i
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEJIRAN SETASON
Jl. Kadur Dalam Muntok – Bangka Barat Tlp. 0822-89176256
email: rsud.sejiransetason@ymail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEJIRAN SETASON BANGKA BARAT
Nomor : / / /
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN RAWAT INAP RUANG DAHLIA
ii
Ditetapkan di : Muntok
Pada tanggal : Desember 2022
Plt. Direktur RSUD Sejiran Setason
Kabupaten Bangka Barat
iii
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman:
i
K. Pindah Pasien ke ruangan Lain 14
L. Menyiapkan Pasien Pulang 15
M. Merujuk Pasien / Pindah Rumah Sakit 17
BAB V LOGISTIK
A. Standar Alat Medis / Keperawatan 18
B. Standar Alat Rumah Tangga 18
C. Standar Alat Tulis Kantor 19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian 21
B. Tujuan 21
C. Standar Keselamatan Pasien 21
BAB VII KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan 23
B. Tujuan 24
C. Tindakan yang berisiko terpajan 24
D. Prinsip keselamatan kerja 24
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 25
BAB IX PENUTUP 28
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang penting dalam strategi
pelayanan kesehatan. Bidan bertugas memberikan pelayanan asuhan
kebidanan komprehensif yang salah satu tugasnya adalah fokus pada
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
yang menjadi tolak ukur kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Peningkatan kinerja bidan dalam pelayanan asuhan kebidanan
komprehensif harus memberikan pelayanan yang berdasarkan standar
profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat.
Maka, peningkatan kinerja bidan dalam pelayanan asuhan kebidanan
komprehensif dalam pelaksanaan pelayanannya harus berdasarkan standar
tertulis yang telah ditetapkan untuk mencapai asuhan yang berkualitas,
khususnya pelayanan asuhan kebidanan di Ruang Rawat Inap.
Namun, keberhasilan dalam mengimplementasikan standar asuhan
kebidanan komprehensif sangat tergantung pada kinerja individual ataupun
kerjasama dalam tim, serta dari seluruh anggota profesi di Rumah Sakit.
Maka, diperlukannya Pedoman Pelayanan Rawat Inap di Ruang Dahlia
(Kebidanan).
B. Tujuan
Tujuan pedoman pelayanan rawat inap di Ruang Dahlia (Kebidanan)
untuk acuan pengelolaan ruang rawat inap dan pelayanan kebidanan
komprehensif sehingga dapat mewujudkan pelayanan asuhan kebidanan yang
aman dan nyaman sebagai bentuk dukungan program keselamatan pasien
(patient safety) di Indonesia, khususnya Rumah Sakit.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan rawat inap yang meliputi :
1. Pelayanan Medik.
2. Pelayanan Asuhan Kebidanan.
3. Pelayanan Farmasi.
4. Pelayanan Gizi.
5. Pelayanan Penunjang Medik.
1
D. Batasan Operasional
Rawat inap Ruang Dahlia (Kebidanan) adalah ruang pelayanan
asuhan kebidanan komprehensif yang memerlukan pelayanan asuhan
Rumah Sakit berkesinambungan lebih dari 24 jam.
E. Landasan Hukum.
1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Rawat Inap Ruang Bougenvile yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :
Kategori :
1 Orang Koordinator Ruangan
2 Orang Kepala Tim
4 Orang Pelaksana
2. Untuk Dinas Sore :
Kategori :
1 Orang Penanggung Jawab Shift / PPJP
4 Orang Pelaksana
3. Untuk Dinas Malam :
Kategori :
1 Orang Penanggung Jawab Shift / PPJP
4 Orang Pelaksana
3
C. Pengaturan jaga
Hari kerja rumah sakit adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu. RS
Umum Sejiran Setason Bangka Barat merupakan rumah sakit yang
beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum dan
disesuaikan dengan jam kerja rumah sakit.
Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur
secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan. Untuk karyawan yang
bekerja melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan
diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
GUDANG GUDANG
BERKAS CS GUDANG
WC WC WC
WC
NURSE STATION
KELAS 1 VK ISOLASI
KAMAR DOKTER
WC
WC WC
WC
WC
WC
WC
5
B. Standar fasilitas
a. Ruang dahlia memiliki beberapa ruangan :
- 1 ruangan khusus pasien kelas 1 memiliki 1 bed dengan fasilitas AC,
sofa bed dan televisi
- 2 ruangan khusus pasien kelas 2, masing-masing ruangan memiliki 2
bed dengan fasilitas AC dan 2 kursi plastik
- 3 ruangan khusus pasien kelas 3, 2 ruangan masing-masing memiliki
4 bed dengan fasilitas kipas angin dan kursi plastik, 1 ruangan
memiliki 3 bed dengan fasilitas kipas angin dan kursi plastik
- 1 ruangan untuk perawatan khusus memiliki 2 bed dengan fasilitas
kipas angin
- 1 ruangan untuk tindakan persalinan mimiliki 3 bed dengan fasilitas
AC dan hexos pen
- 1 ruangan untuk tindakan persalinan dengan pasien infeksi memilik
1 bed dengan fasilitas AC dan hexos pen
- 1 ruangan untuk tindakan penangan bayi baru lahir dan ruangan obat
- 1 ruangan nurse station dengan fasilitas AC
- 1 ruangan istirahat bidan dengan fasilitas kipas angin
- 1 ruangan istirahat dokter dengan fasilitas AC
b. Dahlia memiliki 3 pintu utama, tetapi hanya satu pintu yang digunakan
untuk alur keluar masuk untuk mengurangi resiko pasien kabur atau
penculikan bayi
c. Batasan-batasan wilayah ruangan dahlia
- Sebelah barat dahlia berbatasan dengan Sakura
- Sebelah timur dahlia berbatasan dengan Tulip
- Sebelah utara dahlia berbatasan dengan IBS
- Sebelah selatan dahlia berbatasan dengan Gizi
6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
B. Lapor DPJP.
1. Apabila pasien belum mendapatkan pemeriksaan DPJP rawat inap di
IGD atau di poliklinik maka bidan segera melaporkan pasien baru
kepada DPJP rawat inap.
2. Apabila bila setelah 3x pelaporan atau 2 jam mulai pasien baru masuk
tidak berhasil menghubungi DPJP maka bidan melapor kepada Dokter
Jaga Bangsal untuk mendapatkan terapi yang bersifat mengurangi
symptom.
3. Apabila setelah 24 jam DPJP yang telah ditunjuk tidak bisa dihubungi
maka Supervisor / Case Manajer menghubungi Manajer Pelayanan
Medik untuk menunjuk DPJP pengganti.
7
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Dokter membuat permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Formulir permintaan pemeriksaan dikirim ke unit laboratorium.
3. Semua persiapan pemeriksaan dilakukan oleh petugas ruangan yang
telah berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas laboratorium.
4. Petugas laboratorium melayani pengambilan sample darah selama 24
jam. Dalam pengambilan sample darah dilakukan oleh bidan ruangan
kemudian untuk sample diantar oleh keluarga pasien ke laboratorium.
D. Pemeriksaan Radiologi
1. Dokter membuat permintaan pemeriksaan Rawat Inap .
2. Untuk pemeriksaan tanpa kontras pasien dari bangsal di antar bidan,
datang ke Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan foto.
3. Jika pemeriksaan memerlukan kontras bidan akan mendaftarkan ke
Radiologi melalui telpon dan petugas Rawat Inap akan memberi
penjelasan tentang persiapan, inform consent dan penjadwalan kapan
waktu pelaksanaan pemeriksaan akan dilakukan.
8
b. Mengirim contoh darah dan formulir permintaan darah.
3. Unit Tranfusi Darah :
a. Menerima sampel darah dari bidan, memeriksa golongan darah
(jika belum ada) dan mencatat pada buku register.
b. Melakukan cross match.
c. Menyiapkan darah yang telah cross match dan meminta perawat
untuk mengambil darah.
4. Bidan :
a. Menerima darah sesuai pesanan.
b. Melakukan transfusi darah pada pasien sesuai prosedur.
G. Tindakan Operatif
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Menginstruksikan tindakan operasi
c. Menjelaskan ke pasien/keluarga.
2. Bidan
a. Menyiapkan form. Informed concent untuk diisi dan ditandatangani
oleh dokter serta pasien/keluarga.
b. Melapor ke Kamar Operasi/IBS
c. Menyiapkan pasien.
d. Mengirim pasien ke Kamar Operasi jika telah dipanggil dari kamar
operasi.
3. Petugas Kamar Operasi / IBS
a. Menerima pasien
b. Mengecek kelengkapan persiapan operasi.
c. Melaksanakan tindakan
d. Mencatat laporan perkembangan pasien
e. Memberitahu petugas ruang untuk mengambil pasien
4. Bidan
a. Mengambil pasien dan melakukan serah terima pasien.
b. Menempatkan pasien dikamar pasien.
c. Melakukan perawatan paska operasi sesuai kebutuhan rawat
berdasarkan hasil pengkajian ulang / asesmen ulang.
9
H. Pengadaan Diet.
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Menginstruksikan pemberian diet.
2. Bidan
a. Menulis diet di status pasien.
b. Memberi tahu petugas diet kebutuhan diet pasien baru/ perubahan
diet kepada petugas gizi melalui system informasi rumah sakit dan
bila perlu disertai pemberitahuan melalui telpon.
3. Petugas Gizi
a. Menerima permintaan diet dengan cara melihat permintaan melalui
system informasi rumah sakit dan telepon.
b. Menyediakan makan sesuai permintaan.
c. Menyajikan diet ke pasien sesuai jadwal penyajian.
10
b. Menempatkan kembali pada tempat /kamar pasien.
J. Pelayanan Fisioterapi.
1. Dokter :
a. Memeriksa pasien.
b. Menulis lembar konsultasi dengan dokter spesialis Rehabilitasi
medik
2. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Menginstruksikan kepada fisioterapis untuk tindakan fisioterapi.
3. Bidan
Memberikan informasi tentang instruksi dari Dokter Spesialis
Rehabilitasi Medik.
4. Petugas Pelayanan Fisioterapi :
a. Menerima pesanan dari bidan tentang tindakan fisioterapi.
b. Melaksanakan asuhan Fisioterapi sesuai permintaan dokter.
c. Mendokumentasikan asuhan fisioterapi pada rekam medis pasien.
11
f. Entry data pindah pasien pada SIMRS
L. Menyiapkan Pasien Pulang.
1. Dokter
Menyatakan pasien boleh pulang dan membuat resume pasien pulang
2. Bidan
a. Meneliti berkas catatan medik.
b. Melakukan verifikasi data billing untuk memastikan semua biaya
sudah dimasukkan kedalam SIMRS (komputer) meliputi biaya
akomodasi, visite, obat, pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan
& pemakaian BHP, biaya pemeriksaan diluar RS, dan lain-lain
c. Mengirim seluruh obat pasien, resume pasien pulang dan resep obat
ke bagian farmasi.
d. Menyampaikan kepada petugas keuangan untuk mempersiapkan
penyelesaian administrasi pasien rawat inap dengan menyebutkan
nama dan nomer RM.
e. Memberitahu keluarga untuk menyelesaikan administrasi ke bagian
keuangan (kasir) setelah mendapat informasi dari petugas keuangan
bahwa administrasi siap diselesaikan.
3. Petugas Farmasi.
a. Menerima resep, obat dan resume pasien pulang dari bangsal rawat
inap.
b. Segera entry biaya obat resep baru dan retur obat.
c. Menyiapkan obat baru sesuai resep.
d. Menyiapkan obat-obat yang akan dibawa pulang pasien sesuai daftar
obat pada discharge planning.
e. Menerima nota penyelesaian administrasi pasien.
f. Menyerahkan obat.
g. Menyerahkan kembali nota penyelesaian administrasi pasien dan
discharge planning kepada pasien / keluarga untuk diberikan kepada
perawat di bangsal perawatan.
h. Mengucapkan terima kasih.
4. Petugas Keuangan (kasir)
a. Menerima pemberitahuan dari perawat bangsal rawat inap.
b. Membuka billing.
c. Melakukan verifikasi dan melengkapi data billing sesuai dengan
catatan / note perawat.
12
d. Mempersiapkan rincian biaya, nota pelunasan dan nota penyelesaian
administrasi.
e. Memberitahukan kepada perawat bangsal rawat inap bahwa
administrasi siap diselesaikan.
f. Menyelesaikan administrasi dengan keluarga.
g. Menyerahkan nota asli dan nota penyelesaian administrasi kepada
pasien / keluarga.
h. Meminta pasien / keluarga ke bagian farmasi untuk mengambil obat
yang akan dibawa pulang dengan menyerahkan nota penyelesaian
administrasi.
i. Mengucapkan terimakasih.
5. Bidan
a. Menerima nota penyelesaian administrasi dan discharge planning.
b. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Mengantar pasien sampai pintu utama.
d. Mengucapkan terimakasih dan selamat jalan.
13
a. Menerima bukti penyelesaian administrasi dari keluarga.
b. Mengantar/Mengirim pasien sesuai kebutuhan.
BAB V
LOGISTIK
14
12. Kursi Ruang Perawat Fultura 4 : 1 Ruang 4
13. Meja Ruang Jaga Perawat Geniotec 1 : 1 Ruang 1
14. Ember Mandi Plastik 1 : 1 KM 5
15. Tempat Sampah Infeksius Plastik 2 : 1 Ruang 2
16. Tempat Sampah Jarum Plastik 2 : 1 Ruang `2
Suntik & Kaca
17. Kursi Roda Yopitra 2 : 1 Ruang 2
18. Calculator Citizen 1 : 1 Ruang 1
19. Rak Sepatu Plastik 1 : 1 Ruang 1
20. Sofa Busa 1 : 1 Ruang 6
21. Televisi LG 1 : 1 Ruang 3
15
20. Blanko Kendali Obat Kertas Cetak
21. Blanko Surat Keterangan Cetak Bendel
22. Penggaris Mika Butterfly
23. Trigonal Clips Sea Gull
16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
17
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
18
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk
berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan
yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus
menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga
19
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas
harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
21
Metodologi : Retrospektif
Tipe Pengukuran : Proses
Waktu Pelaporan : Bulanan
Frekwensi Pelaporan : Triwulan
Target Kinerja : 80
Standar Kinerja : 90
Jumlah Sample : 30 pasien setiap ruang rawat inap perbulan
Area Monitoring : Seluruh unit rawat inap
Kode :
Nama Indikator Mutu : ANGKA INFEKSI JARUM INFUS (PHLEBITIS)
Definisi Operasional : Angka kejadian terjadinya infeksi pembuluh darah vena
(phlebitis) yang timbul setelah 3x24 jam di ruang rawat
inap
22
Waktu Pelaporan : April, Juli, Oktober, Januari
Frekwensi Pelaporan : Setiap 3 bulan
Target Kinerja : < 1,5 per-mill
Standar Kinerja :0%
Jumlah Sample : Seluruh hari terpasang infus
Area Monitoring : Ruang Rawat Inap
Rencana Komunikasi : Dalam Rapat Struktural dan Sistem Manajemen Informasi
Dokumen Akreditasi
Kode :
Nama Indikator Mutu : ANGKA KETERLAMBATAN ASESMEN AWAL
KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP
: Assesmen awal keperawatan pasien rawat dilakukan lebih dari
Definisi Operasional
1 x 24
Penanggung Jawab : Supervisor Unit Rawat Inap
Kebijakan Mutu : Kelengkapan Assesmen Pasien
Dasar Pemikiran : Standar AP.1
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus
diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu
proses asesmen yang baku.
Numerator : Jumlah asesmen awal keperawatan pasien rawat inap yang
dilakukan lebih dari 1 x 24 jam dalam periode tertentu
Denominator : Jumlah pasien baru rawat inap dalam periode yang sama.
Formula : Jumlah asesmen yang lebih dari 1 x 24 jam dalam periode tertentu
x 100 %
Jumlah pasien baru rawat inap dalam periode yang sama.
Kriteria Inklusi : -
Kriteria Ekslusi : -
Metodologi : Concurrent
Tipe Pengukuran : Proses
Waktu Pelaporan : Januari, April, Juli, Oktober
Frekwensi Pelaporan : Setiap 3 bulan
Target Kinerja :0%
Standar Kinerja :0%
Jumlah Sample : Seluruh pasien rawat inap
Area Monitoring : Ruang Rawat Inap
: Dalam Rapat Struktural dan Sistem Manajemen Informasi
Rencana Komunikasi
Dokumen Akreditasi
23
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sejiran Setason Bangka Barat
merupakan bagian integral dan system pelayanan Rumah Sakit. Upaya
peningkatan mutu pelayanan Rawat Inap berarti peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan
batasan operasinal, standart ketenagaan, standart fasilitas, tata laksana, logistik.
Hal tersebut diperlengkapi dengan keselamatan pasien, dan keselamatan kerja
agar diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan
indikator mutu pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan
outcome dapat memberikan gambaran mutu Unit Rawat Inap . Standart Pelayanan
Unit Rawat Inap ini disusun untuk membenikan informasi tentang hal-hal
tersebut.
Pedoman standart Pelayanan Rawat Inap ini diharapkan menjadi acuan
bagi pelaksanan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga
indikator mutu output dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini berharap dapat
bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumberdaya sehingga indikator mutu
input dapat tercapai.
24