STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan Direktur,
OPERASIONAL 19 Mei 2014
Dr. Supriyono, Sp. OG (K) Onk
Pengertian : Konflik di dalam rumah sakit merupakan interaksi antara
dua atau lebih para pihak (pasien dan atau keluarga dengan pihak rumah sakit) yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Tujuan : Meredakan dan memberi solusi sehubungan dengan
pribadi seseorang dan juga lingkungannya yang mengalami ketidak senangan dan ketidak setujuan terhadap suatu hal (pelayanan rumah sakit) yang kemudian menimbulkan ketimpangan dan ketidaknyamanan kepada dirinya sendiri.
Kebijakan : SK Direktur Nomor: 042/SK/RSIA-PT/V/2014, tanggal
19 Mei 2014, tentang Penyelesaian Konflik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pondok Tjandra
Prosedur : 1. Mengidentifikasi faktor penyebab konflik, antara
lain: 1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Misal: pasien tidak memahami penjelasan yang diberikan perawat karena banyak menggunakan istilah kesehatan. 2. Perbedaan latar belakang kebudayaan. Misal: perbedaan asal usul suku antara petugas dengan pasien yang membawa karakter berbeda. 3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Misal: keinginan pasien untuk segera diberi obat, namun petugas harus mengikuti aturan yang ada dalam standar prosedur operasional. 4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Misal: perubahan pola pikir pasien yang semula bersedia membayar dengan tarif swasta, namun karena rawat inap yang lama mereka berubah pikiran untuk menggunakan fasilitas BPJS.
2. Mengenal asal usul konflik (konflik internal), atau
disebut konflik batin adalah suatu konflik ke dalam yang bersifat pribadi, tidak menimbulkan friksi dengan manusia lainnya, penyelesaiannya relatif lebih mudah. Misal: pasien ingin dirawat di kelas VIP namun biayanya terlalu tinggi, maka setelah pasien memutuskan dirawat di kelas dibawahnya dan pasien merasa mampu membayar, maka usai sudah konflik yang menyertainya.
3. Mengenal asal usul konflik (konflik eksternal),
dikenal juga sebagai konflik sosial adalah konflik yang bersifat terbuka, yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang (pasien dengan pihak rumah sakit). Misal: seorang pasien setelah disuntik obat tertentu mengalami reaksi alergi, maka pasien merasa dirugikan sehingga meminta pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit.
4. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menanggapi konflik, antara lain:
1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan,
menyampaikan kesulitan pada orang yang di percaya, sehingga orang lain bisa membantu dengan saran-saran dan ikut memecahkan kesulitan. 2. Menghindari kesulitan untuk sementara waktu, jika tetap bersitegang hati hendak mengurus kesulitan yang berat, maka merupakan penghukumuan diri sendiri, dan tidak mampu menemukan jalan keluar yang baik. 3. Menyalurkan kemarahan, dengan menghapus dan meredakan kemarahan pasti lebih mampu dan lebih siap menghadapi kesulitan secara rasional. 4. Bersedia menjadi pengalah yang baik, jika sekiranya yakin berdiri di pihak yang benar, berlakulah selalu tenang, dan bersedia mengaku salah, jika ternyata kemudian memang salah. Lebih baik mengalah meski dipihak yang benar, maka lawan juga bersedia mengalah pada saat lain. Keuntungannya ialah: (a) Terbebas dari tekanan batin dan konflik, (b) Menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal yang praktis, (c) Mendapatkan kepuasan dan mencapai kematangan pribadi. 5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas, jJika terlalu sibuk dengan diri sendiri , cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi di masyarakat dan memberikan arti hidup serta memberikan kepuasan dan keindahan karena merasa berguna. 6. Menyelesaikan satu tugas dalam satu saat, pilihlah satu pekerjaan yang harus diselesaikan paling dahulu dengan mengesampingkan tugas lain. Jika dapat menyelesaikan kesukaran yang pertama ini, maka kesulitan yang lain dengan mudah diatasi. Jika tidak mampu memecahkan satu persoalan, maka bertanyalah pada diri sendiri (introspeksi diri). 7. Jangan menganggap diri terlalu super, jangan membebani diri sendiri dengan tugas dan cita-cita yang sekiranya tidak sanggup mencapainya. 8. Menerima segala kritik dengan dada lapang, bahwa setiap pribadi mempunyai hak berkembang sebagai individu yang unik, otonom, dan bebas, hendaknya kita mampu menerima segala macam kritik dengan lapang dada demi perkembangan pribadi kita.
9. Memberikan kemenangan pada orang lain,
adanya unsur kerjasama (mutlak harus ada) demi kelangsungan hidup individu dan kehidupan bersama, demi ketententraman dan kebahagiaan insani. Kerjasama merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam kehidupan bersama. Jika bersedia menerima orang lain sebagai pemenang, hal ini akan memudahkan pengertian diri sendiri.
5. Usaha meredakan konflik dalam mencapai kestabilan
dinamakan akomodasi. Pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi, sebagai berikut: 1. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak
ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
4. Konsiliasi, yaitu usaha mempertemukan
keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
5. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian
perkara atau sengketa di pengadilan.
6. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu
pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
7. Subjugation atau domination, yaitu orang atau
pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
8. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang
ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
9. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok
mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas.
10. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
11. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan
mempertimbangkan kembali pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak sepakat.
Instalasi terkait : Semua unit pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pondok Tjandra
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik