Gejala Difteri
Gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah
seseorang terinfeksi. Meskipun demikian, tidak
semua orang yang terinfeksi difteri mengalami
gejala. Apabila muncul gejala, biasanya berupa
terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang
menutupi tenggorokan dan amandel penderita.
Selain muncul lapisan abu-abu di tenggorokan,
gejala lain yang dapat muncul meliputi:
Sakit tenggorokan
Suara serak
Batuk
Pilek
Demam
Menggigil
Lemas
Muncul benjolan di leher akibat
pembengkakan kelenjar getah bening
Suntikan antiracun
Dokter akan memberikan suntikan antiracun
(antitoksin) difteri guna melawan racun yang
dihasilkan oleh bakteri difteri. Sebelum suntik
dilakukan, pasien akan menjalani tes alergi kulit
untuk memastikan tidak ada alergi terhadap
antitoksin.
Obat antibiotik
Untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi
infeksi, dokter akan memberikan antibiotik,
seperti penisilin atau erythromycin. Antibiotik perlu
dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter,
guna memastikan tubuh sudah bebas dari
penyakit difteri. Dua hari setelah pemberian
antibiotik, umumnya penderita sudah tidak lagi
bisa menularkan penyakit difteri.
Penanganan difteri dilakukan di rumah sakit, guna
mencegah penularan difteri ke orang lain. Apabila
diperlukan, dokter juga akan meresepkan
antibiotik pada keluarga pasien.
Bagi pasien yang mengalami sesak napas akibat
selaput di tenggorokan yang menghalangi aliran
udara, dokter THT akan melakukan prosedur
pengangkatan selaput.
Komplikasi Difteri
Bakteri penyebab difteri menghasilkan racun yang
bisa merusak jaringan di hidung dan tenggorokan,
hingga menyumbat saluran pernapasan. Racun
tersebut juga bisa menyebar melalui aliran darah
dan menyerang berbagai organ.
Pada jantung, kerusakan jaringan akibat racun
dapat menimbulkan radang otot jantung
(miokarditis). Pada ginjal, menyebabkan gagal
ginjal. Dan pada saraf, menyebabkan
kelumpuhan.
Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat
penting dilakukan untuk mencegah dan
mengurangi keparahan komplikasi difteri.
Pencegahan Difteri
Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu
pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan
dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis).
Imunisasi DPT termasuk dalam imunisasi wajib
bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini
dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta
pada usia 5 tahun.
Guna memberikan perlindungan yang optimal,
vaksin sejenis DPT (Tdap atau Td) akan diberikan
pada rentang usia 10-12 tahun dan 18 tahun.
Khusus untuk vaksin Td, pemberian dilakukan
setiap 10 tahun.
Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang
belum pernah mendapat imunisasi DPT atau tidak
mendapat imunisasi lengkap, dapat diberikan
imunisasi kejaran sesuai jadwal yang
dianjurkan dokter anak. Khusus bagi anak-anak
yang sudah berusia 7 tahun ke atas dan belum
mendapat imunisasi DPT, dapat diberikan vaksin
Tdap.