LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh :
TIM APK
1
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan 5
1.1. Pendaftaran 6
1.3. Pelayanan
a. Skrining 7
b. Triase 9
c. Pemeriksaan Pasien 16
d. Observasi 17
f. Informed Concent 18
2
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
i. Pelayanan DOA 18
Kriteria Penyakit yang dapat di Obati dan di rawat di RS Kurnia Cilegon 137
3
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
PENUTUP 143
4
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif. Tanggung jawab masalah kesehatan bukan
hanya semata – mata oleh pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab dari seluruh
sekitar termasuk masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh upaya pembangunan dan
kondisi lingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan
masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi
aktif lintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah
diharapkan.
Menciptakan kondisi kesehatan masyarkat telah terbingkai dalam pembangunan
kesehatan yang tertuang dalam Undang – Undang Kesehatan no : 23 tahun 1992,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah
satu tujuan dari pembangunan kesehatan Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki
kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat
dilaksanakan diseluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta.Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan masyarakat akan memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan Rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Rumah Sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan
medis, seperti Instalasi Gawat Darurat yang bisa disebut sebagai “Etalase” dari suatu
Rumah Sakit, yaitu bertujuan untuk memberikan pelayanan kasus Gawat Darurat
untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan Pedoman Akses dan Kontinuitas
Pelayanan, yang disusun dari berbagai buku standar yang berlaku, yang disesuaikan
dengan kondisi RS Vita Insani, sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan dan
sisi mekanisme pelayanan, sarana pendukung, SDM, logistik dan fasilitasnya.
B. Ruang Lingkup
Pelayanan di Rumah Sakit Vita Insani mempunyai ruang lingkup seperti :
5
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
1. Pelayanan Ambulance
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Proses admisi rawat inap dan rawat jalan
5. Proses rujukan
6. Dokter Penanggung jawab Pelayanan (DPJP)
C. Tujuan
1. Perawatan pasien berkesinambungan
2. Kebutuhan pasien sesuai dengan pelayanan
3. Pelayanan terkoordinasi dengan baik
4. Pasien pulang terencana dan di follow up dengan baik.
D. Fokus area
1. Saat pasien masuk RS
2. Kelanjutan perawatan
3. Pemulangan pasein rujukan dan follow up
4. Perpindahan pasien
5. Transportasi pasien
6
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB II
1.1 PENDAFTARAN
Petugas registrasi IGD bertugas melakukan proses admisi pasien rawat jalan
maupun admisi rawat inap yang bertujuan memberikan pelayanan kepada pasien yang
akan berobat jalan dan dirawat dengan pelayanan maksimal.
Pasien yang harus rawat inap akan melalui beberapa tahapan, tergantung pada
penjaminnya, apabila penjaminnya adalah perusahaan maka tempat perawatan
disesuaikan dengan hak kelasnya dan jika tempat penuh maka akan naik kelas atau turun
kelas sesuai dengan kerjasama yang berlaku. Jika penjamin adalah asuransi petugas
registrasi akan menghubngi pihak asuransi untuk medapatkan persetujuan penjamin
untuk rawat inap dan tindakan yang akan dilakukan. Untuk pasien tanpa penjamin maka
pasien bebas untuk menetukan kelas perawatan dan bukti jaminannya.
Untuk pasien BPJS untuk rawat harus membawa surat rujukan dari PPK I (kecuali
untuk kasus yang sesuai kriteria emergensi) dan kartu anggota BPJS pada bagian
pendaftaran untuk didata, dokter jaga akan memeriksa dan menentukan dokter spesialis
7
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
yang akan merawat sesuai dengan diagnosa, petugas registrasi IGD akan membuat SEP
untuk pendaftaran dan mencari kelas sesuai dengan hak kelasnya, pasien atau keluarga
pasien mengisi biodata rawat inap, dan pasien masuk perawatan.
8
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Dari hasil skrining petugas dapat menilai kebutuhan pasien sesuai dengan misi
dan sumber daya rumah sakit.
1. Pasien dengan kebutuhan preventif dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan berkala seperti medical check up.
2. Pasien dengan kebutuhan kuratif dilakukan pemeriksaan dan diberi obat
bagi pasien yang dapat berobat jalan dan perawatan bagi pasien yang perlu
rawat inap.
3. Pasien dengan kebutuhan promotif dilakukan penyuluhan tentang hidup
sehat, pola makan sehat dan olah raga.
4. Pasien dengan kebutuhan rehabilitatif dibuatkan perencanaan untuk
melakukan pemulihan tehadap pasien sehingga dapat melakukan aktifitas
seperti semula.
5. Pasien dengan kebutuhan paliatif diberi apa yang menjadi keinginan dan
keluarga pasien diberitahu keadaan pasien.
1. Laboratorium
Neonatus : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
Bayi : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
Anak : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit.
Dewasa : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
2. Pemeriksaaan kimia darah pada anak dan dewasa sesuai indikasi.
3. EKG dilakukan untuk usia lebih dari 35 tahun dengan faktor resiko.
4. Radiologi (roentgen, usg) sesuai indikasi
9
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
b. Triase
Triase adalah cara pemilahan pasien untuk menentukan prioritas
penanganan berdasarkan tingkat kegawatannya dan sesuai dengan penyakitnya.
Triase ini bertujuan agar pasien yang datang ke IGD langsung mendapat
pelayanan sesuai kasusnya, sehingga memastikan pengobatan yang cepat dan tepat
waktu. Triase sangat berfungsi di IGD karena dapat dengan cepat
memprioritaskan pengobatan pada saat pasien datang bersamaan.
Semua pasien yang datang akan dilakukan triase oleh petugas IGD yang
terlatih untuk memberikan prioritas pelayanan yang sesuai dengan
kegawatdaruratannya.
Sistem triase yang dipakai di IGD RS Vita Insani sistem triase berbasis
bukti yaitu sistem “AUSTRALIA TRIASE SCALE” yang dapat di
implementasikan dengan cepat agar pertolongan terhadap pasien dalam keadaan
gawat darurat juga lebih cepat dan tepat sehingga angka kecacatan dan kematian
berkurang.
Triase
a. Fungsi Triase
Triase merupakan hal yang penting di Instalasi Gawat Darurat. Triase
bertujuan untuk memastikan pasien yang gawat darurat mendapat prioritas
utama dalam pelayanan agar dapat penilaian dan pengobatan sesuai yang
dibutuhkan pasien.
b. Penilaian triase
Triase merupakan titik kontak pertama pasien di IGD. Penilaian untuk pasien
gawat darurat antara 2 – 5 menit dari pasien datang.Penilaian triase melibatkan
kombinasi dari penampakan pasien dan pengamatan fisiologis.
Pasien dengan kategori “sistem triase gawat darurat medis” (ATS) I dan
kategori II harus diberikan pelayanan utama. Pengkajian perawatan yang lebih
lengkap harus dilakukan. Penilaian triase tidak selalu bertujuan untuk
membuat diagnosa. Triase dilakukan oleh petugas IGD yang sudah
berpengalaman dan terlatih.
10
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
11
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Kebijakan Khusus
1. Pediatri
Hasil penilaian triase, lima kategori harus digunakan untuk semua pelayanan. Anak-anak
harus diprioritaskan untuk pelayanan gawat darurat.
2. Trauma
Triase harus diperuntukan sesuai dengan urgensi yang objektif sesuai dengan hasil
penilaian klinis.
3. Gangguan prilaku
Pasien dengan kesehatan mental atau perilaku bermasalah harus diprioritaskan.Beberapa
pasien akut terganggu mungkin memerlukan respon klinik segera, dikombinasi dengan
respon keamanan untuk menjamin keselamatan pasien.Pasien yang mengacam
keselamatan petugas, tidak dilakukan penilaian klinis dulu, sampai keselamatan petugas
dapat terjamin.
Deskripsi
a. Sumber
Deskripsi klinis yang terdaftar untuk setiap kategori didasarkan pada data penelitian
yang ada, serta konsensus para ahli. Daftar ini tidak mutlak tapi sebagai indikasi.
b. Gambaran klinis tentukan kategori
Gambaran klinis yang berat dipakai untuk kategori “Australia Triage Scale”. Hasil
penilaian gambaran klinis beresiko tinggi, tanggapan harus sesuai dengan gambaran
klinis yang ada.
12
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Gangguan sirkulasi
(perpusi jelek, Nadi <
50x/mnt atau > 150
x/mnt untuk dewasa,
hipotensi, kehilangan
darah berat)
Nyeri dada
Nyeri hebat
BSL < 3 mml/l
Drowsy (GCS < 13)
Acute hemiparese
Panas degan tanda-
tanda gelisah
Terpapar cairan asam
Mayor multi trauma
Trauma berat
terlokalisasi (fraktur
besar/amputasi)
High risk history
(rasa sakit hebat)
Kejiwaan
(agrresif, mengancam
13
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
diri sendir/oranglain)
14
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
15
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
sendiri/orangl
ain.
KATEGORI Penilaian dan Tidak mendesak Sakit minimal tanpa
V pengobatan dalam Kondisi pasien yang teratasi resiko
waktu 120 menit atau gejala tidak cukup atau Riwayat resiko
rendah dan sedang
hasil akhir dari pengobatan
tanpa gejala
tidak signifikan jika
Gejal ringan dan
penilaian dan pengobatan stabil dari penyakit
terhambat dari pasien datang. yang ada.
atau Ggejala nyeri dari
Masalah administrasi klinis kondisi dengan resiko
Surat kesehatan rendah.
Hanya pemberian Luka kecil, abrasi
kecil, laserasi kecil.
resep
Kontrol untuk bersih
Hasil pemeriksaan luka.
(resume Imunisasi
Perilaku
Pasien
dengan gejala
kronis
Secara klinis,
secara sosial
pasien dalam
keadaan baik
c. PEMERIKSAAN PASIEN
Pasien yang datang ke IGD akan langsung dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik oleh dokter dan perawat, hasil pemeriksaan fisik di tulis di dalam assesmen awal
pasien, pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai ke kaki, sehingga tidak ada yang
terlewat, karena hasil pemeriksaan sangat menetukan tindakan selanjutnya yang akan di
ambil dan juga untuk menentukan diagnosa untuk membantu menegakkan diagnosa
biasanya pasien juga akan dilakukan pemeriksaan penunjang baik laboratorium,
radiologi, dan lainnya yang sesuai dengan indikasi.
d. OBSERVASI
16
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
f. INFORMED CONCENT
Untuk pasien yang akan dilakukan tindakan, sebelum tindakan dilakukan pihak
rumah sakit wajib memberi penjelasan kepada pasien dan pihak keluarga. Setelah
17
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Dokter jaga IGD akan mencatat hasil pemeriksaan fisik di catatan visum yang
kemudian akan diketik oleh bagian administrasi dan diperiksa kembali oleh dokter jaga
yang bersangkutan. Hasil visum dapat diambil dibagian front office oleh pihak
kepolisian.
i. PELAYANAN DOA
Pasien yang datang ke IGD dengan tidak ada lagi tanda vital akan tetap
dilakukan tindakan pengobatan dan tindakan medis, tindakan dilakukan bertujuan untuk
melihat respon dari tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan,petugas akan
menghentikan tindakan pengobatan dan tindakan medis jika dokter jaga menyatakan
sudah tidak ada respon.
Tindakan medis tidak lagi dilakukan jika tanda-tanda pasti kematian telah jelas
terlihat saat pemeriksaan awal.
18
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
pelayanan sebagai praktisi kesehatan untuk pemberi asuhan. Seluruh fase pelayanan,
kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di dalam rumah sakit
dan bila perlu di luar rumah sakit. Hal tersebut biasanya dilakukan dengan
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan atau kebijakan kelayakan transfer di dalam
rumah sakit.
Untuk mewujudkan asuhan pasien yang berkesinambungan, rumah sakit
memerlukan disain dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan
kordinasi diantara para dokter, perawat, tenaga kesehatan lain yang berada dipelayanan
emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap, pelayanan diagnostik dan pelayanan
pengobatan,pelayanan non bedah, program pelayanan rawat jalan, daftar rumah sakit
lain dan pelayanan kesehatan lainnya.
Untuk mempertahankan kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di rumah
sakit, ada staf yang bertanggungjawabsecara umum terhadap pelayanan pasien atau fase
pelayanan teretentu yang diketahui dengan jelas. Staff yang bertanggungjawab tersebut
tercantum dalam status pasien ataudiperkenalkan kepada semua staff rumah sakit. Staff
yang bersangkutan mengatur pelayanan pasien selama dirawat, melakukan kordinasi,
kepuasan pasien, kualitas pelayanan yang diharapkan sehingga sangat diperlukan
terutama bagi pasien yang kompleks. Dibuatkan kebijakan dari rumah sakit yang
mengatur proses transfer tanggungjawab pasien dari satu ke oranglain. Pada hari libur
yang bertanggungjawab dan melaksanakan serta mendokumentasikan.
Merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain diluar rumah sakit atau ke rumah sakit
lain, memulangkana pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan. DPJP yang
betanggungjawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien
untuk dipulangkan berdasarkan kebijakan.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan lain didalam RS atau memindahkan pasien dari satu RS ke RS lain. Tujuan
dari sistem rujukan ini adalah :
Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
19
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Agar proses transfer pasien atau pemindahan pasien berlangsung dengan aman
dan lancar yang memperhatikan keselamatan pasien.
BAB III
PELAYANAN RAWAT JALAN
20
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
21
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Golongan Darah
Penanggung jawab pasien
Profesi (kerja/tdk berkerja/pelajar/IRT dsb.)
c). Petugas loket mengisi data tersebut pada Aplikasi EWS (Early
Warning System)
2. Nurse Station
1. Petugas pendaftaran menghubungi petugas RM (Rekam Medis) untuk
mencarikan status pasien tersebut
2. Petugas perawat nurse station menerima berkas status pasien dari
petugas pendaftaran
3. Perawat melakukan asessmen keperawatan kepada pasien
4. Pasien / pelanggan dipersilahkan menuju ruang tunggu instalasi rawat
jalan, menanti giliran panggilan layanan yang diperlukan
22
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
5. Sistem pembayaran
6. Ketentuan Umum
Untuk kebutuhan pencatatan data pasien yang akan mendapat pelayanan
rawat jalan diberlakukan beberapa ketentuan sebagai berikut :
23
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
7. Bila pasien menyetujui dengan kamar yang tersedia maka petugas admisi
langsung melakukan pemesanan kamar dengan perawat ruangan untuk
menyiapkan ruangan yang dipesan
8. Petugas admisi menyertakan Form Surat pernyataan status penjaminan pasien
untuk diisi oleh keluarga pasien/penanggung jawab pasien (jika pasien umum
maka harus membayar uang DP dibagian kasir dengan jangka waktu 1x24 jam)
9. Bila surat pernyataan telah diisi dan ditanda tangani oleh keluarga
pasien/penanggung jawab pasien petugas admisi memberikan kartu penunggu
pasien kepada keluarga pasien (kartu penunggu pasien berlaku hanya untuk 1
orang)
Pelayanan Rawat Inap RS Kurnia Cilegon memiliki 42 tempat tidur dengan kelas yang
bervariasi dan ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan.Perawat Rawat Inap.
24
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Wastafel
Kamar mandi dilengkapi shower
Tirai pemisah
2. Ruang perawatan kelas 1 utama
Fasilitas teridiri dari :
2 tempat tidur TV 22” kulkas
Bedside Cabinet
Kursi penunggu pasien
AC Split
Room nurse call
Wastafel
Kamar mandi dilengkapi shower
Tirai pemisah
3. Ruang perawatan kelas 1
2 tempat tidur
TV 22”
Bedside Cabinet
Kursi penunggu pasien
AC Split
Room nurse call
Wastafel
Kamar mandi dilengkapi shower
Tirai pemisah
4. Ruang perawatan kelas 2
3 tempat tidur
Bedside Cabinet
Kursi penunggu pasien
Room nurse call
Wastafel
Kamar mandi dilengkapi shower
Tirai pemisah
5. Ruang perawatan kelas 3
4 tempat tidur
Bedside Cabinet
Kursi penunggu pasien
Room nurse call
Wastafel
Kamar mandi dilengkapi shower
Tirai pemisah
25
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
26
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
c. Kegiatan Admission
1) Menentukan persyaratan pasien bisa masuk rumah sakit
2) Menerima pasien yang akan masuk unit rawat inap
3) Memproses Perpindahan pasien antar bangsal rawat inap didalam rumah
sakit atau antara rumah sakit dengan tempat kesehatan lainnya
4) Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien
5) Mengelola daftar pasien yang menunggu ( waitting list)
6) Mengantar pasien ke unit rawat inap dan menyerahkan ke unit rawat inap
dibantu oleh Assisten perawat bila pasien dealam kondisi baik
7) Memberikan konsultasi keuangan kepada sebelum atau pada awal
pendaftaran
BAB IV
PENUNDAAN JADWAL PELAYANAN/PENGOBATAN
A. DEFINISI
Penundaan atau perubahan jadwal adalah penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti :
Kondisi pasien
27
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Dokter berhalangan
Kerusakan alat
Masalah administrasi dan lain – lain. (bukan berasal dari keinginan pasien)
B. RUANG LINGKUP
Penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien harus dilihat sebagai
masalah antar disiplin dan multi disiplin. Oleh karena itu kebijakan ini berlaku untuk
seluruh karyawan di RS Kurnia, termasuk dokter, perawat dan seluruh karyawan RS
Kurnia.
C. TATA LAKSANA
1. Direktur bertanggung jawab sepenuhnya untuk memastikan efektifitas dan
menajemen resiko dalam pelayanan atau pengobatan untuk pengguna jasa (pasien
dan keluarganya) sehubungan dengan penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menyediakan infrastruktur yang tepat
dan dukungan yang berkesinambungan termasuk catatan dan pemantauannya.
2. Kepala bidang pelayanan bertanggung jawab terhadap manajemen operasional
rumah sakit termasuk didalamnya terlaksananya proses kebijakan penundaan
pelayanan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan pada pasien.
3. Kepala instalasi bertanggung jawab untuk terlaksananya proses kebijakan
penundaan pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menjamin keselamatan
pasien setiap saat.
4. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk :
a. Terlaksananya semua proses kebijakan penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan pada pasien di bagian unit perawatan
b. Memastikan adanya sistem operasional di dalam unit perawatan untuk
memastikan proses penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau
pengobatan pada pasien.
c. Melaporkan setiap masalah penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau
pengobatan pasien pada pihak kepala bidang untuk membantu memastikan
28
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
29
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
30
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
c. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pelayanan atau
pengobatan yang sama atau dipulangkan menunggu sampai alat diperbaiki.
d. Apabila alat sudah diperbaiki, maka penanggungjawab unit menghubungi dokter
untuk penjadwalan ulang dan menghubungi pasien untuk menginformasikan
jadwal yang telah ditentukan dokter.
D. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi ini akan dipantau untuk menjamin efektifitas dan jamin kepatuhan
indikator kuncinya sebagai berikut :
a. Jumlah kejadian di tiap unit yang merugikan dan yang hampir terjadi berkaitan
dengan penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan pasien.
b. Jumlah keluhan yang berkaitan dengan penundaan / perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatna kepada pasien.
c. Jumlah penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien di tiap unit.
d. Jumlah pemulangan diluar jam normal dan unit rawat inap.
2. Hasil audit, tren/tema yang terindentifikasi dari pelaporan kejadian dan rencana
pelayanan atau pengobatan harus dilaporkan kepada direktur bersamaan dengan
laporan bulanan.
31
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB V
PROSES PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP
DAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN
Pada waktu proses penerimaan pendaftaran pasien rawat inap, pasien dan
keluarga diberikan penjelasan yang cukup untuk membuat keputusan berkenaan
dengan pelayanan yang dianjurkan. Penjelasan mencakup tentang pelayanan yang
dianjurkan, hasil yang diharapkan dan perkiraan biaya dari pelayanan tersebut.
Penjelasan tersebut dapat dalam bentuk lisan dan dipertegas dalam bentuk tertulis
yang di perkuat dengan tanda tangan petugas dan pasien / keluarga pasien sebagai
bukti bahwa penjelasan tersebut telah di berikan oleh petugas dan diterima dengan
baik oleh pasien/ keluarga.
Bukti tertulis diikut sertakan dalam rekam medis pasien.
32
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
c. Surat pengantar dan persetujuan operasi (jika pasien rencana akan dilakukan
tindakan operasi).
d. Formulir atau hasil konsultasi spesialis lain
4. Pasian dan keluarganya diberikan informasi pada waktu proses admisi tentang:
a. Pelayanan yang ditawarkan.
b. Hasil pelayanan yang diharapkan.
c. Perkiraan biaya pengobatan dan tindakan.
d. Pengambilan keputusan yang benar dari pasien dan keluarga pasien.
5. Berikan formulir surat pernyataan untuk diisi oleh pasien / keluarga.
6. Petugas admission meminta pasien / keluarga menunjukan kartu berobat / surat
jaminan perusahaan / asuransi sebagai bukti penjamin pengobatan pasien.
7. Petugas admission memproses adminstrasi pasien berdasarkan klasifikasi
penjaminan Tunai / Perusahaan / Asuransi / BPJS.
a. Penjaminan Tunai.
Petugas admission memperlihatkan menu ruang rawat, menjelaskan fasilitas,
harga masing-masing ruang rawat dan mempersilahkan pasien / keluarga
pasien memilih kamar / ruang rawat yang diinginkan.
Apabila pasien terencana untuk dilakukan tindakan pembedahan / operasi,
petugas admission menjelaskan perkiraan biaya pembedahan / operasi
tersebut.
Petugas admission memesankan ruang / kamar rawat sesuai permintaan
pasien / keluarga.
Petugas admission menginput data pasien kedalam sistem ICHA
Petugas admission menjelaskan tata tertib pasien selama mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit Kurnia Cilegon
Pasien / keluarga pasien mengisi dan menadatangani Surat pernyataan
kesanggupan biaya
Petugas admission memberikan kartu tunggu pasien rawat kepada keluarga
pasien
Petugas admisi mengarahkan keluarga pasien untuk membayar uang muka
atau DP (down Payment) ke bagian kasir.
33
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
c. Penjaminan BPJS
34
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
35
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3. Setelah nomor antrian muncul di layar antrian, pasien / keluarga pasien datang ke
bagian loket pendaftaran untuk mendaftaran diri / keluarga ke dokter umun /
spesialis yang di tuju dengan membawa persyaratan sesuai ketentuan penjaminan
dari perusahaan / asuransi / BPJS atau penjaminan pasien tunai.
4. Pasien / keluarga pasien diinformasikan ketersediaan jam praktek dokter.
5. Pasien setuju, petugas menginput data pasien kedalam sistem ICHA
6. Petugas melengkapi berkas / dokumen seperti resume medis, penggesekan kartu
asuransi dan lain sebagainya.
7. Petugas mengarahkan pasien ke nurse station dokter yang dituju
8. Pasien menuju nurse station.
36
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
37
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB VI
PELAYANAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan
staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
38
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
1. Batasan Operasional
39
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Pelayanan ICU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis.
2. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai
berikut :
40
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
STANDAR KETENAGAAN
STRUKTUR KETENAGAAN
MANAGER YANMED
KEPALA INSTALASI
KA.TIM
41
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
7 Cleaning SLTA 2
Service
1. Kepala Instalasi adalah Dokter spesialis anesthesi yang mampu
melaksanakan dua peran utama :
a.Mampu melakukan pengelolaan pasien sakit kritis
b.Mampu mampu melakukan management unit
2. Tim Medis adalah dokter Spesialis terkait penyakit pasien yang mampu
memberikan pelayanan setiap diperlukan.
3. Kepala Keperawatan adalah perawat S1 atau D3 keperawatan yang telah
memiliki sertifikat pelatihan ICU dan mampu management unit.
42
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
4. Dokter Jaga adalah dokter Umum yang telah mengikuti pelatihan ACLS
danBTCLS yang mampu memberikan bantuan hidup dasar dan hidup
lanjut.
5. Perawat adalah perawat yang terlatih dan 50% dari perawat yang bertugas
adalah perawat yang telah tersertifikasi perawat ICU.
6. Pramu Wisma adalah petugas yang membantu administrasi dan
ketersediaan alat dan barang habis di unit.
7.Cleaning service adalah petugas yang membantu kebersihan di ICU
B. Distribusi ketenagaan
Ketenagaan yang ada di Instalasi pelayanan intensif RSKM saat ini adalah 76%
perawat sudah mengikuti pelatihan ICU Dewasa dengan distribusi ketenagaan
pada setiap shift minimal 50 % tenaga yang jaga adalah tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan ICU
C. Pengaturan jaga
Rumus penghitungan Kebutuhan Tenaga Perawat di Instalasi Perawatan
Intensif
AXBXCXDXE
FXG
Keterangan :
A: Jumlah Shift perhari
B: Jumlah Tempat Tidur di Instalasi Pelayanan Intensif
C: Jumlah hari kerja di instaslasi yang dipakai dalam 1(satu) minggu
D: Jumlah Pasien yang menginap
E: Tenaga tambahan untuk libur, sakit 20 – 25 %
F: Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat ( Ratio Perawat : Pasien )
G: Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam 1 ( satu ) minggu
43
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
( sumber: Management of intensive care, guidelines for better use resources 2000)
4 orang Libur -
D. Pelatihan
Perawat yang bertugas di Instalasi Pelayanan Intensif harus memiliki
kompetensi tentang perawatan critical care yang di dapatkan dalam bentuk
44
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3 Pulse oxymetri 9
4 EKG 1
45
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
10 Ventilator 3
11 Oksigen sentral 9
20 Kapnograf 7
24 Hemodialisis 1
46
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Pasien Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU dan
memerlukan terapi intensif segera, berhubungan dengan penyakit dasar jantung,
paru-paru atau ginjal akut berat, serta pasien dengan pembedahan mayor.
47
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3. Pasien Prioritas 3
Pasien sakit kritis dan tidak stabil, dimana kemungkinan sembuh dan/atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU sangat sedikit,antara lain pasien dengan
keganasan metastatic disertai penyulit infeksi pericardial temponade, atau
sumbatan jalan nafas, atau pasien dengan penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat.
Prioritas pasien dipindahkan dari ruang ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh Tim
Medis yang merawat dan dokter Anesthesi sebagai penanggung jawab ICU.
B. Monitoring pasien
Pasien icu dilakukan pemantauan tanda-tanda vital ,hemodinamik,balance cairan serta
kesadaran pasien secara manual maupun elektronik yang dilakukan secara
berkesinambungan.
48
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
49
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BABVII
DESAIN DAN PELAKSANAAN PROSES YANG MENDUKUNG KONTINUITAS
PELAYANAN
Pada keseluruhan perpindahan pasien di rumah sakit, dimulai dari admisi sampai
dengan kepulangan atau perpindahan, dapat melibatkan berbagai departemen dan pelayanan
serta praktisi kesehatan untuk pemberian asuhan.
Dalam seluruh fase pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya
yang tersedia di dalam rumah sakit dan bila perlu di laur rumah sakit. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan menggunakan kriteria yan telah ditetapkan atau kebijakan di dalam rumah
sakit.
Untuk mewujudkan asuhan pasien yang berkesinambungan, rumah sakit memerlukan
desain dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan koordinasi para dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lain yang berada di :
1. Pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap.
2. Pelayanan diagnostik dan pelayanan pengobatan.
3. Pelayanan non bedah dan tindakan bedah.
4. Program pelayanan rawat jalan.
Pasien datang ke rumah sakit melalui Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat
Jalan.
Pasien datang melalui Instalasi Gawat Darurat, dokter, perawat atau petugas yang sudah
terlatih melakukan triase berbasis bukti (ATS), setelah itu pasien masuk ke ruang
pemeriksaan dan diperiksa oleh dokter, dari hasil pemeriksaan dokter mendapatkan diagnosa
bahwa pasien dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
Setelah ada hasil pemeriksaan, pasien dapat masuk ke ruang bedah, atau ruang perawatan
intensif sesuai dengan indikasi rawat.
Untuk pasien kebidanan non emergensi pasien dapat diantar langsung oleh perawat atau
bidan.
50
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Pasien kebidanan emergensi akan diperiksa terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang
perawatan oleh bidan dan akan di konsulkan ke dr. Sp.OG.
Apabila dari hasil pemeriksaan dokter dan hasil penunjang dinyatakan normal dan tidak
rekomendasi untuk dirawat, pasien akan dipulangkan dan diberi resep obat.
Untuk pasien yang dinyatakan meninggal baik dari IGD, maupun ruang perawatan
perawatan/kamar bersalin/instalasi perawatan intensifdapat dibawa langsung oleh keluarga ke
rumah duka setelah 2 jam dinyatakan meninggal.
Pasien yang datang melaui instalasi rawat jalan, pasien terlebih dahulu mengambil
nomer antrian, setelah itu daftar ke loket pendaftaran sesuai dengan kebutuhan pelayanan
(dokter spesialis, dokter umum).Dari hasil pemeriksaan dokter bila rekomendasi untuk
dirawat pasien akan diberikan form rawat inap, form pemeriksaan penunjang (rontgen,
laboratorium) dan tindakan medis yang diperlukan, dan pasien masuk keruang perawatan
diantar oleh perawat IGD setelah selesai dari bagian admission. Untuk pasien yang tidak
rekomendasi untuk dirawat pasien akan diberi resep dan dipulangkan.
Pasien dari IGD atau Intalasi Rawat Jalan yang direkomendasikan oleh DPJP untuk
dirawat atau untuk dilakukan pemeriksaan dan pelayanan yang tidak tersedia di RS Kurnia
Cilegon, DPJP akan memberikan surat rujukan atau rekomendasi ke RS lain.
BAB VIII
51
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
I. Latar Belakang
Rujuk pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di rujuk. Prinsip
dalam melakukan rujuk pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani rujuk. Pelaksanaan rujuk pasien dapat dilakukan intra rumah
sakit atau antar rumah sakit.
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen rujuk pasien adalah:
- Agar pelayanan rujuk pasien dilaksanakan secara profesional .
- Agarpemindahan pasien dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan
pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
52
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Diinformasikan kepada pasien dan keluarga tentang hal – hal yang berkaitan
dengan pelayanan yang ditawarkan, hasil yang diharapkan dan perkiraan biaya
dari pelayanan.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah
sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses rujuk yang aman: edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan rujuk harus dipertimbangkan dengan
matang karena rujuk berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit
akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya rujuk. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan rujuk.
7. Dalam rujuk pasien, diperlukan personil yang terlatih dan kompeten, peralatan
dan kendaraan khusus.
8. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan tanggal dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan
yang mendasari.
9. Terdapat 3 alasan untuk melakukan rujuk pasien keluar RS Kurnia Cilegon,
yaitu:.
Rujuk pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan pra transportasi pasien,
menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapakn peralatan dan
monitoring pasien selama rujuk.
Transfer atau rujuk di RS Kurnia Cilegondilakukan atas dasar 3 alasan :
1. Alih rawat
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemeriksaan spesimen.
I. Transfer untuk Penanganan dan Perawatan lebih lanjut ( alih rawat )
Merupakan situasi emergensi dimana sangat diperlukan transfer untuk
tatalaksana pasien lebih lanjut.
53
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
54
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Rujuk sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama rujuk berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum rujuk.
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk rujuk harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan rujuk pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien di rujuk ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang pentinguntuk dilakukan sebelum rujuk:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi.
b. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral)
c. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses rujuk
berlangsung.
d. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
e. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
rujuk.
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim rujuk.
8. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas rujuk.
9. Gunakanlah daftar persiapan rujuk pasien untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
Pendampingan Pasien Selama Rujuk
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
55
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
56
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
d. Derajat 3:
Pasien dengan Airway, Breathting, Circulation dan Hemodinamika tidak stabil
yang membutuhkan bantuan pernapasan dan atau dengan kegagalan organ
system lainnya
Jenis – jenis Transfer Pasien :
i. Transfer Intra Rumah Sakit
Transfer intra rumah sakit adalah transfer antar unit atau instansi pelayanan
yang ada di lingkungan RS Kurnia Cilegon, transfer dari Rawat Inap atau
sebaliknya bisa dari IGD atau ke kamar operasi, kamar operasi ke ICU dan
sebagainya. Kesiapan standar peralatan minimal transfer rumah sakit harus
dapat dipenuhi, hal ini bertujuan pada saat transfer berlangsung dianggap baik
termasuk diantaranya adalah kesiapan oksigen yang mobile. Selama transfer
berlangsung semua peralatan yang berhubungan dengan pasien letaknya harus
sejajar tubuh pasien.
Hal yang harus diperhatikan dalam transfer intra rumah sakit adalah :
Standar pemantauan minimal pelatihan dan petugas yang
berpengalaman, diaplikasin pada transfer dan intra rumah sakit.
Sebelum transfer lakukan analisis mengenai resiko dan keuntungannya.
Sediakan kapasitas cadangan oksigen yang cukup untuk mengantisipasi
kejadian emergensi.
Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya atau stop kontak dan
oksigen sental digunakan selama perawatan di unit tujuan.
Petugas yang mentransfer pasien ke ruang penunjang medis harus paham
akan bahaya potensial yang ada.
57
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Rujuk
58
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
59
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
4. Tim rujuk/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Petugas harus tetap duduk selama rujuk dan menggunakan sabuk pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
7. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian
yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan rujuk, dan harus
mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan rujuk
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-rujuk
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama rujuk
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
rujuk intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
rujuk; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang
diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim rujuk harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
rujuk, termasuk penundaan transportasi.
60
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
5. Tim rujuk harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit
yang dituju sebelum merujuk pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
rujuk dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang
akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama
rujuk berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan
dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim rujuk dibebastugaskan dari kewajiban merawat
pasien.
61
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
LAMPIRAN 1
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
62
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
63
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
LAMPIRAN 2
OBAT-OBATAN RUJUK MINIMALANTAR RUMAH SAKIT(Bila diperlukan)
1. Adenosine, 6mg/2ml
2. Amiodaron, 150mg/3ml
3. Atropine, 1mg/10ml
4. Kalsium klorida, 1g/10ml
5. Catacaine/hurricaine spray
6. Digoksin, 0,5mg/2ml
7. Diltiazem, 25mg/5ml
8. Difenhidramin, 50mg/1ml
9. Dopamine, 200mg/5ml
10. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
11. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
12. Fosfenitoin, 750mg/10ml
13. Furosemide, 100mg/10ml
14. Glucagon, 1mg (vial)
15. Heparin, 1.000 U/1ml
16. Isoproterenol, 1mg/5ml
64
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
65
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB IX
RENCANA PEMULANGAN PASIEN
A. Pengertian
Discharge planning / rencana pemulangan pasien adalah suatu proses sistimatik
untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk
memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan setelah
pemulangan.
Discharge planning juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus
sudah dimulai sejak awal pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah
direncanakan sebelumnya / elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non-
elektif.
66
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
67
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
ii. Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia untuk
pasien
iii. Verifikasi availabilitas tempat perawatan pasien setelah pulang dari
rumah sakit.
C. Saat di ruang rawat inap:
a. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
b. Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan dan
tatalaksana pasien
c. DPJP dan PPJP di ruangan harus memastikan pasien memperoleh perawatan
yang sesuai dan adekuat serta proses discharge planning berjalan lancar.
d. DPJP, PPJP harus memahami mengenai discharge planning.
e. Tugas PPJP, adalah:
mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk discharge planning,
asesmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan
memastikan semua rencana berjalan dengan lancar
mengambil tindakan segera bila terdapat masalah.
Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan pasien dalam
24 jam setelah pasien dirawat
Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus pasien terpenuhi
Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan, dan
konfirmasikan dengan pasien dan keluarga / PJ Perawatan pasien.
Berikut adalah beberapa peralatan tambahan yang diperlukan pasien sepulangnya dari
rumah sakit (bila diperlukan):
Peralatan yang portabel dan sederhana: mudah digunakan, instruksi penggunaan
minimal. Contoh: tongkat, toilet duduk.
Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya. Contoh:
tempat tidur khusus, pegangan terfiksasi (grab rails), oksigen
Kursi roda (manual dan listrik)4
68
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
f.
g. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah:
i. Ambulans
ii. Mobil pribadi
iii. Helikopter (bila diperlukan): biasanya digunakan untuk pasien dengan
penyakit akut yang berat dan harus ditransfer ke rumah sakit lain
iv. Taksi
h. Identifikasi dan latihlah professional kesehatan yang dapat merawat pasien
serta lakukan koordinasi dengan tim multidisiplin dalam merancang discharge
planning pasien.
i. Yang dimaksud tim multidisiplin ini adalah para professional kesehatan dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti pekerja sosial, perawat, terapis,
dokter.
j. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan pasien dirawat,
tatalaksana, prognosis, dan rencana pemulangan pasien.
k. Tanyakan kepada pasien: ‘Anda ingin dirawat oleh siapa sepulangnya dari
rumah sakit?
l. Biasanya pasien akan memilih untuk dirawat oleh anggota keluarganya.
m. Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat
pasien. Pastikan mereka diinformasikan mengenai Berikanlah mereka waktu
untuk memutuskan.
n. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui oleh pemberi layanan perawatan
pasien sepulangnya dari rumah sakit / carer(biasanya keluarga):
i. Rencana pemulangan pasien secara tertulis dan lisan
ii. Kondisi medis pasien
iii. Hak carer untuk memperoleh asesmen
iv. Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien
v. Keuntungan yang didapat
vi. Dampak finansial
vii. Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan
pemahaman yang efektif
69
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
70
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
71
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
72
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Evaluasi: monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara
periodik, dengan cara:
a. Peninjauan ulang rekam medis / catatan pasien
b. Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge
planning
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan.
Peninjauan Ulang Dan Audit
Peninjauan ulang dan audit harus dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan
bahwa panduan berjalan dengan lancar dan diterapkan oleh seluruh professional
kesehatan di rumah sakit
73
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB X
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS
A. LATAR BELAKANG
Bahwa setiap pasien atau keluarga pasien yang mendapat pelayan kesehatan berharap
keluahan dan penyakit pasien akan disembuhkan.
Pesetujuan mengenai tindakan medic yang akan dijalaninya merupakan hak pasien
yang mendasar. Pasien dapat menyetujui atau menolak rencana tindakan atau nasehat
medis, dari persetujuan tersebut barulah dokter dapat bertindak upaya – upaya
penyembuhan yan diperlukan. Hak persetujuan atau penolakan merupakan hak asasi
seseorang untuk menentukan nasib kesehatannya sendiri. Setiap manusia dewasa yang
sehat jasmani rohaninya memiliki hak untuk menentukan apa yang akan dilakukan
terhadap tubuhnya.
74
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Dokter tidak berhak melakukan tindakan medik yang bertetangan dengan kemauan
pasien meskipun itu kepentingan pasien.
B. DEFINISI
3. Proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antar pasien
dengan dokter dan bukan sekedar penandatanganan formulir penolakan.
75
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
IV. Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis
yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu dan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
V. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
VI. Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengna
peraturan perundang undangan.
VII. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak – anak
kandung dan saudara – saudara kandung.
C. RUANG LINGKUP
Panduan penolakan tindakan/nasehat medis ini diterapkan di lingkup rumah sakit dan
ditujukan kepada :
1. Pasien
2. Keluarga pasien
3. Dokter penanggungjawab
4. Perawat pemberi pelayanan
76
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan
ybs, kepentingan masyarakat).
3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).
Bila penolakan tindakan dan pengobatan ini terjadi dan konsekuensi dari
penolakan tersebut berakibat serius, maka keputusan tersebut harus didiskusikan
oleh DPJP dengan pasien, tidak bermaksud untuk mengubah pendapatnya tetapi
untuk mengklarifikasi situasinya. Oleh karena itu perlu dicross cek kembali
apakah pasien mengerti informasi tentang keadaan pasien, tindakan atau
pengobatan serta semua kemungkinan efek sampingnya. Dalam setiap masalah
seperti ini, rincian setiap diskusi harus secara jelas didokumentasikan dengan baik.
77
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali sulit. Nyeri, syok
atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien. Jika pasien
dipastikan kompeten dan memutuskan untuk membatalkan persetujuannya, maka
dokter harus menghormatinya dan membatalkan tindakan atau pengobatannya.
Terkadang keadaan tersebut terjadi saat tindakan sedang berlangsung. Bila suatu
tindakan menimbulkan teriakan atau tangisan karena nyeri, tidak perlu diartikan
bahwa persetujuannya dibatalkan, maka tindakan dapat dilanjutkan. Tetapi bila pasien
menolak dilanjutkan, apabila memungkinkan maka dokter harus menghentikan
tindakannya, mencari tahu masalah yang dihadapi pasien dan menjelaskan akibatnya
jika tindakan tidak dilanjutkan.
(Dikutip dari Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006, berdasarkan UU No.29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran)
78
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XII
PANDUAN DPJP
RUANG LINGKUP
79
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi : Rawat jalan,
Emergensi, rawat inap, ruang perawatan khusus (ICU,HCU,NICU,PICI,ICCU,Hemodialisis)
dan ruang tindakan. Dokter penanggung jawab palayanan (DPJP) bertanggung jawab untuk
koordinasi selama pasien dirawat diketahu dan tersedia dalam seluruh fase asuhan rawat.
A. DASAR
Yang menjadi dasar dalam penetapan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
adalah :
1. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah sakit mempunyai fungsi
: huruf b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang pari purna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 Setiap Rumah Sakit
mempunyai kewajiban : huruf r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal
Rumah Sakit (hospital by laws).
3. UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 3 pengaturan praktik
kedokteran bertujuan untuk :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien,
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi, dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
4. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan Rumah Sakit wajib
menerapkan sasaran keselamatan pasien.
5. Permenkes 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit
6. Pasal 7 Permenkes 1691 tahun 2011 mengatur hal berikut :
a. Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b. Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1) Hak Pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
80
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
81
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
B. PENGERTIAN
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter memberikan
asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patalogi / penyakit
sesuai dengan kewenangan klinis yang diberikan rumah sakit dari awal sampai
dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan
implementassi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
2. DPJP adalah dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi spesialis.
3. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter
Spesialis Saraf.
4. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien ybs (“Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlakasananya asuhan
medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif,
membangun sinergisme, dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment)
82
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
D. ASUHAN MEDIS
83
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Asuhan pasien (patient care) dapat terdiri dari a.l. asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan obat, asuhan gizi dsb. Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), dilakukan oleh semua professional pemberi
asuhan, a.l. dokter, perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut sebagai Tim Interdisiplin.
Asuhan medis diselenggarakan berdasarkan kesepakatan antara dokter dengan pasien
(UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 39). Asuhan pasien yang dilakukan
oelah masing – masing pemberiasuhan, terdiridari 2 blok kegiatan : Asesment Pasien dan
Implemetasi rencanana.
1. Terdiri dari 3 langkah :
a. Pengumpulan informasi, a.l. pemriksaan fisik, pemerikaan penunjang, dsb
b. Analisis Informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
c. Menyusun rencana (care plan ) pelayanan dan pengobatan, untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan
2. Implementasi rencana dan monitor
Asuhan medis dirumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang telah menjalani pelatihan –
bersertifikat kegawat-daruratan, a.l. ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat
asuhan awal pasien gawat – darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis
dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesilis tsb menjadi DPJP pasien
tersebut menggantikan DPJP tsb sebelumya.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no
18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan dan
keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah, dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb
:
Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, kesemimbangan, serta
perlindungan dan keselamatan pasien
84
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
85
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir – butir
sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan.
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit
dalam kondisi (relatif) terparah.
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait.
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
4. Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan oleh DIrektur sesuai
kebutuhan. Pengelompokan dapat dilakukan a.l. dengan kategori per disiplin
(Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam, Radiologi, Mata, dsb), kategori
penyakit (Kelompok Kerja / Tim Kanker Payudara, Kanker Cerviks, dsb), kategori
organ (Kelompok Kerja / Tim Cerebrovasculer, Cardiovasculer, Hati, dsb).
TATA LAKSANA DPJP
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP.
2. Di unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan medis
awal / penanganan kegawat – daruratan. Kemudian selanjutnya saat dikonsul / rujuk
ditempat(on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan dokter spesilais tersebut memberikan
asuhan medis(termasuk intruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah
menjadi DPJP pasien ybs, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP
Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan
dengan “bekerja sendiri – sendiri”).
4. Peran DPJP utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien ybs (sebagai “Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota,
86
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
87
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
9. Di unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifies. Koordinasi dan
tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung kepada system yang ditetapkan
misalnya system terbuka / tertutup / semi terbuka. Bila rumah sakit memakai system
terbuka, gunakan kriteria DPJP Utama tsb diatas (lihat Bab VII).
10. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatanpada saat di kamar
operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang dioperasi,
dokteryang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikanintruksi, maka otomatis
menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain
(a.l.dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus memberikan
supervise, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatangan pada setiap
catatan kegiatan tsb di rekam medis.
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja secara
tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan
mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang efektif dalam tim.
Termasukdalan kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat
dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap (Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012, Bab APK – akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan dan
Bab AP – Asesmen Pasien).
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada pasien dan
keluarganya. Gunakandan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi
merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Yang Baik Indonesia, KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan
nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tersebut dilakukan a.l. di form asesmen
88
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
awal medis, catatan perrkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated note), form
asesmen pra anestesi / sedasi, intruksi passca bedah, form edukasi / informasi ke pasien
dsb. Termasuk juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil
ronde bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb.
16. Resume Medis adalah tanggung jawab DPJP. Bila dirawat bersama oleh beberapa DPJP
maka resume yang merupakan rangkuman dan kompilasi dari resume setiap DPJP,
menjadi tanggung jawab DPJP Utama.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang
DPJP, dalam bentuksatu formulir yang diisi secara periodic sesuai kebutuhan /
penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal
mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan
akhir sebagaiDPJP Utama. Daftar ini bukan berrfungsi sebagai daftar hadir.
18. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway, setiap DPJP
bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun
asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien patuh pada Alur
Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan
pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan
Audit Medis.
19. Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter spesialis lain
yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam hal ini
DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti.
DOKUMENTASI
Regulasi yang adekuat tentang DPJP dalam pelaksanaan asuhan medis, dan
panduan ini merupakan acuan utama bagi rumah sakit. Regulasi mencerminkan pengelolaan
risiko klinis dan pelayanan berfokus kepada pasien (patient centered care). Regulasi tsb
diatas agar dapat diterapkan oleh para pemberi asuhan, termasuk DPJP, sehingga terwujud
asuhan pasien yang bermutu dan aman.
Di Rumah Sakit Krakatau Medika pendokumentasian dalam menetapkan dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah dengan menggunakan formulir surat pengantar
89
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
rawat inap. Bagi pasien dari Unit Gawat Darurat (UGD) penetapan DPJP mengacu kepada
jadwal On Call yang ditetapkan oleh ketua SMF.
Bila seorang DPJP menemukan masalah lain dari pasien yang dirawat olehnya dan
bukan bagian dari kewenangan klinisnya, maka DPJP melakukan konsul/rawat bersama/alih
rawat kepada dokter spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis terhadap masalah
pasien tersebut. Pendokumentasian hal ini dengan menggunakan formulir Permohonan
Konsultasi.
Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter
spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam
hal ini DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti. Informasi cuti di isi melalui fornulir
cuti dokter dan menunjuk dokter pengganti untuk pelayanan di rawat jalan dan rawat inap.
90
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XII
MENGATASI HAMBATAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak menutup kemungkinan,
rumah sakit seringkali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada
pasien-pasien yang telah berumur, atau menderita cacat, bahasa atau dialeknya
beragam juga budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat proses
mengakses dan menerima perawatan sangat sulit. Rumah sakit mengidentifikasi
hambatan-hambatan tersebut dan menerapkan proses untuk mengurangi hambatan
bagi pasien yang berupaya mencari perawatan. Rumah sakit juga mengambil tindakan
untuk mengurangi dampak dari hambatan yang ada pada saat memberikan layanan.
Hal ini dapat mengganggu jalannya pelayanan kesehatan, bahkan membuat emosi
atau stress yang mempengaruhi efesiensi dan produktivitas kerja.
Sehingga perlu dibuat suatu panduan dalam mengatasi hambatan tersebut agar semua
dapat diatasi dengan baik. Dalam setiap hambatan yang disampaikankan oleh
pelanggan kepada Krakatau Medika Hospital, selalu ditanggapi dengan baik dan
diselesaikan dengan cepat. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi konflik yang
lebih serius dengan. Setiap permasalahan yang terjadi selalu diusahakan untuk
diselesaikan dengan mengacu pada panduan ini.
1. Maksud dibuatkannya buku Panduan ini adalah sebagai acuan dalam tata cara
menerima dan menyelesaikan hambatan dalam pelayanan dari para pelanggan
untuk mencapai perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan yang lebih baik bagi
rumah sakit.
91
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Tujuan dibuatkannya buku panduan ini adalah untuk menjaga standar layanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam rangka memenuhi harapan Pelanggan
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pelayanan dalam mengatasi hambatan untuk seluruh pasien
yang akan berobat ke RS Kurnia Cilegon.
D. PENGERTIAN
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu
Zain,1994:489). Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik).Gangguan ini masih termasuk kedalam hambatan komunikasi.Efektifitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapi
berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan
mempengaruhi efektifitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi masa
jenis hambatannya relative lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen
komunikasi masa dan perlu diketahui juga, bahwa komunikasi harus bersifat
heterogen
E. JENIS-JENIS HAMBATAN
1. Hambatan Fisik Dalam Proses Komunikasi
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu,
tuna netra, tuna wicara). Maka dalam hal ini baik komunikator maupun
komunikan harus saling berkomunikasi secara maksimal, bantuan panca indera
juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh : apabila seorang perawat dengan pasien berusia lanjut, maka perawat
harus bersikap lemah lembut dan sopan tetapi bukan berarti tidak pada pasien
lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila perawat
bicara pada pasien tuna rungu.Begitu pula halnya si pasien , apabila pasien
menderita tuna wicara maka sebaiknya pasien itu mengoptimalkan
pancainderanya (missal : gerak tangan, gerakan mulut) agar perawat dapat
92
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
menangkap apa yang pasien ucapkan, atau pasien tuna wicara bisa membawa
rekannya atau pengantar/keluarga untuk menterjemahkan pada perawat apa yang
sebetulnya pasien itu ucapkan.
Hambatan yang dilihat dari asfek fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
A. Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya
sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pada umumnya.
Menurut Kaufman & Hallaha, tuna netra adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan.
Tuna netra dibagi menjadi dua :
1) Kurang awas (low vision) yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila
masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa, sehingga masih
sedikit melihat atau masih bisa membedakan gelap dan terang.
2) Buta (Blind) yaitu seseorang dikatakan buta apabila sudah tidak
memiliki sisa penglihatan sehingga tidak dapat membedakan gelap dan
terang.
Ciri – Ciri Fisik :
1) Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan cepat pesan-
pesan melalui pendengaran dapat dikirim ke otak.
2) Memiliki daya pengobatan yang sensitif sehingga apa yang ia rasakan
dapat dikirim langsung ke otak.
3) Kadang-kadang mereka suka mengusap-usap mata dan berusaha
membelalakkannya.
4) Kadang-kadang mereka memiliki perilaku yang kurang nyaman bisa
dilihat oleh orang normal pada umumnya atau dengan sebutan blindsm
( misalnya: mengkerut-kerutkan kening, menggeleng-gelengkan kepala
secara berulang-ulang dengan atau tanpa disadarinya.
B. Tuna Daksa
93
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Ciri-ciri Fisik :
1. Memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
2. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan.
3. Penyangkalan dan penerimaan atau suatu keadaan emos.
4. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama, ini merupakan fase dimana
seseorang akan mencoba menyesuiakan diri untuk dapat hidup dengan
kondisinya yang sekarang.
Ciri-ciri Sosial :
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya, dan kadang-kadang menampakkan sikap marah-marah
(emosi) yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.
C.Tuna Rungu
Ciri-ciri Fisik :
1. Berbicara keras dan tidak jelas
2. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
94
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Ciri-ciri mental :
Tuna Wicara
Seorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami kesulitan berbicara. Hal ini
disebabkan kurang atau tidak berfungsinya alat – alat bicara seperti rongga mulut,
lidah, langit – langit dan pita suara. Selain itu , kurang atau tidak berfungsinya organ
pendengaran, keterlambantan perkembangan bahasa, kerusakan pada system syaraf
dan struktur otot serta ketidakmapuan dalam control gerak juga dapat mengakibatkan
keterbatasan dalam berbicara. Diantara individu yang mengalami kesulitan, ada yang
sama sekali tidak dapat berbicara dapat mengeluarkan bunyi tetapi tidak mengucapkan
kata – kata dan ada yang berbica tetapi tidak jelas. Maslah yang utam pada diri
seorang tuna wicara adalah mengalami kehilangan atau terganggungya fungisi
pendengaran dan atau fungsi bicara. Yang disebabkan oleh bawaan lahir, kecelakaan
maupn penyakit.
95
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
b. Prasangka
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok
lain, sikap serta perilakunya . untuk mengatasi hambatan komunikasi yang
berupa prasangka pada pasien, maka perawat/tenaga kesehatan yang akan
menyampaikan pesan melalui media/langsung sebaiknya komunikator/tenaga
96
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
kesehatan yang netral dalam arti bukan orang controversial, reputasinya baik
artinya tidak, ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah
membuat luka hati pasien atau komunikan, dengan kata lain tenaga kesehatan
harus acceptable, disamping memiliki kredibilitas yang tinggi karena
kemampuan dan keahliannya dalam komunikasi.
c. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative.
Seandainya dalam proses komunikasi ,komunikan/pasien memiliki stereotif
tertentu maka tenaga kesehatan/komunikatornya dapat dipastikan pesan
apapun tidak dapat diterima oleh komunikan/pasien.
d. Motivasi
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia, tanggapan seseorang terhadap pesan
komunikasipun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
97
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
4) Respect :jika individu dari berbagai budaya berpikiran terbuka, maka akan
memungkinkan mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas satu sama lain.
5) Percaya : orang dari beragam budaya, telah menghabiskan cukup berkualitas
waktu bersama, mereka biasanya saling percaya.
6) Menyukai :untuk mencapai tahap akhir, individu dari berbagai budaya harus
mampu berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang bersama-
sama.
c. Rasisme
Rasisme dalam keperawatan adalah penghalang transcultural komunikasi antara
perawat dan pasien, dan antara perawat dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya , tipe-tipenya:
1. Rasisme individu : diskriminasi karena karakteristik biologis
2. Rasisme budaya : menganggap budaya sendiri lebih superior
3. Kelembagaan rasisme :Lembaga (Universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah,
dll) memanipulasi atau mentolerir kebijakan yang tidak adail membatasi ras
tertentu, budaya atau kelompok.
d. HambatanBahasa
1. Bahasa asing
2. Berbeda dialek dan regionalism
3. Idiom dan “berbicara jalanan”
Bahasa asing, dialek dan regionalism, bahkan ketika perawat/tenaga kesehatan
dan pasien berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat muncul, bahkan
ketika pasien datang/WNA sedangkan perawat/tenaga kesehatan tidak memahami
bahasa pasien hambatan dapat membawa/menghasilkan frustasi dan konflik.
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perlu seorang
penterjemah, seorang jurubicara yang terampil dapat membantu tenaga kesehatan
98
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
sehingga dapat mengatasi kecemasan dan frustasi yang dihasilkan oleh hambatan
bahasa.
TATA CARA
Untuk dapat memberikan kenyaman dan kemudahan dalam memberikan pelayan bagi pasien
dengan hambatan rumah sakit harus memiliki saran dan prasarana yang mendukung kursi
roda dan brankar.
Pelayanan umum yan diberikan oleh KMH yang dengan yang mengalami hambatan :
Hambatan fisik dengan pasien atau keluarga pasien dapat dibantu oleh seorang security
Jika seorang security mengalami kesulitan dalam membantu pasien atau keluarga pasien
dapat dibantu oleh perawat.
TATA LAKSANA
Upaya-Upaya dalam Menghadapi Hambatan Berkomunikasi
Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek arti dan maksud yang disampaikan
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik dan hasil
4. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
5. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
6. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
7. Menunjuk satu PIC atau penanggung jawab bila hambatannya itu karena
ketidakmampuan tenaga kesehatan berbicara dalam bahasa asing(contoh: bahasa
Korea/bahasaInggris)
99
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
100
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XIII
TRANSPORTASI PASIEN
A. Latar Belakang
Ambulans sebagai sarana transportasi di sebuah pasien rumah sakit sangatlah penting
baik itu rumah sakit berskala besar atau kecil.
RS Kurnia Cilegonsebagai salah satu pemberi jasa pelayanan kesehatan pada
masyarakat di Cilegon khususnya dan Banten umumnya juga memiliki ambulans yang
digunakan sebagai sarana tranportasi pasien dari dan ke luar RS Kurnia Cilegon.
Fungsi ambulans sebagai sarana tranportasi pasien di rumah sakit harus dapat
menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien sampai ketempat yang dituju.Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan
1. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaaan
pasien ke sarana kesehatan yang memadai.
2. Sebagai alat transportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis atau
pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain.
3. Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area Cilegon dan sekitarnya yang
memerlukan pelayanan medis di RS Kurnia Cilegon.
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang Penaggulangan Bencana Nomor 24 tahun 2007
2. Undang – undang kesehatan Nomor 36 tahun 2006
3. Undang – undang Rumah sakit No.44 tahun 2009
4. S.K MENKES No. 856/Menkes/SK/IX/ 2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.0152/YanMed?RSKS/1987,tentang standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
6. Kepmenkes no.143/Menkes-kesos/SK/II/2001 tentang Standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik.
101
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
D. Ruang Lingkup
1. Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar RS Kurnia Cilegondengan
tujuan untuk pemeriksaan penunjang, tindakan medis atau rujukan untuk alih rawat.
2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan ambulans
untuk tindakan medis di RS Kurnia Cilegon
3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulan untuk kegiatan sosial,
olah raga atau kegiatan lain
Definisi :
Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan
kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap dan didampingi oleh
perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan gawat daruratuntuk tujuan
pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat ke rumah sakit lain.
Pengorganisasian :
- Pelayanan ambulans RS Kurnia Cilegonsecara operasional menjadi tanggung jawab
Instalasi Gawat Darurat.
Jenis Ambulans :
a. Ambulans transportasi
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
dalam perjalanan.
Persyaratan kendaraan :
1. Teknis
- Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
- Ruangan pasien mudah dicapai dari tempat pengemudi
- Tempat duduk bagi petugas di ruang pasien
- Dilengkapi sabuk pengaman
- Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang – kurangnya 1 ( satu ) stretcher
- Gantungan infuse terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat pasien
- Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
102
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
103
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
- Tempat duduk yang dapat diatur / dilipat bagi petugas di ruang pasien
- Dilengkapi sabuk pengaman
- Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang – kurangnya 1 ( satu ) stretcher
- Gantungan infus terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat pasien
- Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
- Lampu ruangan secukupnya dan lampu sorot bergerak untuk menerangi pasien
yang dapat dilipat
- Lemari obat dan peralatan
- Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
- Sirine dua nada
- Lampu rotator warna merah dan biru
- Radio komunikasi
- Persyaratan lain sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku
- Tanda pengenal ambulan transportasi dari bahan yang memantulkan sinar
- Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
- Peralatan resque
2. Medis
- Tabung oksigen dengan peralatannya untuk 2 ( dua ) orang
- Peralatan medis P3K
- Peralatan resusitasi lengkap bagi orang dewasa dan anak / bayi
- Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
- Monitor
- Obat- obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
3. Petugas
- Satu supir, perawat gawat darurat dengan kemampuan mengemudi dan
komunikasi
- Satu perawat gawat darurat
- Satu dokter gawat darurat ( tergantung keadaan )
4. Tata tertib
- Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirene dan lampu rotator
104
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
105
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Bila kondisi pasien sangat lemah dan terpasang alat bantu ( ETT, Trakeostomi, )
dan lain – lain, harus tersedia monitor, suction, obat – obatan emergency dan
harus didampingi oleh dokter jaga.
3. Petugas medis / paramedik yang menyertai pasienharus duduk / mendampingi
pasien.
4. Bila ada keluarga pasien yang ikut di dalam ambulans diminta untuk duduk di
bagian depan / samping pengemudi.
5. Perawat / dokter harus memonitor keadaan pasien selama dalam perjalanan
sampai ke tempat tempat tujuan dengan mengisi formulir yang sudah tersedi
Nama Pasien :
Kelas / Kamar :
Tujuan :
106
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Jam berangkat :
(……………………) (……………………..)
IGD Bagian Umum
107
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XIV
LOGISTIK
1. Alur
108
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Perencanaan
Petugas unit mendata kebutuhan obat dan bahan habis pakai setiap minggu dan
mengajukan kebutuhan ke gudang farmasi.
3. Permintaan
Permintaan obat – obatan dilakukan 3 kali setiap seminggu, disesuaikan dengan
kebutuhan unit dan tempat penyimpanan yang terbatas.
4. Penyimpanan
Di unit obat – obatan dan bahan habis pakai langsung di simpan dalam lemari yang
sudah ditentukan.
5. Penggunaan
Penggunaan obat – obatan dan barang habis pakai dengan memperhatikan waktu
kadaluwarsa.
Barang yang memiliki waktu kadaluawarsa yang paling rendah digunakan terlebih
dahulu
109
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety)rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tujuan :
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
110
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS Kurnia
Cilegon, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
111
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient SafetySolutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan
dari JointCommission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
112
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XVI
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara danproses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun diri nya sendiri dapat menularkan infeksi.
113
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, masker ) terutama bila terdapat kontak
dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang ada,
misalnya ; memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus dan lain-lain.
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan menggunakan linen yang bersih.
d. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
d.1. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
d.2.Hepatitis
114
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XVII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau
budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan kepuasan
pelanggan dengan dukungan komitmen kepemimpinan, kebersamaan karyawan serta
secara lintas fungsional, menyeluruh terpadu dengan pendekatan system dan di sadari
metode ilmiah dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
115
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
116
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
117
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
118
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
119
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3) Kuesioner. Teknik ini sudah digunakan sejak lama dan hasilnya sudah bisa
ditebak.
4) Email. Kirimkan mereka email survei kepuasan pelanggan. Tapi kita harus
hati-hati melakukannya agar tidak menjadi spam.
5) Mengundang mereka untuk mengambil survei kepuasan pelanggan
d. Observasi ( terhadap asuhan pasien )
Dilakukan pada waktu Audit Keperawatan melalui Observasi berdasarkan
Instrumen dari Depkes RI terkait standar operasional prosedur
Keperawatan / tindakan keperawatan baik mandiri maupun Kolaborasi.
120
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
BAB XVIII
PEMBERIAN INFORMASI
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kegiatan medik dan
non medik yang dikoordinasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai suatu tujuan
yaitu memberikan pelayanan rumah sakit yang bermutu.
Melalui front liner perusahaan dapat menyusun rencana dan menetapkan tujuan apa
yang ingindicapai terhadap sasaran (pelanggan) tersebut. Salah satu tugas dari seorang
front liner di RS Kurnia Cilegonadalah memberikan informasi pelayanan sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan pasien.
Untuk itu, dalam buku panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana
dalam memberikan pelayanan informasi di lingkungan front linerRS Kurnia Cilegon, agar
121
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
pasien / keluarga pasien merasa diperhatikan segala kebutuhan serta keinginanya, dan
akhirnya rumah sakit bisa memberikan pelayanan prima ( terbaik ) kepada pelanggannya.
B. PENGERTIAN
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di lingkungan RS Kurnia cilegontidak terlepas
dari adanya komunikasi antara pasien / keluarga pasien termasuk didalamnya proses
penyampaian pikiran atau informasi.
Secara terminologis komunikasi merujuk pada suatu proses pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain. Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of
Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Jika kelima unsur tersebut dapat terpenuhi maka akan menjadi suatu komunikasi
efektif yang berarti komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
Sedangkan pengertian Informasi menurut Gordon B Davis, 2002 adalah data yang
telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau dimasa mendatang.
Orang yang menyampaikan isi informasi kepada penerima dengan jelas dan memilih
media yang sesuai serta meminta kejelasan apakah informasi tersebut sudah diterima
dengan baik disebut sebagai Pemberi Informasi (Konsil Kedokteran Indonesia, hal 8).
Sedangkan Penerima Informasi berfungsi sebagai penerima berita / pesan dengan baik.
122
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Jadi Pemberian Informasi ialah sebuah proses penyampaian pikiran / informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh pemberi informasi (Komaruddin, 1994
schermerhon, Hunt & Osborn 1994, Koontz 7 Weihrich, 1998).
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Layanan pemberian informasi dilakukan untuk membekali pasien dan keluarga
pasien pengetahuan data dan fakta dalam lingkup pelayanan dan prosedur yang
berlaku di lingkungan RS Kurnia cilegon sehingga menjadikan informasi tersebut
sebagai alat untuk mengambil sebuah keputusan penting bagi pasien / keluarga
pasien.
2. Tujuan
1) Memenuhi kepuasan pelanggan terhadap informasi pelayanan yang diberikan dari
pihak RS Kurnia cilegon.
2) Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.
3) Menimbulkan keputusan dari pelanggan agar segera menggunakan jasa yang
ditawarkan RS Kurnia Cilegon.
4) Menumbuhkan kepercayaan terhadap pasien / keluarga pasien.
D. PRINSIP
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu:
123
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Pemberi informasi yang baik diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (Konsil
Kedokteran Indonesia, hal 42) :
1. Tepat waktu
2. Akurat
3. Lengkap
4. Jelas
5. Mudah dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(salah paham).
124
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
125
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik.
d. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang
terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan
dan tranparansi. Dalam komunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
e. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
Sikap rendah hati pada intinya adalah sikap penuh melayani (dalam bahasa pemasaran
adalah Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima
kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan,
rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi
yang efektif ini, kita dapat menjadi seseorang komunikastor yang handal dan pada
giliranya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
126
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
a. Petugas Informasi
Adalah petugas yang melayani pertanyaan yang diajukan pasien / keluarga pasien baik
secara langsung (walk in) atau melalui telepon (by phone) tentang pelayanan yang
tersedia di RS Kurnia Cilegon.
c. Petugas Admisi
Adalah petugas yang melayani penerimaan pendaftaran pasien yang akan
mendapatkan pelayanan medis dan tinggal di ruang perawatan RS Kurnia Cilegon.
127
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Standar informasi yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Serbaguna, 2003 ):
Penyampaian informasi akan berjalan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi informasi ( proses komunikasi efektif ).
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut:
128
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
b. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka konumikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung serta menjelaskan kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (marah /
depresi) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan pesan / materi edukasi
dan menyarankan pasien membaca leaflet, apabila pasien tidak mengerti materi
edukasi / pesan maka pasien bisa menanyakan ke bagian informasi / nurse station.
C. Media
Dalam proses pemberian informasi dibutuhkan media yang berperan sebagai alat teknis
yang digunakan sebagai mediasi atau penyampaian pesan (Universitas Indonesia
Fakultas Sastra), dengan kata lain media adalah alat komunikasi.
Di lingkungan RS Kurnia Cilegon, media komunikasi yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Telepon
Merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara
(terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan
menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon.
Contoh: Telepon external operator RS Kurnia Cilegon(0254)391161 atau
081289890287 atau 087885473048
2. Leafet / brosur / lipatan
Lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan
kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Contoh: Brosur pelayanan yang ada di RS Kurnia Cilegon (pelayanan Medical Check
Up, Pendidikan untuk pasien dan keluarga, jadwal praktek dokter dan lain
sebagainya).
3. Poster
Adalah pengumuman atau iklan berbentuk gambar atau tulisan yang ditempelkan di
dinding, tembok atau tempat yang strategis agar mudah diketahui banyak orang.
Contoh: Poster edukasi / informasi kesehatan yang ditujukan bagi pelanggan / pasien /
keluarga pasien.
129
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
4. Spanduk
Merupakan media informasi yang berupa kain panjang yang direntangkan dan berisi
informasi singkat.
Contoh: Spanduk kegiatan atau promosi produk baru di RS Kurnia Cilegon.
5. Papan Informasi
Salah satu media komunikasi kelompok yang biasanya ditujukan untuk target sasaran
dalam lingkup tertentu.
Contoh: Papan informasi dokter yang sedang cuti atau tidak praktek, perubahan jam
praktek dokter pada hari tertentu.
Papan informasi tersebut terpasang di unit loket pendaftaran rawat jalan.
6. Buku tarif fasilitas dan layanan
7. Lembar balik fasilitas ruang perawatan
TATA LAKSANA
Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi
yang akan disampaikan, memiliki rasa empati dan keterampilan berkomunikasi secara
efektif serta didukung dengan kondisi lingkungan yang membuat pasien / keluarga
pasien merasa nyaman. Pemberian komunikasi dilakukan secara tatap muka berjalan
secara interaktif . kegiatan tersebut tergambar dalam lingkup:
130
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Ranap 1 18
Ranap 2 27 1 TT Isolasi
Rawat Jalan
131
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan observasi diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan lainya tanpa
mengharuskan pasien tersebut di rawat inap.
Fasilitas pelayanan rawat jalan terdiri dari:
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi
Poliklinik Spesialis
Poli KIA
Instalasi Radiologi
Merupakan salah satu instalasi penunjang medis yang memberikan layanan
pemeriksaaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa foto / gambar untuk
membantu dokter merawat pasien dalam penegakan diagnosis.
Instalasi radiologi di RS Kurnia Cilegon buka hari senin s/d sabtu pukul 08.00 –
22.00.
Layanan yg diberikan antara lain:
1. Foto ronsen Konvensional
2. USG
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Medical Check Up
b. Jam pelayanan
132
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
133
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Penjelasan tersebut didapat dalam bentuk lisan dan dipertegas dalam bentuk tertulis
yang di perkuat dengan tanda tangan petugas dan pasien / keluarga pasien sebagai
bukti bahwa penjelasan tersebut telah di berikan oleh petugas dan diterima dengan
baik oleh pasien/ keluarga.
Bukti tertulis pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya diikutsertakan di
dalam rekam medis pasien.
Proses pendaftaran pasien rawat inap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pasien / keluarga pasien datang ke bagian admision didampingi oleh perawat
rawat jalan untuk proses administrasi pendaftaran rawat inap sebelum pasien
mendapatkan pelayanan rawat inap di RS Kurnia Cilegon.
2. Perawat melakukan transfer informasi pasien dan dokumen kepada petugas
admission.
3. Dokumen yang diserahkan oleh perawat rawat jalan ke petugas admission adalah:
a. Surat pengantar rawat
b. Formulir atau hasil pemeriksaan penunjang
c. Surat pengantar dan persetujuan operasi (jika pasien rencana akan dilakukan
tindakan operasi).
d. Formulir atau hasil konsultasi spesialis lain
4. Pasian dan keluarganya diberikan informasi pada waktu proses admisi tentang:
a. Pelayanan yang ditawarkan.
b. Hasil pelayanan yang diharapkan.
c. Perkiraan biaya pengobatan dan tindakan.
d. Pengambilan keputusan yang benar dari pasien dan keluarga pasien.
5. Berikan formulir surat pernyataan untuk diisi oleh pasien / keluarga.
6. Petugas admission meminta pasien / keluarga menunjukan kartu berobat / surat
jaminan perusahaan / asuransi sebagai bukti penjamin pengobatan pasien.
7. Petugas admission memproses adminstrasi pasien berdasarkan klasifikasi
penjaminan Tunai / Perusahaan / Asuransi / BPJS.
d. Penjaminan Tunai.
134
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
135
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
f. Penjaminan BPJS
Petugas admisi meminta pasien / keluarga pasien untuk mengisi dan
menandatangani form surat peryataan penjaminan JKN yang dipandu oleh
petugas admisi.
Petugas admisi meminta pasien / keluarga menyerahkan fotocopy kartu
berobat BPJS, KTP, rujukan dari klinik / puskesmas (PPK1) dari pasien
tersebut.
Petugas admisi melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS untuk
mendapatkan acc tindakan atau pembedahan.
Petugas admisi menghubungi ruang perawatan untuk memesankan kamar
rawat sesuai dengan hak pasien.
Petugas admission membuat SEP (Surat eligibilitas pasien).
Petugas admission menginput data pasien kedalam ICHA (komputer).
Pasien / keluarga pasien menadatangani form pendaftaran rawat inap dan
general consent pasien rawat inap.
Petugas admission memberikan kartu tunggu pasien rawat kepada keluarga
pasien, menjelaskan tata tertib yang berlaku dan memasangkan gelang
identitas kepada pasien dengan menjelaskan maanfaatnya terlebih dahulu.
136
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
137
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
DI RS KURNIA CILEGON
138
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
1 ANAK 1 Anemia
2 Apnoe/Gasping
4 Bayi Kecil/prematur
7 Diare
8 Difteri
9 Aritmia
11 Epitaksis
13 Gangguan kesadaran
14 Hematuri
15 Hipertensi
16 Hipotensi
18 Kejang deman
19 Muntah
20 Panas
21 Sesak
22 Shock
23 Tetanus
25 Tipoid abdominal
139
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
3 Amputasi penis
4 Anuria
5 Apendiksitis akut
6 Atresia aini
7 BPH
8 Cidera kepala
10 Cedera wajah
12 Torsio testis
16 Traumatik amputasi
17 Tumor otak
18 Unstable pelvis
19 Urosepsi
20 Celulitis
21 Cholisistitis
22 Corpus alenium
140
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
23 CVA
24 Dislokasi persendian
25 Drowing
26 Haemarroid
27 Flail chest
29 Gastrokikis
31 Hanging
34 Hernia
35 Hidrochepalus
36 Hirschprung
37 Illeus obstruktisi
38 Internal bleeding
39 Luka bakar
43 Meningokel
44 Multiple trauma
45 Omfalokel
46 Pankreatitis
141
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
52 Parlappendicullate infiltrat
53 Peritonitis generalisata
55 Priapismus
56 Prolaps rekti
57 Rectal bleeding
58 Ruptur otot
59 Ruptur tenton
3 Kardiovaskoler 1 Aritmia
2 Shock
4 Edema paru
5 Henti jantung
7 Infark miocard
10 Krisis hipertensi
11 Miokaridis
142
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
12 Nyeri dada
4 Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
3 Eklampsia
5 Perdarahan antepartum
6 Perdarahan postpartum
7 Inversio uteria
8 Febris purperalis
9 Hiperemesis gravidarum
10 Persalian kehamilan
2 Blanorrhoe/Gonoblenorrhoe
3 Dakriosistisis
4 Endoftalmitis/panoftalmitis
5 Gaukoma
7 Selulitis orbita
9 Trauma mata
143
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
11 Tumor orbita
12 Uveitis/skleritis/iritasi
13 Tetanus
2 Aspirasi pneumonia
3 Emboli paru
4 Gagal napas
5 Injury paru
6 Massive hemoptisis
8 Oedem paru
9 Open/cloused pneumothorax
10 P.P.O.M exacerbasi
11 Pneumonia sepsis
12 Pneumothorax ventil
13 Recurrent Haemaptoe
14 Status asmatikus
15 Tenggelam
144
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
2 Demam thypid
3 Difteri
4 Disequilebrium pasca HD
6 GEA
7 Hematemesis melena
8 Hematochezia
9 Hipertensi maligna
10 Keracuanan makanan
11 Keracunan obat
12 Koma metabolik
13 Leptospirosis
14 Malaria
15 Observasi shock
4 Disfagia
6 Otalgia
7 Parese fasialis
145
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
11 Tuli mendadak
12 Vertigo
9 Syaraf 1 Kejang
2 Stroke
3 Meningo enchephalitis
146
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
PENUTUP
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan sinergis antara profesi kesehatan dan non
kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkolaborasi
dengan tenaga medis yang bertujuan untuk keselamatan pasien sehingga dapat mengurangi
angka kecacatan dan kematian.
Pasien mengharapkan mendapatkan pelayanan yang memuaskan, makin sempurna
kepuasan makin baik kualitas pelayanan. Untuk mewujudkan harapan tersebut semua jajaran
rumah sakit dapat ikut berperan.
Pedoman ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pasien di Instalasi Gawat Darurat. Hal ini sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit dan menjalankan amanah UU nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi.
147
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
DAFTAR PUSTAKA
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter-
and intrahospital transport of critically ill patients. American College of
Critical Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
148
Revisi : 0, 01 Nofember 2017
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
Birmingham J. (2010). Discharge planning guide: tools for compliance. Edisi ke-3.
USA: HCPro, Inc.
Health & Social Care Joint Unit and Change Agents Team. (2003). Discharge from
hospital: pathway, process and practice. Department of Health.
Department of Health & Human Services USA (2010). Your discharge planning
checklist: for patient and their caregivers preparing to leave a hospital,
nursing home, or other health care setting. USA: Centers for Medicare &
Medicaid Services.
The Health Board Executive. (2003). Admissions and discharge guidelines: health
strategy implementation project 2003.
149
Revisi : 0, 01 Nofember 2017