Anda di halaman 1dari 55

MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERAWATY SAMARINDA


Alamat : Jl. Untung Suropati No 02. RT. 56 Samarinda, 75126
Telp. (0541) 272799 / Fax. ( 0541 ) 274303 Email : rsia_herawaty@yahoo.com
KALIMANTAN TIMUR - INDONESIA
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERAWATY
SAMARINDA
NOMOR :
TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS) RSIA HERAWATY SAMARINDA

Menimbang a. Bahwa upaya meningkatkan mutu Pengorganisasian


dan Pelayanan Kesehatan di RSIA Herawaty
Samarinda, diperlukan suatu pelayanan yang
professional, cepat, dan yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan di PKRS RSIA Herawaty dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Diektur RSIA Herawaty sebagai landasan bagi
penyelenggarakan Pengorganisasian dan Pelayanan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSIA
Herawaty Samarinda
c. Sehubungan dengan poin (1) dan (2) diatas, maka
dipandang perlu untuk membuat Pedoman
Pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) yang berlaku di lingkungan RSIA Herawaty
Samarinda

Mengingat : 1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor. 44


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang- Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Tekhnis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR RSIA HERAWATY


SAMARINDA TENTANG PEDOMAN
PENGORGANISASIAN PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
KESATU Pedoman pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) RSIA Herawaty Samarinda sebagaimana
tercantum pada Lampiran Keputusan ini;
KEDUA Pembinaaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSIA Herawaty Samarinda dilaksanakan oleh Direktur
RSIA Herawaty Samarinda
KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapannya, akan diubah dan diperbaiki
sebagaimana mestinya
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA HERAWATY SAMARINDA
NOMOR :

TENTANG EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA DI RSIA HERAWATY


SAMARINDA

DIREKTUR UTAMA RSIA HERAWATY


SAMARINDA,
Menimbang : a. bahwa RSIA Herawaty Samarinda merupakan Rumah Sakit yang
diwajibkan untuk melaksanakan Akreditasi
Internasional;
b. bahwa RSIA Herawaty Samarinda menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang komprehensisf berfokus kepada kebutuhan pasien
sesuai standar;
c. bahwa peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah
sakit merupakan gerakan universal maka diperlukan upaya
standarisasi pelayanan melalui penetapan kebijakan, prosedur, dan
risiko manajemen;
d. bahwa seluruh satuan kerja di RSIA Herawaty Samarinda
memerlukan kebijakan sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan,
sehingga tercipta budaya pelayanan yang berfokus pasien di rumah
sakit;
e. bahwa sehubungan hal tersebut di atas maka perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Utama RSIA Herawaty Samarinda.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, tambahan
Lembaran Negara nomor 4431)
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1173/MENKES.PER/X/2004 tentang Standar Akreditasi RS.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/MENKES/PER
/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1195/Menkes/SK/VII/2010 tanggal 23 Agustus 2010 tentang
Lembaga/Badan akreditasi rumah sakit yang telah diakreditasi oleh
International Quality in Health Care (ISQUA) dan Joint
Commission International (JCI)
8. Keputusan Direktur Utama RSIA HERAWATY SAMARINDA
Nomor tentang Organisasi dan Tata Kerja RSIA Herawaty
Samarinda

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA HERAWATY
SAMARINDA TENTANG EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA DI
RSIA HERAWATY SAMARINDA

PERTAMA : RSIA Herawaty Samarinda menyelenggarakan edukasi pasien dan


keluarga yang berkesinambungan yang berfokus kepada pasien dengan
melihat kebutuhan edukasi pasien dan keluarga sejak pasien
masuk,selama perawatan, dan pasien pulang baik di rawat jalan
maupun rawat inap.
KEDUA : Kebijakan Pemberian Edukasi pasien dan keluarga dilakukan di
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap dan
Instalasi pemeriksaan penunjang.

KETIGA : Kebijakan Pemberian Edukasi didasarkan kepada hasil pengkajian


Edukasi yaitu:
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
c. Hambatan emosional dan motivasi
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi

KEEMPAT : Jika pasien dalam kondisi tertentu membutuhkan edukasi lebih lanjut
dan atau karena hal lain RSIA Herawaty Samarinda menjalin
kerjasama dengan sumber-sumber yang ada di komunitas yang
mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan pendidikan untuk
mencegah penyakit.
KELIMA : Kebijakan Pemberian Edukasi pasien dan keluarga RSIA Herawaty
Samarinda menggunakan materi dan proses pendidikan Pasien dengan
standar minimal dengan topik :
a. Penggunaan Obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan
aman (dari mulai pasien masuk ,selama dirawat sampai pasien
pulang) termasuk efek samping obat.
b. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman
c. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan yang
lainnya(herbal) serta makanan
d. Diet dan Nutrisi
e. Manejemen nyeri
f. Teknik-teknik rehabilitasi

KEENAM : Metode dalam pemberian edukasi pasien dan keluarga


mempertimbangkan nilainilai dan pilihan pasien dan keluarga serta
memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien,keluarga dan
staf untuk menerima dan memahami edukasi yang diberikan.

KETUJUH : Kebijakan Pemberian Edukasi pasien dan keluarga diberikan oleh


tenaga kesehatan profesional yang memberi pelayanan pasien serta
melakukan kolaborasi dalam memberikan edukasi pasien dan keluarga.
KEDELAPAN : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Samarinda
Pada tanggal :
Direktur RSIA Herwaty Samarinda
dr. Giena Tiara Werdhanti
NRP : 201402 2 022

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MKE Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty , maka sebuah makalah Pedoman Manajemen
Komunikasi dan Edukasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty telah diterbitkan. Pedoman
MKE di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty merupakan cerminan dari mutu rumah sakit,
sehingga Komunikasi efektif di RS merupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada
masyarakat sekitar rumah sakit terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.

Pedoman MKE di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty ini dibuat untuk menjadi acuan
Tim MKE Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty bahan untuk melaksanakan dan memantau
kegiatan MKE pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty sehingga dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini disusun dengan acuan pada Departemen Kesehatan RI serta beberapa
referensi kegiatan MKE yang sudah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty.

Betapapun baiknya sebuah pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan menyeluruh
oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Makalah pedoman
ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada seluruh jajaran
yang terkait yang mengabdi Ibu dan Anak Herawaty. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan demi terlaksananya penerbitan Pedoman dan Tata
Laksana ini. Kami sadar bahwa ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat
diharapkan dan semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana
khususnya dan pihak lain yang terkait dengan MKE pada umumnya.

Samarinda, Juni 2019


Direktur RSIA Herawaty

dr. Giena Tiara Werdhianti


NRP 201402 2 022
DAFTAR ISI
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR….………………………………………….. i


KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 5
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 6
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 7
BAB II PANDUAN TEORI………………………………………………………. 16
BAB III DOKUMENTASI ……………………………………………………….. 49
BAB IV PENUTUP……..……………………………………………………...... 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....... 57
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Rumah sakit membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang
diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit ibu dan anak Herawaty memberikan
pendidikan atau penyuluhan kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan atau penyuluhan
diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Mengingat banyak
staf terlibat dalam pendidikan pasien dan keluarganya, hal ini penting diperhatikan bahwa
anggota yang terlibat dikoordinasikan kegiatannya dan fokus pada kebutuhan
pembelajaran pasien.
Komunikasi merupakan proses bicara dalam Bahasa inggris di akronimkan sebagai
TALK. TALK merupakan akronim dari T (talk to each other) yakni berbicara satu orang
dengan orang lainnya, A (act together to car for our residents, patietns and families)
secara bersama memberikan pelayanan antar petugas, residen, pasien dan keluarganya, L
(listen to dereach other) yakni satu dengan lainnya saling dengarkan dan K (know and
understand each other) yakni tau dan mengerti satu dengan lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara (orang yang memberi informasi), proses
penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar (orang yang meminta informasi).
Menurut Carl I. Hovland ; komunikasi adalah suatu proses dimana seorang
individu, menyampaikan pemikiran-pemikiran atau informasi (verbal atau non verbal)
untuk mengubah tingkah laku orang lain/ individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman
arti dalam proses penyampaian artu tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif.
Berdasarkan definisi diatas, kita simpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah laku
orang lain/individu lain. Tujuan yang diharapkan dalam proses komunikasi yaitu
perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat,
merubah sikap dan perilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagau tiga
tingkatan perubahan yaitu kognitif, afektif dan behavioral.
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat,
ataupun paramedik adengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi interpersonal
seperti ini juga dikenal dengan komunikasi teraupetik. Komunikasi semacam ini biasanya
berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi kesehatan pasien.
Sedangkan komunikasi dalam penyampaian informasi dan edukasi mengenai
fasilitas pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan keluarga biasanya di
jembatani melalui costumer service ataupun kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan
(edukasi). Komunikasi interpersonal ini juga diperlukan antara direksi dengan unit kerja
serta antar tiap unit di RSIA Herawaty agar kegiatan manajemen rumah sakit berjalan
lancar.
Selain komunikasi interpersonal, penyampaian informasi mengenai fasilitas
pelayanan rumah sakit dan kesehatan juga dapat diberikan melalui media. Bentuk
komunikasi semacam ini dikenal komunikasi massa.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Beberapa media massa yang digunakan oleh RSIA. Herawaty dalam berkomunikasi
dengan masyarakat ataupun pasienn dan keluarga adalah buku, leaflet, poster, banner,
spanduk, majalah, radio dan website. Sebagai seorang pembicara, harus memperhatikan
beberapa factor untuk memberi kesempatan kepada pendengar untuk mendengar dan
memahami isi komunikasi.
Tibodean (2003) menyampaikan beberapa hal untuk meningkatkan komunikasi
efektif, yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi ketinggaan
jaman (kuno)
2. Pesan hendakmya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat
mengerti informasi yang disampaikan
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan sesuai dengan inti permasalahan, tidak
membingungkan penerima (pendengar)
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita

Menurut Zumrun (2006), untuk menjadi seorang pendengar yang baik


menganjurkan:
1. Jangan memotong pembicaraan

Tunggu hingga pembicara menyelesaikan pembicaraan sebelum pendengar


menyampaikan umpan balik atau menyampaikan pendapatnya. Pendengar
pada umumnya kurang sabar menunggu komunikasi selesai, hal ini
menyebabkan rusaknya komunikasi.
2. Jangan lompat ke kesimpulan
Sebagai pendengar jangan memotong pembicaraan dengan langsung
mengambil kesimpulan seakan-akan tahu apa yang dibicarakan walaupu
proses komunikasi belum selesai .
3. Jangan mengadili pembicara

Sebagai pendengar jangan membuat opini yang dapat mengganggu pesan


yang diterimanya. Logat bicara, kecepatan penyampaian, penampilan, umur
dan beberapa faktor lainnya dapat membiaskan pesan yang diterima.
Sebagai pendengar yang efektif fokuskan kepada isi komunikasi, supaya
menerima pesan dengan benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar. Hal ini membantu
konsentrasi dan ketertarikan sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal ini untuk memperjelas atau
menilai keberhasilan komunikasi dan umpan balik. Pendengar yang baik
berperan aktif dalam proses komunikasi.

Hambatan dalam berkomunikasi, antara lain :


a) Hambatan fisik, komunikasi melintasi ruangan dengan cara berteriak-
teriak, atau komunikasi dengan beda lokasi antara pembicara dengan
pendengar
b) Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata.
c) Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam komunikasi.
d) Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi
e) Hambatan bahasa, kata yang dipergunakan dalam komunkasi
mengandung bahasa yang kurang dimengerti oleh pendengar.

Dampak salah dalam berkomunikasi :


1. Menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan, hal ini disebabkan
karena salah dalam mengambil timdakan sebagai contoh pemberian
KCL secara IV bolus padahal penyampaian berita yang dimaksud
pemberian KCL secara drip.
2. Menimbulkan konflik antara penyampai berita dengan penerima berita.
Hal ini dapat mempengaruhi mutu pelayanan medik yang dilaksanakan
di RS.
3. Komunikasi antar petugas/pemberi pelayanan didalam (internal) dan
keluar (eksternal) rumah sakit.

Untuk komunikasi internal ini terdapat dua bentuk yakni


vertical dan horizontal. Komunikasi vertical yaitu komunikasi dari atas
ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada
bawahan dan dari bawahan ke pimpinan. Dalam komunikasi vertikal,
pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi kepada bawahannya. Sedangkan bawahan
memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan
kepada pimpinan.
Komunikasi horizontal atau lateral yaitu komunikasi antara
sesama seperti karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di
dalam organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar penukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan
masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa
masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat
kerja dan kepuasan kerja. Sedangkan komunikasi eksternal rumah sakit
dilakukan dengan rumah sakit lain, mitra kerja (stakeholder). Bentuk
komunikasi ini dapat dilakukan melalui telepon, interpersonal (face to
face), maupun ceramah saat rapat.

Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien


dan keluarganya. Asesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran,
tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran akan
lebih efektif ketika disesuaikan dengan keyakinan, pilihan pembelajaran yang tepat,
agama, nilai budaya dan kemampuan membaca, serta bahasa. Demikian juga ketika
ditemukan hal yang dibutuhkan dalam proses pelayanan pasien.
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pelayanan, staf menginformasikan asuhan pelayanan, rencana pelayanan dan pengobatan
dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga sehingga pasien
atau keluarga dapat berpartisipasi dalam membuat keputusan pelayanan tanpa merasa
dipaksa dan rasa takut. Untuk itu staf rumah sakit dididik dan dilatih untuk dapat
memberikan informasi yang tepat dan lengkap, dapat berkomunikasi yang efektif dan jelas
dengan pasien atau keluarga maupun dengan sejawat.
Hak setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan mendapat
informasi dijamin oleh Undang-Undang. Di samping itu, dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan secara optimal dari penyelenggara pelayanan kesehatan, pasien juga berhak
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya :
a. Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam medis
kesehatan pribadinya.
b. Kerahasiaan (confidentiality) adalah proteksi terhadap rekam medis kesehatan dan
informasi lain pasien dengan cara menjaga informasi pribadi pasien dan
pelayanannya. Dalam pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diberikan kepada
pihak-pihak yang berwenang. Informasi akan diberikan atas persetujuan pasien.
c. Keamanan (security) adalah perlindungan terhadap privasi seseorang dan kerahasiaan
rekam kesehatannya. Keamanan merupakan proteksi terhadap informasi pelayanan
kesehatan yang rusak, hilang, atau pengubahan data akibat ulah pihak yang tidak
bertanggung jawab.
d. Akses, fleksibilitas terhubung dengan berbagai sumber dan efisiensi. Informasi
tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan pasien dapat dibuka:

1) untuk kepentingan kesehatan pasien.


2) untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum.
3) atas persetujuan pasien sendiri
4) permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

2. Tujuan
Panduan pemberian informasi dan edukasi disusun sebagai acuan bagi staf atau
tenaga kesehatan dalam memberikan pengetahuan kepada pasien dan atau keluarganya.
Selain itu juga diharapkan dapat membantu petugas kesehatan dalam melakukan
komunikasi secara efektif dengan pasien atau keluarganya, untuk mencapai pelayanan
medis secara optimal.
Tujuan pemberian informasi dan edukasi bagi pasien dan/atau keluarga:
1. Pasien dan/atau keluarga mendapat informasi yang jelas tentang hak pasien,
fasilitas rumah sakit, asuhan pelayanan, rencana pelayanan dan pengobatan.
2. Pasien dan/atau keluarga memahami dan mengerti mengenai informasi yang telah
dijelaskan oleh staf rumah sakit.
3. Pasien dan/atau keluarga mengerti tentang penyakit yang diderita.
4. Pasien dan/atau keluarga dapat mengambil keputusan pelayanan dengan
kompromi tanpa merasa dipaksa dan takut.
5. Staf rumah sakit mampu memberikan informasi yang jelas kepada pasien dan
keluarga tentang asuhan pelayanan.
6. Tenaga kesehatan lebih transparan dalam asuhan pelayanan, rencana pelayanan
dan pengobatan dan dapat bekerja sama yang baik dengan pasien
2.1 Pengertian
1. Informasi adalah penerangan atau pemberitahuan tentang sesuatu.
2. Edukasi adalah pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
3. Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan
umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat
agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.
4. Pemberian informasi dan edukasi adalah penyampaian berita tentang sesuatu atau
penyuluhan dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku pasien
dan/atau keluarga.
5. Assesment pasien kebutuhan edukasi adalah pengkajian atau penlaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit untuk mengidentifikasi kebutuhan
pendidikan masing-masing pasien dan keluarganya
6. Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif adalah bentuk perbuatan
menyajikan atau memberikan kumpulan pesan yang berhubungan dengan proses
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mencapai hasil sesuai
dengan tujuan
7. Verifikasi pasien memahami edukasi adalah suatu bentuk pemeriksaan terhadap
proses penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang setelah dilakukan
pendidikan.
8. Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang harus dirahasiakan mengenai apa
yang diketahui dan didapatkan selama menjalani praktik lapangan kedokteran, baik
yang menyangkut masa sekarang maupun yang sudah lampau, baik pasien yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 10 tahun 1966). Yang diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran,
menurut pasal 2 peraturan pemerintah Reprublik Indonesia nomor 10 tahun 1966
yaitu :
a) Tenaga kesehatan
b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan
c) Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 2 tentang tenaga kesehatan
menyatakan bahwa tenaga kesehatan lerdiri dari:
1) tenaga medis (dokter dan dokter gigi);
2) tenaga keperawatan (perawat dan bidan);
3) tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker);
4) tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian);
5) tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien);
6) tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis dan terapis
wicara);
7) tenaga keteknisian medis (radiografer, radioterapis. teknisi gigi. teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis).
8) Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi
terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau
memastikan sesuatu.
9) Pasien yang kompeten.

Dalam Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (KKI, 2006)


pasien yang kompeten:
a. Dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila
telah berusia 18 tahun atau lebih atau telah pernah menikah.
Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih
tetapi belum berusia 18 tahun dapat membuat persetujuan
tindakan kedokteran tertentu yang tidak berisiko tinggi
apabila mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam
membuat keputusan. Atasan hukum yang mendasarinya
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau
telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh
karenanya dapat memberikan persetujuan
2. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak maka setiap orang yang berusia 18
tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah
bukan anak-anak Dengan demikian mereka dapat
diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang
kompeten, dan oleh karenanya dapat memberikan
persetujuan
3. Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18
tahun memang masih tergolong anak menurut hukum,
namun dengan menghargai hak individu untuk
berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU No 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka
dapat diperlakukan seperti orang dewasa dan dapat
memberikan persetujuan tindakan kedokteran tertentu,
khususnya yang tidak berisiko tinggi. Untuk itu mereka
harus dapat menunjukkan kompetensinya dalam
menerima informasi dan membuat keputusan dengan
bebas. Selain itu, persetujuan atau penolakan mereka
dapat dibatalkan oleh orang tua atau wali atau
penetapan pengadilan. Sebagaimana uraian di atas,
setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap
kompeten. Seseorang pasien dengan gangguan jiwa
yang berusia 18 tahun atau lebih tidak boleh dianggap
tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak kompeten
dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang
normalnya kompeten, dapat menjadi tidak kompeten
sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok,
pengaruh obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya.
Anak-anak berusia 16 tahun atau 15 lebih tetapi di
bawah 18 tahun harus menunjukkan kompetensinya
dalam memahami sifat dan tujuan suatu tindakan
kedokteran yang diajukan. Jadi, kompetensi anak
bervariasi bergantung kepada usia dan kompleksitas
tindakan.
b. Mampu memahami informasi yang telah diberikan
kepadanya dengan cara yang jelas, menggunakan bahasa
yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
c. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
d. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut
untuk waktu yang cukup lama dan mampu menganalisisnya
dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara
bebas.

1.1 Dasar Hukum

Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan implementasi Manajemen


Komunikasi dan Informasi meliputi :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.4 thn 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/ MenKes/ Per/ III/ 2008 tentang Rekam
Medis
Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen komunikasi dan edukasi RSIA Herawaty Samarinda adalah
sebagai berikut :
1. Komunikasi dengan komunitas masyarakat
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan didalam (interen) dan diluar
(eksteren) rumah sakit.
4. Edukasi pasien dan keluarga.
1.2 Sasaran
1. Masyarakat
2. Pasien, keluarga dan pengunjung
3. Dokter, tenaga kesehatan, perawat, bidan, tenaga non medis, tenaga non keperawatan
4. Institusi pemerintah dan swasta

BAB II
PANDUAN TEORI

(EP.1a) PEMBERIAN INFORMASI


A. DEFINISI
Pemberian informasi dan edukasi dengan masyarakat suatu kegiatan yang dilakukan
oleh petugas RSIA Herawaty Samarinda dalam menyampaikan pemberitahuan supaya
diketahui oleh pengguna atau pengunjung RSIA Herawaty Samarinda dan masyarakat di
luar lingkungan RSIA Herawaty Samarinda.
Penyampaian informasi yang akan disampaikan adalah mengenai jenis – jenis
pelayanan di rawat jalan RSIA Herawaty Samarinda, diantaranya yang disampaikan
adalah nama dokter yang akan memberikan pelayanan di setiap poliklinik, jam dan hari
pemberian pelayanan, dan informasi lain yang diperlukam oleh masyarakat.
Selain di rawat jalan, penyampaian informasi ini juga akan dilakukan di Instalasi
Gawat Darurat RSIA Herawaty Samarinda. Informasi yang akan disampaikan
diantaranya adalah mengenai jenis – jenis pelayanan kondisi – kondisi pasien yang
diberikan pelayanan di IGD, jam pelayanan dan nama – nama pemberi pelayanan seperti
nama dokter dan nama perawat yang sedang jaga saat itu.

B. RUANG LINGKUP

Seluruh masyarakat yang memerlukan pelayanan dan pengunjung RSIA Herawaty


Samarinda yang membutuhkan informasi tentang kegiatan pelayanan dan yang
membutuhkan pelayananan yang ada di rawat jalan dan IGD RSIA Herawaty Samarinda.
Seluruh masyarakat di sekitar lingkungan RSIA Herawaty yang memerlukan
informasi tentang kesehatan.

C. TATA LAKSANA

1. Pemberian Informasi di dalam Gedung


a. Dalam melaksanakan kegiatan penyampaian informasi, pertama-tama petugas
RSIA Herawaty Samarinda melakukan kajian situasi terhadap kebutuhan
informasi di lingkungan rumah sakit
b. Menyusun daftar kebutuhan informasi
c. Menyusun materi informasi yang dibutuhkan dan menentukan media yang akan
dibuat
d. Melakukan koordinasi intern dengan unit-unit terkait
e. Melakukan koordinasi dengan pihak – pihak terkait baik intern maupun eksternal
untuk pembuatan media
f. Media disimpan atau dipasang di tempat yang strategis yang mudah untuk dilihat
oleh pengunjung
g. Media yang telah dipasang akan ditinjau ulang apabila ada perubahan

2. Pemberian Informasi di Luar Gedung


a. Melakukan pengkajian kepada warga/pemukiman dan para pedagang kaki lima
yang berada di lingkungan RSIA Herawaty Samarinda
b. Merumuskan kebutuhan pendidikan kesehatan warga dan PKL
c. Membuat kesepakatan untuk pertemuan
d. Kolaborasi dengan unit terkait
e. Menyusun rencana pendidikan kesehatan yang akan diberikan, dintaranya
menentukan waktu, tempat, media yang akan digunakan
f. Membuat undangan pertemuan untuk pendidikan kesehatan tersebut
g. Pertemuan dilakukan sesuai undangan yang telah disebarkan
h. Para peserta dikondisikan duduk senyaman mungkin pada tempat yang telah
disediakan
i. Petugas mengatur posisi duduk atau berdiri berhadapan dengan peserta
j. Petugas mengucapkan salam pembuka, pemperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud dan tujuan pertemuan
k. Petugas memberikan materi sesuai dengan kebutuhan pendidikan, dengan
menggunakan media dan metoda yang telah direncakanan
l. Selama komunikasi petugas menggunakan bahasa yang sederhana dan mudak
dipahami oleh peserta
m. Lakukan komunikasi dua arah
n. Beri kesempatan untuk bertanya kepada peserta, apabila ada masalah yang
belum dipahami
o. Jika pendidikan kesehatan dianggap sudah selesai, lakukan evaluasi keberhasilan
pendidikan dengan meminta mengulangi kembali kepada peserta untuk
menyampaikan kembali materi yang telah disampaikan
p. Berilah reword atau pujian kepada peserta yang sudah benar mengulangi materi
yang telahdiberikan untuk memberikan motipasi
q. Kegiatan didokumentasikan dan dicatat pada catatan
r. Petugas dan peserta menandatangani daftar hadir
s. Petugas mengakhiri pertemuan dengan menyampaikan ucapan terima kasih dan
salam penutup
(EP.1b) KOMUNIKASI EFEKTIF
Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty merupakan Satuan Kerja di
lingkungan Pemerintahan Daerah Samarinda Kal-Tim yang memiliki tugas pokok
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan
upaya promotif, preventif, penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Pelayanan kesehatan di RSIA Herawaty Samarinda meliputi berbagai
bidang ilmu yang saling terkait. Pelayanan tersebut dapat bersifat mandiri
ataupun kolaboratif. Komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
kesalahan menangkap informasi antar pemberi pelayanan, yang akan
mengakibatkan kemungkinan cedera bagi pasien. Komunikasi efektif adalah:
tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahpahaman.
Dalam rangka memberikan acuan yang lebih terinci bagi tenaga Kesehatan
Rumah Sakit maka disusunlah panduan komunikasi efektif Rumah Sakit.
A. DEFINISI
1. Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang
lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
B. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak
ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

Gambar : 1
Oh saya
Saya mengerti
Dia Mengerti…

Umpan Balik

Gangguan

Komunikato Pesan Saluran Komunika


C. Unsur komunikasi
1. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
Admission, Adm.Irna).

D. Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di
terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,
cara berbicaranya nya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)

E. Isi Pesan (apa yang disampaikan)


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi
berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, (peraga).
G. Penerima / Komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi,
peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Pemberi/komunikator yang baik adalah Pada saat
melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh)
agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru
mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

H. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(Pelayanan promosi). Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam
rumah sakit adalah:

1. Jam pelayanan
dr. Wahyu dr. Andi Satya Adi Dr. Fatchul Wahab, dr. Herwina
Witjaksono, Sp. Saputra, Sp.OG Sp. A Brahmantya, Sp. A
OG
Senin – Sabtu Senin – sabtu Jum’at (17.00 – Senin – jum’at
(kecuali hari (kecuali hari 21.00 Wita)
minggu) minggu)
Pagi (09.00 – 12.00 Sabtu pagi (08.00 –
Wita) - 12.00 Wita) -
Sabtu malam
(17.00 – 21.00
Wita)
Sore (17.00 – Siang (13.00 – Minggu (07.00 – Siang (12.00 –
selesai) 17.00 Wita) 12.00 Wita) 15.00 Wita)

2. Su
1. Pelayanan Yang Tersedia
a. Poli kebidanan dan kandungan
b. Poli anak
c. Poli umum
2. Cara mendapatkan pelayanan
a. dr. wahyu witjaksono Sp.OG (untuk mendapatkan pelayanan ke poli
klinik bias menghubungi via telp, sms, dan whatsapp (085733322757))
b. dr. Andi Satya Adi Saputra Sp. OG (untuk mendapatkan pelayanan ke
poliklinik biaa menghubungi via telp RSIA Herawaty (0541
272799)/whatsapp (085247583520))
c. dr Fatchul Wahab, Sp.A (untuk mendapatkan pelayanan ke poliklinik
bisa menghubungi via telp RSIA Herawaty (0541272799))
d. dr.Herwina Brahmantya, Sp.A (untuk mendapatkan pelayanan ke
poliklinik bisa menghubungi via telp RSIA Herawaty (0541272799))
3. sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission,
dan Website, meliputi :
1. Komunikasi yang bersifat Edukasi.
2. Edukasi tentang obat.
3. Edukasi tentang penyakit.
4. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
5. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit
6. Edukasi tentang Gizi.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information
dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (promosi kesehatan Rumah
Sakit).
I. Komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman). prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan
secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

Yah.. Jadi isi pesannya


Ini ya pak..
Benar..

Dikonfirmasikan

Komunikato Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunika

1. Komunikasi efektif secara umum


Komunikasi secara umum harus tepat waktu, akurat, jelas, dan
mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan ( kesalah pahaman ). Seluruh petugas rumah sakit mampu
dan berkompeten melakukan komunikasi efektif sesuai bidang dan
area tugasnya. Seluruh petugas saat mengucapkan salam kepada
pelanggan dengan body language yang sudah ditentukan.
Komunikasi efektif bisa dilakukan antar petugas dengan telepon.

2. Komunikasi efektif secara khusus


Komunikasi efektif secara khusus yang dilakukan antar professional
pemberi asuhan ( PPA ) dengan menggunakan situasi, background
assessment dan rekomendasi ( SBAR ) dan selanjutnya dilakukan
verifikasi dengan tulis baca dan konfirmasi kembali ( TBK )

J. Alfabeth Internasional
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus
menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth yang
berlaku internasional yaitu:

CHARACTER MORSE TELEPHONY PHONIC


CODE (PRONUNCATION)

A x -- Alfa (AL-FAH)

B -- xxx Bravo (BRAH-VOH)

C -- x – x Charlie (CHAR-LEE)

D -- xx Delta (DELL-TA)

E X Echo (ECK OH)

F xx – x Faxtrot (FOKS-TROT)

G -- -- x Golf (GOLF)

H Xxxx Hotel (HOH-TEL)

I Xx India (IN-DEE-A)

J x -- -- -- Juliat (JEW-LEE-ETT)

K -- x -- Kilo (KEY-LOH)

L x – xx Lima (LEE-MAH)
M -- -- Milie (MIKE)

N -- x November (NO-VEM-BER)

O -- -- -- Oscar (OSS CAR)

P x -- -- x Papa (PAH-PAH)

Q -- -- x -- Quebec (KEH-BECK)

R x–x Romeo (ROW-ME-OH)

S Xxx Sierra (SEE-AIR-RAH)

T -- Tengo (TANG- GO)

U xx -- Uniform (YOU-NEE-FORM)

V xxx -- Victor (VIK-TAH)

W x -- -- Whiskey (WESS-KEY)

X -- xx -- Xray (ECKS-RAY)

Y -- -- -- -- Yankee (YANG-KEY)

Z -- -- xx Zulu (ZOO-LOO)

1 x -- -- -- -- One (WUN)

2 xx -- -- -- Two (TOO)

3 xxx -- -- Three (TREE)

4 xxxx -- Four (FOW-ER)

5 Xxxxx Five (FIFE)

6 -- xxxx Six (SIX)

7 -- -- xxx Seven (SEV-EN)

8 -- -- -- xx Eight (AIT)

9 -- -- -- -- x Nine (NIN-ER)

0 -- -- -- -- -- Zero (ZEE-RO)
K. Pemakaian Singkatan dan simbol
Pemakaian singkatan diagnosis, simbol, dan kalimat lainya pada dokumen
rekam medis harus sesuai dengan Buku Singkatan dan Simbol yang berlaku
lingkungan rumah Sakit.
Komunikasi saat memberkan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya.
Prosesnya:
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan:
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan
marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui
tahap asesmen pasien, di temukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau
saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
medical information.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:
menanyakan kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah:

Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu
bisa pelajari ?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon
atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan
komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh
pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. Setiap petugas
dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai
bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan
informasi yang benar.

L. Komunikasi Melalui Telepon Antar Pemberi Layanan


Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layananan di RSIA
Herawaty Samarinda menggunakan SBAR. SBAR merupakan kerangka acuan
dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan
segera, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. SITUATION, Yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
2. BACKGROUND, Hal-hal yang melatarbelakangi kondisi klinis pasien?
3. ASSESSMENT, Apakah problemnya, dari hasil pengkajian kondisi pasien
terkini
4. RECOMMENDATION, Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.
Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:
Jam 08.15 WIB
Situation :
“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat dari ruang Anggrek akan melaporkan
pasien baru dari IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di kamar 2, sekarang
mengeluh kesakitan di pinggul kanan dengan skala 8, kaki kanan juga susah
digerakan. Sudah dapat ketorolac injeksi tadi jam 6 pagi”.
Background :
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama. Telah
terpasang spalk dikaki kanan di IGD dan dilakukan rontgen femur tetapi
belum ada bacaan, laborat sudah diambil tetapi belum ada hasil, TTV TD
140/90, Nadi 76x/mnt”.
Assesment :
“ diagnosis sementara fraktur femur, kemungkinan ada fraktur pelvis juga
dokter?”.
Recommendation :
“adakah therapy tambahan untuk meredakan nyerinya?
Berkenankah dilakukan foto pelvis?
Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat pasienya?”.
Jam 08.30 WIB
Advis dokter :
- Longgarkan spalk jika terlalu kencang
- Berikan ekstra therapy kaltrofen Supp
- Lakukan Foto Pelvis
- Akan datang ke ruang anggrek jam 10.00 WIB
Proses tersebut dilanjutkan dengan TBK ( tulis, baca, konfirmasi kembali),
dan lakukan verifikasi pada DPJP saat visite ke ruangan dengan meminta
tanda tangan., di kolom verifikasi , sebagai bukti dokter telah membaca dan
memperhatikan tulisan tersebut.
4. RUANG LINGKUP
Semua pasien yang masuk ke RSIA Herawaty Samarinda baik yang rawat
jalan, rawat inap maupun pemeriksaan penunjang, yang akan dilakukan pengkajian
untuk memperoleh informasi dari pasien :
1. Untuk pasien rawat jalan
Komunikasi kepada pasien perlu diperhatikan saat pasien dilakukan
pemeriksaan yang dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengobatan /
tindakan yang diperlukan.

2. Untuk Pasien rawat inap, komunikasi efektif yang perlu diperhatikan


a. Laporkan situasi pasien ( Situation ) oleh Petugas Kesehatan
b. Sampaikan latar belakang ( Background ) pasien
c. Sampaikan penilaian ( Assesment ) terhadap kondisi pasien
d. Sampaikan rekomendasi ( Rekomendation )
3. Maksud dan Tujuan
a. Tujuan umum
Diharapkan perawat dapat menerapkan implementasi sasaran keselamatan
pasien dengan komunikasi efektif.
b. Tujuan khusus
1) Diharapkan dapat menghindarkan kesalahan pemberian obat.
2) Diharapkan dapat menghindarkan kesalahan melakukan tindakan.
3) Diharapkan dapat menghindarkan mis komunikasi.
4. Dasar Hukum
a. Berdasarkan kebijakan pemerintah yaitu permenkes RI No. 1691
tahun 2010 tentang keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Dalam peraturan kesehatan No. 1691 setiap rumah sakit wajib
mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan.
5. TATA LAKSANA
Komunikasi efektif adalah harus tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman). prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan
secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan
BAB III
ANALISA DEMOGRAFI DI RSIA HERAWATY SAMARINDA

I. PENDAHULUAN

Demografi asdalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia meliputi


ukuran struktur,distribusi penduduk serta bagaimana penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.Analis kependudukan dapat merujuk ,masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan, agama atau etensitas tertentu

Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif.
Demografi bersifat kuantuitatif lebih banyak menggunakan hitungan hitungan statististikdan
matematik. Tetapi demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek aspek
kependudukan secara deskriptif analitik

II. LATAR BELAKANG

Data demografi masyarakat yang berkunjung di RSIA HERAWATY dikelompokkan


berdasarkan golongan umur, laki / perempuan

Analisa komunitas merupakan proses pengumpulan data dan upaya untuk dapat
mengenal masyarakat dengan beberapa komponen antara lain :

1. Data demografi meliputi :


- Karakteristik Populasi berdasarkan umur
- Jenis kelamin
- 10 besar penyakit
2. Komunitas sebagai sistem sosial meliputi :
- Jenis pelayanan kesehatan
- Jumlah pelayanan kesehatan
- Jenis Penyakit
- Jenis pembayaran kesehaatan
- Pelayanan KB

Data Analisa populasi maupun data demografi pasien dapat membantu Rumah Sakit
Ibu dan Anak HERAWATY Samarinda dalam berkomunikasi dengan komunitas serta dapat
merencanakan komunikasi berkelanjutan sehingga Rumah Sakit Ibu dan Anak HERAWATY
Samarinda dapat menfasilitasi akses terhadap pelayanan maupun akses informasi tentang
pelayanan asuhan pasien.
Analisa data populasi ini dapat memberikan informasi mengenai pelayanan, jam
pelayanan dan proses mendapatkan pelayanan, memberikan informasi juga tentang kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Melalui analisa ini RSIA HERAWATY
Samarinda bisa menentukan stategi komunikasi baik secara individu maupun kelompok.

III. A. KUNJUNGAN RAWAT JALAN TAHUN 2018


III.1. RAWAT JALAN OBSGIN
III.1.1 TOTAL PENGUNJUNG RAWAT JALAN OBSGIN :
- Baru : 5.891
- Lama : 3.390

III.1.2 MENURUT JENIS KELAMIN :


- Jumlah pengunjung Rawat Jalan Obsgin semua pasien adalah perempuan
dengan total 9.281 pasien .

III.1.3. MENURUT GOLONGAN UMUR :


1. Golongan umur 5-14 tahun sebanyak 62 pengunjung
2. Golongan umur 15-24 tahun sebanyak 3.482 pengunjung
3. Golongan umur 25-44 tahun sebanyak 5.632 pengunjung
4. Golongan umur 45-64 tahun sebanyak 89 pengunjung
5. Golongan umur diatas 65 tahun sebanyak 16 pengunjung
III.1.4. MENURUT GOLONGAN 10 PENYAKIT TERBANYAK :
1. ANC ( Pemeriksaan Kehamilan ) sebanyak 5.817 pengunjung
2. Konsultasi sebanyak 1.637 pengunjung
3. Infertility sebanyak 102 pengunjung
4. Pelayanan kontrasepsi sebanyak 381 pengunjung
5. Menorrhagia/Metrorrhagia/AUB sebanyak 92 pengunjung
6. Leucorrhoe/Fluor Albus sebanyak 453 pengunjung
7. Infeksi Saluran Kemih Sebanyak 471 Pengunjung
8. Delayed Menstruasi/Amenorrhoe sebanyak 267 pengunjung
9. Post Laparotomi/Post Lap Op/Post Curettage sebanyak 27 pengunjung
10. Cyste Ovarii sebanyak 34 pengunjung
Peminat tetinggi pengunjung Rawat Jalan Obsgin terjadi pada golongan umur 25 – 44
tahun sebanyak 60,6 % dari total keseluruhan pengunjung dengan kasus ANC
tertinggi yaitu sebanyak 5.817 pengunjung atau 62.6 % dari total pengunjung
Dari 5.817 pengunjung ANC terinci menjadi :
- Golongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 0
- Golongan umur 15-24 tahun sebanyak 2.384 pengunjung
- Golongan 25-44 tahun sebanyak 3.419 pengunjung
- Golongan umur 45-64 tahun sebanyak 14 pengunjung

III.2. RAWAT JALAN ANAK


III.2.1. TOTAL PENGUNJUNG RAWAT JALAN ANAK :
- Baru : 1.544
- Lama : 1.271
- Total : 2.815

III.2.2. MENURUT JENIS KELAMIN :


- Jenis Kelamin laki-laki : 1.264 pengunjung
- Jenis kelamin perempuan : 1.551 pengunjung

III.2.3. MENURUT GOLONGAN UMUR :


- Golongan umur 0 – 6 hari sebanyak 145 pengunjung
- Golongan umur 7 – 28 hari sebanyak 278 pengunjung
- Golongan umur 29 - < 1 tahun sebanyak 389 pengunjung
- Golongan umur 1 – 4 tahun sebanyak 876 pengunjung
- Golongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 1.127 pengunjung

III.2.4. MENURUT GOLONGAN 10 PENYAKIT TERBANYAK :


1. Immunisasi sebanyak 1.076 pengunjung
2. ISPA sebanyak 506 pengunjung
3. Kontrol sebanyak 325 pengunjung
4. Febris sebanyak 303 pengunjung
5. Diare / GE sebanyak 234 pengunjung
6. Batuk / Pilek 239 pengunjung
7. Icterus Neonatorum (Hyperbillirubinemia) sebanyak 33 pengunjung
8. Dermataitis sebanyak 51 pengunjung
9. Pharyngitis sebanyak 24 pengunjung
10. Vomitting sebanyak 24 pengunjung
III.3. KUNJUNGAN INSTALASI GAWAT DARURAT
III.2.1. TOTAL PENGUNJUNG IGD :
- Baru : 330
- Lama : 0
- Tota : 330

III.2.2. MENURUT JENIS KELAMIN :


- Jenis Kelamin laki-laki : 147 pengunjung
- Jenis kelamin perempuan : 183 pengunjung
III.2.3. MENURUT GOLONGAN UMUR :
- Golongan umur 0 – 6 hari sebanyak 1 pengunjung
- Golongan umur 7 – 28 hari sebanyak 1 pengunjung
- Golongan umur 29 - < 1 tahun sebanyak 34 pengunjung
- Golongan umur 1 – 4 tahun sebanyak 56 pengunjung
- Golongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 27 pengunjung
- Golongan umur 15 – 24 tahun sebanyak 78 pengunjung
- Golongan umur 24 – 44 tahun sebanyak 89 pengunjung
- Golongan umur 45 – 64 tahun sebanyak 36 pengunjung
- Golongan umur diatas 65 tahun sebanyak 8 pengunjung

III.2.4. MENURUT GOLONGAN 10 PENYAKIT TERBANYAK :


1. Vulnus Appertum/Vulnus Ictum/Lacearasi/Excoriasi sebanyak 53 pengunjung
2. ISPA sebanyak 112 pengunjung
3. Febris sebanyak 21 pengunjung
4. GE/Diare Acut sebanyak 36 pengunjung
5. Pharyngitis Akut/Tonsilo Pharyngitis sebanyak 11 pengunjung
6. Gastritis sebanyak 13 pengunjung
7. Vomiting sebanyak 4 pengunjung
8. Syfilis / Gonorhoe sebanyak 5 pengunjung
9. Bronchiolitis sebanyak 6 pengunjung
10. Colic Abdomen/Abdominal Disconfort/Nyeri Abdomen sebanyak 69
pengunjung
IV. B. KUNJUNGAN RAWAT INAP TAHUN 2018
IV.B.1. TOTAL PASIEN RAWAT INAP :
- Baru : 289
- Lama : 151
- Total : 440

IV.B.2. MENURUT JENIS KELAMIN :


- Jenis Kelamin laki-laki : 2 pengunjung
- Jenis kelamin perempuan : 338 pengunjung

IVB.3. MENURUT GOLONGAN UMUR :


- Golongan umur 0 – 6 hari sebanyak : 2 pasien
- Golongan umur 7 – 28 hari sebanyak : 1 pasien
- Golongan umur 15 – 24 tahun sebanyak : 292 pasien
- Golongan umur 25 – 44 tahun sebanyak : 141 pasien
- Golongan umur 45 – 64 tahun sebanyak : 4 pasien
- Golongan umur diatas 65 tahun sebanyak : 0 pasien

IV.B.4. MENURUT GOLONGAN 10 PENYAKIT TERBANYAK :


1. SC dengan indikasi Post SC/Post Op/Primitua/Bayi mahal sebanyak : 79 pasien
2. Partus Spontan B sebanyak : 165 pasien
3. Retensio Placenta 13 pasien
4. Abortus Incompletus/Abortus Incipien/ Abortus Infection sebanyak 24 pasien
5. Infertility/Subfertility sebanyak 33 pasien
6. Perawatan hamil sebanyak 17 pasien
7. Bligted Ovum/Dead Conseptus/Missed Abortion/Hamil muda IUFD sebanyak 62
pasien
8. Polip Endometrium sebanyak 8 pasien
9. Myoma uteri / Kista Ovari sebanyak 3 pasien
10. Erotio Cervix/Erotio Portinis sebanyak 31 pasien

V. TUJUAN
Tujuan dari analisa demografi ini adalah untuk :
a. Mengidentifikasi factor faktor baik positif maupun negatif yang mempengaruhi
kesehatan warga masyarakat
b. Menetukan strategi komunikasi dengan masyarakat baik secara individu maupun
kelompok
VI. ANALISA DATA
Dari data Rawat Jalan Obsgin jenis penyakit yang terbanyak adalah pemeriksaan kehamilan
( ANC ) dan untuk Rawat Jalan Anak adalah bayi sehat dengan imuniasi. Rawat Inap dengan
jumlah tindakan terbanyak adalah persalinan, Bahasa sehari hari yang digunakan pasien,
keluarga maupun pengantar pasien adalah bahasa Indonesia akan tetapi RSIA HERAWATY
akan menyediakan penterjemah apabila diperlukan.
VII.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Pasien dengan golongan bayi baru lahir/perinatologi pemberian informasi melalui
penterjemah orang tua/keluarga/pengantar
2. Pasien dengan golongan anak anak ( umur 1 bln – 5 tahun ) pemberian informasi
melalui penterjemah orang tua/keluarga/pengantar
3. Pasien dengan golongan umur 5 tahun – 14 tahun pemberian informasi melalui pasien
langsung atau dengan pendampingan orang tua/keluarga/pengantar
4. Pasien diatas umur 14 tahun pemberian informasi langsung ke pasien.
5. Dalam hal kasus anak ,bantuan anggota keluarga sebagai penterjemah diperlukan
apabila terpaksa dan sebagai upaya akhir.
6. Pasien dengan gangguan bicara pemberian informasi melalui orang
tua/keluarga/pengantar
7. Menggunakan informasi dengan bahasa Indonesia yang benar dan apabila pasien dan
keluarga menggunakan bahasa yang tidak dimengerti maka RSIA HERAWATY
menyediakan tim penterjemah bahasa antara lain :
a. Bahasa Banjar dengan Tim : Mustika Rini,Amd.Keb
b. Bahasa Jawa dengan Tim : Eka Jawanti,Amd.Keb
c. Bahasa Inggris dengan Tim : Widya Rahmadhani,Amd.AK

(EP.4) PANDUAN IMPLEMENTASI KODE-KODE EMERGENSI


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERAWATY
1. DEFINISI
Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-
tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya
penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang
berada disekitar RSIA HERAWATY.
2. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga
yang berada disekitar RSIA HERAWATY dalam kondisi darurat tertentu.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran dengan tanda
peringatan “code red”.
2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSIA HERAWATY dengan
kondisi klinis compromiseyang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius
yang membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan “code blue”.
3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area RSIA
HERAWATY dengan tanda peringatan ‘’code pink”.
4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan
(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan) yang terjadi
di area RSIA HERAWATY dengan tanda peringatan “code black”.
5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman kemudian ke
titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.
6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan tanda
peringatan ”code orange”.
7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan tanda
peringatan “code yellow”
3. RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSIA HERAWATY.

4. ISTILAH-ISTILAH
A. Code Red (Merah)
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan
rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit
untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang
masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap
darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area
kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.

B. Code Blue (Biru)


Code Blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien, keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan
resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis
reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari
secepat mungkin menuju ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung
dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien henti
jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas
pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda atau bangsal/ruang
rawatan yang berbeda); diperlukan pengumuman yang dapat memanggil mereka
dengan cepat.

C. Code Pink (Merah muda)


Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini
seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit
secara serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan
terdekat untuk kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.

D. Code Black (Hitam)


Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam
akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan
benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.

E. Code Brown (Coklat)


Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien,
pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada
intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.

F. Code Orange (Oranye)


Code Orange adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar
rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas darat, laut,
dan udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.

Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda peringatan


terhadap suatu kondisi kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk
lingkungan rumah sakit, kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap
darurat bencana terkait keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung,warga sekitar
rumah sakit serta staf, yang harus dimiliki serta diketahui secara luas.

G. Code Yellow (Kuning)


Code Yellow adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal
(emergensi internal) rumah sakit yang meliputi: kebocoran atau dugaan kebocoran gas
termasuk gas elpij, kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau bahan berbahaya,
kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya listri, boks pembagi daya
listrik, seseorang terjebak/terjerat banjir, insiden radiasi, dan lain-lain.

5. PENATALAKSANAAN
A. Api/Asap (Fire/Smoke) - Code Red
1) R REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN setiap orang yang berada dalam area
kebakaran, sambil meneriakkan : code red ---- code red.
2) A ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN dengan cara menelpon 0 atau 262
(OPERATOR) selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. petugas
sekuriti, selajutnya beritahu kawan terdekat. Bila api membesar telpon (0541)
273313 Dinas Pemadam Kebakaran.
3) C CONFINE/ CONTAIN/SEKAT bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila
memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah api menjalar.
4) E EXTINGUISH/PADAMKAN bila api masih memungkinkan/bila api masih kecil.
Jangan ambil resiko yang tidak perlu.
5) Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang kemungkinan
berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan cermat bila pasien masih
memerlukan.
6) Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
7) Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi berurutan.
8) Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior, Manajer on Duty
(MOD), ataupun petugas pemadam kebakaran

B. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya - Code Blue
Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan kondisi
medik kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius dan
memerlukan pertolongan medis segera.
Dalam situasi darurat medis/henti jantung :
1) SEGERA EVALUASI SITUASI dengan :
a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.
b. Catat waktu.
c. Periksa tanda-tanda kehidupan :
i. Tidak ada respon.
ii. Tidak bernafas normal.
iii. Tidak teraba nadi.
2) MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan “Code Blue -- Code Blue” ;
atau gunakan Bel yang tersedia).
3) TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD – OK
– ICU – NICU).
Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung).
Lokasi kejadian dengan tepat ( Ruangan apa/bed nomor berapa).
Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4) TINDAK pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-
Pulmonary Resuscitation (CPR).
5) DAMPINGI/JAGA terus pasien sampai bantuan datang.

C. Penculikan Bayi/Anak-anak - Code Pink


Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada kasus hilangnya
bayi/anak-anak, hal terpenting adalah menyediakan informasi akurat berkaitan dengan
bayi/anak sesegera mungkin.
Apabila Bayi/Anak-Anak Diculik maka:
1) Petugas yang menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“ Code
Pink – Code Pink !!!!”dan segera menelpon :0 atau 262 (OPERATOR)
2) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara lain
Sekuriti, Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya).
3) Sekuriti atas perintah Pimpinan, menelepon 0541-742434 (MAPOLRESTA
SAMARINDA), 0541-7080079 (POLSEK SAMARINDA) dan sebutkan : jenis
kejadian, lokasi kejadian dengan tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
4) Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto bayi/anak yang diculik
(kalau ada), dan menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan terjadinya,
lokasi terakhir Anda masih melihat bayi/anak yang hilang, dan memakai pakaian apa
bayi/anak tersebut.
5) Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk tetap tenang. Anda
akan mampu mengingat detail bayi/anak yang diculik lebih mudah bila Anda telah
memperoleh kondisi rasional dan logisnya kembali.

D. Orang yang membahayakan, Ancaman orang bersenjata, Penguasaan illegal /


penyanderaan, Ancaman bom & ancaman lain – Code Black
Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang – (orang bersenjata atau tidak bersenjata
yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri) yang dilakukan :
 RRemain calm- Tetap tenang.
 RRetreat - Mundur bila lebih aman.
 RRaise the alarm- Bunyikan alarm.
 RRecord details- Catat rincian kejadian.

1) Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi pasien yang
terancam.
2) Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil meneriakkan :
” Code Black - Code Black !!!!”.
3) Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262 ( OPERATOR).
4) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager on
Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
- Jenis kejadian.
- Lokasi kejadian.
- Nama dan tempat tugas Anda.
5) Bila tidak memungkinkan melangkah mundur :
6) Turuti perintah pengancam.
7) Lakukan hanya yangdiminta.
8) Bila bahaya sudah berlalu, telepon 0 atau 262 (OPERATOR), dan jelaskan
kejadiannya.
9) Catat hasil pengamatan Anda secepatnya.
(Misalnya : ciri penyerang, senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri
kendaraan, arah pelarian, dll-nya).
10) Amankan tempat kejadian perkara.
11) Bekerjasama dengan sekuriti sambil menunggu petugas kepolisian

A. Bila mendapatkan ancaman bom, yang perlu dilakukan adalah :


1. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,
2. Jangan menutup telepon.
3. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor :
- 0541-742434 ( MAPOLRESTA Samarinda)
- 0541-7080079 (POLSEK Samarinda)
- 0 atau 262 (OPERATOR)
B. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait,dan sampaikan :
a. Bahwa terdapat ancaman bom.
b. Lokasi ancaman bom secara tepat.
c. Nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.
C. Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown
Terdapat tiga tahap evakuasi :
TAHAP 1 : Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari ruangan ke koridor,
sambil meneriakkan :”code brown -- code brown”, untuk memberitahukan
petugas lain.
TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan yang aman pada
lantai yang sama; lantai bawahbilabangunan bertingkat.
TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau tangga ke titik
kumpul dan ikuti petunjuk dalam Emergency Plan RSIA HERAWATY.
Pada saat evakuasi :
Bila diinstruksikan, evakuasikan ke area yang dialokasikan dalam urutan sbb :
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.
1) Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk memastikan semua
orang sudah dievakuasi.
2) Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah dievakuasi.
3) Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior, Manager on Duty
(MOD), atau Petugas Emergensi.
4) Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior, Manager on Duty
(MOD), atau Petugas Penanggulangan Bencana mengizinkan.
5) Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas Penanggulangan
Bencana yang bertugas untuk mengumumkan “SEMUA AMAN” bila keadaan telah
terkendali.
Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi bila
memungkinkan.
Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange

1) Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal, petugas IGD dan atau
operator akan menyampaikan kepada semua pejabat senior dan Tim Siaga Bencana
RSIA HERAWATY.
2) Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau operator
meneriakkan :“Code Orange – Code Orange !!!
3) Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana RSIA
HERAWATY.Respon dapat meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:
a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk menampung korban, bila perlu
dengan cara memulangkan sebagaian pasien rawat inap atau mengirimkannya ke
RS lain.
b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.
c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan dari lokasi bencana,
sediakan bantuan yang dapat dikirim ke lokasi bencana.
4) Semua personil lainnya merespon sesuai arahan supervisornya.
5) Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada RSIA HERAWATY (misalnya
serbuan asap, huru-hara sipil), pengisolasian/penyekatan mungkin diperlukan.
6) Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH TERKENDALI”.

7. Emergensi Internal -Code Yellow


Selain KEBAKARAN dan atau ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran atau
dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji, kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau
bahan berbahaya, kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya listrik, boks
pembagi daya listrik, seseorang terjebak/terjerat, banjir, insiden radiasi, dan lain-lain.
1) Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas meneriakkan :” Code
Yellow – Code Yellow !!!!”
2) Hubungi nomor telepon : 0 atau262 (OPERATOR selanjutnya operatormenghubungi
pihak yang terkait a.l kepadaSekuriti,Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior
lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi Emergensi dengan tepat.Nama Anda
dan tugas/profesi Anda.
3) Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4) Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada panduan CODE
BROWN.
5) Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau Petugas Emergensi.
6) Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7) Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau yang bertanggung
jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “ SEMUA TELAH AMAN”.

Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:


a. Pakailah masker dan atau tutup mulut.
b. Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air mengalir.
c. Jauhi zona berbahaya.

VI. PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

(EP.5) KOMUNIKASI ANTAR STAF KLINIS


1. DEFINISI
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
2. RUANG LINGKUP
1. Komunikasi efektif dilakukan antara :
 Pemberi pelayanan dengan pasien (Pendaftaran, Security, Humas dan Marketing)
 Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan pasien dan keluarga
 Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
 Staf baik di dalam unit maupun lintas unit
 Staf rumah sakit dengan staf instansi lain / rekanan / komunitas
2. Jenis komunikasi
 Komunikasi di RSIA Herawaty bersifat informasi dan edukasi untuk pasien/
customer sebagai berikut :
a. Komunikasi yang bersifat informasi meliputi :
a.1. Jam pelayanan
a.2. Pelayanan yang tersedia
a.3. Cara mendapatkan pelayanan
a.4. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
b. Komunikasi yang bersifat edukasi meliputi :

b.1. Edukasi tentang diagnosis, rencana asuhan, dan terapi

b.2. Edukasi tentang obat

b.3. Edukasi tentang nutrisi

b.4. Edukasi tentang penggunaan peralatan medik

b.5. Edukasi tentang pra operasi

b.6. Edukasi tentang manjemen nyeri

b.7. Edukasi tentang rehabilitasi medik


Komunikasi yang bersifat edukasi ini dibahas lebih lanjut dalam Panduan
Pendidikan Pasien dan Keluarga.
 Komunikasi antar staf, pemberi pelayanan, dan PPA dapat berupa koordinasi,
pemberian informasi atau sosialisasi sebagai berikut :
a. Produk layanan dan jam pelayanan baru
b. Perubahan kebijakan atau regulasi rumah sakit terkait pelayanan maupun
SDM
c. Rapat unit maupun lintas unit

3 TATA LAKSANA
A. Komunikasi antara Pemberi Pelayanan dengan Pasien
Komunikasi dengan pasien / customer dilakukan baik secara langsung seperti
tatap muka atau melalui telepon dan tidak langsung yaitu melalui media baik cetak
maupun elektronik. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa pemberian informasi
seperti :
 Jam pelayanan termasuk di dalamnya jadwal dokter dan pelayanan penunjang lain
 Pelayanan (produk pelayanan) yang tersedia
 Cara mendapatkan pelayanan
 Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.

Pemberian informasi tersebut dapat diberikan oleh Pendaftaran, dan Marketing. Cara
pemberian informasi dapat melalui :
 Tatap muka langsung dengan pasien yang membutuhkan informasi
Dalam melakukan komunikasi berupa pemberian informasi secara tatap
muka langsung kepada pasien / customer harus dilakukan dengan komunikasi
efektif disertai dengan sikap, bahasa, dan gesture tubuh yang baik dengan tata
cara sebagai berikut :
a. Ucapkan salam “ Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu . Saya ......
(nama), sebut unit kerja ”.
b. Pastikan identitas pasien / customer.
c. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah.
d. Berikan informasi kepada pasien / customer dengan jelas, dengan bahasa
yang mudah dimengerti, dan menggunakan teknik komunikasi dua arah.
e. Lakukan motivasi kepada pasien / customer agar bertanya hal-hal / informasi
yang belum dimengerti.
f. Lakukan verifikasi kepada pasien / customer berupa tanya jawab
g. Berikan nomor telepon yang dapat dihubungi jika sewaktu - waktu
diperlukan.
h. Tawarkan bantuan kembali “ Apakah masih ada yang dapat saya bantu?”
i. Berikan media pendukung seperti brosur / leaflet sesuai informasi yang
dibutuhkan
j. Ucapkan terima kasih dan beri salam

 Telepon dengan pasien yang membutuhkan informasi


Dalam melakukan komunikasi berupa pemberian informasi melalui
telepon dengan pasien harus dilakukan dengan komunikasi efektif disertai
dengan pemilihan bahasa dan intonasi yang tepat dengan tata cara sebagai
berikut :
a. Siapkan diri ketika akan mengangkat telepon (tidak sedang berbicara hal lain
ketika mengangkat telepon).
b. Ucapkan salam “ Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu. Saya ......
(nama), sebut unit kerja.
c. Pastikan identitas pasien
d. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah.
e. Dengarkan pertanyaan pasien dengan teliti, hindarkan berbicara dengan orang
lain saat sedang menelepon.
f. Berikan informasi kepada pasien dengan jelas, dengan bahasa yang mudah
dimengerti, dan menggunakan teknik komunikasi dua arah.
g. Lakukan motivasi kepada pasien agar bertanya hal-hal / informasi yang belum
dimengerti.
h. Lakukan verifikasi kepada pasien berupa tanya jawab.
i. Tawarkan bantuan kembali “Apakah masih ada yang dapat saya bantu?”
j. Ucapkan terima kasih dan beri salam.
k. Biarkan penelepon menutup teleponnya terlebih dahulu.

 Surat edaran / surat pemberitahuan mengenai informasi yang berkaitan


dengan pelayanan rumah sakit
Bentuk komunikasi yang dilakukan berupa surat edaran /
pemberitahuan ke instansi atau komunitas terkait informasi pelayanan baru
dibuat oleh Unit Marketing & Promkes sesuai dengan tata naskah surat keluar
untuk kemudian didistribusikan melalui pengampu wilayah binaan. Surat
edaran / pemberitahuan dapat berisi :
- Informasi dokter baru
- Informasi produk layanan baru
- Informasi perubahan jadwal dokter
- Informasi kegiatan rumah sakit
- Informasi program promo rumah sakit
Surat edaran berisi kalimat yang tidak berbelit – belit sehingga isi
informasi dapat diterima dan dipahami oleh pembaca dengan baik.
a. Media cetak dan elektronik
RSIA Herawaty menggunakan media cetak dan elektronik untuk
melakukan komunikasi dengan masyarakat. Dalam pemberian informasi
melalui media cetak maupun elektronik mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan. Media yang digunakan :
 Media cetak, meliputi :
o Brosur / Leaflet
Brosur / leaflet merupakan salah satu alat komunikasi. Brosur dapat
disertai gambar untuk membantu menjelaskan mengenai informasi
pelayanan. Brosur juga dapat digunakan ketika pasien / customer
tidak mau bertanya langsung, tuna rungu / tuna wicara, atau dalam
keadaan cemas / emosi. Isi brosur selalu direvisi untuk disesuaikan
dengan produk layanan yang tersedia dan desain brosur
distandarkan.
o Spanduk & banner
Spanduk & banner merupakan salah satu alat komunikasi baik di
dalam lingkungan rumah sakit maupun diluar lingkungan rumah
sakit. Spanduk memuat point – point informasi secara menarik
sehingga informasi tetap dapat diterima. Dalam spanduk & banner
dicantumkan line telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien /
customer dapat menghubungi melalui telepon untuk informasi
lanjutan yang dibutuhkan.
o Poster
Poster dipakai untuk memuat informasi – informasi yang lebih
lengkap dan informatif, dipasang di area – area tunggu.
 Media elektronik, meliputi :
o Running text
Running text digunakan untuk pemberian informasi kepada pasien
dengan kalimat yang singkat namun mudah dipahami.
o E -commerce
Rumah sakit melakukan komunikasi dengan masyarakat luas
dengan menggunakan media E-commerce seperti email, facebook,
website. Dalam media tersebut, komunikasi tetap dapat dilakukan
dua arah melalui pesan, sehingga masyarakat dapat bertanya terkait
informasi yang disampaikan. Selain untuk menyampaikan
informasi, media seperti facebook, dan website juga dapat
digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait
dengan kesehatan.
b. Komunikasi antara Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan Pasien
dan Keluarga
Komunikasi kepada pasien dan keluarga harus menggunakan
format yang mudah dipahami dan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga. Apabila pasien menggunakan bahasa lain, maka dibutuhkan
anggota keluarga atau penerjemah untuk membantu dalam pemberian
informasi dan edukasi. Apabila tidak ada keluarga yang dapat membantu
menerjemahkan, maka petugas – petugas yang ditunjuk rumah sakit
sebagai penerjemah akan membantu menjelaskan informasi kepada
pasien dengan bahasa Inggris atau bahasa Jawa atau bahasa tubuh apabila
petugas tersebut benar – benar tidak mengetahui bahasa pasien. Dalam
kondisi seperti ini, rumah sakit akan meminta bantuan kantor imigrasi
untuk perbantuan tenaga penterjemah.
BAB III
DOKUMENTASI

1. SPO komunikasi efektif


STANDAR OPE RASIONAL PROSEDUR KOMUNIKASI
ANTARA PEMBERI ASUHAN STAF KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh:


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ASESMEN
Direktur RSIA Herawaty
KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
PENGERTIAN No. Dokumenefektif No.
Komunikasi Revisi
melalui Halaman
lisan atau telepon yang dilakukan
oleh perawat atau dokter jaga dan IGD untuk melaporkan segala
Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh:
bentuk keluhan, keadaan dan permasalahan pasien kepada dokter
Direktur RSIA Herawaty
DPJP yang merawat secara tepat waktu lengkap akurat jelas dan
PENGERTIAN Merupakan proses
dipahami oleh keduapengkajian
belah pihak.untuk melakukan penilaian dan
TUJUAN 1. Untuk menjalin
menentukan kerjasama
kebutuhan antar dokterpasien
pendidikan dan perawat
dan keluarga
2. Mengurahi
berdasarkan kesalahan
kondisi pasien. dan menghasilkan peningkatan
TUJUAN Hasilkeselamatan
dari asesmen
pasiendigunakan untuk membuat perencanaan
pendidikan pasien mutu
3. Meningkatkan dan keluarga
pelayanansesuai
mediskebutuhan dan kondisi
KEBIJAKAN Keputusan
pasien. Direktur Rsia Herawaty Samarinda No Tentang
KEBIJAKAN Keputusan
KomunikasiDirektur RSIA Herawaty
Antara Pemberi Asuhan Staf Samarinda No Herawaty
Klinis Rsia tentang
Kegiatan
SamarindaPendidikan Pasien Dan Keluarga pada RSIA Herawaty
PROSEDUR Alat yang dibutuhkan :
Samarinda
PROSEDUR 1. Cap verifikasi
Petugas melakukan penilaian kondisi sosial pasien rawat jalan
2. Bolpoint
dan rawat inap meliputi tingkat pendidikan, nilai-nilai
3. Telepon
spiritual dan kemampuan komunikasi, status mental dan
A. Persiapan
kesediaan
1. Perawatpasien dalam
/ dokter menerima
jaga infomasi
menyiapkan berkas rekam medik
2. Petugas mencatat asesmen tersebut di rekam medis
pasien membuan
3. Petugas yang akan diinformasikan
perencanaan pendidikaan pasien sesuai
2. Perawat / dokter jaga menyiapkan data masalah / kondisi
dengan diagnosis dan menentukan jenis edukasi yang
pasien yang akan dilaporkan
diperlukan
3. Perawatpasien dan jaga
/ dokter keluarga.
mengidentifikasi identitas dokter
- Rawat inap
- tujuan
Rawat(nama
jalan dan nomor telepon dokter penanggungjawab
UNIT TERKAIT
- pasien)
Rekam medis
- DPJP

B. Pelaksanaan
1. Perawat / dokter jaga melaporkan masalah/ kondisi pasien
secara langsung via lisan maupun melalui telepon
2. Apabila laporan dilakukan melalui telepon, perawt / dokter
jaga menyebutkan nama dirinya, tempat tugas dan
mengklarifikasi nama dokter penanggungjawab pasien
yang dituju
3. Perawat / dokter jaga menyampaikan tujuan melaporkan
pasien
4. Perawat/ dokter jaga menyebutkan identitas pasien (nama
pasien, nomor kamar / bed pasien dan data lain sesuai
kebutuhan )
5. Perawat / dokter jaga melakukan komunikasi / melaporkan
dengan metode SBAR sebagai berikut :
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh:


Direktur RSIA Herawaty

PENGERTIAN Promosi kesehatan di rumah sakit adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok –
kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan,
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
mereka, sesuai social budaya mereka, serta didukung kebijakan
public yang berwawasan kesehatan.
TUJUAN Terciptanya masyarat rumah sakit yang menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku pasien RS serta pemeliharaan lingkungan RS dan
termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan
RS.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSIA Herawaty Samarinda No tentang
Promosi Kesehatan RSIA Herawaty Samarinda
PROSEDUR 1. Memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam hal
mendapatkan pelayanan kesehatan
2. Memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan
3. Memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien
4. Perubahan tingkah laku pasien dan kaluarga pasien

- Rawat inap
UNIT TERKAIT - Rawat jalan
- Instalasi Gawat Darurat
KUNJUNGAN RAWAT INAP BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL

NAMA KELURAHAN
Air Bantu Baqa Bukua Dadi Gunu Handi Harap Karan Karan Loa Loa Lok
BULAN
putih as n Mulya ng l Bakti an g g Bakun Buah Bahu
Panja Baru Asam Anyar g
ng
Januari 1 2 4 0 1 0 0 4 3 0 3 1 3
Februari 0 1 2 4 0 2 4 0 5 0 7 0 1
Maret 3 0 5 5 2 1 1 5 0 0 1 0 5
April 0 4 2 0 0 0 0 3 0 2 4 4 0
Mei 0 0 0 3 3 0 0 0 2 1 5 3 4
Juni 4 0 5 2 0 3 3 2 1 0 4 5 2
Juli 1 3 3 0 2 0 1 4 0 0 5 3 4
Agustus 1 1 0 5 0 2 2 2 4 2 1 1 1
September 0 2 2 0 1 2 0 4 2 2 1 0 1
Oktober 0 0 2 4 2 0 5 3 0 1 2 3 2
November 2 0 0 2 1 1 0 0 0 0 2 0 0
Desember 0 1 0 2 0 0 2 3 1 0 1 3 2
Total 12 13 20 27 12 10 18 32 18 8 36 23 25

BULAN NAMA KELURAHAN


Mangkupal Pula Rapa Rawa Sengkote Simpan Sungai Simpan Sidodad Tani Tenu Teluk
as u k Makmu k g Pasir Kledan g Tiga i Ama n Lerong
Atas Dala r g n
m
Januari 2 0 2 0 1 0 8 0 0 1 1 3
Februari 2 0 4 3 0 0 2 0 0 0 1 7
Maret 5 0 2 1 3 4 1 2 0 0 0 5
April 4 1 5 3 0 2 3 1 1 0 0 2
Mei 1 0 0 0 2 1 4 1 0 1 0 0
Juni 3 3 2 1 3 1 2 0 0 0 1 5
Juli 7 0 4 2 0 2 5 0 0 0 0 1
Agustus 0 2 1 0 1 0 2 0 1 0 2 0
Septembe 2 1 0 0 1 3 1 0 0 2 1 0
r
Oktober 1 2 0 4 4 1 3 0 0 1 1 0
Novembe 1 1 2 0 0 1 1 1 0 0 0 1
r
Desember 2 1 0 2 1 0 2 0 0 0 0 0
Total 29 11 22 16 16 15 34 5 2 5 7 24
BAB IV
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Rumah


Sakit maka pelaksanaan kegiatan manajemn komunikasi dan edukasi sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit di Indonesia. Program
Manajemen Komunikasi Dan Edukasi merupakan kegiatan berkebutuhan khusus bagi
pembelajaran pasien, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi
untuk bersedia melaksanakan program Manajemen Komunikasi Dan Edukasi secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Byres D, Cohen M, Cook H, Dickie J, Eastman N, Neden S, and Pipe L. 2009. Let’s talk, A
Guide For Collaborative Structured Communication for Care Aides, Licensed
Practical Nurses. Registered Nurses and All Members of the Health Care Team
November 25 : 1-24

Zumbrum, DC. July 2006. Effective communication skills for security Personnel. IFPO.

Bentley-Cruz, M. 2007. Effective Communication. Life and Learning Workshop, September


24, Center for Student Leadership and Community Engagemen.

Woods, M.S. 2006. “How Communication Complicates the Patient Safety Movement”,
Patient Safety & Quality Healthcare, May/June 2006; Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations, H&HN research.

Anda mungkin juga menyukai