien selesai menjalani prosedur rawat inap.
2) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Asuransi selain BPJS/
Jamkesda/Asuransi Swasta
3) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Pembiayaan Langsung dari Dana
Pribadi (Out-of-Pocket)
a. Untuk pasien dengan pembiayaan pribadi tidak ada aturan yang ketat
mengenai pemilihan kelas kamar perawatan.
b. Petugas pendataan rawat inap menginformasikan biaya tiap kelas kamar
peawatan di Instalasi Rawat Inap dan pasien dan atau keluarganya bebas
untuk menentukan pilihan sesuai dengan keinginannya dan ketersediaan kamar
pada saat itu.
c. Bila dokter mengindikasikan perawatan di ruang rawat observasi maupun
ruang rawat intensif, petugas pendaftaran rawat inap menginformasikan biaya
kamar di ruang perawatan tersebut.
d. Sistem pembayaran untuk pasien operasi/SC dengan sistem pembiayaan
langsung adalah pembayaran di awal (down payment) di hari pertama,
selambat-lambatnya 1x24 jam setelah pasien dirawat minimal 50 % dari
biaya yang ditentukan.
e. Bila pasien atau keluarga menanyakan mengenai total biaya yang akan

21
dibayarkan setelah selesai menjalani perawatan rawat inap, petugas
pendaftaran dapat menjawab bahwa hal tersebut tidak dapat ditentukan di
awal karena total biaya perawatan sangat ditentukan oleh kondisi pasien,
obat-obatan yang harus diterima pasien, pemeriksaan penunjang medis yang
dijalani pasien, maupun prosedur lain seperti operasi dan lain sebagainya yang
mana penjumlahan secara keseluruhan akan dilakukan oleh petugas di akhir
masa rawat inap pasien.

 Pengambilan Keputusan
Setelah mendapat informasi yang lengkap mengenai kondisi pasien dan pelayanan yang
ada di RSU Prima Husada maka pasien atau keluarga terdekat pasien yang berhak untuk
membuat keputusan mengenai pelayanan kesehatan yang akan diterima pasien dapat
berembug dan memberitahu petugas mengenai persetujuan/ penolakan untuk menjalani
prosedur rawat inap.
Yang berhak untuk membuat keputusan atas diri pasien adalah:
 Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
 Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, keputusan diberikan oleh mereka menurut
urutan hak sebagai berikut:
a. Ayah/ Ibu Kandung
b. Saudara - saudara kandung
 Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
oang tuanya berhalangan hadir, keputusan diberikan oleh mereka menurut hak
sebagai berikut:
a. Ayah/Ibu Adopsi
b. Saudara - saudara Kandung
c. Induk Semang
 Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, keputusan diberikan oleh mereka
menurut hak sebagai berikut:
a. Ayah/I bu kandung
b. Wali yang sah
c. Saudara - Saudara Kandung
 Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, keputusan diberikan oleh
mereka menurut urutan hal tersebut.

22
a. Suami/ Istri
b. Ayah/ Ibu Kandung
c. Anak- anak Kandung
d. Saudara-saudara Kandung
Setelah membuat keputusan, pasien atau keluarganya yang berhak untuk membuat
keputusan dipersilahkan untuk mengisi Formulir Persetujuan/ Penolakan Rawat Inap
atau Formulir Persetujuan/ Penolakan Perawatan di Ruang ICU secaa lengkap dan
menandatangani dengan disertai satu orang saksi dari pihak keluar.

C. PELAYANAN BERKESINAMBUNGAN
Pelayanan pasien di Rumah Sakit adalahpelayanan kesehatan yangmemerlukan
perencanaan dari petugas kesehatan yang berkesinambungan sesuaikebutuhan asuhan
pasien. Keseragaman pelayanan/standarisasi pelayanan dirumah sakit adalah pasien
dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama mendapatkan kualitas
asuhan yang sama, untuk melaksanakan prinsipkualitas yang setingkat yang
menghasilkan pelayanan yang seragam tanpa membedakan status social, ekonomi,
budaya, agama, dan waktu pelayanan dandiberikan oleh praktisi yang kompeten dan
memadai serta tidak tergantung waktu

D. TRANSFER PASIEN INTERNAL DALAM RUMAH SAKIT


Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain yang lebih
baik untuk mendapatkan pemeriksaan atau tindakan medis lainnya didalam rumah sakit.
Transfer pasien dalam rumah sakit :
1. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
2. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
3. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
4. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan
bahaya potensial yang ada.
5. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien
6. Perawat/bidan instalasi menelepon perawat/bidan instalasi terkait ketersediaan
kamar dengan menyebutkan nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosis, perlu
ruang isolasi atau tidak, setelah mendapat keputusan dokter jaga/DPJP untuk transfer

23
7. Bila kamar rawat inap/kamar operasi telah siap maka perawat/bidan instalasi akan
menghubungi perawat/bidan instalasi lain
8. Perawat/bidan instalasi asal pasien mempersiapkan perpindahan pasien, mencakup
rekam medik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, obat-obatan yang telah
diberikan
9. Perawat/bidan instalasi terkaitakan mengantarkan pasien ke instalasi yang dituju
10. Mengantarkan pasien ke ruang perawatan yang dituju & perawat/bidan instalasi
yang dituju menerima perlengkapan pasien
11. Setelah itu perawat/bidan akan melakukan timbang terima dengan menggunakan
transfer pasien, checklist criteria transfer dan catatan perkembangan terintegrasi
serta catatan keperawatan perioperatif bagi

E. PEMULANGAN (DISCHARGE), RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT


 Hak Pasien Sebelum Pemulangan
1. Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis,
rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi relevan
lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya.
2. Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan kerabat,
pendamping, atau teman pasien.
3. Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik sebelum / saat
pasien masuk rumah sakit
4. Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan dengan
perawatannya dan tersedia di masyarakat (Posyandu).
5. Diberikan nomor kontak yang dapat di hubungi saat pasien membutuhkan
bantuan / saran mengenai pemulangannya.
6. Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang dapat
diakses
7. Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukan perawatan yang
berkesinambungan
8. Dokter, Bidan/Perawat yang bersedia sebagai orang yang dapat di hubungi oleh
pasien dalam membantu memberikan saran
9. Memperoleh akses untuk memberikan komplin mengenai pengaturan discharge
planning pasien dan memperoleh penjelasannya.
 Kriteria Pemulangan pasien

24
1. Dokter jaga/DPJP mempertimbangkan status kesehatan pasien sudah baik dan
pelayanan lanjutan bagi pasien akan lebih baik bila dilakukan di rumah atau
melalui pelayanan kontrol ulang sesuai kondisi kesehatan / jadwal yang
ditetapkan
2. Kondisi pasien waktu akan dipulangkan sudah dalam keadaan stabil
3. Pasien dengan pemulangan kritis : pemulangan pasien karena risiko tinggi
seperti:
 Usia diatas 60 tahun.
 Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung.
 Stroke, Serangan jantung, PPOK, Gagal jantung kongestif, Emfisema,
Dimensia, Alzheimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi mengancam
nyawa lainnya.
 Pasien berasal dari panti jompo.
 Pasien dengan alamat tidak diketahui atau berasal dan luar kota.
 Tunawisma.
 Dirawat kembali dalam 30 hari.
 Percobaan bunuh diri.
 Pasien tidak dikenal/tidak ada identitas.
 Korban dan kasus kriminal.
 Trauma multipel.
4. Tidak bekerja/tidak ada asuransi telah diberikan informasi dan edukasi kepada
pasien/keluarga arti pentingnya/manfaat pemulangan dengan segera, kontrol
ulang, dan hal-hal yang perlu dilakukan di rumah untuk mempercepat
kesembuhan dan mencegah kekambuhan.
5. Pasien/keluarga menyetujui jadwal waktu pemulangan, terselesaikannya
administrasi kewajiban pasien/keluarga dan hal-hal yang harus dilakukan / tidak
boleh dilakukan sesudah pulang di rumah.
6. Tersedianya sarana transportasi yang aman untuk pulang ke rumah sesuai
kemampuan keluarga
 Pemulangan Pasien Rawat Jalan
1. Pasien mengakhiri kunjungannya dengan dokter spesialis dan mendapatkan
advice atau terapi berupa resep, rencana tindakan diagnostik maupun tindakan
lainnya (endoskopi, angiografi, eswl,bronchoscopy,hemodialisa, bedah
minor,One Day Care) atau formulir penunjang lainnya (laboratorium, radiologi).

25
2. Perawat poliklinik mengantar atau mengarahkan kembali pasien untuk
menyelesaikan administrasi di loket pembayaranatau melanjutkan rencana
tindakan diagnostik lainnya bila adakeperluan penunjang medis lainnya.
3. Petugas administrasi menyelesaikan semua keperluan administrasi dengan pasien
atau keluarga pasien.
4. Untuk dibawakan pulang : obat, hasil pemeriksaan penunjang
 Pemulangan Pasien Rawat Inap:
1. Pasien pulang sesuai instruksi DPJP
2. Semua pasien yang dipulangkan harus berdasarkan kondisi kesehatannya yang di
putuskan oleh DPJP.
3. RSU Prima Husada memberikan izin kepada pasien rawat inap untuk
meninggalkan rumah sakit jika :
a) Pulang atas izin DPJP sesuai kriteria pemulangan pasien
b) Rujuk ke rumah sakit lain
c) Atas permintaan pasien, dengan menandatangani formulir “pernyataan pulang
atas permintaan sendiri”
4. Kriteria pasien yang diizinkan pulang :
a) Keadaan umum baik
b) Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri (baik personal maupun
dengan bantuan keluarga).
c) Dapat meminum obat yang diberikan secara mandiri (tidak personal maupun
dengan bantuan keluarga).
d) Secara klinik dapat dilakukan perawatan di rumah.
5. Proses rencana pemulangan pasien dibuat sejak awal pasien masuk rumah sakit
serta harus mempertimbangkan kebutuhan akan kelanjutan layanan medis dan
layanan pendukung lainnya.
6. RSU Prima Husada memfasilitasi izin/cuti bagi pasien rawat inap dengan cara
pasien/penanggungjawab pasien mengisi form yang sudah ada sesuai alasan ijin
pulang sementara dalam jangka waktu tertentu dan atas izin DPJP
7. Proses pasien pulang dari rawat inap :
1) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) memberikan informasi pada
pasien dan keluarga bahwa pasien boleh pulang
2) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) / dokter ruangan mengisi
resume medis, membuat resep pulang dan atau surat istirahat pasien

26
3) Perawat mengisi resume keperawatan
4) Perawat memberikan resep obat untuk pulang pada keluarga pasien untuk
selanjutnya diambil di apotik RSU Prima Husada
5) Perawat melakukan edukasi tentang pemberian obat pulang pada pasien dan
penanggung jawab perawatan pasien dirumah
6) Petugas administrasi Instalasi Rawat Inap (IRNA) meretur obat dan alkes
yang tidak dilanjutkan untuk pulang, ke Instalasi Farmasi (obat/ alkes yang
diretur adalah yang sebelumnya di resepkan dan diambil di Instalasi Farmasi
RSU Prima Husada)
7) Perawat menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawa pasien pulang (hasil
laboratorium, foto rontgen, resume medis, resume Keperawatan, hasil
pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan)
8) Petugas administrasi Instalasi Rawat Inap (IRNA) menghitung semua biaya
perawatan pasien selama di rumah sakit
9) Petugas administrasi IRNA memberikan surat pengantar (surat keterangan
izin pulang) pada keluarga / PJ pasien untuk menyelesaikan administrasi ke
loket pembayaran
10) Petugas administrasi IRNA meminta kuitansi yang sudah di beri cap lunas
dari loket pembayaran kepada keluarga/ PJ pasien
11) Perawat melakukan serah terima dengan pasien / PJ perawatan pasien tentang
pesanan pulang, obat-obatan, hasil-hasil pemeriksaan, dan berkas-berkas
yang akan dibawa pulang.
12) Perawat menghubungi petugas ambulan untuk mengantar pasien pulang (bila
pasien menggunakan ambulan)
13) Perawat melepas semua alat medis yang ada pada pasien dan melepas gelang
identitas pasien
14) Perawat mengantarkan pasien atau menghubungi asisten perawat untuk
mengantarkan pasien ke mobil/ambulan
15) Perawat atau asisten perawat mengucapkan terimakasih setelah selesai
mengantar pasien sampai naik ke mobil dan sampaikan “Semoga sehat selalu
dan jangan lupa untuk kontrol ulang”
 Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri
1. Perawat melaporkan permintaan pulang paksa pasien/keluarga kepada Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)

27
2. DPJP/ dokter yang bertugas/ perawat memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien/keluarga tentang kondisi pasien, resiko yang bisa terjadi jika pasien
dibawa pulang
3. Perawat menjelaskan isi formulir pulang atas permintaan sendiri kepada
keluarga/pasien
4. Pasien/keluarga mengisi formulir pulang atas permintaan sendiri dan membubuhi
tanda tangan pada formulir tersebut, bila permintaan pulang paksa pasien tidak
bisa dibatalkan lagi
5. DPJP/ dokter yang bertugas mengisi resume medis
6. Perawat mengisi resume keperawatan dan cek list rencana pemulangan pasien
7. Perawat menghubungi petugas kesehatan yang terdekat dengan tempat tinggal
pasien (Rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter/ bidan/ perawat)
8. Pasien/ keluarga pasien menyelesaikan administrasi dan biaya perawatan ke loket
pembayaran
9. Perawat mempertahankan alat medis yang masih terpasang pada pasien (jika
menurut dokter masih perlu untuk dipertahan kan dan dilanjutkan di rumah)
10. Petugas administrasi / perawat menyerahkan resume medis dan resume
keperawatan kepada pasien / keluarganya.
11. Perawat menghubungi petugas ambulan untuk mengantar pasien pulang (jika
pasien pulang dengan ambulan)
12. Perawat mengantarkan pasien ke pintu keluar rumah sakit (atau menghubungi
asisten perawat
 Kriteria Pasien dirujuk
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi dan apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu
 Asesmen awal saat akan merujuk pasien
1. Identifikasi data pasien dan urgensi merujuk pasien

28
2. Lakukan persiapan dan susun rancangan rujukan pasien
3. Peninjauan ulang data rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik,
diagnosis dan tata laksana)
4. Lakukan anamnesis : identifikasi alasan pasien di rujuk, termasuk masalah sosial
dan perubahan terkini dalam pelayanan.
5. Asesmen kebutuhan perawatan pasien selama proses rujukan berdasarkan kondisi
dan penyakit yang dideritanya
6. Asesmen mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini, misalnya fungsi
kognitif, mobilitas dan pemenuhan kebutuhan fisiologisnya.
7. Asesmen mengenai kondisi keuangan dan status pendidikan pasien, status mental
pasien, serta kondisi rumah / tempat tinggal pasien
8. Identifikasi siapa pendamping utama / penanggung jawab perawatan pasien di
fasilitas kesehatan rujukan
9. Dalam pemberian informasi, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarganya dan tidak menggunakan istilah kedokteran.
 Pelaksanaan Rujukan
1. Setelah assesmen dan semua persiapan telah selesai bidan/perawat pendamping
dibantu petugas yang lain membawa pasien dari tempat pelayanan awal ke
ambulan yang telah siap sarana, peralatan kesehatan, oksigen, obat emergensi
maupun pengemudinya
2. Dalam proses rujukan pasien dalam posisi yang aman selama transportasi, tenaga
terampil yang mendampingi pasien selama proses rujukan selalu dalam posisi
siap memberikan pertolongan gawat darurat, menjaga kondisi pasien tetap stabil
dengan memantau tanda-tanda vital, dan semua terapi cairan/oksigen tetap
berfungsi dengan baik.
3. Bidan/perawat pendamping pasien menginformasikan hasil pemeriksaan,
tindakan/pengobatan yang sudah diperoleh serta menyerahkan
pelayanan/perawatan lanjutan ke petugas RS/faskes rujukan dengan
menandatangani timbang terima pasien
4. Bidan/perawat RSU Prima Husada berupaya memperoleh informasi
perkembangan kesehatan pasien di RS/faskes rujukan
5. Bidan/perawat pendamping kembali ke RSIA Prima Husada dan mencatat proses
rujukan dalam status pasien terutama waktu dan kondisi pasien saat berangkat

29
dan diterima di fasilitas rujukan, dan mencatat di buku register rujukan serta
laporan harian di instalasi masing-masing.
 Prosedur Merujuk Pasien
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnose utama dan diagnose banding
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan SPO (Standart
Prosedur Operasional)
3. Lakukan KIE pada pasien & keluarganya.tentang kondisi pasien dan harus
dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai
4. Minta tanda tangan pasien dan atau keluarganya terkait dengan rujukan tersebut
dengan mengisi informed consent (persetujuan/penolakan tindakan rujukan).
5. Menghubungi rumah sakit tujuan rujukan yang dikehendaki, jelaskan kondisi
pasien, terapi yang telah diberikan.
6. Telepon ambulans transporter sesuai jadwal.
7. Lakukan persiapan pada pasien.
8. Siapkan dan bawakan surat pengantar rujukan (2 rangkap) pada tempat/Perawat
mendampingi pasien ke tempat/unit tujuan yang dituju, obat-obatan, hasil foto,
hasil lab, dll.
9. Perawat mendampingi pasien ke tempat/ tujuan rumah sakit rujukan dan
memonitor kondisi kesehatan pasien.
10. Perawat yang mendampingi melakukan Serah terima pasien dengan petugas
rumah sakit tujuan rujukan
 Tatacara Menentukan Rumah Sakit Rujukan
1. DPJP/bidan melihat data rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan RSU
Prima Husada khususnya yang berkaitan sarana, tenaga, peralatan yang dimiliki,
mudah dijangkau, jarak tidak terlalu jauh, dan memenuhi ketentuan pola rujukan
serta kesediaan untuk menerima rujukan pasien dari RSU Prima Husada.
2. Dokter/bidan yang akan merujuk pasien setelah memeriksa dengan lengkap,
diagnosa dan adanya kebutuhan pemenuhan pelayanan yang tidak dapat
dilaksanakan di RSU Prima Husada.
3. Spesifikasi jenis pelayanan, tenaga spesialis yang akan melayani, peralatan
pendukung pelayanan, sistem pembayaran biaya pelayanan yang dimiliki pasien
perlu diidentifikasi sebelum menetapkan rumah sakit penerima pelayanan.

30
4. Jenis pelayanan yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi
pasien yang akan dirujuk dan tatacara pembiayaan yang dimiliki pasien, dokter
memilih dan menentukan rumah sakit penerima rujukan sesuai data rumah sakit
yang bekerjasama dan bersedia menerima rujukan dari RSU Prima Husada.
5. Dokter/perawat/bidan melaksanakan komunikasi dengan rumah sakit penerima
rujukan untuk memperoleh informasi ketersediaan ruangan dan ketentuan lain
berkaitan dengan rujukan pasien dengan rincian kondisi pasien dan jenis
kasus/penyakit tertentu. Untuk pelayanan pasien gawat darurat dapat
memanfaatkan sistem komunikasi radiomedik penanggulangan gawat darurat
terpadu.
6. Setelah memperoleh informasi dari rumah sakit penerima rujukan terpilih,
dokter/bidan/perawat menginformasikan kepasien/keluarga untuk memperoleh
persetujuan termasuk tatacara transfer pasien, ketentuan administrasi dan
persyaratan-persyaratan lain yang harus diketahui dan disetujui.
7. Rumah sakit terpilih sebagai penerima rujukan dicatat dalam dokumen rekam
medik

F. TRANSPORTASI
Ambulan adalah kendaraan transportasi pasien gawat darurat medis atau cedera
yang digunakan untuk membawanya dari satu tempat ke tempat lain guna perawatan
lebih lanjut atau untuk pasien yang dirawat di RSU Prima Husada yang memerlukan
sarana transportasi untuk pulang.
Ambulans dilengkapi dengan oksigen, obat-obatan, peralatan medis dan sirene
untuk menembus kemacetan lalu lintas.
Pelayanan ambulan adalah bagian dari manajemen penatalaksanaan penderita gawat
darurat yang memerlukan keseragaman organisasi dan pedoman yang baik, sehingga
mortalitas dan morbiditas dapat ditekan serendah mungkin. Pelayanan ambulan
merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan terdiri dari beberapa tahap yaitu : (1)
Rescue / Extrikasi; (2) Resusitasi / Stabilisasi; (3) Retrieve / Evakuasi.

31
BAB IV
PENUTUP

Rumah Sakit Umum Prima Husada menyusun Panduan Skrining Pasien di Rumah
Sakit Umum Prima Husada bagi seluruh petugas/karyawan di Rumah Sakit Umum Prima
Husada.
Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun Panduan Skrining Pasien di Rumah
Sakit Umum Prima Husada ini dan masukan/saran penyempurnaan panduan ini sangat
diharapkan. Semoga bermanfaat.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada Tanggal : 02 Mei 2019
Direktur,
Rumah Sakit Umum Prima Husada

dr. Zaiful Amri Santoso, MM

32

Anda mungkin juga menyukai