Anda di halaman 1dari 77

PEDOMAN

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

RUMAH SAKIT UMUM DHARMA IBU TERNATE


2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate.

MFK di Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate merupakan cerminan
dari mutu rumah sakit, sehingga K3 RSmerupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada
masyarakat sekitar rumah sakit. Maka hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen
Rumah Sakit.

Buku Pedoman MFK di Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate ini
dibuat untuk menjadi acuan Tim MFK Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu
Ternate sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau kegiatan MFK pada Rumah Sakit
Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan program MFK di
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate serta tata laksana kerja pada
masing-masing bagian dan sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Dharma Ibu
Ternate.

Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Buku
pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada
seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum Dharma
Ibu Ternate.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan
demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa buku ini
masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan semoga buku ini
dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan pihak lain yang terkait
dengan MFK pada umumnya.

Ternate,

( Ketua MFK Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate)

ii
DAFTAR ISI

Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Rumah Sakit
Umum Dharma Ibu Ternate wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan
yang berlaku, oleh Direktur Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate secara operasional
dituangkan dalam berbagai kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap INSTALASI
pelayanan maupun INSTALASI terkait. Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang
harus dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan berbagai INSTALASI pelayanan di
lingkungan Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate salah satu diantaranya adalah
program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan. Di lingkungan Rumah Sakit Umum Dharma
Ibu Ternate sendiri selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam
pengoperasian peralatan kedokteran serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko
terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang
dimiliki rumah sakit atau sebagian besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya,
dipihak lain setiap sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian
peralatan penunjang medik dan non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien
dan pengunjung yang mendatangi Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate.

Karena itu lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung
Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan
keselamatan keamanan kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan
lingkungan yang sehat, petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat
melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan
bebas dari pencemaran limbah berbahaya dan beracun.

Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan
biaya untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan K3 RS.

B. TUJUAN.
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman kesehatan dan Keselamatan kerja ini adalah sebagai
dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas Rumah Sakit Umum Dharma
Ibu Ternate khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan
Keselamatan Rumah Sakit.

2. Tujuan Khusus
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di semua
INSTALASI kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

C. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Umum Dharma Ibu
Ternate yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi fokus
kegiatan MFK adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi,
pengamanan kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK
berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman

D. DASAR KEBIJAKAN.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 RS).
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan Tenaga dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. GAMBARAN UMUM.

3
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI RSU DHARMA IBU TERNATE
1. Melaksanakan pelayanan medis dan penunjang medis.

2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan dan penunjang medis tambahan.

3. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.

4. Melaksanakan pelayanan rawat jalan/darurat.

5. Melaksanakan pelayanan rawat inap.

6. Melaksanakan pelayanan administratif.

7. Membantu pendidikan tenaga medis umum.

8. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis.

9. Memaksimalkan laba rumah sakit dengan jalan memaksimalkan tingkat pertumbuhan,


penguasaan pasar, berorientasi pada kepuasan pelanggan dan berperan dalam
membantu Program Pemerintah.

C. Jenis kegiatan manajemen fasilitas dan keselamatan .


Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi
pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis,
peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara
khusus manajemen harus berusaha untuk:
a. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
b. mencegah kecelakaan dan cedera
c. memelihara kondisi yang aman.

Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan multidisiplin


sebagai berikut:
1) Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan secara
aman dan efektif.
2) Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara Smengurangi risiko
dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang berisiko.
3) Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan
mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis
yang meliputi enam bidang:
1) Keselamatan dan Keamanan
a) Keselamatan.
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
b) Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan oleh
pihak yang tidak berwenang.
4
2) Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan
dan limbah berbahaya ditangani secara aman.

3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan dijalankan
secara efektif.

4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap.

5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.

6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam
kegiatan kerja dapat diminimalkan.

b. Jenis kegiatan Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate


Jenis kegiatan rumah sakit yaitu kegiatan Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate
yang merupakan Rumah Sakit tipe D.
1) Pelayanan utama
a) Rawat jalan
b) Rawat Inap

2) Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang terdiri dari:
a) Laboratorium klinik.
b) Radiologi
c) Farmasi
d) Kamar Operasi dan Persalinan
(1) Pelayanan kamar operasi dilaksanakan oleh Instalasi Kamar Bedah, meliputi
pelayanan bedah umum, bedah ortopedi.
(2) Kamar persalinan (VK) dipakai untuk pelaksanaan kegiatan persalinan
normal, kuret.
3) Sarana Penunjang Non Medik
a) Dapur/ruang gizi
b) Ruang pencucian/laundry

4) Tenaga Kerja
Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate mempekerjakan tenaga kerja dengan latar
belakang status kepegawaian dan latar belakang pendidikan dari berbagai disiplin
ilmu, yaitu terdiri dari:
a) Tenaga Kerja Medis
b) Tenaga Kerja Non Medis

5
5) Perijinan
Dharma Ibu Ternate telah berdiri sejak tahun 0000, dari tahun ke tahun selalu
melakukan penyempurnaan pada sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Adapun daftar peirijinan disajikan pada tabel berikut:
MASA
NO IZIN NO IZIN KET
BERLAKU
1. Izin Operasional RS

2. Izin Penangkal petir

Pemanfaatan Tenaga
3.
Nuklir
Izin Pembuangan Limbah
4.
Cair
Surat Keterangan
5. Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
6. Izin Genset

7. Izin Incenerator

8. Izin Instalasi listrik

6) Sarana dan Prasarana


a) Kebutuhan air
Kebutuhan air bersih rata-rata perhari yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Instalasi Rawat Jalan : 0000meter kubik
(2) Instalasi Rawat Inap : 0000meter kubik
(3) Instalasi Penunjang dan staf : 0000meter kubik
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate
hanya menggunakan sumber air tanah.

b) Jenis limbah
(1) Limbah padat
Jenis limbah yang dihasilkan terbagi menjadi sampah medis dan non medis.
Untuk pemusnahan sampah medis di angkut oleh Dinas Kesehatan Kota
Ternate dan sampah Non medis/limbah domestik diangkut oleh dinas
kebersihan kota Ternate.
(2) Limbah cair
Limbah cair Rumah Sakit diolah di IPAL Rumah Sakit Umum Dharma Ibu
Ternate.

6
c) Penggunaan Energi
RSU Dharma Ibu Ternate dalam penggunaan listriknya bergantung pada PLN
sedangkan cadangannya berupa 1 genzet yang masing-masing kemampuannya
sebesar 70 Kva.

7
BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN RS

8
BAB IV
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN.


Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu semua
lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis yang ada dalam
rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien, keluarganya, pengunjung
dan petugas rumah sakit:
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.
a. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik masyarakat
rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga siapapun
yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan
secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi, pengunjung
dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/ menginap di rumah
sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan pemasangan trail sesuai
kebutuhan keselamatan keamanan, pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak
membawa barang berharga dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera
untuk mengindentifikasi kejadian yang mengancam keselamatan dan
keamanan.

b. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung di


rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan petugas dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya akan
kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun petugas rumah
sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/ maupun keluarga
mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.

c. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun


renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena polusi
debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang diakibatkan oleh
adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena itu untuk
setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan, area
bangunan tersebut dilindungi dengan menggunakan sekat triplek, dan ditulisi
informasi larangan masuk, kecuali yang berkepentingan

d. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang


disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera, jatuh,
pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas nurse call untuk semua
pasien, trali jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai kebutuhan, handrail
untuk pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk di ruangan perawatan
termasuk kamar mandi dan disekitar bangunan RS, pengamanan tempat tidur
untuk mencegah pasien jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
9
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien jatuh,
pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat segera membantu
pasien yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas
lain yang dibutuhkan.

e. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground.


1) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari segi
fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup dan tidak
bau.
2) Pembatasan jalan tersedia aman tanpa lubang maupun pecahan beton.
3) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
4) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus sehingga
tidak mengancam keselamatan
5) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah jatuhnya tabung,
serta akses masuk dibatasi.
6) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang,
perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan keselamatan.
7) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak ada bagian
yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat menyebabkan
keselamatan fisik anak terganggu.
8) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
9) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk ke
dalam rumah sakit ada di loby rumah sakit, Akses keluar Rumah sakit ada di
loby rumah sakit juga.
10)Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2 kali
dalam sehari yaitu jam 11.00-1.00 dan jam 17.00-19.00
11)Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu. Untuk
mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah sakit
maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit Umum Univeristas
Muhammadiyah Cirebon menggunakan label Identitas dan pakaian seragam
sesuai ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang,
maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti Medical Representative
dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh piket
Satuan Pengamanan dalam rumah sakit.

f. Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.


Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena
jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.

10
g. Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.
a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena dampak
paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan dilakukan
perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron masih tetap
aman digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan setiap hari setelah
digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji terhadap efektifitas
apron dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang di
uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan keefektifan
badge tersebut.

h. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, piket ksatrian melakukan pengawasan apabila ada seseorang
dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas security menemukan
individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada pasien tersebut
dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.

2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit.

1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di Rumah Sakit.


Adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon wajib
mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di INSTALASI Rikkes RSU
Dharma Ibu Ternate. Yang bertujuan untuk mencari dan menempatkan
karyawan dengan kondisi kesehatan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya
(sesuai dengan persyaratan jabatan).

Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan untuk calon karyawan adalah


sebagai berikut:
a.
3) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas rumah sakit.
Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yang telah bekerja minimal 12 bulan
berturut- turut. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala adalah:
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas yang
bertugas di INSTALASI pelayanan yang memiliki resiko tinggi sesuai
dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keadaan nyaman
kepada petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pada INSTALASI kerja tersebut
diatas.

Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menjadi:


…………………………………………….

11
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B.

5) Penanganan kecelakaan akibat kerja.


a) Jenis Kecelakaan yang ditangani oleh Rumah Sakit terhadap petugas:
(1) kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja /
termasuk Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
(2) kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.

b) Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang mengalami


kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah :
(1) Promosi Kesehatan
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja terhadap
petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjadinya kecelakaan
tertusuk jarum melalui pamflet ditempatkan di tempat kerja
masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri yang tepat
terhadap petugas.

(2) Penanganan dan Pengobatan.


Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum dan
tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam waktu 24 jam
lakukan pemberian HBIG (Hepatitis B Imunoglobulin) dengan
dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian vaksinasi
hepatitis B sebanyak 3 kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100 mIU/ml, diberi
suntikan Hepatitis B sebanyak 1 kali.
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100 mlU/ml tidak
perlu dilakukan tindakan. 

(b) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


 Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah terinfeksi virus
hepatitis C.
 Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT
sering abnormal dalam jangka waktu 6 bulan berarti petugas
tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6
bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan terjadi penularan
dan rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
12
(c) Bila Anti HCV Negatif
 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan kemudian, jika hasil
Anti HCV tetap negatif berarti tidak terjadi penularan.
 Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu Anti HCV
menjadi positif lakukan pemantauan SGPT selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah terjadi penularan
dan “telah sembuh”
 Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif dalam jangka
waktu 6 bulan, rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

(d) Tercemar HIV (HIV Positif)


 Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai
resiko penularan HIV kepada suami/istri, manfaat dan efek
samping pemberian antiretroviral sebagai pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial tidak perlu
diberikan pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat / menembus kulit
berikan AZT selama 4 minggu.
 Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus kulit lebih
dalam hingga keluar darah berikan AZT + indinavir /
nelfinavir selama 4 minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan pemantauan hasil
pemeriksaan laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negatif
berarti tidak tertular.

6) Penyakit Akibat Kerja


a) Rehabilitasi
b) Setiap petugas yang mengalami kecelakaan kerja tersebut terus
dipantau perkembangan status kesehatan karyawan selama periode
pemantauan. Pimpinan Rumah Sakit Dharma Ibu Ternate akan
memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut positif
tertular.
c)Jika ditemukan kasus khusus akan ditindak lanjuti bersama Dokter
Spesialis.

7) Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan kecelakaan


kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum.
Pengertian:
a) Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya pada
keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada pemberi
pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya.
b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris
pada karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
13
c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah sakit,
baik yang telah digunakan terhadap pasien yang menderita atau diduga
menderita hepatitis B dan atau HIV, antara lain jarum, pisau, gunting,
maupun benda lain yang berpotensi menimbulkan luka.

Panduan Pencegahan dan Penanganan Tertusuk jarum dan sejenisnya di peruntukkan


khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan jarum dan cairan tubuh infeksius,
mencakup INSTALASI kerja keperawatan, klinikal (Dokter, Laboratorium, Fisioterapi,
Rehabilitasi Medis, Radiologi), CS (petugas kebersihan), laundry.

Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya adalah:


a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga, pengunjung, dan
petugas pemberi pelayanan kesehatan dari benda/bahan infeksius dan microorganisme
(Bakteri, kuman, dan Virus) melalui cara kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi bahaya meliputi,
bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh infeksius) melalui cara kontak, ataupun
terciprat, dsb.

Tata laksana pencegahan kecelakaan kerja akibat benda Tajam.


a) Pencegahan Kecelakaan Kerja Akibat Benda Tajam (jarum dan sejenisnya serta cairan
tubuh infeksius)
(1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan sejenisnya.

(2) Kenali Prosedur /Tindakan yang berakibat tertusuk jarum atau sejenisnya

14
(3) Hazards lainnya
(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses, Cairan lambung, Cairan
luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
 Virus
 Bakteri
 Kuman

b) Pengendalian benda tajam dan sejenisnya.


(1) Persiapan.
(a) Pastikan benda tajam aman di tangan anda (TAHU CARA PAKAI).
(b) Hati-hati dan jaga konsentrasi saat bekerja
(c) Sesuaikan pencahayaan
(d) Minta bantuan staf lain jika pasien gelisah, anak, atau uncontrol.
(e) Atur alur pembuangan jarum bekas pakai mengarah ke pelaku prosedur
saat anda jadi asisten.

(2) Pengendalian saat pelaksanaan


(a) Jangan melakukan recapping/no recaping.
(b) Segera dan secepatnya buang jarum bekas pakai langsung ke tempat
pembuangan jarum bekas/Sharp countainer.
(c) Jangan mendelegasikan ke orang lain untuk merapikan/membuang
jarum bekas pakai.
(d) Kerja sesuai SPO.
(e) Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain (Anasthesi (spinal/epidural),
Jahit luka/CVP, suntik, insisi luka, dll) saat jadi assisten:
 Hindari tangan asisten secara langsung di daerah penjahitan.
 Jangan segera merapikan alat.
 Pertama saat anda akan merapikan (Pastikan
keberadaan/lokasi/letak dari benda tajam yang digunakan).
 Amankan Benda tajam bekas pakai dengan segera membuang ke
tempatnya (Box jarum bekas).
 Setelah aman dari benda tajam segera rapikan sesuai prosedur.

c) Pembuangan jarum ke tempatnya


(1) Hindari meletakkan jarum di tempat tidak aman, sehingga tak terlihat mata.
(2) Jaga Jarak aman tangan dengan lubang pembuangan box jarum bekas saat buang
jarum bekas pakai (Jarak Aman > 10 cm.)
(3) Jangan paksakan membuang jarum bekas pakai, saat isi box jarum bekas penuh.
15
(4) Segera ganti box pembuangan jarum bekas jika telah mencapai isi 2/3 bagian dari
box jarum bekas.
(5) Dekatkan Lokasi/letak box jarum bekas saat tindakan.

d) Penanganan tertusuk jarum bekas dan sejenisnya


Penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya di gambarkan pada alur sebagai berikut
dbawah ini:
ALUR PENANGANAN TERTUSUK JARUM

Korban

1. Luka dipijit dan cuci dengan air


2. Lapor Kepala Instalasi
3. Segera ke UGD dan membawa
barang bukti.
4. Mengisi formulir kejadian (bisa
ditempat kejadian atau di UGD)

Tim UGD

1. Memeriksa korban Pasien

2. Pencatatan medis pernah


diperiksa Tidak
3. Menyimpan barang bukti Ya
4. Menelusuri pasien pemilik
5. Melaporkan kejadian ke K3 RS dan Minta inform concern

PPI untuk pemeriksaan

Ada
Lihat catatan

Data medis
Setuju
sumber diperiksa

Tidak Ya Tidak
Terinfeks
Korban diperiksa HbSag, i atau
Pasien
Anti HCV, Anti HIV
Tidak diperiksa
Ya

Selesai

Korban diperiksa lebih


lanjut ke dokter

Selesai

e) Prosedur penanganan korban tertusuk jarum dan sejenisnya:


(1) Lokasi Kejadian

16
(a) Segera isolasi benda tajam yang mengenai petugas dan ditempatkan dalam
wadah yang tahan terhadap tusukan sebagai barang bukti.
(b) Petugas yang terkena benda tajam harus segera melapor kepada Penanggung
Jawab Ruangan (perawat) / Dokter Jaga. Dalam waktu 1 X 24 jam harus
menyerahkan barang bukti tersebut kepada Tim Pengendali Infeksi
Nosokomial.
(c) Bila tersedia fasilitas untuk melakukan pembersihan luka, segera lakukan
pembersihan luka dengan cara luka tersebut segera dHCUci dengan sabun
antiseptik dan air mengalir selanjutnya diberi antiseptik lokal. Bila terjadi
percikan darah pada mukosa hidung dan mulut segera dibilas dengan guyuran
air, bila percikan darah mengenai mata lakukan irigasi / pencucian mata
dengan menggunakan larutan garam fisiologis (Na Cl 0,9%) atau air steril.
Sebagai catatan daerah yang terkena benda tajam tidak boleh dihisap dengan
mulut.
(d) Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan kejadian (berita acara)
yang berisi informasi kejadian, data medis karyawan dan data medis pasien
yang menjadi sumber penularan. Bila data tidak ada, dilakukan pemeriksaan
HBsAG, anti HCV dan anti HIV.
(e) Rujuk petugas yang tertusuk benda tajam tsb beserta ‘Laporan Kejadian’ ke
IGD untuk penanganan lebih lanjut.
(f) Laporan kejadian / berita acara ditanda tangani oleh Penanggung jawab
ruangan / dokter jaga dan petugas yang terkena benda tajam dan kemudian
dilaporkan/diserahkan ke Kaur Tuud dalam waktu 1 x 24 jam.

(2) Staf IGD


(a) Segera cuci luka bila belum dilakukan di lokasi kejadian.
(b) Dokter IGD akan memeriksa pasien untuk menentukan status kesehatan
petugas.
(c) Dokter IGD akan memutuskan penanganan selanjutnya

8) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan fisik, beban
kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan konsep-konsep ergonomi ditempat kerja
ternyata meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi:
a) Faktor Manusia
Desain rancangan kerja berpusat pada manusia atau Human Centered Design (HCD)
yang meliputi:
Faktor dari dalam (Internal Factors)
Contohnya:
(1) Umur
(2) Jenis kelamin
(3) Kekuatan otot
17
(4) Bentuk dan Ukuran tubuh

Faktor dari luar ( External Factors ) Contohnya:


(1) Penyakit
(2) Gizi
(3) Lingkungan kerja
(4) Sosial ekonomi
(5) Adat istiadat

b) Anthropometri.
Adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia secara sistematis.
Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan mempengaruhi
sikap tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan
muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar resiko untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Secara teoritis semua peralatan harus di desain untuk
mengakomodasi semua individu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan atau tempat kerja untuk
persentil tertentu dari populasi. Otomatisasi di tempat kerja tetap harus
memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja.
Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.

c) Sikap Tubuh Dalam Bekerja.


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektifitas, keselamatan dan produktifitas kerja, selain SPO yang
terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

d) Keterkaitan manusia dan peralatan.


Manusia sebagai pengarah atau pengendali jalannya peralatan dan peralatan
sebagai sarana kerja manusia.
e) Pengorganisasian kerja.
Menyangkut: Waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.

f) Pengendalian Lingkungan Kerja Menyangkut:


(1) Faktor fisik
(2) Faktor kimia
(3) Faktor Biologis
(4) Faktor Psikologis

g) Kelelahan kerja
(1) Kelelahan otot
(2) Kelelahan umum

h) CTD ( Cumulative trauma disorder ).


Kerusakan trauma cumulative. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan
– kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar
dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, dan pembengkakan).

18
i) Kesegaran jasmani dan musik.
Kegiatan kesegaran jasmani perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan masing – masing perusahaan. Pengadaan musik di tempat kerja sebaiknya
dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan ( manual work )
yang berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas mental.

Tata laksana ergonomi:


a) Sikap tubuh yang benar saat bekerja
(1) Tidak membungkuk.
(2) Tidak jongkok.
(3) Tidak memutar tubuh.
(4) Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi sikut.
(5) Tidak meraih obyek atau alat kerja melebihi tinggi bahu.
(6) Letak obyek pada lapang pandang (30 derajat dari masing-masing mata – 60
derajat)
b) Sikap tubuh yang benar saat duduk
(1) Duduk sedekat mungkin dengan area pekerjaan.
(2) Duduk di kursi dengan kedua kaki menempel di lantai.
(3) Duduklah di kursi dengan sandaran punggung sesuai bentuk tulang belakang.
(4) Pertahankan posisi duduk yang benar saat bekerja.

c) Sikap tubuh yang benar saat berdiri


(1) Taruh satu kaki di pijakan dengan posisi lebih tinggi 15 cm dan bergantian saat
aktifitas berdiri lama.
(2) Jaga posisi bekerja anda pada ketinggian yang sesuai.
(3) Ganti posisi secara teratur.
(4) Berdiri pada alas yang nyaman.

d) Aturan umum angkat dan angkut


(1) Pegangan harus tepat dan dengan kontak tangan penuh.
(2) Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus.
(3) Punggung harus diluruskan.
(4) Dagu ditarik segera setelah kepala tegak dan tulang belakang lurus.
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi
momentum.
(6) yang terjadi dalam posisi mengangkat.
(7) Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong serta gaya untuk
gerakan dan perimbangan.
(8) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat grafitasi tubuh.
(9) Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya
disingkirkan lebih dulu.
(10) Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
19
(11) Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan menggunakan
alat bantu angkat.
(12) Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.
(13) Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat di
hindari.
(14) Lutut di tekuk dan punggung harus dalam posisi tetap lurus.
(15) Beban agar sedekat mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh.

Beban Angkat dan Angkut bagi laki-laki dan Wanita yang


Direkomendasikan International Labor Organisation (ILO)
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )

e) Desain Tempat Kerja


Desain peralatan Medis buatan negara - negara maju, masih banyak ditemukan
tidak sesuai dengan anthropometri pekerja kita, sehingga tenaga kesehatan kita tidak
dapat melakukan gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu, leher, dan lengan.
Sebaliknya peralatan yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang
membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penyesuaian
antara karakter manusia, kapasitas, dan keterbatasanya terhadap desain pekerjaan,
peralatan, sistemnya, ruangan dan lingkungan kerja sehingga pekerja dapat bekerja
secara sehat, aman, nyaman, dan efisien. Dalam rangka mendukung efisiensi,
keyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan peralatan medis. Maka desain
ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi dan tehnologi
tepat guna seperti faktor-faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian,
kemudahan dalam pemakaian dan efisiensinya. Setiap peralatan yang dipakai tidak
menimbulkan beban tambahan bagi pemakai.

f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang aktif dan berkurang ke
daerah inaktif
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari maksimum konsumsi
oksigen ( VO2 maks )

20
(2) Kerja statis
Kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk
mempertahankan posisi tubuh tertentu. Di banding kerja dinamis, maka
kerja statis konsumsi energi lebih tinggi, frekwensi jantung lebih cepat dan
memerlukan waktu istirahat yang lebih panjang. Daya tahan untuk bekerja
secara statis jauh lebih kecil dari pada kerja dinamis, karena terjadinya
hambatan pada aliran darah, sehingga menghambat pertukaran oksigen.

g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.

h) Beban Mental Pergantian Shift


(1) Tuntutan pekerjaan terlalu tinggi, dibandingkan kapasitas fisik dan
intelektual bisa menyebabkan stress kerja, kelelahan mental sampai
berbagai penyakit mental maupun fisik.
(2) Tuntutan pekerjaan terlalu rendah, akan menyebabkan kebosanan.
(3) Lingkungan pekerjaan tidak mendukung juga bisa menyebabkan stres, misal
hubungan dengan atasan kurang baik atau antar karyawan yang tidak
harmonis.

9) Alat Pelindung Diri


APD adalah Alat yang digunakan untuk melindungi diri pekerja agar terlindung dari
bahaya/ Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau
seluruh tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja
melakukan pekerjaannya.

a) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja:


(1) Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis
bahaya yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta
peraturan yang berlaku.
(2) Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat
ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini
sudah melalui proses pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
(3) Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan
pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau
mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya
membutuhkan pemakaian APD.
(4) Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja alat ini
harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan
secara formal dan informal.
21
(5) Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik yang
dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan bentuk
dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.

c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernapasan.
Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke
belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien yang
mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si
petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit menular.
Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan rapi
digunakan pada saat ada tindakan di kamar.
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/baju khusus.

(2) Perawatan Khusus (Kebidanan)


(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernapasan.
Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke
belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien yang
mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si
petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit menular dan
untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak langsung. Baju
khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan rapi digunakan
pada saat ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
(c) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam. Sarung tangan
dipakai sesuai ukuran masing – masing tangan petugas digunakan pada saat
ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
(d) Sandal: untuk melindungi kuman yang terbawa. Sandal dipakai oleh seluruh
petugas kamar bersalin/kamar bayi selama bertugas.
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari percikan – percikan darah.
Sepatu tertutup digunakan pada saat menolong persalinan normal.

22
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan – percikan
darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pada saat menolong
persalinan normal.

(3) Perawatan Khusus (HCU/NHCU)


(a) Baju khusus (SKORT): untuk melindungi tubuh dari percikan air pada
saat membersihkan alat dan untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui kontak langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian
belakang dengan rapi digunakan pada saat tindakan atau bila sedang
membersihkan bahan/alat kotor.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan dipakai sesuai ukuran masing-masing tangan
petugas digunakan pada saat ada tindakan.
(c) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan darah/bahan
lain. Kacamata (goggle) digunakan pada saat membersihkan bahan/alat
kotor

(4) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat
bekerja di dapur atau sedang membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari agar tidak terpeleset
pada saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada saat bekerja di
dapur.
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari panasnya alat.
Kain lap digunakan untuk memegang peralatan yang panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup kepala digunakan pada
saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan agar terhindar dari
kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik buah atau
makanan matang

(5) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada saat
melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang diterima. Film
badge dikenakan pada saat melakukan tindakan.

(6) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan reagen atau bahan lain.
Jas lab digunakan pada saat bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam. Sarung tangan
digunakan pada saat melakukan tindakan.
23
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat bertugas di laboratorium saat
karyawan sedang terkena flu.

(7) Cleaning Service


(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak terjatuh dari tempat
yang tinggi. Sabuk pengaman digunakan pada saat membersihkan
daerah/gedung yang tinggi.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan digunakan pada saat membersihkan toilet atau
bila mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.

(8) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari kontaminasi penyakit. Baju
khusus digunakan pada saat mengambil bahan kotor (misal : laken
kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat memisahkan atau mengambil
bahan kotor (misal : laken kotor).

(9) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit


(a) Earplug: untuk melindungi telinga dari kebisingan. Earplug digunakan
pada saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las. Kedok digunakan
pada saat mengelas.
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke
saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan daerah
berbau atau menggergaji sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk
pengaman digunakan pada saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat
tinggi. Sarung tangan digunakan pada saat memperbaiki daerah yang
kotor

(10) Rekam Medis


Masker: untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran pernapasan. Masker
digunakan pada saat mengambil dan menyusun berkas.

(11) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat ke saluran
pernapasan. Masker digunakan pada saat meracik obat
24
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari obat. Sarung tangan
karet digunakan pada saat meracik obat.

c. Perlengkapan keamanan pasien


Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal-
hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup
signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat diperlukan untuk
menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di rumah sakit. Dengan demikian
pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara psikis akan
memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih.
Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:
a) Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk
pengunjung dan petugas dapat berpegangan saat menurun atau menaiki tangga.
Syarat pegangan tangga yang aman:
a) Terbuat dari bahan yang tidak licin
b) Permukaan pegangan tidak kasar
c) Mudah dibersihkan
d) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e) Kokoh / tidak goyah
f) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

b) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya


Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan
menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini
hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
c) Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama
ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan
d) Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal yang
vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat
mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-benar
terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di seluruh INSTALASI / ruangan
perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat
Inap. Untuk menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan
pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di RS sebagai
berikut:
a) Tabung oksigen
Lakukan pemeriksaan secara rutin tentang isi tabung
b) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung dan
volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap
satu tahun sekali untuk menghindari ledakan.
25
g) Tersedia emergency suction
Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat dengan
mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif dan semi intensif
agar disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang rawat biasa minimal disediakan
1 INSTALASI emergency suction dalam kondisi siap pakai.

h) Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital


Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik
dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital,
dimana supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik pengganti berupa Genset,
di mana ketersediaannya harus memiliki persyaratan:
a) Memiliki kapasitas 70 (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan ruangan/
alat.
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau
berkala.

2. B3 (BAHAN BERBAHAYA dan BERACUN)


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia,
dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan bahan berbahaya dan
beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah ketentuan umum menurut:
Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
a. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
c. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
d. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) mudah meledak (explosive);
2) pengoksidasi (oxidizing);
3) sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) sangat mudah menyala (highly flammable);
5) mudah menyala (flammable);
6) amat sangat beracun (extremely toxic);
7) sangat beracun (highly toxic);
8) beracun (toxic);
26
9) berbahaya (harmful);
10) korosif (corrosive);
11) bersifat iritasi (irritant);
12) berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) karsinogenik (carcinogenic);
14) teratogenik (teratogenic);
15) mutagenik (mutagenic).

Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi:


a. Pengadaan/Perencanaan B3
b. Penyimpanan B3
c. Distribusi B3
d. Penggunaan B3
e. Pengelolaan Limbah B3
f. Paparan / Kecelakaan B3

Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko dampak
B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah pengelolaan bahan
radioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetik, bahan sediaan farmasi,
narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif lainnya.

Tata laksana B3 di Rumah Sakit:


A. Pengadaan/Perencanaan B3
1) Perencanaan barang B3 dilakukan dengan cara membuat perkiraan kebutuhan
barang B3 untuk waktu tertentu.
2) Perkiraan kebutuhan barang B3 didasarkan kepada data historis penggunaan
( consumption) barang B3.
3) Dari historical consumption akan ditentukan titik pemesanan kembali (reorder
point) B3.
4) Ketika stock B3 sudah berada dibawah titik pemesanan kembali, maka pemesanan
B3 dibuat.
5) Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan melihat kondisi
eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3 ke Rumah Sakit Umum
Dharma Ibu Ternate.

b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada di bawah koordinator pengadaan
Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate.
2) Masing-masing INSTALASI atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di
masing-masing ruangan di tempat aman dan penanganan bahan kimia berbahaya
di ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya dan tidak terjadi
kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan penggunaan alat-
alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Kepala Bagian dan Kepala INSTALASI yang
mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.

27
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3 dengan cara
sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta penyakit-penyakit
akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara pencegahannya pada waktu
sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian Farmasi untuk B3 yang
diperlukan medis dan Logistik Untuk yang Non Medis.
6) Penyimpanan di logistik B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang bersifat korosif,
eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing INSTALASI kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai Tempat
Penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari INSTALASI kerja ke bagian pengadaan ditentukan oleh
bagian pengadaan.

c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau INSTALASI yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian Farmasi dan logistik.
2) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing
bagian/INSTALASI yang membutuhkan.

d. Penggunaan B3
INSTALASI / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggungjawab sebagai
pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan: jadwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS
barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan B3
akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.

e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan
atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan kesehatan
manusia. Limbah B3 dari rumah sakit merupakan salah satu aspek yang sangat
penting di dalam menunjang citra pelayanan rumah sakit dan melindungi,
memelihara dan meningkatkan kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan,
tetapi juga masyarakat sekitar rumah sakit. …………………………………………………………..

f. Pembuangan Limbah B3.


1) Cara Penanganan Limbah Laboratorium.
Pengertian Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan
di laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan padat.

28
a) Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari kegiatan
laboratorium yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan
bahan kimia. Limbah cair dapat berasal dari bahan kimia (untuk
pengujian), air bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin, dan
cairan tubuh). Sedangkan limbah padat di laboratorium dibagi menjadi :
sampah infeksius misalnya peralatan habis pakai seperti jarum
suntik/lancet, sarung tangan, kapas, botol spesimen, kemasan reagen,
sisa spesimen, media perbenihan bekas pakai, kapas lidi ,plastik spesimen
dan sampah umum (domestik) yang tidak infeksius : berupa kertas,
karton/dus, kantong makanan, plastik. Sumber limbah laboratorium
berasal dari: bahan baku yang digunakan untuk proses kegiatan Lab
(reagensia, bahan kimia), bahan habis pakai, produk proses didalam lab
(spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan lab).

b) Penanganan Limbah cair Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate dapat
dibuang ke lubang pembuangan (tempat cuci) yang telah disediakan oleh
Rumah Sakit. Limbah tersebut akan ditampung ditempat penampungan
limbah cair untuk diproses lebih lanjut ke IPAL.

2)Penanganan Limbah padat Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate


a) Jarum suntik / lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca penutup):
dimasukkan kedalam wadah yang tahan tusuk, tutup rapat. Wadah
tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk di bawah ke tempat
limbah B3 Umum Dharma Ibu Ternate dan akan di ambil oleh Dinas
Kesehatan Kota Ternate
b) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen, kapas lidi,
kemasan reagen, botol penampungan spesimen dari cairan tubuh,
masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori infeksius). Pada saat
pembuangan isi kantong plastik tersebut tidak boleh dipilah-pilah tetapi
langsung akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk di bawah ke tempat
limbah B3 Umum Dharma Ibu Ternate dan akan di ambil oleh Dinas
Kesehatan Kota Ternate.
c) Penanganan Limbah B3 di Farmasi
3)INSTALASI Farmasi mengolah penghancuran obat-obat B3 yang sudah
kadaluarsa /expired dengan cara:
a) Persiapan pemusnahan obat:
(1) Staf mengeluarkan obat yang akan dimusnahkan.
(2) Nama dan jumlah obat yang akan dimusnahkan serta alasan
pemusnahan dicatat sebagai lampiran.
b) Proses pemusnahan obat:
(1) Staf yang telah ditunjuk mengeluarkan obat-obat tersebut dari
kemasan primer.
(2) Kemudian isinya dibuang ke tempat pembuangan yang telah
ditentukan oleh Kepala Bagian Farmasi.
(3) Kemasan primer seperti blister, botol sirup dibersihkan kemudian
dibuang ke tempat sampah.
29
(4) Proses pemusnahan ini disaksikan oleh Kepala Bagian Farmasi
dan wakil dari bagian keuangan dan menandatangani berita acara
pemusnahan.

g. Paparan / Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja
pada saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja.
Bahan B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pada
kulit, kulit luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum
bahan B3 di lingkungan kerjanya.
1) Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah:
a) Menentukan penanganan yang baik dan benar
b) Mengurangi resiko bahaya yang lebih besar bila terjadi kontaminasi
c) Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan.

2) Kebijakan penanganan paparan B3 adalah:


a) Penanganan bila terjadi kontak langsung harus dilakukan sesegera
mungkin.
b) Penanganan bila terjadi kontak langsung sesuai dengan Lembar Data
Pengaman
c) Setiap INSTALASI kerja yang mempunyai B3 harus membuat prosedur
penanganan akibat kontaminasi.
d) Pedoman pembuatan prosedur penanganan akibat kontaminasi B3 dapat
dilihat pada MSDS masing-masing zat.
e) Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai alat
pelindung diri yang telah ditetapkan.
f) Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus dilaporkan
kepada MFK.
g) Penanganan akhir untuk setiap kontaminasi yang terjadi harus ditangani di
iGD dan dilaporkan kepada Tim K3 Rumah Sakit Umum Dharma Ibu
Ternate
.

3) Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit luka
akibat gelas atau objek tajam:
a) Tanggalkan sarung tangan
b) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir
c) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptik
d) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan chlorin
5% dan bilas dengan air hangat.
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan antidot
khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Instalasi Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan IGD

30
4)Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum bekas B3:
a) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah
terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d) Tanggalkan sarung tangan
e) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah air
mengalir
f) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat dari
jaringan
g) Bilas kulit dengan air mengalir
h) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air mengalir
i) Tanggalkan semua pakaian pelindung
j) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi
k) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke INSTALASI Gawat Darurat
l) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS)
m) Lengkapi format kecelakaan

5)Penanganan terhadap tumpahan obat pada mata :


a) Minta pertolongan
b) Tanggalkan sarung tangan
c) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d) Catat jenis obat
e) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke INSTALASI Gawat Darurat
f) Lengkapi format kecelakaan

6)Prinsip Penanggulangan Paparan / Kecelakaan B3:


a) Terkena mata : cuci mata dengan banyak air
b) Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian
yang terkontaminasi.
c) Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat
d) Tertelan : cuci mulut dengan banyak air.

h. Laporan B3

1) Laporan Pengadaan B3:


Masing-masing ruangan atau INSTALASI yang menyimpan, mamakai, meminta
barang B3 wajib melaporkan :
a) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan: jadwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS barang
B3.

31
b) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
c) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan B3
akibat kerja.
d) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.

2) Laporan Pemakaian B3:


Masing-masing ruangan atau INSTALASI yang menyimpan, memakai barang B3
wajib melaporkan:
a) Jumlah kuantitas barang B3 di Penyimpanan Instalasi dan pemakaian hariannya
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai dengan jumlah
kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai tanggal
kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin keamanan dan
keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana semua petugas yang
memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib bertanggungjawab di masing-
masing ruangannya.

3) Laporan Kecelakaan akibat kontaminasi B3


Pelaporan harus dilakukan oleh tiap Kepala Bagian yang menyimpan B3 di
ruangannya kepada Ketua MFKmelalui alur berobat ke IGD RSU Dharma Ibu Ternate
dengan mengisi formulir kecelakaan akibat kerja yang telah diketahui,
ditandatangani Kepala bagian masing-masing ruangan yang menyimpan, memakai
barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah:
a) Jumlah petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan APD
b) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja.

4) Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3:


a) Formulir Evaluasi B3 yang telah dibagikan kepada masing-masing ruangan yang
menyimpan, mamakai B3 wajib di isi oleh penanggungjawab ruangan masing-
masing secara berkala setiap 6 bulan sekali yang dilaporkan kepada ketua K3
RSU Dharma Ibu Ternate.
b) Isilah pada kolom-kolom yang telah disediakan dengan memberikan tanda cek
( ) pada kolom yang dianggap sebagai pilihan jawaban “ya” dari pertanyaan
yang diajukan.
c) Berikan keterangan pada kolom yang disediakan apabila ada hal-hal penting
yang perlu di tuliskan berhubungan dengan pengelolaan B3, penanganan
paparan B3.
d) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap bulan Juni dan Desember kepada
direktur RSU Dharma Ibu Ternate.

32
k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan :
a) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat mengganggu
kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas RSU Dharma Ibu
Ternate, kontraktor) yang pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke RSU
Dharma Ibu Ternate.
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas RSU Dharma Ibu Ternate) yang
pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )

3) Isi Spill Kit / kotak tumpahan meliputi:

  DAFTAR ISI  
  KOTAK TUMPAHAN B3.  
 
NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN  
1 Kantong ungu 2 buah Sekali pakai  
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai  
3 Sarung tangan ungu 2 pasang Sekali pakai  
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai  
5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai  
6 Sepatu      
7 Kacamata google 1 buah    
8 Air bersih 1 botol Sekali pakai  
9 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai  
10 Tanda peringatan 1 sign board    
11 Sapu dan pengki 1 set    
12 Formulir laporan kejadian 1 lembar    
13 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai  
14 Cairan cuka 1 botol    
15 Cairan basa ( Na OH ) 1 botol    
16 Penjapit / pinset 1 buah    
         

33
  DAFTAR ISI  
  KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS  
   
NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN  
1 Kantong kuning 2 buah Sekali pakai  
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai  
3 Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai  
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai  
5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai  
6 Sepatu      
7 Air bersih 1 botol Sekali pakai  
8 Larutan detergen 1 botol Sekali pakai  
9 Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai  
10 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai  
11 Tanda peringatan 1 sign board    
12 Sapu dan pengki 1 set    
13 Formulir laporan kejadian 1 lembar    
14 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai  
15 Penjapit / pinset 1 buah    
         

4) Penanganan tumpahan:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu,
kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu
masukan kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain lap
sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu
sapu dan masukan kedalam kantong ungu.

e) Bersihkan area tumpahan dengan cara:


(1) bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop atau
sapu dan pengki kecil sampai benar-benar bersih.
(2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan kantong
ungu.
34
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit
kemudian keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu
buang ke kantong ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan lebih
lanjut.

5) Pengisian Formulir Laporan Kejadian Tumpahan B3


a) Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali atau yang
dilaporkan pasien atau pengunjung.
b) Isi waktu kejadian.
c) Ceritakan kronologis kejadian dan lokasinya.
d) Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejadian Nyaris Cedera), KTC
(Kejadian Tidak Cedera), KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
e) Isi formulir, berikan kepada kepala ruangan,tim K3, Tim PPI.

3. Tanggap Darurat Bencana


a. Pengertian
1) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan RSU Dharma
Ibu Ternate: Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan (huru-hara),
Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal, dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara darurat
setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, antara lain: kejadian
kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan.

b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah tindak petugas RSU Dharma Ibu Ternate, para penyewa ruangan dan
kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan evakuasi.
2) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
(TPB) RSU Dharma Ibu Ternate, dapat terlaksana sesuai dengan Pedoman dan
standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RSatau yang tercantum dalam
Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga mekanisme
penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien dibawah
satu komando.

c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-masing
Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab ruangan.
35
d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR, ruangan
beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan
perawatan serta ruangan area publik.

e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di RSU Dharma Ibu Ternate yaitu: Jalur Evakuasi,
APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi, Rambu, dll.
f. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :
Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa
instrument Alarm Kebakaran akan berbunyi dan petugas akan memberikan sandi
melalui pengerah suara dengan kata code red dan keterangan lokasi atau jika
terjadi bencana petugas akan meberitahu siaga bencana.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jika pasien IGD telah mencapai jumlah > 50 orang, maka mulai dipersiapkan rujukan
ke rumah sakit terdekat.

Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana sbb:


SEBUTAN TUGAS
NO. JABATAN STRUKTURAL
JABATAN POKOK
1. Komandan Kepala Rumah Sakit RSU Dharma Ibu -Pimpinan tertinggi dalam
Ternate operasi Penanggulangan
Keadaan Darurat.

2. Wakil. Wakil Kepala RSU Dharma Ibu -Membantu/mewakili tugas-


Komandan Ternate tugas Komandan

3. Komandan Pj. Masing masing ruangan -Menanggulangi keadaan


Ruangan darurat pada tingkat awal,
mengatur pelaksanaan
evakuasi/ penyelamatan
ruangan ybs.

4. Tim Code Red Piket


-Melaksanakan operasi
pemadaman dan Mengatur
Pelaksanaan Evakuasi.
36
5. Tim Code Blue Piket
-Melaksanakan pertolongan
medis terhadap pasien /
6. Bagian IPSRS korban.
Engineering
-Memastikan system
penerangan berfungsi dengan
7. Tim baik saat proses.
Komunikasi

g. Uraian tugas Tim


1) Komandan:
a) Memimpin & mengkoordinir tugas para petugas dalam kegiatan
penanggulangan keadaan bencana.
b) Memberikan instruksi tanda siaga kepada Operator
c) Memutuskan untuk minta bantuan INSTALASI dari luar (kepolisian,
pemadam kebakaran, ambulan dll).
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total (baik PLN
maupun Genset).
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila
keadaan sudah sangat darurat.

2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau berhalangan.

3) Tim Code Red


a) Memimpin & mengkoordinir regu pemadam kebakaran (anggota
satpam, Pj. Masing-masing ruangan, Urdal, Urpam) regu pemadam
ruangan agar mereka bekerja dengan tenang tetapi efektif).
b) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan (jika terjadi kebakaran besar atau bencana alam yang
besar), agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
c) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemadam lain untuk
memberikan laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima
instruksi dari Komandan.
d) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir

4) Tim Code Blue:


a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk meminta
bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan jika
terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pada pasien atau korban, jika terjadi
kecelakaan pada saat evakuasi.

37
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih dahulu
dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.

5) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap
tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
b) Selalu siap untuk menghubungi INSTALASI luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian dan BNPB) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan sehingga
selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.

6) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan teknik
berjalan dgn baik.
(1) Generator.
(2) Lampu penerangan
(3) Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.

h. Evakuasi dan Penyelamatan


1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan, dilaksanakan atas
perintah dari Komandan, melalui Komandan-komandan ruangan yang
bersangkutan.
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan dilaksanakan
oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan .
(2) Selanjutnya mengevakuasikan pasien ruangan yang terbakar
(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan evakuasi:
(a) Berjalan dengan cepat tetapi jangan lari.
(b) Jangan membawa atau memakai barang-barang yang dapat
menyulitkan pelaksanaan evakuasi. Berikan prioritas kepada
orang yang paling lemah fisiknya.
(c) Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan terlebih
dahulu pintunya, untuk menyakinkan bahwa di balik pintu tidak
ada api.
(d) Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-turut sesuai
lebar/kapasitas tangga.

38
(e) Pasien dan penyandang Disabilitas Turun Menggunakan Jalan
landai
(e) Bila memungkinkan, tutuplah semua pintu dan jendela untuk
menghambat rambatan api.
(f) Apabila terperangkap asap, bernafaslah dengan pendek-pendek
melalui hidung, bergeraklah dengan cara merangkak karena asap
cenderung berada di bagian atas. Apabila terpaksa harus
menerobos asap, tahanlah nafas, kalau perlu pakai masker.
Keluar menuju halaman dan berkumpul di tempat yang cukup
aman serta melapor kepada Komandan Regu Evakuasi Code Red.
(g) lift di nonaktifkan saat terjadi bencana

2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh Komandan
ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan evakuasi
personil, material dan dokumen yang perlu diamankan:

a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama ditempat
kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan melalui
jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada Team
Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan
perawatan khusus yang lebih aman dari kebakaran.

b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk material
yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly barang)
tempat pengungsian material dialokasikan ditempat yang
tidak mudah terjangkau oleh api.

c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang
penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak
perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.

39
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas
kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur evakuasi
yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada
tempat berkumpul.

3) Evakuasi Bencana Alam:


a) Lakukan prosedur evakuasi secara umum/sesuai petunjuk dan
prosedur.
b) Berikan prioritas pada korban yang paling lemah fisiknya.
c) Turun melalui tangga dengan tertib.
d) Menuju dan berkumpul di titik kumpul.
e) Permintaan atau pemanggilan kode bencana.
f) Komandan menghubungi kepolisian setempat & Tim Rescue SAR Kota
Ternate.
g) Evakuasi Pasien Pada Waktu Bencana sbb:
(1) Komandan ruangan berkoordinasi dengan komandan dan tim
medis (dokter jaga dan perawat) untuk mempersiapkan
evakuasi pasien dari ruang perawatan yang mengalami bencana
termasuk meminta bantuan dari staff rumah sakit lainnya.
(2) Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi pasien
berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakusi
ditetapkan berdasarkan kondisi pasien pada saat itu, dan
prioritas ditetapkan sebagai berikut
(a) Prioritas pertama adalah pasien pasien yang secara
medis dapat mobilisasi diri sendiri tanpa bantuan
orang.
(b) kedua adalah pasien yang secara medis membutuhkan
bantuan orang lain pada waktu mobilisasi.
(c) Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis tidak
dapat mobilisasi sendiri dan membutuhkan
pertolongan sepenuhnya dari perawat dan penolong
lainnya.
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan
melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan tandu dan
melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi jalannya
evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di lokasi
tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami bencana
dan diserah terimakan kepada dokter IGD.

40
i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
a) Hubungi ke Dinas terkait, untuk menginformasikan kejadian tersebut
(Apa yang terjadi dan lokasi/tempat kejadiannya)
b) Pawas Lapor/Hubungi ke Komandan.
c) Komandan:
(1) Segera ke titik kumpul dan ambil alih komando
penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

2) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana massal.


a) Jika korban massal yang berlangsung dibawa ke RSU Dharma Ibu
Ternate, maka:
(1) Penanggulangan Bencana “Massal” diambil alih komandonya
oleh Komandan IGD (dokter jaga IGD).
(2) Komandan IGD akan memerintahkan operator untuk paging
kode bencana.
(3) Seluruh speaker didalam rumah sakit akan berbunyi dan
terdengar di semua ruangan.
(4) Seluruh anggota Tim melakukan penanganan sesuai Prosedur
tugas & tanggung jawabnya masing-masing sesuai komando
dari Komandan IGD.
(5) Jika pasien melebihi 100 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab IGD saat itu, akan melapor dan meminta
Tim Komunikasi, bahwa pasien berikutnya akan dialihkan ke
rumah sakit lain yang terdekat.

(6) Tim penanggulangan Bencana Massal di IGD sbb:

SEBUTAN JAB.
NO TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Kepala Dokter Jaga a. Menetapkan Keadaan Siaga ( Kode bencana )
Ruangan IGD IGD b. Melakukan Triage bersama dengan petugas Triage
c. Mengatur mekanisme sistem perawatan/
pertolongan terhadap pasien/korban.
d. Melaporkan keadaan siaga kepada Kasub Instal
Gadar.
e. Bertindak sebagai Komandan IGD, bila dokter jaga
yang lain sudah datang.
f. Menetapkan petugas yang menangani masing-
masing korban
g. Memantau pelaksanaan penanganan korban.
h. Memastikan keterlibatan INSTALASI pendukung
dalam penanganan pada korban.
41
i. Memantau status siaga dan menetapkan tingkat
siaga berikutnya bila perlu.
j. Meminta kepada Tim Informasi untuk menutup IGD
bila jumlah korban mencapai 100 orang.

2. Wakil Kepala Pj. Perawat a. Menjadi petugas Triage bersama dokter jaga IGD.
Ruangan IGD IGD b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang sudah
datang di IGD.
c. Mengatur alur penanganan korban

3. Perawat Perawat a. Memastikan terlaksananya mobilisasi tenaga bantuan


Pengganti Pengganti dan ketersediaan tenaga.
( DO ) b. Memastikan ketersediaan kamar perawatan.
c. Memastikan ketersediaan obat-obatan dan logistik.
d. Memastikan kesiapan kamar operasi dan HCU.
e. Menjadi penghubung pasien yang sudah ditangani
dan perawat ruang perawatan.

4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban sesuai
dan Spesialis prioritas

5. Pj. Ruang Pj. Ruang Mengatur pasien yang memerlukan tindakan bedah
Bedah. Bedah berdasarkan ketersediaan tempat

6. Pj. Ruang Pj. Ruang HCU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan HCU
HCU berdasarkan ketersediaan tempat

7. Tim Humas. a. Mengkoordinasi pemberian informasi kepada


Komunikasi Operator keluarga, Kepolisian dan Media masa.
b. Melaksanakan komunikasi intern dan ekstern.
c. Menjamin tersedianya cadangan komunikasi
d. Membantu menghubungi RS rujukan.

8. Pj. Logistik Pj. Logistik Menjamin tersedianya peralatan dan yang dibutuhkan
dalam penanganan pasien dan evakuasi.

9. Pj. Farmasi Pj. Farmasi Menjamin tersedianya obat-obatan yang dibutuhkan


dalam penanganan pasien dan evakuasi.

42
10. Tim Radiologi Pj. Radiologi Menjamin kelancaran Pemeriksaan bid.Radiologi.

11. Tim Pj. Menjamin kelancaran pengambilan pemeriksaan


Laboratoriu Laboratorium sampling darah dan pengiriman hasil.
m

12. Tim Pj.Administrasi a. Mencatat identitas pasien


Administrasi b. Koordinasi ketersediaan tempat untuk korban yang
perlu rawat inap dengan perawat ruang perawatan

13. Tim Piket, Urpam a. Mengamankan Evakuasi dan arus lalulintas


Keamanan kendaraan.
b. Mengamankan barang-barang milik pasien.
c. Menjaga ketertiban didalam ruang IGD.

14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan tehnik
dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan komunikasi,
serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.

15. Tim Pj. Menyiapkan ambulance, kendaraan operasional lain dan


transportasi Transportasi penderita yang akan dirujuk ke rumah sakit lain.

Mobilisasi Tenaga Kesehatan di IGD dalam keadaan tanggap darurat/bencana sbb:

TINGKAT PETUGAS YG HARUS PEJABAT YG DIHUBUNGI KEBUTUHAN TENAGA


SIAGA DINAS

Siaga 1 a. Semua dokter jaga a. Penanggung jawab a. Dokter Umum


yang bertugas IGD b. Perawat
20 – 40 b. Dokter Spesialis b. Kepala perawat IGD c. Pekarya
Korban bidang terkait c. PJ Keperawatan d. Petugas
c. Perawat tambahan d. Koordinator Laboratorium
dari INSTALASI lain Kelompok Staf e. Petugas Farmasi
d. Perawat pengganti Medis Lain f. Petugas Radiologi
e. Petugas Humas g. Petugas Administrasi
f. Petugas Kamar Bedah h. Petugas Transportasi
43
bila ada kasus yang i. Petugas Logistik
perlu tindakan operasi j. Petugas Operator

Siaga 2 a. Sesuai Siaga 1 +dokter Sesuai Siaga 1 a. Dokter Umum


jaga Rumah Umum b. Perawat
41 – 100 Dharma Ibu Ternate c. Pekarya
korban yang tidak bertugas, d. Petugas
dengan domisili Laboratorium
terdekat e. Petugas Farmasi
b. Perawat IGD yang f. Petugas Radiologi
libur domisili dekat g. Petugas Administrasi
h. Petugas Transportasi
i. Petugas Logistik

Siaga 3 a. Sesuai Siaga 2 + semua Sesuai Siaga 1 + Direksi a. 7 dokter umum


dokter jaga RSU b. 12 perawat
61 – 100 Dharma Ibu Ternate c. 3 pekarya
korban yang tidak bertugas d. 2 petugas
b. Perawat tambahan Laboratorium
dari asrama dan e. 3 petugas Farmasi
dengan domisili f. 2 petugas Radiologi
terdekat g. 3 petugas
c. Pekarya tambahan Administrasi
dari INSTALASI lain h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.

b) Pedoman jika terjadi bencana alam ( Gempa Bumi )


Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sbb:
(1) Tetap tenang jangan panik dan berusahalah menenangkan orang disekeliling
anda.
(2) Berlindung/melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG EVAKUASI.
(3) Komandan ruangan menenangkan pasien ruangannya masing-masing.
(4) Jika Gempa belum berhenti:
(a) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung.
(b) Hubungi Piket/Posko Keamanan ext 123
(c) Pawas segera melaporkan kepada Komandan
(d) Komandan mengambil alih Komando
(e) Selanjutnya penanganannya sesuai SPO
44
c) Pedoman jika terjadi Banjir
(1) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung
(2) Hubungi piket/ posko keamanan ext 123
(3) Pawas/piket segera melaporkan kepada komandan
(4) komandan mengambil alih komando
(5) selanjutnya penanganannya sesuai SPO

d) Pedoman jika terjadi kecelakaan di RSU Dharma Ibu Ternate


Apabila terjadi suatu kecelakaan di areal RSU Dharma Ibu Ternate yang dilakukan
adalah:
(1) Penemu Pertama segera menghubungi Operator dengan menyebutkan lokasi
kejadian, nama pelapor/bagian.
(2) Operator: Lakukan paging pemanggilan Tim Kode Biru.
(3) Sementara menunggu Tim Kode Biru datang, lakukanlah tindakan pertolongan
pertama kepada korban.
(4) Tim kode biru yang datang segera melakukan resusitasi BHD (Bantuan Hidup
Dasar)/BHL (Bantuan Hidup Lanjut).
(5) Bila pasien telah stabil, bawa ke IGD.

e) Pedoman jika terjadi gangguan tenaga


Apabila terjadi gangguan tenaga, seperti terputusnya aliran listrik, segera laporkan
kepada Urdal. Sambil menunggu perbaikan atau menghidupkan GENSET, seluruh
petugas agar mengikuti petunjuk-petunjuk sebagai berikut: Tetaplah tenang dan
usahakan membuka gorden agar cahaya/sinar alam dapat masuk. Tunggu instruksi
dari Komandan ruangan yang akan selalu berhubungan dengan Bagian Urdal
/Komandan.

a) Pedoman jika terjadi gangguan Keamanan (huru-hara)


Komandan /Kepala Seksi Keamanan RSU Dharma Ibu Ternate:
(1) Cari tahu sebab-sebab terjadinya huru hara.
(2) Selalu koordinasi perkembangan situasi dengan Keamanan terkait.
(3) Melapor kepada Direktur setiap adanya perubahan situasi.
(4) Meminta persetujuan dari Pimpinan sebelum mendatangkan bantuan dari Polri /
TNI.

g) Pedoman jika menerima ancaman Bom & ditemukan Bom.


Apabila terjadi gangguan keamanan berupa ancaman bom, maka petugas yang
mengetahui ancaman bom tersebut, lakukanlah tindakan sebagai berikut:
(1) Ajak penelpon untuk bicara selama mungkin (jangan diputuskan)
(2) Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom & lokasinya.
(3) Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen bicara, dll yang mungkin
bisa memberi petunjuk mengenai umur, jenis kelamin dan lokasi penelpon.
(4) Selanjutnya lakukan sesuai SPO

45
j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan RSU Dharma Ibu Ternate telah tersedia jalur-jalur evakuasi berupa
lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju tempat
berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.

2) Sumber listrik darurat sbb:


a) Genset.
b) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

3) Sarana Komunikasi sbb:


a) Pesawat telpon (dapat dilihat pada buku daftar Telpon RSU Dharma Ibu Ternate
)
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di lingkungan RSU
Dharma Ibu Ternate).
c) Hand Phone.
Alat komunikasi yang diberikan ke masing masing instalasi.
4) Sarana proteksi penanggulangan Kebakaran
a) Alat Pemadam Api Ringan, Fire Block
b) Sumber listrik darurat: Genset.
c) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

5) Denah RSU Dharma Ibu Ternate


Denah Rumah Sakit tiap ruangan, yang mencantumkan:
a) Jalur Evakuasi dan tempat berkumpul evakuasi
b) Lokasi tangga darurat, Daerah beresiko dan tempat perawatan khusus.
c) Tempat/lokasi Apar.

4. PENGENDALIAN KEBAKARAN.
a. Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran.

b. Pengendalian Kebakaran
1) Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sbb:
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pada
area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya
tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).
b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan listrik
diruang kerja sudah dimatikan.

46
c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.
d) Larang orang memasak di dalam ruangan tanpa izin dari Kasi Jangwat.
e) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak
tabung pemadam kebakaran, jalan keluar.
f) Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhadap
kebakaran.
g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah terbakar.

h) Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang


pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat
keselamatan dan keamanan kebakaran.
i) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan merokok
di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/ keluarganya dan
pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang poster
larangan merokok sebagai informasi pada staf, pasien dan pengunjung
rumah sakit.

Jika kedapatan orang merokok dilingkungan RSU Dharma Ibu Ternate, maka:
(1) Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin
meneruskan rokoknya arahkan keluar areal RSU Dharma Ibu
Ternate, jika perokok tidak mau keluar dari areal RSU Dharma
Ibu Ternate, maka perintahkan rokoknya dimatikan.
(2) Petugas Piket akan melakukan patroli diareal RSU Dharma Ibu
Ternate dengan dilengkapi Atribut dibaju sragamnya.
(3) Petugas Piket setiap melakukan patroli membawa buku yang
telah disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang
merokok di lingkungan RSU Dharma Ibu Ternate.
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan
arahan agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas Piket mencatat kedalam form yang telah
disediakan.
(6) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos telah
disiapkan formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin
mengadukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan
akan menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya
karyawan dan berulang kali diperingatkan oleh Karyawan tetapi
tidak ada perubahan, maka kasusnya akan disampaikan kepada
Satuan Pengamanan Rumah Sakit..
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan
oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.

47
2) Pengaturan kontruksi Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di rumah
sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran
seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan. Bangunan
tambahan untuk INSTALASI bisnis di dalam lingkungan rumah sakit
merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari papan/ triplek.

3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran


a) Seluruh pintu keluar dari dalam INSTALASI pelayanan diberi tanda
‘EXIT’, dimana pintu darurat tersedia di semua INSTALASI pelayanan
dan perkantoran untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang
tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel dan
fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis
yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua area
keluar dari tiap INSTALASI pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area Aman dari bencana berada d lapangan parkir
Rumah Sakit Umum Dharma Ibu Ternate.

4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.


Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke dan heat detector
detector pada bangunan
- jika terdeteksi asap atau suhu yang tiba tiba melonjak naik maka:
a. Alarm Kebakaran akan berbunyi
b. Fire alarm control panel akan menampilkan lokasi dengan
menandakan zona yang telah di tentukan
c. Petugas akan mencari smoke detector yang lampunya menyalah
dengan warna merah di zona yang telah ditampilkan
- Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan yang
harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:
a) Lapor ke Pj ruangan
b) PJ Ruangan lapor ke Tim Code Red.
c) Tim Code red melakukan:
(1) Cari sampai ketemu sumber bau gas elpiji atau benda yang
terbakar dan atau asap berasal.
(2) Koordinasi dengan pengguna ruangan atau PJ ruangan untuk
mencari hal tersebut sampai ditemukan
(3) Jangan menunggu alat Proteksi kebakaran berbunyi tim baru
berkerja.

5) Penanggulangan Kebakaran
Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap.
Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas RSU
Dharma Ibu Ternate atau Tim Penanggulangan Bencana (TPB) RSU

48
Dharma Ibu Ternate, untuk meredakan kebakaran dan pengendalian
asap:
(1) Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur.
(2) Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
(3) Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah terbakar.
(4) Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni
terevakuasi.
(5) Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang udara
kotor atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan atau
buka jendela agar asap keluar dari gedung

d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Komandan
segera memanggil/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil
langkah-langkah Sebagai berikut:
(1) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(2) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa
tidak terulang kembali.
(3) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(4) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(5) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(6) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.

5. PERALATAN MEDIS.
a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan aman, selalu
tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan dan prosedur
mulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui perkembangan
kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang akan digunakan untuk
perencanaan perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya disesuaikan
dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang dilengkapi dengan data
hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.
49
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan pencegahan
terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil yang berdampak
pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien. Jadwal pemeliharaan selalu
ditepati oleh petugas. Semua bukti pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan
rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang
rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari
penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang
berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik oleh
pabrik/ pemasok ke seluruh INSTALASI pelayanan pasien dan informasi pemberhentian
pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kaur Jangmed akan melaporkan kepada
Karumkit untuk penarikan alat tsb dari INSTALASI pelayanan. Alat - alat yang sudah
ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan
selanjutnya.

6. SISTEM UTILITAS
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan staf, dan
mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan mapunKeselamatan mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan kemampuan
terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara efisien
dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai sistem
utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah sakit yang
aman.

b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya yang
tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali disertai hasil
yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang digunakan oleh rumah
sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative sebagai pengganti sumber air
regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung jawab. Akses Ground
waterthank dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya
yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan bahan beracun.

2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan secara


periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialysis ginjal oleh
provider/ pemasok alat.

50
3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik melalui sumber
listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan rumah sakit
(genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan kesiapannya dengan melakukan uji
sekali dalam setahun.

4) Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf bersangkutan di


INSTALASI pelayanan segera melaporkan via telephone ke Urdal untuk dilakukan
perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses pelayanan.

5) Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya


kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran air kotor)

6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah
jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.

7) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan kemungkinan


terkoyak.

c. Inventarisasi sistem utilitas


SISTEM
NO JENIS ALAT LOKASI AREA SUPLAY
UTILITAS

1. Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area


rumah sakit
Seluruh RS
Genzet central (70 Seluruh area RS
KVA) 1 buah –break
system-otomatis.

2. Air Sumur air Tanah. Seluruh area RS Untuk seluruh


rumah sakit

3. Pendingin AC Kamar Operasi,


perkantoran,
Kamar pasien
Exhause fan

Seluruh kamar
operasi dan
seluruh Poli

51
4. Saluran air Dari seluruh -
kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal

5. Gas Medis Tabung gas cylinder Gudang Medis, Seluruh


seluruh ruangan INSTALASI
Rawat Inap, IGD, pelayanan
HCU, Kamar bedah.

Perkantoran
Seluruh area RS
6. Komputer Komputer

Area
Area perkantoran perkantoran
7. Telephone Telephone direct dan pelayanan dan pelayanan
dan extention

7. SANITASI RUMAH SAKIT


a. Penyediaan Air Bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku, kualitas
produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana, bahan bangunan,
peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu kiranya
dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-langkah inspeksi
berikut :
1) Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh ruangan.
2) Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada
jaringan distribusi.
3) Tentukan frekuensi pemantauan.
4) Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.

Syarat Fasilitas penyediaan air ;


1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat
INSTALASI yang membutuhkan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud
dengan tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah.
52
Pemantauan dilakukan secara ;
1) Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan.
2) Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pada air bersih
3) Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416
tahun 1990.

b. Toilet dan Kamar Mandi


1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2) Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.
3) Setiap INSTALASI ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban,
paturasan dan wastafel tersendiri. Khususnya untuk INSTALASI rawat inap
dan kamar-kamar tertentu harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau.
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
Ruang Operasi dan ruang khusus lainnya.
6) Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
8) Toilet dan kamar mandi INSTALASI rawat inap dan petugas harus
terpisah.
9) Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
10) Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
penunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
13) Tersedia toilet untuk pengunjung
14) Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah
kamar mandi :
NO JML TEMPAT TIDUR JUMLAH TOILET JUMLAH KAMAR MANDI
1
2
3
4
5

15) Perbandingan Jumlah petugas dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1
2
3
4
5

53
c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di
titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan
proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan
menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api dan akan ditampung di bak
pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.

d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
terhadap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik dan benar
sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap lingkungan yang ada
di sekitarnya.
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan benar
sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan baik.

Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang


Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

Tata laksana Sanitasi Lingkungan


a. Penanganan limbah padat di bagi menjadi dua kategori di antaranya :
1) Penanganan limbah padat non medis (Sampah) terdiri dari :
Limbah Padat Non Medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan
administrasi kantor, dapur, kamar rawat inap, poliklinik dan lain – lain.
Limbah tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam dan dikumpulkan oleh
petugas kebersihan untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna
hitam untuk dibuang kedalam tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
di depan RSU Dharma Ibu Ternate.
Dalam 3 hari sampah – sampah non medis tersebut oleh Dinas Kebersihan
kota Ternate sampah akan diambil untuk dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) di luar kawasan RSU Dharma Ibu Ternate
2) Penanganan Limbah Padat Medis (Sampah) terdiri dari :
Jaringan tubuh manusia, alat suntik habis pakai, kasa, akibat kegiatan kamar
bedah, perawatan pasien dan kegiatan – kegiatan medis lainnya.
Limbah padat medis tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam
tempat sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning.
Khusus bekas jarum suntik & alat-alat tajam lainnya dimasukkan ke dalam box
limbah infeksius.

b. Pembuangan limbah padat (sampah) medis dan non medis :


54
Semua buangan sampah dari seluruh ruangan dikumpulkan didalam kantong plastik
besar; sampah non medis (plastik hitam) ditampung di TPS sampah non medis, sampah
medis (plastik kuning) untuk kemudian disimpan di ruang penampungan sampah medis di
Ruang Incenerator (pembakaran).
Sekali dalam sehari, oleh kontraktor yang ditunjuk RS. Pantai Indah Kapuk sampah medis
tersebut akan diambil untuk dimusnahkan / dibakar di incenerator pihak luar.

c. Penangan hama dan serangga.


Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
gangguan serangga misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain cara
penanganannya :
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
2) Cek peralatan/mesin dan cek ketersediaan bahan kimia.
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pada tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang.
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu :
a) Serangga merayap.
b) Serangga terbang.
c) Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keadaan kosong
dengan menggunakan mesin ULV.
d) Catatan : Bahan kimia aktif ± 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali.
Lakukan penyemprotan di luar gedung menggunakan mesin fogging
pada waktu siang atau malam hari.
Lakukan pencucian terhadap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah di pakai kemudian simpan peralatan di tempat yang
aman dan telah disediakan.
5) Pengendalian tikus :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
b) Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat adanya tanda-tanda
keberadaan Tikus dengan melihat kotoran yang ada.
c) Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan sebagai
berikut :
(1) Dalam ruangan (indoor):
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas
perangkap Tikus.
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang sering
dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

(2) Luar ruangan (outdoor)


(a) Masukan racun tikus dan letakkan ketempat umpan
diarea Luar rumah sakit yang sering di lalui tikus.

55
(b) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala jika
mendapat tikus langsung dibuang ketempat
pembuangan akhir (TPA).
d. TPS infeksius
TPS Infeksius adalah ruangan yang di dalamnya berisi pasien yang mempunyai
penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bakteri atau kuman di dalam ruangan dan juga
kepasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan secara baik dan benar.
1) Pembersihan ruangan infeksius harian :
a) Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan.
b) Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan masker.
d) Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru
(plastik kuning).
e) Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap khusus
(warna kuning) yang telah diberikan cairan desinfektan.
f) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan dengan
menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
g) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampur
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-
benar kering.
h) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan ruangan infeksius periodikal:


a) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan masker.
c) Kosongkan tempat sampah dan cuci serta ganti plastiknya dengan
yang baru.
d) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan gril AC) dengan
kain lap kuning dengan cairan desinfektan.
e) Bersihkan dinding dengan lap kuning yang di campur dengan cairan
desinfektan.
f) Bersihkan seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
kuning yang telah diberikan cairan desinfektan.
g) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan dengan
menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
h) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampur
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-
benar kering.
i) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
56
j) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

e. Ruangan tidak terinfeksius


Pembersihan ruangan tidak terinfeksius adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan terhadap ruangan yang ada di lingkungan rumah sakit agar ruangan
tersebut bersih dan bebas dari debu dan sampah.
Ruangan tidak terinfeksius adalah ruangan yang didalamnya tidak
terdapat/terdapat pasien/orang yang tidak berpenyakit infeksius.
Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum pekerjaan
dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan masker).
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru sesuai
dengan kebutuhannya (warna hitam).
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan dengan
kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan pembersih
kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut ruangan
dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan cairan
pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara merata
dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.

b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan kantong
plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan cairan
pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan
pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan peralatan
ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan masker).
57
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat sampah
kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang baru
(plastik hitam).
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah
diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan
tempat tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang
telah diberikan cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.

b) Pembersihan toilet mingguan:


(1) Angkat kantong plastik sampah dan cuci tempat sampah
kemudian ganti plastiknya dengan yang baru (plastik hitam)
(2) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan Exhaust)
dengan kain lap yang telah di beri dengan cairan pembersih.
(3) Lap seluruh perlengkapan toilet: wastafel, kaca, closet, shower
dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(4) Sikat dinding secara merata dengan cairan pembersih lalu bilas
dengan air bersih.
(5) Sikat lantai secara merata dengan cairan pembersih lantai.
(6) Keringkan lantai dengan kain pel.
(7) Pasang tisu yang baru dan lipat yang rapih.
(8) Pastikan sebelum meninggalkan ruangan kondisi ruangan harus
dalam keadaan benar-benar bersih dan jangan ada peralatan
kebersihan yang tertinggal di dalam.
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan peralatan ke
dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci untuk dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

f. Pembersihan ruang laundry


Proses pembersihan ruangan laundry dilakukan oleh pelaksana kebersihan yang di
tunjuk.
1) Tata cara pelaksanaan pembersihan ruangan binatu:
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
b) Siapkan peralatan kebersihan dan bahan kimia yang digunakan
kedalam troli.
58
c) Angkat semua sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru.
d) Lap semua perlengkapan yang ada di ruangan sampai bersih dari debu
dan kotoran, kemudian dirapihkan kembali seperti semula.
e) Sapu lantai secara merata sampai ke sudut ruangan yang paling
pojok/dalam.
f) Lakukan pengepelan lantai secara merata sampai ke setiap sudut
ruangan dengan menggunakan cairan pembersih lantai.
g) Setelah selesai pastikan lantai benar-benar kering dan pastikan
peralatan tidak ada yang tertinggal di dalam ruangan.
h) Lakukan general cleaning pada saat-saat tertentu sesuai dengan jadwal
yang telah di buat.

g. Perawatan dan pemeliharaan taman:


1) Perawatan taman dengan cara : penyiraman setiap hari seluruh area taman,
pemberian pupuk, pemangkasan, penggemburan tanah, pemotongan rumput,
penyemprotan insektisida.
2) Prosedur perawatan taman:
Lakukan penyiraman taman dengan menggunakan selang karet dan lakukan
setiap hari ke seluruh area taman.
a) Cabut tanaman liar/benalu yang tumbuh diantara celah tanaman
dengan menggunakan kafe.
b) Lakukan pemangkasan tanaman bila kelihatan sudah terlalu rimbun
dengan menggunakan gunting tanaman atau pisau.
c) Lakukan penggemburan tanaman jika terlihat tanah sudah mulai keras
dengan menggunakan kape agar air mudah diserap.
d) Lakukan pemotongan rumput bila sudah tinggi dengan menggunakan
mesin potong rumput atau gunting tanaman. Lakukan penyemprotan
insektisida sebulan sekali.
e) Lakukan pemupukan sebulan sekali.
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di tunjuk
dan pengawasan di lakukan oleh bagian Urdal.

h. Penanganan tumpahan cairan.


Tata Cara Pelaksanaan :
1) Pembersihan tumpahan obat kemoterapi dan tumpahan cairan B3 :
a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) masker, apron, kaca mata, penutup kepala,
sepatu but dan sarung tangan rangkap dua.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan.
d) Serap tumpahan cairan obat atau cairan B3 dengan kertas tisu atau lap
majun sampai benar-benar kering.
e) Masukan kertas tisu atau lap majun bekas kedalam kantong plastik ungu
untuk tumpahan obat kemoterapi dan plastik kuning untuk tumpahan
cairan B3.

59
f) Lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam kantong plastik
ungu atau kuning dan pakai kembali sarung tangan karet yang baru.
g) Lap lantai dengan menggunakan kain lap yang telah dicampur cairan
pembersih lantai dan Masukan kain lap bekas kedalam kantong plastik ungu
atau kuning.
h) Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukan kain lap
bekas kedalam kantong plastik ungu atau kuning.
i) Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah dicampur
larutan desinfektan
j) Pastikan lantai harus benar- benar kering.
k) Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam
kantong plastik kuning Kemudian lepas masker dan apron lalu masukan ke
kantong plastik ungu atau kuning Lepas sarung tangan karet lapis terakhir
dan buang kedalam kantong plastik kuning.
l) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan dengan cairan
desinfektan.
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan desinfektan.

2) Pembersihan tumpahan dari tubuh pasien (darah,urin dan tinja):


a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan di bersihkan.
d) Serap cairan darah,urin dan tinja dengan kertas tisu atau lap sampai benar-
benar kering kemudian masukan kertas tisu atau lap bekas kedalam kantong
plastik warna kuning.
e) Lap meja,kursi dan tempat tidur dengan menggunakan kain lap yang telah di
campur dengan cairan disinfektan.
f) Pel lantai dengan air yang telah di campur cairan desinfektan secara merata
sampai benar-benar kering.
g) Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung tangan) yang
telah selesai di gunakan lalu buang ke dalam kantong plastik warna kuning.
h) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan cairan
desinfektan.
i) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun antiseptik.

3) Pelaksana pembersihan tumpahan cairan dilakukan oleh kontraktor yang di


tunjuk dan dikerjakan jika terjadi tumpahan cairan.
4) Pengawasan dilakukan oleh INSTALASI Urdal.
5) Peralatan dan bahan kimia yang digunakan.

i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
60
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.

j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan bahwa
setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan tanda peringatan
misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang licin dan
harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan ruangan
harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien, petugas, dan
pengunjung lainnya.

k. Pengolahan Air Limbah.


Akibat kegiatan operasional Rumah Sakit, akan timbul sampah/ limbah. Limbah -
limbah tersebut dibedakan atas : Limbah Cair dan Limbah Padat (Medis dan Non Medis).
Limbah Cair di RSU Dharma Ibu Ternate berasal dari air buangan kamar mandi, wastafel,
toilet, buangan kegiatan Laboratorium, Kamar Bedah, laundry dan Dapur.
Semua limbah cair tersebut akan dialirkan langsung ke tangki IPAL untuk
diproses secara Fisika.
Limbah cair yang berasal dari laundry akan ditampung dahulu di dalam sumur
penampung untuk kemudian dipompa ke tangki IPAL, sedangkan limbah cair yang berasal
dari dapur akan dialirkan dahulu ke bak perangkap lemak (grease trap) untuk menangkap
lemak – lemak yang terbawa.
Air limbah dapur yang telah dipisahkan dari lemak akan dipompa juga ke tanki IPAL.
Setelah semua limbah cair menjalani proses pengolahan di tangki – tangki IPAL, maka hasil
olahannya bisa dipergunakan untuk penyiraman tanaman di halaman Rumah Sakit dan
dialirkan ke saluran pembuangan air kotor kawasan Rumah Sakit Tk III Baladhika Husada.
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Test air limbah dilakukan setiap satu bulan sekali.


Standar Baku Mutu (Test Air Limbah) yang dikeluarkan oleh Kepmen lingkungan
Hidup adalah :
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. pH - 6–9
2. COD mg/L 80
3. BOD5 mg/L 30
4. TSS mg/L 30
5. NH3 Bebas mg/L 0,1
6. PO4 mg/L 2

l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
61
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m
di Ruang Tunggu terbuka (public area).
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan katagori
atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi kantong
plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk sampah
non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk sampah
medis.
(3) Box khusus untuk limbah infeksius berupa benda tajam (spuit,
cartridge dll).

2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah sementara
(TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas kebersihan yang telah menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu yang telah ditentukan.

3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah dan kemudian
setiap 3 hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan keluar Rumah Sakit untuk dimusnahkan
sedangkan sampah medis di angkut oleh dinas Kesehatan

4) Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal seminggu sekali dan
disemprot dengan desinfektan.

Tata laksana sanitasi penyehatan makanan dan minuman:


a. Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang
mempengaruhi kualitas makanan dan minuman, meliputi :
1) Bahan makanan.
2) Penjamah makanan.
3) Tempat penyajian.
4) Perlengkapan.

b. Tata cara pelaksanaan:


1) Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan
penerimaan barang dengan memperhatikan syarat jumlah (proses
penimbangan) dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah,
expired date, kaleng rusak dll).
2) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus bahan
makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga dan
terlindung dari serangga.

62
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan
dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll)
disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip
First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai penyakit
menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup
rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan
tersebut tidak boleh digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung
tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
9) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
10) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
11) Peralatan agar segera dHCUci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat
bersih dan terlindung dari pencemaran.
12) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi, disimpan
di chiller selama 1 x 24 jam

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

1. MONITORING dan EVALUASI


a. Keselamatan dan keamanan
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan inspeksi keseluruh
bangunan dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan
program keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi Penatalaksanaan
Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pada
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi.
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan pencapaian
dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali kepada
Karumkit.
63
5) Manajemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi setiap 2
tahun seka li oleh koordinator dan MFK.

b. B3 (Bahan berbahaya dan beracun)


1) menyusun program monitoring terhadap pengelolaan B3 dan limbah
berbahaya rumah sakit.
2) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi Penatalaksanaan
Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan analisis dan
rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah yang aman bagi
lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan yang dibuat secara
rutin setiap 6 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi setiap 2
tahun sekali.

c. Tanggap darurat Bencana


1) Koordinator kebakaran pada tim K3 dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik untuk
penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian tahunan
yang dilakukan.

d. Pengendalian kebakaran
1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan yang
dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit aman
saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi termasuk
program pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian pada
prosedur evakuasi pasien.

e. Peralatan medis
1) Kordinator pengamanan peralatan medis menyusun rencana inspeksi yang
selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan
dengan rekomendasinya
2) Anggota pengamanan peralatan medis melakukan inspeksi regular setiap
bulan dan melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kaur Jangmedmenyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan yang
juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis rumah
sakit.

64
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem utilitas
yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi bahan
untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan
perkembangan system tsb.

BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSU Dharma Ibu Ternate dibuat
sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitas dan keselamatan di RSU Dharma Ibu
Ternate.

Ternate,
Direktur RSU Dharma Ibu Ternate

65
Dr. Sutomo Raharjo, Sp.A

LAMPIRAN
SIMBOL B3
No Arti simbol dan APD yang Simbol No Arti simbol dan APD yang Simbol
. digunakan . digunakan
1 Simbol B3 bersifat mudah 6 Simbol B3 bersifat korosif
meledak (corrosive)
(explosive) APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
Jauhkan dari api masker
2 Simbol B3 bersifat oksidasi 7 Simbol B3 bersifat
(oxsidizing) berbahaya bagi lingkungan
66
APD yang digunakan : (dangerous for
Sarung tangan, google, environment)
masker APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
3 Simbol B3 bersifat mudah 8 Simbol B3 bersifat
menyala karsinogenik, teratogenik
(flammable) dan mutagenik
Jauhkan dari api (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
4 Simbol B3 bersifat beracun 9 Simbol B3 bersifat bahaya
(toxic) lain berupa gas
APD yang digunakan : bertekanan
Sarung tangan, google, (pressure gas)
masker
Jauhkan dari api
5 Simbol B3 bersifat iritasi 10 Simbol B3 Klasifikasi
(irritant) bersifat berbahaya
APD yang digunakan : (harmful)
Sarung tangan, google, APD yang digunakan :
masker Sarung tangan, google,
masker

CONTOH MSDS BERSIFAT MUDAH TERBAKAR:


LEMBARAN DATA PENGAMAN

CONTOH:
Rumus Kimia : C2H5OH Penandaan:
Berat Molekul : 45.1

67
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
         
Kebakaran   Air Dilarang merokok  
    Tabung CO2 Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi sakit kepala bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi  
Lokal
  Pusing bawa ke IGD jika perlu exhaust
Pakai
  Batuk     masker
singkirkan bahan pakaian yangSarung
2. Kulit kemerahan terkontaminasi tangan
    aliri dengan banyak air    
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
  Merah bawa ke IGD jika perlu    
pakai
4. Tertelan sakit kepala cuci mulut dengan banyak air masker
  Pusing bawa ke IGD jika perlu    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis  
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air  
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator  
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama,
Perhatian segera bawa ke IGD
         

CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT BERACUN / TOXIC


LEMBARAN DATA PENGAMAN / MSDS
CONTOH
Rumus Kimia : C46H56N4O10.H2SO4
Berat Molekul : 923,1 g/mol Penandaan:
Pemadam
Tipe Bahaya Bahaya api Manajemen Kebakaran
         
68
Kebakaran Gas beracun Air Dilarang merokok  
Tabung
  Nitrogen oksida CO2 Hindarkan dari nyala api, percikan api
  sulfur oksida   Memakai perlengkapan pemadam
      Kebakaran  
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi iritasi saluran bawa ke udara segar Ventilasi  
beri nafas buatan/oksigenasi bila tidak
  Nafas bernafas Lokal exhaust
  Batuk segera bawa ke IGD  
  Bersin        
Alat pelindung
2. Kulit iritasi tanggalkan pakaian yang terkontaminasi kerja
cuci kulit dengan sabun dan banyak air 15
  Merah menit    
    segera bawa ke IGD    
cuci mata dengan banyak air selama 15 Kacamata
3. Mata iritasi berat menit pelindung
  Merah segera bawa ke IGD Pelindung muka
  mata berair        
4. Tertelan Melilit kumur-kumur, minum air banyak    
  Diare minum susu atau putih telur    
    segera bawa ke IGD    
Manajemen tumpahan  
- Jauhkan orang lain dari daerah tumpahan  
- Pakai alat pelindung kerja, sarung tangan dan alat pelindung nafas  
- Serap sisa tumpahan dengan handuk penyerap atau bantal penyerap  
- Hindari dari menghirup debu tumpahan  
- Bersihkan bahan yang tersisa dengan deterjen dan banyak air
 
- Buang limbah di kantong plastik ungu khusus obat sitostatika  
Penyimpanan        
Simpan di tempat kering, gelap, dan sejuk (2-8 C).  
Untuk semua kasus pemaparan, setelah penanganan pertama, segera bawa ke
Perhatian IGD.

CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT OKSIDATOR

LEMBARAN DATA PENGAMAN


Rumus Kimia : H2O2 Penandaan:
Berat Molekul : 34
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
          
69
1. Inhalasi sakit kepala bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi  
  Pusing bawa ke IGD jika perlu Lokal exhaust
  Batuk    Pakai masker
singkirkan bahan pakaian yang
2. Kulit kemerahan terkontaminasi Sarung tangan
    aliri dengan banyak air    
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
  Merah bawa ke IGD jika perlu    
4. Tertelan sakit kepala cuci mulut dengan banyak air pakai masker
  Pusing bawa ke IGD jika perlu    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis  
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air  
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan NaOH, pelarut organik  
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama,
Perhatian segera bawa ke IGD

LEMBARAN DATA PENGAMAN


CONTOH
XYLENE ( = xylol ) Penandaan:

70
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
 Kebakaran  +++  CO2,busa & serbuk Dilarang merokok  
 Mudah
terbakar Hindari dari nyala api,
Uapnya lebih percikan api.
berat dari udara Hindari kerja di tempat
dan ada panas.
kemungkinan Kasus kebakaran:
terbentuk dilarang berdiri di
campuran daerah berbahaya tanpa
dengan udara menggunakan baju
yang dapat pelindung dan alat
meledak. pernafasan sendiri.  
    Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
Ventilasi,kipas
Hirup udara segar, bila henti nafas lakukan pembuangan
1. Inhalasi Sesak nafas resusitasi . asap  
Lokal exhaust
    Pakai masker
2. Kulit kemerahan Cuci / bilas kulit dengan air banyak. Sarung tangan
    Lepas baju yang terkontaminasi.    
           
Kemerahan Bilas dengan air banyak selama 10 menit
Nyeri dengan membuka kelopak mata, lalu segera Kacamata
3. Mata Pandangan bawa ke dokter mata. pelindung
  kabur Bawa ke IGD    
         
4. Tertelan Pusing,gelisah Cegah pasien muntah pakai masker
Beri korban minum activated charcoal (20-
  Mual,muntah 40 g    
  Kram lambung Dalam 10% slirty),  Segera bawa ke IGD.    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis,  
- Bersihkan lantai/wadah dengan banyak air  
- Dilarang buang ke
dalam dalam saluran  Air kotor, karena  Bahaya meledak.    
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator  
Temperatur < 25°C  
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama, segera
Perhatian bawa
  ke IGD        

71
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT KOROSIF
LEMBARAN DATA PENGAMAN

CONTOH

Rumus Kimia : CH3COOH Penandaan:


Berat Molekul : 60
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam Api Manajemen Kebakaran
 * Hindarkan dari nyala api,
 Kebakaran + +     Serbuk Kimia percikan api,  
Dilarang merokok.
* Kasus kebakaran: jaga wadah
tetap
Dingin dengan penyemprotan air
* Diatas suhu 40 C , system
tertutup,
Ventilasi, alat listrik pelindung
Peledakan.  
Pertolongan
Pemaparan Gejala / Bahaya Pertama Pencegahan
Rasa Bawa ke udara
pedih/terbakar disegar, istirahat,
hidung, nyeriposisi setengah
telan, batuk,tegak, cepat bawaVentilasi, Local exhaust, pelindung
1. Inhalasi sesak nafas ke dokter. pernafasan / masker.  
Lepas baju yang
Kemerahan, terkontaminasi, cuci
nyeri melepuh,kulit dengan banyak
luka bakar seriusair / shower, bawa
2. Kulit (grade 3) ke dokter / IGD Sarung tangan
Kemerahan,
nyeri, pandanganCuci mata dengan
kabur, merusakair banyak, cepat
3. Mata jaringan mata. bawa ke dokter IGD Pelindung muka
Kram lambung,Kumur-kumur,
diare, muntah,minum air banyak,
merusak selcepat bawa ke
4. Penelanan pencernaan dokter IGD
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bocoran cairan ke dalam Wadah tertutup.  
- Bersihkan bahan yang tersisa
dengan Air yang banyak  
72
Penyimpanan       
Dalam wadah tertutup rapat , di tempat tahan api  
Untuk semua kasus pemaparan , setelah penanganan pertama, segera
Perhatian bawa ke dokter IGD.
Simbol B3 menurut EEC (European Economic Cooperation)

73
74

Anda mungkin juga menyukai