LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh :
TIM APK
1
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang 4
1.2. Ruang Lingkup 4
1.3. Tujuan 5
1.4. Fokus Area 6
BAB II TATALAKSANA PELAYANAN IGD
1.1. Pendaftaran 6
1.2. Sistem Komunikasi 7
1.3. Pelayanan
a. Skrining 7
b. Triase 9
AUSTRALIA TRIAGE SCALE 13
DESKRIPSI UNTUK KATEGORI 16
c. Pemeriksaan Pasien 16
d. Observasi 17
e. Tempat Tidur Penuh 18
f. Informed Concent 18
g. Pelayanan False Emergency 18
h. Pelayanan Visum Et Repectum 18
i. Pelayanan DOA 18
j. Sistem rujukan Transfer Pasien 18
BAB III PELAYANAN RAWAT JALAN 21
BAB IV PENUNDAAN JADWAL PELAYANAN/PENGOBATAN 32
BAB V PROSES PENERIMAAN RAWAT INAP DAN PENDAFTARAN RAWAT
JALAN 36
BAB VI PELAYANAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF 41
2
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
3
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB I
PENDAHULUAN
4
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
standar APK ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan
kegiatan sehari – hari
1.2 Ruang Lingkup
Pelayanan di Rumah Sakit Moh Ridwan mempunyai ruang lingkup seperti :
1. Pelayanan Ambulance
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Proses admisi rawat inap dan rawat jalan
5. Proses rujukan
6. Dokter Penanggung jawab Pelayanan (DPJP)
1.3 Tujuan
1. Perawatan pasien berkesinambungan
2. Kebutuhan pasien sesuai dengan pelayanan
3. Pelayanan terkoordinasi dengan baik
4. Pasien pulang terencana dan di follow up dengan baik.
5
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB II
1.1 PENDAFTARAN
Petugas front office (FO) IGD bertugas melakukan proses admisi pasien rawat jalan
maupun admisi rawat inap yang bertujuan memberikan pelayanan kepada pasien yang
akan berobat jalan dan dirawat dengan pelayanan maksimal.
Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan pendaftaran, keluarga pasien diarahkan
ke petugas FO IGD, jika pasien tidak ada yang mengantar maka petugas FOIGD yang akan
mendatangi pasien. Keluarga pasien akan ditanya tentang pasien apakah merupakan
pasien lama atau pasien baru, siapa penanggungjawab, dan kartu identitas. Setelah
proses pemeriksaan selesai dan pasien dinyatakan boleh pulang maka petugas kasir akan
menyelesaikan proses administrasi dengan memasukan biaya tindakan, barang habis
pakai (termasuk obat), pemeriksaan penunjang dan biaya obat pulang yang sebelumnya
telah diinput oleh petugas Adm IGD dan petugas farmasi. Untuk pasien umum, langsung
melakukan transaksi pembayaran setelah proses administrasi oleh bagian kasir
selesai.Untuk pasien jaminan asuransi, akan disesuaikan dengan limit asuransi dan
diperiksa apakah ada kelebihan yang harus dibayar, sedangkan untuk pasien BPJS hanya
melakukan tanda tangan di berkas administrasi pengobatannya.
Pasien yang harus rawat inap akan melalui beberapa tahapan, tergantung pada
penjaminnya, apabila penjaminnya adalah perusahaan maka tempat perawatan
disesuaikan dengan hak kelasnya dan jika tempat penuh maka akan naik kelas atau turun
kelas sesuai dengan kerjasama yang berlaku. Jika penjamin adalah asuransi petugas FO
akan menghubingi pihak asuransi untuk medapatkan persetujuan penjamin untuk rawat
inap dan tindakan yang akan dilakukan. Untuk pasien tanpa penjamin maka pasien bebas
untuk menetukan kelas perawatan dan bukti jaminannya.
6
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Untuk pasien BPJS untuk rawat harus membawa surat rujukan dari PPK I (kecuali
untuk kasus yang sesuai kriteria emergensi) dan kartu anggota BPJS pada bagian
pendaftaran untuk didata, dokter jaga akan memeriksa dan menentukan dokter spesialis
yang akan merawat sesuai dengan diagnosa, petugas FOIGD akan membuat SEP untuk
pendaftaran dan mencari kelas sesuai dengan hak kelasnya, pasien atau keluarga pasien
mengisi biodata rawat inap, dan pasien masuk perawatan.
7
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Laboratorium
8
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
9
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Triase merupakan titik kontak pertama pasien di IGD. Penilaian untuk pasien
gawat darurat antara 2 – 5 menit dari pasien datang.Penilaian triase
melibatkan kombinasi dari penampakan pasien dan pengamatan fisiologis.
Pasien dengan kategori “Australia Triage Scale” (ATS) I dan kategori II harus
diberikan pelayanan utama. Pengkajian perawatan yang lebih lengkap harus
dilakukan. Penilaian triase tidak selalu bertujuan untuk membuat diagnosa.
Triase dilakukan oleh petugas IGD yang sudah berpengalaman dan terlatih.
c. Instalasi Gawat Darurat merupakan tempat yang beresiko untuk terjadinya
kegawatan yang agresif dari pasien, karena itu diperlukan petugas yang sudah
terlatih dan mempunyai prosedur dalam penanganan masalah.
d. Waktu untuk pengobatan
Waktu untuk penilaian dan pengobatan ditentukan dari kategori “Australia
Triage Scale”, yang mengacu pada waktu maksimum pasien untuk dilakukan
bersamaan. Pasien harus dapat terlihat perbaikan dalam jangka waktu
maksimum yang ditetapkan.
Instalasi Gawat Darurat dianggap sudah melakukan kerja maksimal jika waktu
penilaian dan pengobatan kurang atau sama dengan waktu maksimum pasien
untuk mendapat pelayanan.
e. Triase Ulang
Jika kondisi pasien pada saat menunggu terjadi perubahan ke arah gawat,
maka harus diprioritaskan dalam penanganan. Triase ulang ini disesuaikan
kategorinya dan di dokumentasikan di rekam medis.
10
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Penilaian dan pengobatan merupakan waktu penting selama proses triase dimana waktu
dimulainya perawatan pasien yang akan dilakukan. Biasanya adalah pada saat kontak
pertama antara pasien dan dokter, yang dicatat sebagai “waktu dilihat dokter”. Tetapi
apabila kontak pertama pasien dengan perawat dibawah supervisi dokter, dicatatat
sebagai “waktu dilihat perawat”.
c. Waktu tunggu
Adanya waktu dari kedatangan pasien sampai dilakukan penilaian dan pengobatan.
d. Standar pencatatan
Dokumentasi dari penilaian triase mencangkup setidaknya sebagai berikut:
Tanggal dan waktu penilaian
Nama petugas triase
Riwayat penyakit
Hasil triase
Triase ulang, waktu, alasan
Kebijakan Khusus
1. Pediatri
Hasil penilaian triase, lima kategori harus digunakan untuk semua pelayanan. Anak-anak
harus diprioritaskan untuk pelayanan gawat darurat.
2. Trauma
Triase harus diperuntukan sesuai dengan urgensi yang objektif sesuai dengan hasil
penilaian klinis.
3. Gangguan prilaku
Pasien dengan kesehatan mental atau perilaku bermasalah harus
diprioritaskan.Beberapa pasien akut terganggu mungkin memerlukan respon klinik
segera, dikombinasi dengan respon keamanan untuk menjamin keselamatan
11
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Deskripsi
a. Sumber
Deskripsi klinis yang terdaftar untuk setiap kategori didasarkan pada data penelitian
yang ada, serta konsensus para ahli. Daftar ini tidak mutlak tapi sebagai indikasi.
b. Gambaran klinis tentukan kategori
Gambaran klinis yang berat dipakai untuk kategori “Australia Triage Scale”. Hasil
penilaian gambaran klinis beresiko tinggi, tanggapan harus sesuai dengan gambaran
klinis yang ada.
12
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
hipotensi, kehilangan
darah berat)
Nyeri dada
Nyeri hebat
BSL < 3 mml/l
Drowsy (GCS < 13)
Acute hemiparese
Panas degan tanda-
tanda gelisah
Terpapar cairan asam
Mayor multi trauma
Trauma berat
terlokalisasi (fraktur
besar/amputasi)
High risk history
(rasa sakit hebat)
Kejiwaan
(agrresif, mengancam
diri sendir/oranglain)
13
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
14
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
c. PEMERIKSAAN PASIEN
Pasien yang datang ke IGD akan langsung dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik oleh dokter dan perawat, hasil pemeriksaan fisik di tulis di dalam assesmen awal
pasien, pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai ke kaki, sehingga tidak ada yang
terlewat, karena hasil pemeriksaan sangat menetukan tindakan selanjutnya yang akan
di ambil dan juga untuk menetukan diagnosa untuk membantu menegakan diagnosa
biasanya pasien juga akan dilakukan pemeriksaan penunjang baik laboratorium,
radiologi, dan lainnya yang sesuai dengan indikasi.
15
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
d. OBSERVASI
Observasi adalah melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang
sudah diatasi kegawatdaruratannya yang bertujuan mencegah terjadinya perburukan
kembali kondisi pasien dan melakukan penilaian ulang kondisi pasien.
Apabila pasien sudah dilakukan pemeriksaan ternyata keadaan pasien masih
belum stabil maka akan dilakukan observasi, observasi dilakukan oleh dokter dan
perawat antara 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatan dan jenis penyakitnya.
Hal-hal yang perlu di observasi adalah :
Keadaan umum pasien
Kesadaran pasien
Jalan napas
Tanda – tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu).
Pasien dari rawat jalan yang membutuhkan observasi, pasien bisa dititipkan di IGD.
Dokter jaga selalu berkonsultasi dengan konsulen untuk perkembangan keadaan pasien.
Apabila kondisi sudah stabil pasien dapat dialihkan ke ruang perawatan atau di rujuk ke
RS lain.
16
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
f. INFORMED CONCENT
Untuk pasien yang akan dilakukan tindakan, sebelum tindakan dilakukan pihak
rumah sakit wajib memberi penjelasan kepada pasien dan pihak keluarga. Setelah
mendapat penjelasan pihak keluarga harus membuat pernyataan menyetujui tindakan
yang akan dilakukan yang ditulis pada informed concent.
Dokter jaga IGD akan mencatat hasil pemeriksaan fisik di catatan visum yang
kemudian akan diketik oleh bagian administrasi dan diperiksa kembali oleh dokter jaga
yang bersangkutan. Hasil visum dapat diambil dibagian front office oleh pihak
kepolisian.
i. PELAYANAN DOA
Pasien yang datang ke IGD dengan tidak ada lagi tanda vital akan tetap dilakukan
tindakan pengobatan dan tindakan medis, tindakan dilakukan bertujuan untuk melihat
respon dari tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan,petugas akan menghentikan
tindakan pengobatan dan tindakan medis jika dokter jaga menyatakan sudah tidak ada
respon.
17
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Tindakan medis tidak lagi dilakukan jika tanda-tanda pasti kematian telah jelas
terlihat saat pemeriksaan awal.
18
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
19
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB III
PELAYANAN RAWAT JALAN
20
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Pelayanan pendaftaran pasien rawat jalan dilayani oleh 5 (LIMA ) buah loket
pendaftaran yang siap melayani pasien yang akan mendaftar layanan
poliklinik yang dituju.
21
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Nurse Station
1. Petugas pendaftaran menghubungi petugas RM (Rekam Medis) untuk
mencarikan status pasien tersebut
2. Petugas perawat nurse station menerima berkas status pasien dari
petugas pendaftaran
3. Perawat melakukan asessmen keperawatan kepada pasien
4. Pasien / pelanggan dipersilahkan menuju ruang tunggu instalasi rawat
jalan, menanti giliran panggilan layanan yang diperlukan
22
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
5. Sistem pembayaran
6. Ketentuan Umum
Untuk kebutuhan pencatatan data pasien yang akan mendapat pelayanan
rawat jalan diberlakukan beberapa ketentuan sebagai berikut :
23
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Pelayanan Rawat Inap RS Moh Ridwan Meuraksa kelas perawatan yang bervariasi dan
ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan. Perawat Rawat Inap.
24
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
25
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
26
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Kegiatan Admission
1) Menentukan persyaratan pasien bisa masuk rumah sakit
2) Menerima pasien yang akan masuk unit rawat inap
3) Memproses Perpindahan pasien antar bangsal rawat inap didalam rumah
sakit atau antara rumah sakit dengan tempat kesehatan lainnya
4) Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien
5) Mengelola daftar pasien yang menunggu ( waitting list)
6) Mengantar pasien ke unit rawat inap dan menyerahkan ke unit rawat inap
dibantu oleh Assisten perawat bila pasien dalam kondisi baik
7) Memberikan konsultasi keuangan kepada sebelum atau pada awal
pendaftaran
BAB IV
PENUNDAAN JADWAL PELAYANAN/PENGOBATAN
A. DEFINISI
27
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
B. RUANG LINGKUP
Penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien harus dilihat sebagai
masalah antar disiplin dan multi disiplin. Oleh karena itu kebijakan ini berlaku untuk
seluruh karyawan di RS MOH RIDWAN MEURAKSA, termasuk dokter, perawat dan
seluruh karyawan RS MOH RIDWAN MEURAKSA.
C. TATA LAKSANA
1. Direktur bertanggung jawab sepenuhnya untuk memastikan efektifitas dan
menajemen resiko dalam pelayanan atau pengobatan untuk pengguna jasa
(pasien dan keluarganya) sehubungan dengan penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menyediakan infrastruktur yang
tepat dan dukungan yang berkesinambungan termasuk catatan dan
pemantauannya.
2. Kepala bidang pelayanan bertanggung jawab terhadap manajemen operasional
rumah sakit termasuk didalamnya terlaksananya proses kebijakan penundaan
pelayanan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan pada pasien.
3. Kepala instalasi bertanggung jawab untuk terlaksananya proses kebijakan
penundaan pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menjamin keselamatan
pasien setiap saat.
4. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk :
a. Terlaksananya semua proses kebijakan penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan pada pasien di bagian unit perawatan
28
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
29
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
30
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
D. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi ini akan dipantau untuk menjamin efektifitas dan jamin kepatuhan
indikator kuncinya sebagai berikut :
a. Jumlah kejadian di tiap unit yang merugikan dan yang hampir terjadi berkaitan
dengan penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan
pasien.
b. Jumlah keluhan yang berkaitan dengan penundaan / perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatna kepada pasien.
c. Jumlah penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien di tiap unit.
d. Jumlah pemulangan diluar jam normal dan unit rawat inap.
31
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Hasil audit, tren/tema yang terindentifikasi dari pelaporan kejadian dan rencana
pelayanan atau pengobatan harus dilaporkan kepada direktur bersamaan dengan
laporan bulanan.
BAB V
PROSES PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP
DAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN
Pada waktu proses penerimaan pendaftaran pasien rawat inap, pasien dan
keluarga diberikan penjelasan yang cukup untuk membuat keputusan berkenaan
dengan pelayanan yang dianjurkan. Penjelasan mencakup tentang pelayanan yang
dianjurkan, hasil yang diharapkan dan perkiraan biaya dari pelayanan tersebut.
Penjelasan tersebut dapat dalam bentuk lisan dan dipertegas dalam bentuk tertulis
yang di perkuat dengan tanda tangan petugas dan pasien / keluarga pasien sebagai
bukti bahwa penjelasan tersebut telah di berikan oleh petugas dan diterima dengan
baik oleh pasien/ keluarga.
Bukti tertulis diikut sertakan dalam rekam medis pasien.
32
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
33
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
34
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Penjaminan BPJS
Petugas admisi meminta pasien / keluarga pasien untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan status penjaminan pasien sebagai pasien
JKN yang dipandu oleh petugas admisi.
Petugas admisi meminta pasien / keluarga menyerahkan fotocopy kartu
berobat BPJS, fotocopy kartu KTP/SIM atau tanda pengenal lainnya , dan
rujukan dari klinik / puskesmas (PPK1) dari pasien tersebut.
Petugas admisi melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS untuk
mendapatkan acc tindakan atau pembedahan.
Petugas admisi menghubungi ruang perawatan untuk memesankan kamar
rawat sesuai dengan hak pasien.
Petugas admission menginput data pasien kedalam sistem ICHA
Petugas admission membuat SEP (Surat eligibilitas pasien).
Petugas admission memberikan kartu tunggu pasien rawat kepada keluarga
pasien, menjelaskan tata tertib yang berlaku dan menjelaskan maanfaatnya
terlebih dahulu.
Petugas admission melakukan transfer informasi dokumen dan pasien
kepada asisten perawat dan menandatangani formulir check list kelengkapan
data dan dokumen pasien rawat inap.
Pasien diantar menggunakan alat transportasi sesuai dengan kondisi pasien
(kursi roda / stretcher) ke ruang rawat atau instalasi penunjang
Asisten perawat melakukan transfer informasi kepada perawat ruangan.
35
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Dalam proses pendaftaran poliklinik rawat jalan pasien / keluarga pasien di berikan
informasi secara langsung ataupun melalui telepon apabila diketahui ada penundaan
pelayanan poliklinik dikarenakan keterlambatan dokter memulai jam praktek atau
perubahan jadwal praktek.
Tahapan proses pendaftaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pasien mengambil nomor antrian pendaftaran di monitor pendaftaran yang telah
disediakan.
2. Pasien / keluarga pasien duduk di ruang tunggu yang disediakan.
3. Setelah nomor antrian muncul di layar antrian, pasien / keluarga pasien datang ke
bagian loket pendaftaran untuk mendaftaran diri / keluarga ke dokter umun /
spesialis yang di tuju dengan membawa persyaratan sesuai ketentuan penjaminan
dari perusahaan / asuransi / BPJS atau penjaminan pasien tunai.
4. Pasien / keluarga pasien diinformasikan ketersediaan jam praktek dokter.
5. Pasien setuju, petugas menginput data pasien kedalam sistem ICHA
6. Petugas melengkapi berkas / dokumen seperti resume medis, penggesekan kartu
asuransi dan lain sebagainya.
7. Petugas mengarahkan pasien ke nurse station dokter yang dituju
8. Pasien menuju nurse station.
36
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
No….. mohon silahkan duduk dikursi tunggu yang kami telah sediakan sebelum
nomor antrian anda dipanggil”.
5. Setelah no antrian muncul di layar monitor dokter, pasien dipersilahkan masuk.
37
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB VI
PELAYANAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan
staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
38
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain.
2. Memiliki ketentuan / kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
3. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila
diperlukan.
4. Memiliki seorang kepala ICU, yaitu seorang dokter konsultan intensive care,
atau bila tidak tersedia dokter spesialis anestesiologi , yang bertanggung
jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien :
perawat sama dengan 1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement
therapy dan 2 :1 untuk kasus-kasus lainnya.
6. Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawatan / terapi
intensif atau minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU sekunder.
7. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam
batas tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang
hidup.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan
diagnostik dan fisioterapi selama 24 (dua puluh empat) jam.
9. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
39
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Tindakan yang segera diperlukan berdaya guna dan berhasil guna untuk
kelangsungan hidup.
4. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit.
5. Memberikan bantuan psikologi terhadap pasien dan keluarga yang
kehidupannya.
6. Sangat tergantung pada obat,alat dan mesin.
1. Batasan Operasional
Pelayanan ICU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis.
2. Landasan Hukum
40
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai
berikut :
STANDAR KETENAGAAN
STRUKTUR KETENAGAAN
MANAGER YANMED
KEPALA INSTALASI
41
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
KA.TIM
42
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
B. Distribusi ketenagaan
Ketenagaan yang ada di Instalasi pelayanan intensif RSKM saat ini adalah 76%
perawat sudah mengikuti pelatihan ICU Dewasa dengan distribusi ketenagaan
pada setiap shift minimal 50 % tenaga yang jaga adalah tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan ICU
43
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
C. Pengaturan jaga
AXBXCXDXE
FXG
Keterangan :
A: Jumlah Shift perhari
B: Jumlah Tempat Tidur di Instalasi Pelayanan Intensif
C: Jumlah hari kerja di instaslasi yang dipakai dalam 1(satu) minggu
D: Jumlah Pasien yang menginap
E: Tenaga tambahan untuk libur, sakit 20 – 25 %
F: Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat ( Ratio Perawat : Pasien )
G: Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam 1 ( satu ) minggu
( sumber: Management of intensive care, guidelines for better use resources 2000)
44
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ratio Perawat : Pasien dalam satu Shift waktu kerja adalah1:1 pasien dengan
terpasang ventilator dan 1 : 2 pada pasien tanpa ventilator, dengan
pembagian waktu kerja:
D. Pelatihan
Perawat yang bertugas di Instalasi Pelayanan Intensif harus memiliki
kompetensi tentang perawatan critical care yang di dapatkan dalam bentuk
pelatihan perawat ICU selama 2-3 bulan di instansi yang menyelengarakan
dengan kemampuan kompetensi dasar yang meliputi :
a. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa
STANDAR FASILITAS
A. Ruangan ICU
45
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ruang ICU Rumah Sakit Krakatau Medika terletak satu kelompok dengan
Instalasi Bedah Sentral, IGD, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium, sehingga
memudahkan untuk akses untuk pelayanan,luas ruangan ICU adalah 16 m x
16m persegi,dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia adalah 9 Tempat
Tidur,dengan Vital sign Monitor sentral, oxygen sentral, suction wall, dan Nurse
Stasion langsung berhadapan dengan tempat tidur pasien.
B. Standar fasilitas
Fasilitas yang tersedia di ICU RS.Krakatau Medika
NO FASILITAS JML KETERANGAN
46
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Perawatan Intensif menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat dalam merawat pasien kritis. keadaan ini
memerlukan mekanisme untuk menentukan prioritas berdasarkan kasus yang ada dan
fasilitas yang dimiliki Krakatau Medika Hospital.
47
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Pasien Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU dan
memerlukan terapi intensif segera, berhubungan dengan penyakit dasar jantung,
paru-paru atau ginjal akut berat, serta pasien dengan pembedahan mayor.
3. Pasien Prioritas 3
Pasien sakit kritis dan tidak stabil, dimana kemungkinan sembuh dan/atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU sangat sedikit,antara lain pasien dengan
keganasan metastatic disertai penyulit infeksi pericardial temponade, atau
sumbatan jalan nafas, atau pasien dengan penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat.
Prioritas pasien dipindahkan dari ruang ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh Tim
Medis yang merawat dan dokter Anesthesi sebagai penanggung jawab ICU.
Penerimaan pasien baru diruang ICU bia pasien dari rawat jalan dan rujukan dari
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain ditetapkan pasien melaui pintu IGD.dan
pasien dari awat inap dapat dianter langsung keruang ICU.
48
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
B. Monitoring pasien
i. Ventilator
ii. Syringe pump
iii. Infusion pump
iv. Suction
v. Defibrilator
vi. Nebulizer
Catatan IPI diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di IPI
49
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BABVII
DESAIN DAN PELAKSANAAN PROSES YANG MENDUKUNG KONTINUITAS PELAYANAN
Pada keseluruhan perpindahan pasien di rumah sakit, dimulai dari admisi sampai
dengan kepulangan atau perpindahan, dapat melibatkan berbagai departemen dan
pelayanan serta praktisi kesehatan untuk pemberian asuhan.
Dalam seluruh fase pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya
yang tersedia di dalam rumah sakit dan bila perlu di laur rumah sakit. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan menggunakan kriteria yan telah ditetapkan atau kebijakan di dalam rumah
sakit.
Untuk mewujudkan asuhan pasien yang berkesinambungan, rumah sakit memerlukan
desain dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan koordinasi para dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lain yang berada di :
1. Pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap.
50
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Pasien datang ke rumah sakit melalui Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan.
Pasien datang melalui Instalasi Gawat Darurat, dokter, perawat atau petugas yang sudah
terlatih melakukan triase berbasis bukti (ATS), setelah itu pasien masuk ke ruang pemeriksaan
dan diperiksa oleh dokter, dari hasil pemeriksaan dokter mendapatkan diagnosa bahwa
pasien dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
Setelah ada hasil pemeriksaan, pasien dapat masuk ke ruang bedah, atau ruang perawatan
intensif sesuai dengan indikasi rawat.
Untuk pasien kebidanan non emergensi pasien dapat diantar langsung oleh perawat atau
bidan.
Pasien kebidanan emergensi akan diperiksa terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang
perawatan oleh bidan dan akan di konsulkan ke dr. Sp.OG.
Apabila dari hasil pemeriksaan dokter dan hasil penunjang dinyatakan normal dan tidak
rekomendasi untuk dirawat, pasien akan dipulangkan dan diberi resep obat.
Untuk pasien yang dinyatakan meninggal baik dari IGD, maupun ruang perawatan
perawatan/kamar bersalin/instalasi perawatan intensifdapat dibawa langsung oleh keluarga
ke rumah duka setelah 2 jam dinyatakan meninggal.
Pasien yang datang melaui instalasi rawat jalan, pasien terlebih dahulu mengambil
nomer antrian, setelah itu daftar ke loket pendaftaran sesuai dengan kebutuhan pelayanan
(dokter spesialis, dokter umum).Dari hasil pemeriksaan dokter bila rekomendasi untuk
dirawat pasien akan diberikan form rawat inap, form pemeriksaan penunjang (rontgen,
laboratorium) dan tindakan medis yang diperlukan, dan pasien masuk keruang perawatan
diantar oleh perawat IGD setelah selesai dari bagian admission. Untuk pasien yang tidak
rekomendasi untuk dirawat pasien akan diberi resep dan dipulangkan.
51
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Pasien dari IGD atau Intalasi Rawat Jalan yang direkomendasikan oleh DPJP untuk
dirawat atau untuk dilakukan pemeriksaan dan pelayanan yang tidak tersedia di RS Kurnia
Cilegon, DPJP akan memberikan surat rujukan atau rekomendasi ke RS lain.
BAB VIII
RUJUK/ TRANFER PASIEN
I. Latar Belakang
Rujuk pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di rujuk. Prinsip
dalam melakukan rujuk pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani rujuk. Pelaksanaan rujuk pasien dapat dilakukan intra rumah
sakit atau antar rumah sakit.
52
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen rujuk pasien adalah:
- Agar pelayanan rujuk pasien dilaksanakan secara profesional .
- Agarpemindahan pasien dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan
pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
53
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
54
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan rujuk antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan rujuk.
13. Proses pengaturan rujuk ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua
belah pihak.
14. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal
ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
55
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien di rujuk ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang pentinguntuk dilakukan sebelum rujuk:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi.
b. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral)
c. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses rujuk
berlangsung.
d. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
e. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan rujuk.
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim rujuk.
8. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas rujuk.
9. Gunakanlah daftar persiapan rujuk pasien untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
Pendampingan Pasien Selama Rujuk
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter senior (dr ICU/ dr Anesthesi), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama rujuk berlangsung.
4. Sebelum melakukan rujuk, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti
akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses rujuk.
56
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
57
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Rujuk
58
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
59
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Gunakan mobil ambulan. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor,
dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan rujuk, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk merujuk pasien
terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
60
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
4. Tim rujuk/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Petugas harus tetap duduk selama rujuk dan menggunakan sabuk pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
7. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian
yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan rujuk, dan harus
mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan rujuk
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-rujuk
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama rujuk
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
rujuk intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
rujuk; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang
diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim rujuk harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
rujuk, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim rujuk harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum merujuk pasien.
61
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
rujuk dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang
akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama
rujuk berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan
dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim rujuk dibebastugaskan dari kewajiban merawat
pasien.
62
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
5. Tim rujuk harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.
LAMPIRAN 1
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
63
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
64
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
LAMPIRAN 2
OBAT-OBATAN RUJUK MINIMALANTAR RUMAH SAKIT(Bila diperlukan)
1. Adenosine, 6mg/2ml
2. Amiodaron, 150mg/3ml
3. Atropine, 1mg/10ml
4. Kalsium klorida, 1g/10ml
5. Catacaine/hurricaine spray
6. Digoksin, 0,5mg/2ml
7. Diltiazem, 25mg/5ml
8. Difenhidramin, 50mg/1ml
9. Dopamine, 200mg/5ml
10. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
11. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
12. Fosfenitoin, 750mg/10ml
13. Furosemide, 100mg/10ml
14. Glucagon, 1mg (vial)
65
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
66
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB IX
RENCANA PEMULANGAN PASIEN
A. Pengertian
Discharge planning / rencana pemulangan pasien adalah suatu proses sistimatik
untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk
memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan setelah
pemulangan.
Discharge planning juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus
sudah dimulai sejak awal pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah
direncanakan sebelumnya / elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non-
elektif.
67
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
68
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
69
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
f.
g. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah:
i. Ambulans
ii. Mobil pribadi
iii. Helikopter (bila diperlukan): biasanya digunakan untuk pasien dengan
penyakit akut yang berat dan harus ditransfer ke rumah sakit lain
iv. Taksi
h. Identifikasi dan latihlah professional kesehatan yang dapat merawat pasien
serta lakukan koordinasi dengan tim multidisiplin dalam merancang discharge
planning pasien.
i. Yang dimaksud tim multidisiplin ini adalah para professional kesehatan dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti pekerja sosial, perawat, terapis,
dokter.
j. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan pasien dirawat,
tatalaksana, prognosis, dan rencana pemulangan pasien.
k. Tanyakan kepada pasien: ‘Anda ingin dirawat oleh siapa sepulangnya dari
rumah sakit?
l. Biasanya pasien akan memilih untuk dirawat oleh anggota keluarganya.
70
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
71
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
72
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
73
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
vi. Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien membutuhkan
bantuan / saran mengenai pemulangannya
vii. Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang
dapat diakses
viii. Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya
perawatan yang berkesinambungan
ix. Tim discharge planner (DPJP, PPJP, Karu, Tim PKRS)tersedia sebagai orang
yang dapat dihubungi oleh pasien dalam membantu memberikan saran
x. Memperoleh akses untuk memberikan complain mengenai pengaturan
discharge planning pasien dan meperoleh penjelasannya
j. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa
(di mana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya), dapat
dikategorikan sebagai berikut:
i. Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
ii. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan
dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi medisnya
iii. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan
dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa
k. Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis dan
berikan salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya.
l. Ringkasan / resume discharge planning pasien berisi:
i. Resume perawatan pasien selama di rumah sakit
ii. Resume rencana penanganan / tatalaksana pasien selanjutnya
iii. Regimen pengobatan pasien
iv. Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi
selanjutnya
v. Janji temu dengan professional kesehatan lainnya
vi. Detail mengenai pengaturan layanan di komunitas / publik dan waktu
pertemuannya
74
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
vii. Nomor kontak yang dapat dihubungi jika terjadi kondisi emergensi /
pembatalan pertemuan / muncul masalah-masalah medis pada
pasien.
m. Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan pasien
Evaluasi: monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara
periodik, dengan cara:
a. Peninjauan ulang rekam medis / catatan pasien
b. Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge
planning
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan.
Peninjauan Ulang Dan Audit
Peninjauan ulang dan audit harus dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan
bahwa panduan berjalan dengan lancar dan diterapkan oleh seluruh professional
kesehatan di rumah sakit
75
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB X
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS
A. LATAR BELAKANG
Bahwa setiap pasien atau keluarga pasien yang mendapat pelayan kesehatan
berharap keluahan dan penyakit pasien akan disembuhkan.
Pesetujuan mengenai tindakan medic yang akan dijalaninya merupakan hak pasien
yang mendasar. Pasien dapat menyetujui atau menolak rencana tindakan atau
nasehat medis, dari persetujuan tersebut barulah dokter dapat bertindak upaya –
upaya penyembuhan yan diperlukan. Hak persetujuan atau penolakan merupakan hak
asasi seseorang untuk menentukan nasib kesehatannya sendiri. Setiap manusia
dewasa yang sehat jasmani rohaninya memiliki hak untuk menentukan apa yang akan
dilakukan terhadap tubuhnya.
Dokter tidak berhak melakukan tindakan medik yang bertetangan dengan kemauan
pasien meskipun itu kepentingan pasien.
B. DEFINISI
76
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antar pasien
dengan dokter dan bukan sekedar penandatanganan formulir penolakan.
IV. Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis
yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu dan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
V. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
77
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
VI. Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengna
peraturan perundang undangan.
VII. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak – anak
kandung dan saudara – saudara kandung.
C. RUANG LINGKUP
Panduan penolakan tindakan/nasehat medis ini diterapkan di lingkup rumah sakit dan
ditujukan kepada :
1. Pasien
2. Keluarga pasien
3. Dokter penanggungjawab
4. Perawat pemberi pelayanan
78
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
mempercayainya dan mampu membuat keputusan. Pasien tersebut berhak untuk menolak
suatu pemeriksaan atau tindakan kedokteran, meskipun keputusan pasien tersebut terkesan
tidak logis.
1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan ybs,
kepentingan masyarakat).
3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).
Bila penolakan tindakan dan pengobatan ini terjadi dan konsekuensi dari
penolakan tersebut berakibat serius, maka keputusan tersebut harus didiskusikan
oleh DPJP dengan pasien, tidak bermaksud untuk mengubah pendapatnya tetapi
untuk mengklarifikasi situasinya. Oleh karena itu perlu dicross cek kembali apakah
pasien mengerti informasi tentang keadaan pasien, tindakan atau pengobatan
serta semua kemungkinan efek sampingnya. Dalam setiap masalah seperti ini,
rincian setiap diskusi harus secara jelas didokumentasikan dengan baik.
79
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali sulit. Nyeri, syok
atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien. Jika pasien
dipastikan kompeten dan memutuskan untuk membatalkan persetujuannya, maka
dokter harus menghormatinya dan membatalkan tindakan atau pengobatannya.
Terkadang keadaan tersebut terjadi saat tindakan sedang berlangsung. Bila suatu
tindakan menimbulkan teriakan atau tangisan karena nyeri, tidak perlu diartikan
bahwa persetujuannya dibatalkan, maka tindakan dapat dilanjutkan. Tetapi bila
pasien menolak dilanjutkan, apabila memungkinkan maka dokter harus menghentikan
tindakannya, mencari tahu masalah yang dihadapi pasien dan menjelaskan akibatnya
jika tindakan tidak dilanjutkan.
(Dikutip dari Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006, berdasarkan UU No.29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran)
80
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XII
PANDUAN DPJP
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama
dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif,
efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari
seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor
catatan medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien
direkam medis secara real time dan akurat. Sehingga apabila terjadi sengketa medis rekam
medis ini benar-benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan
telah dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula
berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.
Salah satu elemen dalam pemberi asuhan kepada pasien (Patient Care) adalah
asuhan medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien
disebut DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan. Panduan ini disusun untuk memudahkan
rumah sakit mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP.
81
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi : Rawat jalan,
Emergensi, rawat inap, ruang perawatan khusus (ICU,HCU,NICU,PICI,ICCU,Hemodialisis) dan
ruang tindakan. Dokter penanggung jawab palayanan (DPJP) bertanggung jawab untuk
koordinasi selama pasien dirawat diketahu dan tersedia dalam seluruh fase asuhan rawat.
A. DASAR
Yang menjadi dasar dalam penetapan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah
:
1. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah sakit mempunyai fungsi
: huruf b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang pari purna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 Setiap Rumah Sakit mempunyai
kewajiban : huruf r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws).
4. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan Rumah Sakit wajib
menerapkan sasaran keselamatan pasien.
82
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1) Hak Pasien
Kriteria :
7. Permenkes 755 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik Rumah Sakit.
83
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional
Dokter dan Dokter Gigi.
B. PENGERTIAN
2. DPJP adalah dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi spesialis.
3. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis
Saraf.
84
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
4. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien ybs (“Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlakasananya asuhan
medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif,
membangun sinergisme, dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment)
antar anggota, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifat kontributif
(bukan intervensi), serta mencegah duplikasi.
6. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien
(Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang
terdiri dari paraprofessional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kompetensi
dan kewenangan yang memadai, yang a.l. terdiri dari dokter,perawat,ahli
gizi,apoteker,fisioterapis dsb.
85
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
D. ASUHAN MEDIS
Asuhan pasien (patient care) dapat terdiri dari a.l. asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan obat, asuhan gizi dsb. Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), dilakukan oleh semua professional pemberi
asuhan, a.l. dokter, perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut sebagai Tim Interdisiplin.
Asuhan medis diselenggarakan berdasarkan kesepakatan antara dokter dengan pasien
(UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 39). Asuhan pasien yang dilakukan
oelah masing – masing pemberiasuhan, terdiridari 2 blok kegiatan : Asesment Pasien dan
Implemetasi rencanana.
Asuhan medis dirumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang telah menjalani pelatihan –
bersertifikat kegawat-daruratan, a.l. ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat
asuhan awal pasien gawat – darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis
86
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesilis tsb menjadi DPJP pasien
tersebut menggantikan DPJP tsb sebelumya.
Asas, Dasar, Kaidah, dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb :
1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelayanan interpretative, harus memiliki STR, SIP, SK dari Direktur / Kepala Rumah
Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment), dengan lampiran
Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Clinical Privilege). Penerbitan SPK dan RKK tsb
harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes
755/2011 tentang penyelengaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
87
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur / Kepala
Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir – butir
sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan.
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit
dalam kondisi (relatif) terparah.
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait.
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP.
88
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Di unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan medis
awal / penanganan kegawat – daruratan. Kemudian selanjutnya saat dikonsul / rujuk
ditempat(on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan dokter spesilais tersebut
memberikan asuhan medis(termasuk intruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut
telah menjadi DPJP pasien ybs, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP
Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan
dengan “bekerja sendiri – sendiri”).
4. Peran DPJP utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien ybs (sebagai “Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota,
mengarahkan agar tindakanmasing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi),
dan juga mencegah duplikasi.
5. DPJP dalam pelaksanaannya dibantu oleh dokter jaga untuk menjelaskan kepada pasien
atau keluarga tentang :
g. Kemungkinan alternatif.
h. Kemungkinan keberhasilan.
89
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Informasi pelayanan dan pengobatan termasuk hasil yang tidak diharapkan dari
pelayanan akan disampaikan kepada pasien saat awal pasien masuk, saat ada perubahan
kondisi pasien dan saat pasien akan dilakukan tindakan.
7. Setiap penunjukkan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan / keluarga, dan pasien dan
/ keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah
DPJP bias terjadi pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai
kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih
tanggung jawabnya.
9. Di unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifies. Koordinasi dan tingkatan
keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung kepada system yang ditetapkan misalnya
system terbuka / tertutup / semi terbuka. Bila rumah sakit memakai system terbuka,
gunakan kriteria DPJP Utama tsb diatas (lihat Bab VII).
10. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatanpada saat di kamar
operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang dioperasi,
dokteryang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikanintruksi, maka otomatis
menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain
(a.l.dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus memberikan
supervise, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatangan pada setiap
catatan kegiatan tsb di rekam medis.
90
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja secara
tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan
mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang efektif dalam tim.
Termasukdalan kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat
dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap (Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012, Bab APK – akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan dan
Bab AP – Asesmen Pasien).
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada pasien dan
keluarganya. Gunakandan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi
merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Yang Baik Indonesia, KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan nama
dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tersebut dilakukan a.l. di form asesmen
awal medis, catatan perrkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated note), form
asesmen pra anestesi / sedasi, intruksi passca bedah, form edukasi / informasi ke pasien
dsb. Termasuk juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil
ronde bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb.
16. Resume Medis adalah tanggung jawab DPJP. Bila dirawat bersama oleh beberapa DPJP
maka resume yang merupakan rangkuman dan kompilasi dari resume setiap DPJP,
menjadi tanggung jawab DPJP Utama.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang
DPJP, dalam bentuksatu formulir yang diisi secara periodic sesuai kebutuhan /
penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal
mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir
sebagaiDPJP Utama. Daftar ini bukan berrfungsi sebagai daftar hadir.
91
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
18. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway, setiap DPJP
bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun
asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien patuh pada Alur
Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan
pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit
Medis.
19. Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter spesialis lain
yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam hal ini
DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti.
DOKUMENTASI
Regulasi yang adekuat tentang DPJP dalam pelaksanaan asuhan medis, dan
panduan ini merupakan acuan utama bagi rumah sakit. Regulasi mencerminkan pengelolaan
risiko klinis dan pelayanan berfokus kepada pasien (patient centered care). Regulasi tsb diatas
agar dapat diterapkan oleh para pemberi asuhan, termasuk DPJP, sehingga terwujud asuhan
pasien yang bermutu dan aman.
Bila seorang DPJP menemukan masalah lain dari pasien yang dirawat olehnya dan
bukan bagian dari kewenangan klinisnya, maka DPJP melakukan konsul/rawat bersama/alih
rawat kepada dokter spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis terhadap masalah
pasien tersebut. Pendokumentasian hal ini dengan menggunakan formulir Permohonan
Konsultasi.
Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter spesialis
lain yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam hal ini DPJP
92
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
tersebut disebut sebagai DPJP pengganti. Informasi cuti di isi melalui fornulir cuti dokter dan
menunjuk dokter pengganti untuk pelayanan di rawat jalan dan rawat inap.
BAB XII
MENGATASI HAMBATAN
A. LATAR BELAKANG
93
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Maksud dibuatkannya buku Panduan ini adalah sebagai acuan dalam tata cara
menerima dan menyelesaikan hambatan dalam pelayanan dari para pelanggan
untuk mencapai perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan yang lebih baik bagi
rumah sakit.
2. Tujuan dibuatkannya buku panduan ini adalah untuk menjaga standar layanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam rangka memenuhi harapan Pelanggan
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pelayanan dalam mengatasi hambatan untuk seluruh pasien
yang akan berobat ke RS Kurnia Cilegon.
94
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
D. PENGERTIAN
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu
Zain,1994:489). Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik).Gangguan ini masih termasuk kedalam hambatan komunikasi.Efektifitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapi
berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan
mempengaruhi efektifitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi masa
jenis hambatannya relative lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen
komunikasi masa dan perlu diketahui juga, bahwa komunikasi harus bersifat
heterogen
E. JENIS-JENIS HAMBATAN
1. Hambatan Fisik Dalam Proses Komunikasi
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna
rungu, tuna netra, tuna wicara). Maka dalam hal ini baik komunikator maupun
komunikan harus saling berkomunikasi secara maksimal, bantuan panca indera
juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh : apabila seorang perawat dengan pasien berusia lanjut, maka perawat
harus bersikap lemah lembut dan sopan tetapi bukan berarti tidak pada pasien
lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila perawat
bicara pada pasien tuna rungu.Begitu pula halnya si pasien , apabila pasien
menderita tuna wicara maka sebaiknya pasien itu mengoptimalkan
pancainderanya (missal : gerak tangan, gerakan mulut) agar perawat dapat
menangkap apa yang pasien ucapkan, atau pasien tuna wicara bisa membawa
rekannya atau pengantar/keluarga untuk menterjemahkan pada perawat apa
yang sebetulnya pasien itu ucapkan.
Hambatan yang dilihat dari asfek fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
95
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
A. Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya
sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pada umumnya.
Menurut Kaufman & Hallaha, tuna netra adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan.
Tuna netra dibagi menjadi dua :
1) Kurang awas (low vision) yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila
masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa, sehingga masih
sedikit melihat atau masih bisa membedakan gelap dan terang.
2) Buta (Blind) yaitu seseorang dikatakan buta apabila sudah tidak
memiliki sisa penglihatan sehingga tidak dapat membedakan gelap dan
terang.
Ciri – Ciri Fisik :
1) Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan cepat pesan-
pesan melalui pendengaran dapat dikirim ke otak.
2) Memiliki daya pengobatan yang sensitif sehingga apa yang ia rasakan
dapat dikirim langsung ke otak.
3) Kadang-kadang mereka suka mengusap-usap mata dan berusaha
membelalakkannya.
4) Kadang-kadang mereka memiliki perilaku yang kurang nyaman bisa
dilihat oleh orang normal pada umumnya atau dengan sebutan blindsm
( misalnya: mengkerut-kerutkan kening, menggeleng-gelengkan kepala
secara berulang-ulang dengan atau tanpa disadarinya.
B. Tuna Daksa
Seseorang dikatakan Tuna daksa apabila terdapat kelainan anggota tubuh
sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk sehingga
mengakibatkan turunnya kemampuan normal untuk melakukan gerakan-
96
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ciri-ciri Fisik :
1. Memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
2. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan.
3. Penyangkalan dan penerimaan atau suatu keadaan emos.
4. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama, ini merupakan fase dimana
seseorang akan mencoba menyesuiakan diri untuk dapat hidup dengan
kondisinya yang sekarang.
Ciri-ciri Sosial :
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya, dan kadang-kadang menampakkan sikap marah-marah
(emosi) yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.
C.Tuna Rungu
Ciri-ciri Fisik :
1. Berbicara keras dan tidak jelas
2. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
3. Telinga mengeluarkan cairan
97
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ciri-ciri mental :
Tuna Wicara
Seorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami kesulitan berbicara. Hal ini
disebabkan kurang atau tidak berfungsinya alat – alat bicara seperti rongga mulut,
lidah, langit – langit dan pita suara. Selain itu , kurang atau tidak berfungsinya organ
pendengaran, keterlambantan perkembangan bahasa, kerusakan pada system syaraf
dan struktur otot serta ketidakmapuan dalam control gerak juga dapat mengakibatkan
keterbatasan dalam berbicara. Diantara individu yang mengalami kesulitan, ada yang
sama sekali tidak dapat berbicara dapat mengeluarkan bunyi tetapi tidak
mengucapkan kata – kata dan ada yang berbica tetapi tidak jelas. Maslah yang utam
pada diri seorang tuna wicara adalah mengalami kehilangan atau terganggungya
fungisi pendengaran dan atau fungsi bicara. Yang disebabkan oleh bawaan lahir,
kecelakaan maupn penyakit.
98
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
b. Prasangka
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok
lain, sikap serta perilakunya . untuk mengatasi hambatan komunikasi yang
99
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative.
Seandainya dalam proses komunikasi ,komunikan/pasien memiliki stereotif
tertentu maka tenaga kesehatan/komunikatornya dapat dipastikan pesan
apapun tidak dapat diterima oleh komunikan/pasien.
d. Motivasi
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia, tanggapan seseorang terhadap pesan
komunikasipun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
100
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
2) Tidak menyukai : Orang dari budaya yang berbeda sering curiga karena mereka
kurang informasi
3) Penerimaan : biasanya jika dua orang dari berbagai budaya yang berbeda
pengalaman cukup baik selama periode waktu.
4) Respect :jika individu dari berbagai budaya berpikiran terbuka, maka akan
memungkinkan mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas satu sama lain.
5) Percaya : orang dari beragam budaya, telah menghabiskan cukup berkualitas
waktu bersama, mereka biasanya saling percaya.
6) Menyukai :untuk mencapai tahap akhir, individu dari berbagai budaya harus
mampu berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang bersama-
sama.
c. Rasisme
Rasisme dalam keperawatan adalah penghalang transcultural komunikasi antara
perawat dan pasien, dan antara perawat dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya , tipe-tipenya:
1. Rasisme individu : diskriminasi karena karakteristik biologis
2. Rasisme budaya : menganggap budaya sendiri lebih superior
3. Kelembagaan rasisme :Lembaga (Universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah, dll)
memanipulasi atau mentolerir kebijakan yang tidak adail membatasi ras
tertentu, budaya atau kelompok.
d. HambatanBahasa
1. Bahasa asing
2. Berbeda dialek dan regionalism
3. Idiom dan “berbicara jalanan”
101
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
TATA CARA
Untuk dapat memberikan kenyaman dan kemudahan dalam memberikan pelayan bagi pasien
dengan hambatan rumah sakit harus memiliki saran dan prasarana yang mendukung kursi
roda dan brankar.
Pelayanan umum yan diberikan oleh KMH yang dengan yang mengalami hambatan :
Hambatan fisik dengan pasien atau keluarga pasien dapat dibantu oleh seorang security
Jika seorang security mengalami kesulitan dalam membantu pasien atau keluarga pasien
dapat dibantu oleh perawat.
TATA LAKSANA
Upaya-Upaya dalam Menghadapi Hambatan Berkomunikasi
Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek arti dan maksud yang disampaikan
102
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
103
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
104
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XIII
TRANSPORTASI PASIEN
A. Latar Belakang
Ambulans sebagai sarana transportasi di sebuah pasien rumah sakit sangatlah penting
baik itu rumah sakit berskala besar atau kecil.
RS Kurnia Cilegonsebagai salah satu pemberi jasa pelayanan kesehatan pada
masyarakat di Cilegon khususnya dan Banten umumnya juga memiliki ambulans yang
digunakan sebagai sarana tranportasi pasien dari dan ke luar RS Kurnia Cilegon.
Fungsi ambulans sebagai sarana tranportasi pasien di rumah sakit harus dapat
menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien sampai ketempat yang dituju.Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan
1. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaaan
pasien ke sarana kesehatan yang memadai.
2. Sebagai alat transportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis atau
pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain.
3. Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area Cilegon dan sekitarnya yang
memerlukan pelayanan medis di RS Kurnia Cilegon.
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang Penaggulangan Bencana Nomor 24 tahun 2007
2. Undang – undang kesehatan Nomor 36 tahun 2006
3. Undang – undang Rumah sakit No.44 tahun 2009
4. S.K MENKES No. 856/Menkes/SK/IX/ 2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.0152/YanMed?RSKS/1987,tentang standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
6. Kepmenkes no.143/Menkes-kesos/SK/II/2001 tentang Standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
105
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
D. Ruang Lingkup
1. Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar RS Kurnia Cilegondengan
tujuan untuk pemeriksaan penunjang, tindakan medis atau rujukan untuk alih rawat.
2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan ambulans
untuk tindakan medis di RS Kurnia Cilegon
3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulan untuk kegiatan sosial,
olah raga atau kegiatan lain
Definisi :
Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan
kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap dan didampingi oleh
perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan gawat daruratuntuk tujuan
pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat ke rumah sakit lain.
Pengorganisasian :
- Pelayanan ambulans RS Kurnia Cilegonsecara operasional menjadi tanggung jawab
Instalasi Gawat Darurat.
Jenis Ambulans :
a. Ambulans transportasi
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
dalam perjalanan.
Persyaratan kendaraan :
1. Teknis
- Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
- Ruangan pasien mudah dicapai dari tempat pengemudi
- Tempat duduk bagi petugas di ruang pasien
- Dilengkapi sabuk pengaman
106
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
107
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
108
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Petugas
- Satu supir, perawat gawat darurat dengan kemampuan mengemudi dan
komunikasi
- Satu perawat gawat darurat
- Satu dokter gawat darurat ( tergantung keadaan )
4. Tata tertib
- Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirene dan lampu rotator
- Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator. Semua
peraturan lalulintas harus ditaati
- Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km di jalan bebas
hambatan.
109
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
6. Perawat dan supir ambulans menyiapkan fasilitas ambulans sesuai dengan kondisi
pasien yang akan dijemput.
110
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Nama Pasien :
Kelas / Kamar :
Tujuan :
Jam berangkat :
(……………………) (……………………..)
IGD Bagian Umum
111
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
112
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XIV
LOGISTIK
1. Alur
kPelaksana → Ka.Unit → Ka.Instalasi unit → Gudang Farmasi
sarana
2. Perencanaan
Petugas unit mendata kebutuhan obat dan bahan habis pakai setiap minggu dan
mengajukan kebutuhan ke gudang farmasi.
3. Permintaan
Permintaan obat – obatan dilakukan 3 kali setiap seminggu, disesuaikan dengan
kebutuhan unit dan tempat penyimpanan yang terbatas.
4. Penyimpanan
Di unit obat – obatan dan bahan habis pakai langsung di simpan dalam lemari yang
sudah ditentukan.
5. Penggunaan
113
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Penggunaan obat – obatan dan barang habis pakai dengan memperhatikan waktu
kadaluwarsa.
Barang yang memiliki waktu kadaluawarsa yang paling rendah digunakan terlebih
dahulu
114
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety)rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tujuan :
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS Kurnia
Cilegon, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
115
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
116
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient SafetySolutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari
JointCommission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
117
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVI
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
danproses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun diri nya sendiri dapat menularkan infeksi.
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, masker ) terutama bila terdapat kontak
dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang ada,
misalnya ; memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus dan lain-lain.
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
118
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
119
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau
budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan
kepuasan pelanggan dengan dukungan komitmen kepemimpinan, kebersamaan
karyawan serta secara lintas fungsional, menyeluruh terpadu dengan pendekatan system
dan di sadari metode ilmiah dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
120
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
121
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
122
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
123
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
124
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ada banyak cara untuk menanyakan apakah pelanggan puas atau tidak dengan
perusahaan, produk dan layanan yang mereka terima, misalnya:
1) Face-to-face. Ini bisa kita lakukan ketika mereka selesai berbelanja di toko
atau kantor kita.
2) Telepon. Jika kita memiliki nomor telepon mereka, teleponlah setelah
mereka selesai berkunjung untuk menanyakan apakah mereka puas.
3) Kuesioner. Teknik ini sudah digunakan sejak lama dan hasilnya sudah bisa
ditebak.
4) Email. Kirimkan mereka email survei kepuasan pelanggan. Tapi kita harus
hati-hati melakukannya agar tidak menjadi spam.
5) Mengundang mereka untuk mengambil survei kepuasan pelanggan
d. Observasi ( terhadap asuhan pasien )
Dilakukan pada waktu Audit Keperawatan melalui Observasi berdasarkan
Instrumen dari Depkes RI terkait standar operasional prosedur
Keperawatan / tindakan keperawatan baik mandiri maupun Kolaborasi.
125
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVIII
PEMBERIAN INFORMASI
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kegiatan medik dan non
medik yang dikoordinasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai suatu tujuan yaitu
memberikan pelayanan rumah sakit yang bermutu.
Melalui front liner perusahaan dapat menyusun rencana dan menetapkan tujuan apa
yang ingindicapai terhadap sasaran (pelanggan) tersebut. Salah satu tugas dari seorang
front liner di RS Kurnia Cilegonadalah memberikan informasi pelayanan sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan pasien.
126
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Untuk itu, dalam buku panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana
dalam memberikan pelayanan informasi di lingkungan front linerRS Kurnia Cilegon, agar
pasien / keluarga pasien merasa diperhatikan segala kebutuhan serta keinginanya, dan
akhirnya rumah sakit bisa memberikan pelayanan prima ( terbaik ) kepada pelanggannya.
B. PENGERTIAN
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di lingkungan RS Kurnia cilegontidak terlepas
dari adanya komunikasi antara pasien / keluarga pasien termasuk didalamnya proses
penyampaian pikiran atau informasi.
Secara terminologis komunikasi merujuk pada suatu proses pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain. Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of
Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
127
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Jika kelima unsur tersebut dapat terpenuhi maka akan menjadi suatu komunikasi
efektif yang berarti komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
Sedangkan pengertian Informasi menurut Gordon B Davis, 2002 adalah data yang
telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau dimasa mendatang.
Orang yang menyampaikan isi informasi kepada penerima dengan jelas dan memilih
media yang sesuai serta meminta kejelasan apakah informasi tersebut sudah diterima
dengan baik disebut sebagai Pemberi Informasi (Konsil Kedokteran Indonesia, hal 8).
Sedangkan Penerima Informasi berfungsi sebagai penerima berita / pesan dengan baik.
Jadi Pemberian Informasi ialah sebuah proses penyampaian pikiran / informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh pemberi informasi (Komaruddin, 1994
schermerhon, Hunt & Osborn 1994, Koontz 7 Weihrich, 1998).
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Layanan pemberian informasi dilakukan untuk membekali pasien dan keluarga
pasien pengetahuan data dan fakta dalam lingkup pelayanan dan prosedur yang
berlaku di lingkungan RS Kurnia cilegon sehingga menjadikan informasi tersebut
sebagai alat untuk mengambil sebuah keputusan penting bagi pasien / keluarga
pasien.
2. Tujuan
1) Memenuhi kepuasan pelanggan terhadap informasi pelayanan yang diberikan dari
pihak RS Kurnia cilegon.
2) Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.
3) Menimbulkan keputusan dari pelanggan agar segera menggunakan jasa yang
ditawarkan RS Kurnia Cilegon.
128
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
D. PRINSIP
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi
dan hakekat komunikasi yaitu:
Pemberi informasi yang baik diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (Konsil
Kedokteran Indonesia, hal 42) :
129
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Tepat waktu
2. Akurat
3. Lengkap
4. Jelas
5. Mudah dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(salah paham).
130
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
b. Empathy
Adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan utama dalam memiliki sikap empati
adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan menimbulkan respect
atau menghargaan, dan rasa respect akan membangun kepercayaan yang merupakan
unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun
komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan
empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat
tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
c. Audible
Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati kita harus mendengarkan terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima
oleh penerima pesandengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada
kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan alat
bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik.
d. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang
terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan
dan tranparansi. Dalam komunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
e. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
131
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap
rendah hati pada intinya adalah sikap penuh melayani (dalam bahasa pemasaran
adalah Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima
kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan,
rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang
efektif ini, kita dapat menjadi seseorang komunikastor yang handal dan pada giliranya
dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
a. Petugas Informasi
Adalah petugas yang melayani pertanyaan yang diajukan pasien / keluarga pasien baik
secara langsung (walk in) atau melalui telepon (by phone) tentang pelayanan yang
tersedia di RS Kurnia Cilegon.
132
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
sentral RS Kurnia Cilegon, menjawab pertanyaan pasien / keluarga pasien yang masuk
melalui telepon mengenai fasilitas dan pelayanan yang tersedia di RS Kurnia Cilegon.
c. Petugas Admisi
Adalah petugas yang melayani penerimaan pendaftaran pasien yang akan
mendapatkan pelayanan medis dan tinggal di ruang perawatan RS Kurnia Cilegon.
Standar informasi yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Serbaguna, 2003 ):
133
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Penyampaian informasi akan berjalan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi informasi ( proses komunikasi efektif ).
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut:
C. Media
134
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Dalam proses pemberian informasi dibutuhkan media yang berperan sebagai alat teknis
yang digunakan sebagai mediasi atau penyampaian pesan (Universitas Indonesia Fakultas
Sastra), dengan kata lain media adalah alat komunikasi.
Di lingkungan RS Kurnia Cilegon, media komunikasi yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Telepon
Merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara
(terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi
dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon.
Contoh: Telepon external operator RS Kurnia Cilegon(0254)391161 atau
081289890287 atau 087885473048
2. Leafet / brosur / lipatan
Lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan
kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Contoh: Brosur pelayanan yang ada di RS Kurnia Cilegon (pelayanan Medical Check Up,
Pendidikan untuk pasien dan keluarga, jadwal praktek dokter dan lain sebagainya).
3. Poster
Adalah pengumuman atau iklan berbentuk gambar atau tulisan yang ditempelkan di
dinding, tembok atau tempat yang strategis agar mudah diketahui banyak orang.
Contoh: Poster edukasi / informasi kesehatan yang ditujukan bagi pelanggan / pasien
/ keluarga pasien.
4. Spanduk
Merupakan media informasi yang berupa kain panjang yang direntangkan dan berisi
informasi singkat.
Contoh: Spanduk kegiatan atau promosi produk baru di RS Kurnia Cilegon.
5. Papan Informasi
Salah satu media komunikasi kelompok yang biasanya ditujukan untuk target sasaran
dalam lingkup tertentu.
135
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Contoh: Papan informasi dokter yang sedang cuti atau tidak praktek, perubahan jam
praktek dokter pada hari tertentu.
Papan informasi tersebut terpasang di unit loket pendaftaran rawat jalan.
6. Buku tarif fasilitas dan layanan
7. Lembar balik fasilitas ruang perawatan
TATA LAKSANA
Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi yang
akan disampaikan, memiliki rasa empati dan keterampilan berkomunikasi secara efektif
serta didukung dengan kondisi lingkungan yang membuat pasien / keluarga pasien
merasa nyaman. Pemberian komunikasi dilakukan secara tatap muka berjalan secara
interaktif . kegiatan tersebut tergambar dalam lingkup:
Pasien / keluarga pasien datang langsung (Walk in) ke bagian informasi / menghubungi
bagian informasi melalui pesawat telepon untuk menanyakan :
136
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Ranap 1 18
Ranap 2 27 1 TT Isolasi
Perinatologi 5 inkubator, 2 kupis
Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan observasi diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan lainya tanpa
mengharuskan pasien tersebut di rawat inap.
Fasilitas pelayanan rawat jalan terdiri dari:
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi
Poliklinik Spesialis
Poli KIA
137
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
Instalasi Radiologi
Merupakan salah satu instalasi penunjang medis yang memberikan layanan
pemeriksaaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa foto / gambar untuk
membantu dokter merawat pasien dalam penegakan diagnosis.
Instalasi radiologi di RS Kurnia Cilegon buka hari senin s/d sabtu pukul 08.00 –
22.00.
Layanan yg diberikan antara lain:
1. Foto ronsen Konvensional
2. USG
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Medical Check Up
b. Jam pelayanan
138
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
139
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
140
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
141
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
f. Penjaminan BPJS
Petugas admisi meminta pasien / keluarga pasien untuk mengisi dan
menandatangani form surat peryataan penjaminan JKN yang dipandu oleh
petugas admisi.
Petugas admisi meminta pasien / keluarga menyerahkan fotocopy kartu
berobat BPJS, KTP, rujukan dari klinik / puskesmas (PPK1) dari pasien
tersebut.
Petugas admisi melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS untuk
mendapatkan acc tindakan atau pembedahan.
Petugas admisi menghubungi ruang perawatan untuk memesankan kamar
rawat sesuai dengan hak pasien.
Petugas admission membuat SEP (Surat eligibilitas pasien).
Petugas admission menginput data pasien kedalam ICHA (komputer).
Pasien / keluarga pasien menadatangani form pendaftaran rawat inap dan
general consent pasien rawat inap.
142
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
143
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
144
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
DI RS KURNIA CILEGON
145
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
146
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
3 Kardiovaskoler 1 Aritmia
2 Shock
3 Cor pulmonale decompesata
4 Edema paru
5 Henti jantung
6 Hipertensi dengan komplikasi
(hipertensi enchephalopati, CVA)
7 Infark miocard
8 Kelainan jantung bawaan
9 Kelainan katup jantung
10 Krisis hipertensi
11 Miokaridis
12 Nyeri dada
13 Sesak napas karena payah jantung
14 Syncope karena payah jantung
4 Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
3 Eklampsia
4 Kehamilan etopik terganggu (KET)
5 Perdarahan antepartum
6 Perdarahan postpartum
7 Inversio uteria
8 Febris purperalis
9 Hiperemesis gravidarum
10 Persalian kehamilan
147
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
148
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
9 Hipertensi maligna
10 Keracuanan makanan
11 Keracunan obat
12 Koma metabolik
13 Leptospirosis
14 Malaria
15 Observasi shock
149
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
(TERLAMPIR)
150
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
PENUTUP
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan sinergis antara profesi kesehatan dan
non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkolaborasi
dengan tenaga medis yang bertujuan untuk keselamatan pasien sehingga dapat mengurangi
angka kecacatan dan kematian.
Pasien mengharapkan mendapatkan pelayanan yang memuaskan, makin sempurna
kepuasan makin baik kualitas pelayanan. Untuk mewujudkan harapan tersebut semua jajaran
rumah sakit dapat ikut berperan.
Pedoman ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pasien di Instalasi Gawat Darurat. Hal ini sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit dan menjalankan amanah UU nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi.
151
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
DAFTAR PUSTAKA
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter- and
intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical Care
Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
Birmingham J. (2010). Discharge planning guide: tools for compliance. Edisi ke-3. USA:
HCPro, Inc.
Health & Social Care Joint Unit and Change Agents Team. (2003). Discharge from
hospital: pathway, process and practice. Department of Health.
Department of Health & Human Services USA (2010). Your discharge planning
checklist: for patient and their caregivers preparing to leave a hospital,
152
Revisi : 13 juli 2018
RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
nursing home, or other health care setting. USA: Centers for Medicare &
Medicaid Services.
The Health Board Executive. (2003). Admissions and discharge guidelines: health
strategy implementation project 2003.
153
Revisi : 13 juli 2018