KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah
diberikan sehingga Pedoman Pelayanan Ruang ICU/ICCU RSUD Srengat
Kabupaten Blitar berhasil diselesaikan.
Pedoman Pelayanan Ruang ICU/ICCU RSUD Srengat Kabupaten Blitar
merupakan pedoman bagi perawat yang ada kaitannya dengan Ruang ICU/ICCU
RSUD Srengat Kabupaten Blitar dalam tata cara penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.
Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang pengorganisasian layanan
keperawatan secara umum dan hubungannya dengan unit lain di Ruang ICU/ICCU
RSUD Srengat Kabupaten Blitar.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam dalamnya
atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Ruang
ICU/ICCU RSUD Srengat Kabupaten Blitar.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRENGAT 7
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SRENGAT 7
BAB I 10
PENDAHULUAN 10
A. Latar belakang 10
B. Ruang Lingkup Pelayanan 10
C. Batasan Operasional 11
D. Klasifikasi 12
E. Landasan Hukum 12
BAB II 14
STANDAR KETENAGAAN 14
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 14
B. Standar Kompetensi Perawat ICU 15
1. Kompetensi untuk Perawat 15
2. Kompetensi Perawat Kepala Ruang 17
C. Distribusi Ketenagaan 17
D. Pengaturan Jaga 18
E. Pelatihan 19
F. Ketentuan Pengunjung. 19
BAB III 21
STANDAR FASILITAS 21
A. Denah Ruang 21
B. Standar Fasilitas 22
C. Pemeliharaan, Perbaikan dan Kalibrasi Peralatan 24
1. Tujuan 24
2. Peralatan 24
3. Monitoring Peralatan 24
4. Prosedur 25
BAB IV 26
4
LOGISTIK 40
A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat 40
1. Pengertian 40
2. Tujuan 40
3. Prosedur permintaan alat kesehatan dan obat emergency 40
4. Prosedur penggantian alat kesehatan dan obat emergency
yang sudah digunakan oleh pasien 40
B. Prosedur penyediaan floor stok 41
1. Pengertian 41
2. Prosedur 41
C. Perencanaan Peralatan/Peremajaan 41
1. Pengertian 41
2. Tujuan 41
3. Prosedur 41
BAB VI 43
KESELAMATAN PASIEN 43
A. Pengertian 43
B. Tujuan 43
C. Tatalaksana 44
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien 44
2. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif 44
3. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu
Diwaspadai (High-Alert) 45
4. Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-
Pasien Operasi 45
5. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan 45
6. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh 46
BAB VII 47
KESELAMATAN KERJA 47
A. Tujuan 47
B. Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja, Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana (K3) 48
1. Keselamatan kerja 48
2. Strategi pencegahan resiko infeksi / kecelakaan kerja 48
3. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh 48
4. Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana 48
6
BAB VIII 50
PENGENDALIAN MUTU 50
A. Angka Ketidaklengkapan Rekam Medis 50
B. Angka Kematian Spesifik 50
C. Angka Infeksi Nosokomial (Pneumonia, Infeksi Saluran Kemih,
Infeksi Jarum Infus) 50
1. Pneumonia 51
2. Infeksi Saluran Kemih 52
3. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) 53
a. IADP 53
b. Plebitis 53
c. Kriteria klinis IADP 53
D. Indikator Klinik dan Insiden Keselamatan Pasien 54
BAB IX 55
PENUTUP 55
PENYELENGGARAAN PELAYANAN ICU DI RUMAH SAKIT 56
PENGORGANISASIAN 59
A. STRUKTUR ORGANISASI 59
B. URAIAN TUGAS 59
C. Dokter / Dokter Spesialis 60
PELATIHAN 62
A. PELATIHAN 62
B. EVALUASI PENILAIAN KINERJA PERAWAT 63
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK DI ICU 65
7
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUANG ICU/ICCU
RSUD SRENGAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Srengat ditetapkan Pedoman Pengorganisasian Ruang
ICU/ICCU RSUD Srengat, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum KESATU
sebagai acuan penatalaksanaan pelayanan di Ruang
ICU/ICCU
KETIGA : Akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya
apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan Peraturan
ini.
KEEMPAT : Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : SRENGAT
Pada tanggal :
DIREKTUR
RSUD SRENGAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan khusus, yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera
atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial yang mengancam
jiwa dengan prognosis dubia.
Jenis pelayanan yang diberikan di ruang intensif berbeda dengan
pelayanan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap
perawat ruang intensif sangat tinggi, banyaknya penggunaan alat medis yang
bervariasi, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi serta
mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan intensif bagi pasien, sesuai
dengan tugas dan fungsi pemberi jasa pelayanan maka dirasakan perlu untuk
menyusun buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit RSUD Srengat yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat atau mesin dan orang lain.
Bidang kerja ICU meliputi pengelolaan pasien dan administrasi unit.
Kebutuhan dari masing- masing bidang akan bergantung dari tingkat pelayanan
tiap unit.
1. Pengelolaan pasien langsung
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter spesialis
anestesi dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien
sakit kritis, menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter
yang ikut merawat pasien.
2. Administrasi Unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin
pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini
diperlukan partisipasi dokter spesialis anestesi pada aktivitas manajemen.
C. Batasan Operasional
1. ICU (Intensive Care Unit)
Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit
berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan
melibatkan tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih, serta didukung
dengan kelengkapan peralatan khusus.
2. Pasien sakit kritis
Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait, terintegrasi dan berkelanjutan, serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang
ketat dan terus-menerus serta terapi titrasi.
Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus-menerus serta
dilakukan intervensi untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
12
D. Klasifikasi
ICU RSUD Srengat tergolong ICU primer, dimana pelayanan ICU primer
hendaknya mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien
sakit gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran
penting dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan
bedah yang beresiko. ICU harus mampu melakukan ventilasi mekanik dan
pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. Kekhususan/
standar yg sudah dimiliki:
1. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain. Saat ini ICU RSUD Srengat berada satu lantai atau
berdekatan dengan ruang OK, dan ruang isolasi, sedangkan IGD,
laboratorium, dan radiologi berada 1 lantai di bawah ruang ICU
2. Memiliki kebijaksanaan atau kriteria penderita yang masuk, keluar serta
rujukan.
3. Memiliki seorang dokter anestesi sebagai koordinator ICU
4. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hb,
hematokrit, elektrolit, gula darah dan trombosit), rontgen, kemudahan
diagnostik dan fisioterapi.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Kepmenkes RI No. 1333/Menkes/SK/XII/2001 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
3. Kepmenkes RI No. 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Departeman Kesehatan
4. Kepmenkes RI No. 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan Dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan
5. Kepmenkes RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
6. Kepmenkes RI No. 1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 Dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat Dan
Kabupaten/Kota
13
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pasien sakit kritis membutuhkan pemantauan dan tunjangan hidup khusus yang
harus dilakukan oleh suatu tim, termasuk diantaranya dokter yang mempunyai dasar
pengetahuan, keterampilan teknis, komitmen waktu, dan secara fisik selalu berada di
tempat untuk melakukan perawatan titrasi dan berkelanjutan. Perawatan ini harus
berkelanjutan dan bersifat proaktif, yang menjamin pasien dikelola dengan cara
aman, manusiawi, dan efektif dengan menggunakan sumber daya yang ada,
sedemikian rupa sehingga memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan hasil
optimal.
C. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan terutama perawat di bagi berdasarkan metode tim, dimana
didalam setiap tim terdapat seorang ketua tim yang telah memenuhi persyaratan
minimal. Berikut kualifikasi perawat yang bertugas di ICU/ICCU RSUD Srengat:
1. Perawat pelaksana: minimal D3 Keperawatan, memiliki sertifikat pelatihan
ICU, dengan pengalaman klinik minimal 2 tahun di lingkup perawatan
2. Ketua tim (penanggung jawab shift): minimal D3 Keperawatan, memiliki
pengalaman kerja di ICU minimal 3 tahun, memiliki sertifikat ICU dan sertifikat
pelatihan tambahan
18
3. Perawat Kepala Ruangan: Ners dengan pengalaman sebagai ketua tim ICU
minimal 3 tahun, dan memiliki sertifikat manajemen keperawatan.
D. Pengaturan Jaga
Standar ideal untuk perbandingan antara perawat dan pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1 : 1, sedangkan perbandingan perawat dan
pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1 : 2. Saat ini kapasitas
tempat tidur ICU RSUD Srengat adalah 5 tempat tidur, dengan tempat tidur yang
disertai dengan ventilasi mekanik, maka standar ideal jumlah perawat adalah 3
perawat/shift.
1. Pengaturan jadwal dinas perawat, PP dan administrasi di ruang ICU/ICCU dibuat
dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan ICU/ICCU.
2. Jadwal dinas di buat untuk jangka waktu satu bulan dan disosialisasikan kepada
karyawan ICU/ICCU.
3. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut mengajukan usulan tertulis, sedangkan usulan tersebut bisa
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan
tidak mengganggu pelayanan maka permintaan disetujui).
19
4. Setiap tugas jaga atau shift harus ada penanggung jawab shift dengan syarat
perawat senior pada waktu shift tersebut.
5. Jadwal dinas dibagi tiga shift : pagi, sore, malam, libur dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan, maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu kepala ruang ICU/ICCU 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore dan dinas malam. Sebelum memberitahu kepala ICU/ICCU
perawat yang bersangkutan mencari pengganti jaga, apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka perawat yang pada
hari itu libur yang menggantikan.
Ketentuan petugas saat jaga yaitu :
1. Memakai pakaian kerja lengkap serta name tag.
2. Petugas (perawat, dokter, dan profesi lain) memakai alas kaki berupa sepatu/
sandal tertutup yang dalam kondisi bersih.
3. Petugas menggunakan APD sesuai dengan kebutuhan.
E. Pelatihan
Sebagai pra syarat untuk dapat menjadi perawat ICU antara lain :
1. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa
2. Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar
3. Pemasangan intervensi intravaskuler
4. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien
5. Program pengendalian infeksi
6. Program keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.
8. Pelayanan prima.
F. Ketentuan Pengunjung.
Saat pertama kali masuk ICU keluarga pasien atau pengunjung berhak :
1. Mendapatkan penjelasan tentang tata tertib di ICU.
2. Mendapatkan edukasi tentang hand hygiene.
3. Mendapatkan penjelasan tentang penggunaan sandal atau alas kaki saat
berkunjung ke ICU (sandal sudah disiapkan dalam kondisi bersih).
20
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Tabel 3. Fasilitas ICU
1. Tujuan
1. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan.
2. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
seharusnya.
3. Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
4. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis
yang diperlukan.
2. Peralatan
1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran, dan fungsi
ICU nya dan sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
2. Terdapat prosedur pengecekan berkala untuk keamanan alat
3. Peralatan dasar meliputi:
a. Ventilator
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat hisap
d. Peralatan monitor invasif dan non invasif
e. Defibrilator
f. Pompa infus dan pompa syringe
g. Peralatan portable untuk transportasi
h. Lampu untuk tindakan
3. Monitoring Peralatan
1. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen.
Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan
tekanan pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilator.
2. Pemantauan konsentrasi oksigen
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh
ventilator atau sistem pernafasan.
3. Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem pernafasan.
Pada penggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera
mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus
menerus.
4. Volume dan tekanan ventilator.
25
Volume yang keluar dari ventilator harus terpantau. Tekanan jalan nafas
dan tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat
mendeteksi tekanan yang berlebihan.
5. Suhu alat pelembab (humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.
6. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
7. Pulse oximeter
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU
8. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variable
fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis,
curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial,
suhu, transmisi neuromuskular, kadar CO2 ekspirasi.
9. Pemeliharan alat dilakukan secara berkesinambungan bekerjasama dengan
pihak ketiga dan dilakukan kalibarasi dan juga rencana peremajaan alat
minimal setiap 5 tahun sekali.
4. Prosedur
1. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang intensif mengisi buku permintaan
perbaikan rangkap 3 dan diantar ke bagian teknisi beserta alat yang rusak.
2. Setelah alat diperbaiki di tehnisi, alat dikembalikan ke ruang intensif.
3. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh tehnisi internal, maka alat diperbaiki oleh
tehnisi luar (melalui bagian pembelian).
26
BAB IV
yang dapat diberikan. Kepala Instalasi ICU bertanggung jawab atas kesesuaian
indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur
yang tersedia, Kepala Instalasi ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi
medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan
kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU.
• Lain-lain
• Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
• Monitoring ketat hemodinamik
• Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo / hipertermia)
• Terapi baru / dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi
• Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU
D. Kriteria keluar
Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang ketat dapat
dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP ruang ICU
dan tim yang merawat pasien.
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi psikologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan perawatan
ICU sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana
intervensi aktif, layak untuk keluar dari ICU dan mendapatkan tingkat
perawatan lebih rendah.
c. Pasien dan atau keluarga menolak untuk dirawat di ICU (pulang paksa)
2. Tanda vital
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit
b. Mean arterial pressure > 65 mmHg
c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg
d. Frekuensi napas 8-30 kali/menit
e. Diuresis > 0,5 ml/kgBB/jam
f. Spo2 > 93 % dengan nasal canul
g. Pasien sadar / tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube
h. Nilai Laboratorium
i. Natrium serum 125-150 mEq/L
j. Kalium Serum 3-5,5 mEq/L
k. Paow > 60 mmHg
l. pH 7,3-7,5
m. Glukosa serum 80-180 mg/dl
33
I. Monitoring Pasien
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan monitoring tanda-tanda
vital selama 24 jam.
2. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan kelainan, perawat ruang
intensif menginformasikan kepada DPJP/dokter jaga ruangan.
b. DPJP menulis pada rekam medis pasien terkait kondisi kematian batang
otak pasien.
c. Perawat ruang intensif menindak lanjuti instruksi DPJP.
M. Konsultasi
1. DPJP menginformasikan pada penanggung jawab pasien terkait dengan
konsultasi ke dokter spesialis lain.
37
O. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman dari ICU ke ruang rawat inap
2. Penanggung jawab pasien menginformasikan ke ruangan yang dituju,
menanyakan apa ada tempat, bila ada maka ruangan yang dituju menyiapkan
tempat.
3. Perawat ruang intensif yang bertanggung jawab mengantarkan pasiennya ke
ruang rawat inap yang dituju.
4. Perawat ruang intensif mengoperkan kondisi pasien dan menyerahkan
dokumen rekam medis pasiennya ke perawat ruangan
5. Pengiriman ke kamar bedah
6. Perawat ruang intensif menginformasikan rencana operasi kepada perawat di
kamar bedah bila setelah operasi pindah/alih rawat ke ruang bedah.
7. Perawat ruang intensif menyiapkan pasien untuk tindakan operasi
8. Perawat ruang intensif mengantar pasien ke kamar operasi
9. Pengiriman rujukan
10. DPJP menginformasikan kepada penanggung jawab pasien terkait
pemeriksaan yang akan dilakukan atau dirujuk ke rumah sakit lain
38
P. Rekam Medis
1. Rekam medis pasien yang meninggal/pulang/pindah ke rumah sakit lain
dilengkapi oleh DPJP
2. Setelah dilengkapi dikirim ke bagian rekam medis disertai buku expedisi
maximal 2x24 jam
BAB V
LOGISTIK
2. Prosedur
a. Jenis floor stok yang akan diminta dituliskan pada buku permintaan atau
pemakaian barang farmasi (rangkap 2) berwarna putih dan kuning.
b. Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan ke bagian logistik
farmasi.
c. Bila floor stok yang diminta sudah tersedia akan diserahterimakan ke
ruang intensif, lembaran berwarna putih untuk bagian logistik farmasi dan
lembaran kuning untuk arsip ruang intensif.
C. Perencanaan Peralatan/Peremajaan
1. Pengertian
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu proses
perencanaan atau pengadaan peralatan keperawatan baik medis atau non
medis yang belum atau sudah dimiliki oleh unit kerja.
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan peralatan keperawatan medis atau non medis di unit
kerja.
b. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya
c. Memenuhi standar pelayanan agar tetap dapat terjaga
3. Prosedur
a. Kepala ruang intensif care membuat usulan (RKBU) dalam 1 tahun untuk
perencanaan peralatan yang baru atau peremajaan yang ditujukan kepada
bagian pengadaan sesuai kebutuhan.
42
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit,
Depkes R.I. 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
B. Tujuan
Tujuh tujuan penanganan patient safety menurut Joint Commission
International antara lain:
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi secara efektif
3. Meningkatkan keamanan dari high-alert medications
4. Memastikan benar tempat, benar prosedur dan benar pembedahan pasien
5. Mengurangi risiko infeksi dari pekerja kesehatan
6. Mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.
44
C. Tatalaksana
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Elemen Penilaian SKP I
a. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua identitas pasien (nama, tanggal
lahir dan, register), tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien.
b. Pasien dipasang gelang identitas warna biru untuk laki-laki, merah muda untuk
wanita, merah untuk pasien alergi, kuning untuk pasien resiko jatuh, dan ungu
untuk pasien terminal atau DNR (Do Not Resusitation).
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru, 25% terjadi di negara-negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Salah satu
penularan HIV/AIDS melalui pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik.
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B
di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 2013 dan angka kesakitan
hepatitis C di masyarakat menurut WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Penyakit corona juga merupakan ancaman glabal. Penyakit ini mulai muncul
secara global tahun 2019 di China dan hamper menginfeksi seluruh dunia. Penyakit
ini merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini sering tidak dapat dikenali
secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan Umum” atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi petugas kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus-menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular agar dapat bekerja maksimal.
A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
48
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
1. Pneumonia
a. Pneumonia Nosokomial (HAP) adalah infeksi saluran nafas bawah,
mengenai parenkim paru tidak di intubasi dan terjadi > 48 jam hari rawat
dan tidak dalam masa inkubasi.
b. Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) adalah pneumonia di dapat bila lebih
dari 48 jam setelah menggunakan ventilasi mekanik.
1.1 Kriteria Diagnosis
1.1.1 Pada dewasa dan anak > 12 bulan
Didapatkan 1 dari
• Bunyi pernafasan menurun, rhonki basah ditambah salah satu :
Sputum purulen / perubahan sputum
Isolasi kuman biakan darah ( + )
Isolasi kuman patogen aspirasi trakea atau sikatan bronkus /
biopsi (+)
• Foto thorax infiltrat, konsolidasi, kavitasi, effusi pleura baru /
progresif ditambah salah satu :
Sputum purulen atau perubahan sputum
Isolasi kuman biakan darah ( + )
Isolasi kuman patogen aspirasi trakea / sikatan bronkus / biopsi
(+)
Antigen / isolasi / virus ( + ) dalam sekresi saluran nafas
Titer IgM atau IgG spesifik meningkat
1.1.2 Pada anak umur ≤ 12 bulan
Didapatkan 2 dari : Apneu, takipneu, bradikardi, wheezing
(mengi), ronkhi basah, batuk ditambah 1 diantara :
• Produksi sputum / sekresi saluran nafas meningkat dan purulen
• Isolasi kuman biakan darah ( + )
• Isolasi kuman biakan patogen aspirasi trakea / sikatan bronkus /
biopsi ( + )
• Antigen / isolasi virus ( + ) dalam sekresi saluran nafas
• Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4x
1.1.3 Faktor resiko HAP dan VAP
52
Insiden HAP:
Jumlah kasus HAP / bulan x
100%
Jumlah hari rawat seluruh pasien beresiko HAP / bulan
Insiden ISK:
Jumlah pasien baru positif ISK x 100%
Jumlah pasien dengan kateter urine selama periode tertentu
Insiden IADP:
Jumlah pasien baru positif IADP x 100%
Jumlah hari seluruh pasien terpasang CVC
BAB IX
PENUTUP
Buku pedoman pelayanan intensif ini mempunyai peranan penting karena
bermanfaat untuk meningkatkan mutu asuahan keperawatan di Ruang ICU/ICCU
Anggrek Miltonia khususnya dan di RSUD Srengat pada umumnya. Hendaknya
pedoman pelayanan intensif yang bersifat teknis dan praktis, ini dapat dimanfaatkan
serta berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga perawat di ruang intensif.
Penyusunan pedoman pelayanan intensif ini adalah langkah awal suatu
proses yang panjang. Sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dalam penerapan untuk mencapai tujuan.
DIREKTUR
RSUD SRENGAT
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut pada butir 2 dan 4 di
atas,maka sistem kerja tim multi displin adalah sebagai berikut:
• Sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi
pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.
• Kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
member instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.
• Kepala ICU berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan
usulan - usulan anggota tim.
6. Asas prioritas
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai dengan indikasi masuk
keICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku
asas prioritas dan indikasi masuk.
7. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ICU,
diperlukan timkendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu,
dengan tugasutamanya memberi masukan dan bekerja sama dengan staf
struktural ICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU.
8. Kemitraan profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping multi disiplin juga antar profesi,
yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal
maka perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan
mencakup semua profesi.
9. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis
Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi, teknologi tinggi, multi disiplin
dan multi profesi berdasarkan asas efektivitas, keselamatan dan ekonomis.
58
DIREKTUR
RSUD SRENGAT
PENGORGANISASIAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan HCU
di rumah sakit perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan
wewenang yang jelas dan terinci baik secara administrasi maupun secara teknis.
B. URAIAN TUGAS
Uraian tugas masing-masing personil tim adalah sebagai berikut:
• Koordinator/Ketua Tim pelayanan ICU:
Tugas pokok
• Menyelenggarakan upaya perayanan ICU sesuai dengan kemampuan
ketenagaan yang ada.
• Menyelenggarakan dan melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dengan berbagai disiplin dan sektor yang terkait.
Uraian tugas
• Merencanakan/membuat rencana kerja kebutuhan tim setiap tahunnya.
• Menyelenggarakan pelayanan ICU berdasarkan rencana kebutuhan
ketenagaan sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh direktur
rumah sakit.
• Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian serta pengembangan
ilmu kedokteran.
• Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun ke dan dari luar rumah
sakit.
• Menyelenggarakan kerjasama dengan tim/SMF (Staf Medik Fungsional)
lain di Rumah Sakit; serta hubungan lintas program dan lintas sektoral
melalui direktur rumah sakit.
• Bertanggung jawab atas laporan berkala pelayanan ICU.
• Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit
60
DIREKTUR
RSUD SRENGAT
TANGGAL :
PELATIHAN
A. PELATIHAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat
yang bekerja di ruang ICU/ICCU maka diperlukan pelatihan-pelatihan yang
mendukung profesionalisme agar senantiasa dapat memberikan pelayanan yang
bermutu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan
keperawatan.
Pelatihan yang diperlukan yaitu :
• INHOUSE TRAINING, yang meliputi :
• Pengenalan tanda kegawat daruratan yang mengancam nyawa
• Penatalaksanaan pada pasien syok
• Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler dan
interpretasi ECG serta penyegaran tindakan DC syok
• Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan respirasi
• Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan cerebrovaskuler
• Penyegaran mekanisme BCLS / BLS / PPGD
• Pemasangan intervensi intravaskuler
• Penyegaran SPO persiapan pemasanagn CVC dan infus
• Pelayanan perawatan intensif sesuai dengan kebutuhan pasien
• Asuhan keperawatan pasien dengan stroke hemoragic
• Asuhan keperawatan pasien dengan IMA
• Asuhan keperawatan pasien dengan PPOK
• Program pengendalian infeksi
• Penyegaran SPO mencuci tangan
• Penyegaran SPO tindakan invasive
• Penyegaran SOP PPI
• Program keselamatan dan keamanan kerja
• Penggunaan alat pelindung diri (APD)
• Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman
63
NAMA :
• Nebulizer
• Pemberian O2
SIKAP
• Disiplin
• Mudah Dihubungi
• Tanggung jawab
• Kerja sama Tim
• Komunikasi
• Tanggap
• Hasil Kerja
• Inisiatif/Prakarsa
• Kemampuan Profesional
DIREKTUR
RSUD SRENGAT
Formulir 1
65
Cara kerja, tujuan dan komplikasi serta risiko yang mungkin terjadi dari tindakan
tersebut telah dijelaskan pada saya oleh dokter tersebut di atas.
Kepada saya juga telah dijelaskan mengenai pilihan tindakan alternatif seperti di
bawah ini:
1. ……………………………………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………………………………….
Saya juga menyatakan mengerti:
1. Bahwa berdasarkan penjelasan dokter di ICU, tindakan apapun yang dilakukan
selalu mengandung beberapa konsekuensi dan risiko. Risiko potensial yang
terjadi termasuk perubahan tekanan darah, reaksi obat (alergi), henti jantung,
kerusakan otak, kelumpuhan, kerusakan saraf bahkan kematian. Saya menyadari
hal ini dan risiko serta komplikasi lain yang mungkin dapat terjadi.
2. Bahwa dalam praktek ilmu kedokteran, bukan merupakan ilmu pengetahuan yang
pasti (exact science) dan saya menyadari tidak seorangpun dapat menjajikan atau
menjamin sesuatu yang berhubungan dengan tindakan medis di ICU.
3. Bahwa obat-obatan yang digunakan sebelum prosedur di ICU dapat saja
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban dan tanggung
jawab saya untuk memberikan informasi kepada dokter semua obat-obatan yang
66
Saya menyadari dan mengerti sepenuhnya bahwa pada tindakan medis, berbagai
risiko dan komplikasi yang tidak didiskusikan sebelumnya mungkin dapat timbul.
Saya juga menyadari bahwa selama berlangsungnya tindakan tersebut, ada
kemungkinan timbulnya kondisi-kondisi yang tidak terduga dimana hal tersebut
memerlukan tindakan-tindakan perluasan yang berhubungan dengan perawatan
yang sedang dilakukan, untuk itu saya menyetujui dilakukannya tindakan tersebut
apabila diperlukan.
Selanjutnya saya menyadari bahwa tidak ada jaminan atau janji-janji yang diberikan
kepada saya sehubungan dengan hasil dari segala tindakan dan atau perawatan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
………………………. ……………………….
Tanda Tangan dan Nama Jelas Tanda Tangan dan Nama Jelas
(Huruf Balok) (Huruf Balok)
2.
……………………….
Tanda Tangan dan Nama Jelas
(Huruf Balok)