Anda di halaman 1dari 38

KUMPULAN SOP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D3 KEPERAWATAN BLORA
TAHUN AJARAN 2020/2021
SOP MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU KRUK

PENGERTIAN
Tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang diciptakan
untuk mengatur keseimbangan pada saat berjalan
TUJUAN
1. Meningkatkan kekuatan otot, penggerak sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri pasien
KEBIJAKAN
1. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah
2. Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah
3. Pasien dengan kelemahan kaki atau post stroke
PETUGAS PERAWAT PERALATAN KRUK PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap pra interaksi
1. Melakukan verivikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Mendekatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada keluarga atau pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien

C. Tahap kerja
1. Teknik berjalan dengan kruk
a. Langkah I, dengan kruk tetap di tempatnya, tekanan tempat di tangan anda
b. Langkah II, pindahkan kaki dioperasikan dan kedua kruk maju pada saat yang sama
c. Langkah III, mencari dan lurus kedepan, langkah pertamadengan kaki dioperasikan
diikuti oleh kaki anda acreage
2. Teknik turun tangga
a. Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit
b. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada kruk
c. Gerakkan kaki yang sakit kedepan
d. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
3. Teknik naik tangga
a. Pindahkan berat badan pada kruk
b. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga
c. Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit
d. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
4. Teknik duduk
a. Klien diposisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki
menyentuh kursi
b. Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun dari kursi
c. Klien memegang kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang sakit
d. Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih kuat
5. Teknik naik kendaraan
Tubuh dirapatkan ke mobil, kemudian pegang bagian atas pint, bokong diangkat kemudian
naikkan kaki yang sakit
D. Tahap terminasi
1. Memberi kesempatan untuk bertanya
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dengan klien
4. Cuci tangan
“SOP Penggunaan Tripod”

A. DEFINISI :

Tongkatpiramid kaki tigabiasadisebutdengan tripod terbuatdaribahansaitlesteel yang kuat,


namunringan.Karenadigunakanuntukalat bantu jalan ,tongkat kaki tigaini decsain yang
mempertimbangkankeamanan, kaki tigadibuatdenganpressisi yang
sesuaidengankaidahfisikasehinggaterjaminkestabilannya. Untukmencegah slip / tergelincir
di lantaisetiap kaki dilapisidenganbantalankaret.
B. TUJUAN :
1. Mampu mempertahankan tonus otot
2. Mampumencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot
3. Mampu memperlancarperedarandarah
4. Mampumempertahankan fungsi tubuh
5. Mampu mengembalikan pada aktivitas semula
C. INDIKASI

Indikasi dilakukan pada klien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah
tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan.
Anestesi, antipiretik, danjugasifat anti-
inflamasiringanPyremolmenyebabkankelancaranpenggunaannyauntukmenghilangka
n rasa sakitringandansedangdariberbagaietiologi, termasuk:
 sakitkepala,
 sakitgigi,
 nyeriotot
 nyeri di persendian.

Indikasipenggunaanobatinisebagaiantipiretikadalahpenyakitdisertaikondisidemam.
D. KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi tidak dilakukan pada klien yang mengalami penurunan kesadaran


(bedrest), fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang, pasien yang
mengalami kelemahan (malaise).SelainituKontraindikasipenggunaanPyremoladalah:
hipersensitivitasterhadapparasetamol, gagalhatidanginjal, anak di bawahtigatahun.

E. ACUAN :
a. Suratundkk. KlienGangguanSistemMuskuloskeletal. 2008. EGC. Jakarta
b. Barbara, Kozierdkk. BukuAjarPraktikKeperawatanKlinisKozier& ERB, Edisi 5.
2009. EGC. Jakarta
4. PROSEDUR
1. Tanggungjawabdanwewenang
2. Bagianakademiksebagaipenanggungjawabpembelajaran
3. Koordinatormataajaran KMB yang
bertanggungjawabdalampengelolaanketercapaianproseduralat bantu tripod
4. Pembimbingpraktikpendidikan&lahan yang bertanggungjawabdalammembimbing ,
menilaiketercapaianpelaksanaanprosedurtindakansetiappesertadidiksecaraobjektifba
ik di laboratoriummaupun di lahanpraktik
“ PROSEDUR ALAT BANTU TRIPOD ”

N
O Prosedur

A Pastikankebutuhan pasiendenganmengkajiulang
B PersiapanLingkungan
1. Mengaturlingkunganklien
2. Jaga privacy kliendanciptakanlingkungan yang amandannyaman
3. Dekatkanalat-alat
4. Aturposisikliensenyamanmungkin
C PersiapanKlien
1. Sampaikan salam (sesuai SOP komunikasi terapeutik)
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan & prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Menjaga privacy klien
D TahapPrainteraksi
1. Verifikasi data sebelumnya (bilaada)
2. Mencucitangan
3. Menyiapkanalat
 Tripod
E
TahapInteraksi
1. Memberikansalamterapeutik
2. Menjelaskantujuandanproseduralat bantu tripod
3. Menanyakanpersetujuan / kesiapanpasien

Melakukankontrakdenganpasien
F
Tahapkerja
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin
2. Atur posisi duduk klien berada ditepi tempat tidur dengan tungkai ke bawah
tempat tidur
3. Letakkan tongkat kaki disamping tangan klien
4. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang paling terkuat
5. Jelaskanpadaklienuntukmemegangtongkatdengantangan yang sehat
6. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju dengan
tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antara tongkat dan kaki yang
terkuat.
7. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga kaki terlemah dan
berat badan klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
8. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klien kemungkinan jatuh
ke arah bagian tungkai yang lemah tersebut.
9. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan.
10. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan tidak segera pulih,
masukkan tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri yang luas untuk
mendapatkan dasar tumpuan yang baik.
11. Sandarkan klien pada pinggul anda sampai tiba bantuan, atau rendahkan badan
anda dan turunkan klien secara perlahan ke lantai.

G
TahapTerminasi
1. Lakukanevaluasitindakan
2. Kontrakuntukkegiatanselanjutnya
3. Pamitanpadapasien
4. Bereskanalat
5. Cucitangan
Catat/dokumentasikankegiatan
SOP MENGUKUR KEKUATAN OTOT

Pengertian Otot adalah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai
alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot menyebabkan
adanya pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ
dalam organisme tersebut.
Tujuan Untuk mengukur kenormalan fungsi otot
1. Kertas pengkajian klien
Alat dan bahan
2. Alat tulis
3. Handscoon
4. Midline
A. PENILAIAN KLIEN :
Langkah-
1. Menyapaa klien dengan sopan dan ramah.
langkah
2. Menanyakan identitas klien.
3. Memastikan bahwa klien sudah memahami mengapa
harus menjalani pengukuran tonus, kekuatan, dan massa
otot.
4. Memastikan bahwa klien sudah memahami
kemungkinan temuan seperti apa yang dihasilkan dan
tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
B. PERSIAPAN :
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
2. Menyiapkan posisi nyaman klien dan meminta klien
melemaskan ekstremitas yang akan diperiksa.
3. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon.
C. PENGUKURAN TONUS OTOT
1. Pemeriksa menggunakan keduaa tangan untuk
menggerakkan secara pasif lengan bawah sendi siku
secara berulang kali secara perlahan kemudian secara
cepat.
2. Pemeriksa menggunakan kedua tangan untuk
menggerakkan secara pasif tungkai bawah sendi lutut
secara berulang kali secara perlahan kemudian secara
cepat.
Tahanan yang terasa oleh pemeriksa sewaktu menekuk dan
meluruskan bagian anggota tubuh harus dinilai.
Skala penilaian tonus otot :
0 : Negatif
+1 : Lemah
+2 : Normal
+3 :Meningkat
+4 : Hiperaktif
D. PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

Ada dua cara untuk mengukur kekuatan otot :


1. Pemeriksa meminta klien untuk menggerakkan bagian
ekstrimitas dan pemeriksa menahan gerakan tersebut.
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas dan minta
klien untuk menahannya.

Skala kekuatan otot :

5= normal, ROM bebas, bisa menahan gravitasi, bisa


mengangkat beban berat, bisa mengikuti perintah

4= bisa menahan gravitasi, bisa mengangkat beban


ringan, ada tahanan ringan, bisa mengikuti perintah

3= bisa menahan gravitasi, tanpa tahanan

2= tidak bisa menaahan gravitasi, ada gerakan sendi


dan otot (gerakan meremas), lemas

1= tidak isa menahan gravitasi, ada gerakan otot saja


(gerakan jari)

0= tidak ada gerakan


E. PENGUKURAN MASSA OTOT
1. Mengukur lingkar paha kiri dan kanan klien lalu
membandingkan keduanya.
2. Mengukur lingkar betis kanan dan kiri klien lalu
membandingkan keduanya.
3. Mengukur lingkar lengan atas kanan dan kiri klien lalu
membandingkan keduanya.
Dari ketiganya langkah diatas, pemeriksa harus
memperhitungkan atrofi dan hipertrofi dengan penilaian :
Menghitung selisih lingkar kanan dan kiri. Apabila selisihnya
<1, maka normal. Begitu juga sebaliknya, apabila
selisihnya >1, maka dinyatakan hipertrofi.
F. DOKUMENTASI DAN TERMINASI
1. Mencatat hasil pengukuran di lembar pengkajian.
2. Menginformasikan kepada klien mengenai hasil
pengukuran.
3. Memposisikan klien dengan posisi nyaman.
4. Memberikan salam kepada klien.
SOP MELATIH ROM
STANDAR
MELATIH RANGE OF MOTION (ROM)
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Latihan range of motion adalah kegiatan latihan yang
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas dan
mobilitas sendi (Tseng,et all, 2007).
Pelatihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerak
sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing –
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif maupun pasif (Potter dan
Perry,2005)
TUJUAN Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009),
Smith, N. (2009) dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan
latihan ROM adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
b. Mengembalikan kontrol motorik
c. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi
dan jaringan lunak
d. Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
e. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada
ekstremitas yang mengalami paralisis.
f. Memaksimalkan fungsi ADL
g. Mengurangi atau menghambat nyeri
h. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
i. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
j. Meningkatkan harga diri
k. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
JENIS Dikenal 3 jenis latihan ROM, yaitu latihan ROM aktif, Aktif
dengan penampingan dan latihan ROM pasif :
a. Latihan ROM aktif.
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi
otot sendiri. Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri.
Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan
kepercayaan diri klien.
b. Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted).
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri
dengan didampingi oleh perawat. Peran perawat dalam
hal ini adalah memberikan dukungan dan atau bantuan
untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
c. Latihan ROM pasif
Pada pasien yang sedang melakukan bedrest atau
mengalami keterbatasan dalam pergerakan latihan ROM
pasif sangat tepat dilakukan dan akan mendapatkan
manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan
kontraktur pada sendi. Setiap gerakan yang dilakukan
dengan range yang penuh, maka akan meningkatkan
kemampuan bergerak dan dapat mencegah keterbatasan
dalam beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat melakukan
latihan ROM secara aktif maka perawat bisa
membantunya untuk melakukan latihan (Rhoad &
Meeker, 2008). Latihan dapat dilakukan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam hal ini
dimulai dengan melakukan pengkajian untuk
menentukan bagian sendi yang memerlukan latihan dan
frekuensi latihan yang diperlukan.

INDIKASI a. PROM
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat
proses penyembuhan
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya
keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b. AROM
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara
aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan
bantuan atau tidak Pada saat pasien memiliki kelemahan
otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan AROM
KONTRA Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
INDIKASI mengganggu proses penyembuhan cedera
ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi
besar, sedangkan AROM pada persendian dan kaki
untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri
koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas
masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
GERAKAN ROM • Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
• Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
• Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
• Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
• Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu
bagian melingkari aksis tubuh
• Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/
menelungkupkan tangan
• Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan
tangan
• Inversi, yaitu gerakan ke dalam
• Eversi, yaitu gerakan ke luar
PRINSIP a) Prinsip-Prinsip dalam melakukan Latihan ROM
MELAKUKAN Kozier, et all. (2008), Potter & Perry (2006), Rhoad &
GERAKAN ROM Mekeer (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perawat pada saat melakukan latihan
ROM sebagai berikut :
1) Untuk latihan ROM aktif, klien dianjurkan untuk
melakukan gerakan sesuai yang sudah diajarkan, hindari
perasaan ketidaknyamanan saat latihan dilakukan, gerakan
dilakukan secara sistematis dengan urutan yang sama
dalam setiap sesi, setiap gerakan dilakukan tiga kali denga
frekuensi dua kali sehari.
2) Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan latihan ROM
dilakukan.
3) Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak
bebasnya,sendi digerakkan ke titik tahanan dan dihentikan
pada titik nyeri.
4) Pilih waktu di saat pasien nyaman dan bebas dari rasa
nyeri untuk meningkatkan kolaborasi pasien
5) Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal
6) Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut, perlahan
dan berirama
7) Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk
menghindari peserta latihan mengalami ketegangan dan
injuri otot serta kelelahan
8) Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara
leluasa
9) Tekankan pada peserta latihan bahwa gerakan sendi yang
adekuat adalah gerakan sampai dengan mengalami tahanan
bukan nyeri.
10) Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri
11) Amati respons non verbal peserta latihan
12) Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan
pada peserta latihan untuk beristirahat apabila terjadi
spasme otot yang dimanifestasikan dengan kontraksi otot
yang tiba-tiba dan terus menerus
b) Intensitas Latihan
Dosis dan intensitas latihan ROM yang dianjurkan
menunjukkan hasil cukup bervariasi. Secara teori tidak
disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas
latihan ROM tersebut, namun dari berbagai literatur dan
hasil penelitian tentang manfaat latihan ROM dapat
dijadikan sebagai rujukan dalam menerapkan latihan
ROM sebagai salah satu intervensi. Smeltzer & bare
(2008) menyebutkan bahwa latihan ROM dapat
dilakukan 4 sampai 5 kali sehari, dengan waktu 10
menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter
(2006) menganjurkan untuk melakukan latihan ROM
minimal 2 kali/hari. Tseng, et al. (2007) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan yang
dipergunakan yaitu 2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu
selama 4 minggu dengan intensitas masing-masing 5
gerakan untuk tiap sendi. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa responden penelitian yang
melakukan latihan tersebut mengalami perbaikan pada
fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang gerakan sendi
dan gejala depresi.
PROSEDUR A. Tahap Pre Interaksi
KERJA 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatsn terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan atau prosedur tindakan pada
keluarga / pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1) Perawat mencuci tangan
2) Jaga privacy klien
3) Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan
pergerakan
4) Angkat selimut sebagai mana diperlukan
5) Anjurkan klien berbarin g dalam posisi yang nyaman
6) Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :

a) Latihan sendi bahu


 Pasien dalam posisi telentang
Satu tangan perawat menopang dan memegang siku, tangan yang
lainnya memegang pergelangan tangan. Luruskan siku pasien,
gerakan lengan pasien menjauhi dari tubuhnya kearah perawat
(Abduksi).
Kemudian Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi).
 Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai
menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap
ke bawah (rotasi internal).
Turunkan dan kembalikan ke posisi semula dengan siku tetap
lurus.Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas (rotasi eksternal).
Turunkan dan ke mbalikan ke posisi semula dengan siku tetap
lurus. Hindari penguluran yang berlebihan pada bahu. Lakukan
pengulangan sebanyak 10 kali atau sesuai toleransi.
b) Latihan sendi siku
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang pergelangan tangan pasien de ngan satu tangan,
tangan lainnya men ahan lengan bagian atas. Posisi tangan pasien
supinasi, kemudian lakukan gerakan menekuk (fleksi) dan mel
uruskan (ekstensi) siku. Instruksikan agar pasien tetap rileks.
Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar.
Perhatikan rentang gerak sendi yang dibentuk, apakah berada dalam
jarak yang normal atau te rbatas. Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
c) Latihan lengan
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang area siku pasien dengan satu tangan , tangan
yang lain menggenggam tan gan pasien ke arah luar
(telentang/supinasi) dan ke arah dalam (telungkup/pronasi).
Instruksikan agar pasien tetap rileks. Lakukan pengulangan
sebanyak 10 kali
d) Latihan sendi pergelangan tangan
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang lengan bawah pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien, serta tekuk
pergelangan tangan pasien ke atas dan ke bawah. Instruksikan agar
pasien tetap rileks. Lakukan pengulan gan sebanyak 10 kali
e) Latihan sendi jari-jari t angan
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang pergelangan tangan pasien de ngan satu tangan,
tangan lainnya membantu pasien membuat gerakan
mengepal/menekuk jari-jari tangan dan kemudian meluruskan jari-
jari tangan pasien. Perawat memegang telapak tangan dan keempat
jari pa sien dengan satu tangan, tangan lainnya memutar ibu jari
tangan. Tangan perawat membantu melebarkan jari – jari pasien
kemudian merapatkan kembali. Instruksikan agar pasien tetap
rileks. Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali.
f) Latihan sendi pangkal paha
 Pasien dalam posisi telentang
Letakkan satu ta ngan perawat di bawah lutut pasie n dan satu
tangan pada tumit. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang
lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
Gerakkan kaki mendekati badan pasien Kembali ke posisi
semula .Kemudian letakkan satu tangan perawat pada pergelangan
kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut. Putar kaki menjauh i
perawat. Putar kaki ke arah p erawat Kembali ke posisi semula.
Hindari pengangka tan yang berlebihan pada kaki. Lakukan
pengulangan sebanyak 10 kali atau sesuai toleransi.
g) Latihan sendi lutut
 Pasien dalam posisi telentang
Satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan pega ng tumit pasien
dengan tangan yang lain. Angkat kaki, teku k pada lutut dan
pangkal paha. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh
mungkin. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan
mengangkat kaki ke atas. Instruksikan agar pasien tetap rileks.
Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar.
Perhatikan rentang gerak sendi yang dibentuk, apakah berada
dalam jarak yang normal atau te rbatas. Lakukan pengulan gan
sebanyak 10 kali.
h) Latihan sendi pergelangan kaki
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu
jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya. Putar kaki
ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
(infersi). Kembalikan ke posi si semula. Putar kaki keluar
sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain (efersi).
Kembalikan ke posi si semula. Kemudian letakkan satu tangan
perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek. Tekuk pergelangan
kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien (dorso fleksi).
Kembalikan ke posisi semula. Tekuk pergelangan kaki menjauhi
dada pasien (plantar fleksi). Kembalikan ke posisi semula.
Instruksikan agar pasien tetap rileks. Lakukan pengulangan
sebanyak 10 kali.
i) Latihan sendi jari-jari kaki
 Pasien dalam posisi telentang
Perawat memegang pergelangan kaki pasien dengan satu tangan,
tangan lainnya membantu pasien membuat gerakan menekuk jari-
jari kaki dan kemudian melurus kan jari-jari kaki pasien. Tangan
peraw at membantu melebarkan jari- jari kaki pasien, kemudian
merapatkan kembali. Instruksikan agar pasien tetap rileks. Lakukan
pengulangan sebanyak 10 kali.
8) Kaji pengaruh/efek latih an pada klien terutama
hemodinamik klien
9) Atur klien pada posisi yang nyaman
10) Benahi selimut dan linen

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan pasien
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selnajutya
4. Perawat mencuci tangan

E. Dokumentasi
1. Mencatat hasil pemerikasaan kedalam catatan
keperawatan
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TINDAKAN RELAKSASI

PENGERTIA Merupakanmetodeefektifuntukmengurangi rasa nyeripadapasien yang


N mengalaminyerikronis. Rilekssempurna yang dapatmengurangiketeganganotot,
rasa jenuh, kecemasansehinggamencegahmenghebatnyastimulasinyeri.
TUJUAN Untukmenggurangiataumenghilangkan rasa nyeri
INDIKASI Dilakukanuntukpasien yang mengalaminyerikronis
PROSEDUR 1. Tahapprainteraksi
PELAKSANA
AN
a. Membaca status pasien
b. Mencucitangan
c. Menyiapkanalat

2. Tahaporintasi

a. Memberikansalamteraupetik
b. Validasikondisipasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskantujuandanprosedur yang
akandilakukankepadapasiendankeluarga

3. Tahapkerja

a. Memberikesempatankepadapasienuntukbertanyabilaadasesuatu yang
kurangdipahami/jelas
b. Atusposisipasien agar rilekstanpaadanyabebanfisik
c. Instruksikanpasienuntukmelakukantariknapasdalamsehinggaronggaparu
berisiudara, intruksikanpasiendengancaraperlahan.
d. Menghembuskanudaramembiarkannyakeluardarisetiapanggotatabuh,
padasaatbersamaanmintapasienuntukmemusatkanperhataiannyapadasesu
atuhal yang indahdanmerasakanbetapanikmatnyarasanya
e. Instruksikanpasienbuatbernafasdenganirama normal beberapasaat (1-2)
menit
f. Instruksikanpasienuntukkembalimenariknafasdalam,
kemudianmenghembuskannyadengancaraperlahan
g. Merasakansaatiniudaramulaimengalirdaritangan, kaki menujukeparu-
paruseterusnyarasakanudaramengalirkeseluruhbagiananggotatubuh
h. Mintapasienuntukmemusatkanperhatian pad kaki
dantangandanmerasakankeluardariujung-ujungjaritangandan kaki
danrasakankehangatannya
i. Mintapasienuntukmemusatkanperhatianpada kaki dantangan, udara yang
mengalirdanmerasakankeluardariujung-
ujungjaritangandankaidanrasakankehangatanya
j. Instruksiakanpasienuntukmengulaniteknik-teknikiniapabila rasa
nyerikembalilagi
k. Setelahpasienmerasakanketenangan,
mintapasienuntukmelakukansecaramandiri
4. Tahapterminasi

a. Evaluasihasilkegiatan
b. Lakukankontrakuntukkegistsnselanjutnya
c. Akhirikegiatandenganbaik
d. Cucitangan

5. Dokumentasi

a. Catatwaktupelaksaantindakan
b. Catatresponpasien
c. Parafdannamaperawatjuga

SUMBER (Sumber: Murni, 2014)


SOP DISTRAKSI

1. PENGERTIAN
Suatu model untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada
hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami

Jenis Distraksi:
a. Distraksi Visual
 Membaca/menonton TV
 Menonton pertandingan
 Imajinasi terbimbing
b. Distraksi Auditori
 Humor
 Mendengarkan musik
c. Distraksi Taktil
 Bernapas perlahan dan berirama
 Masase
 Memegang mainan
d. Distraksi Intelektual
 Hobi (menulis cerita)

2. TUJUAN
a. Mengurangi rasa sakit/nyeri
b. Mengurangi rasa cemas
c. Menjadikan hati tentram

3. INDIKASI
a. Ketika badan terasa nyeri/sakit
b. Ketika cemas atau gelisah
c. Ketika tergesa-gesa dalam melakukan aktivitas
d. Pikiran tidak tenang atau tidak fokus/konsentrasi
4. KONTRAINDIKASI
-

5. PERSIAPAN PASIEN
a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan tanyakan kondisi pasien.
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan pasien.
c. Atur posisi yang nyaman dan aman pada pasien.
6. PERSIAPAN ALAT
a. Televisi (TV)
b. Buku
7. CARA KERJA
a. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
b. Tanyakan keluhan pasien
c. Menjaga privasi pasien
d. Memulai dengan cara yang baik
e. Mengatur posisi agar rileks tanpa beban fisik
f. Memberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distraksi
 Bernafas pelan-pelan
 Mesase sambil bernafas pelan-pelan/sesuai irama
 Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepuk jari kaki
 Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
 Menonton TV
 Berbincang-bincang dengan orang lain
g. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi tersebut
h. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa nyaman ketidak
nyamanan

8. HASIL
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
9. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
-
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU PASIEN
MELAKUKAN RITUAL TIDUR

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN 0 1
PENGKAJIAN
Cek catatan medis dan catatan keperawatan
PERENCANAAN
Mengidentifikasi hasil yang diharapkan
Persiapan Alat :
Radio
Tape recorder Buku
cerita Alat
beribadah
Makanan dan minuman kesukaan klien
IMPLEMENTASI
Memperkenalkan diri
Memberikan salam dan menyebutkan nama klien
Menjaga privasi
Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur
Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
Menanyakan persetujuan kepada klien
Mencuci tangan
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel, kalau
perlu matikan lampu/pasang lampu tidur yang redup
Modifikasi lingkungan yang menunjang istirahat-tidur
Menggali kebiasaan ritual tidur klien
Memfasilitasi ritual tidur (sesuai kebutuhan klien)
Beribadah
Seperangkat alat ibadah untuk yang beragama Islam (Al-
Qur'an, Sajadah, mukena untuk wanita sarung untuk pria, peci
untuk pria dan tasbih)
Seperangkat alat ibadah untuk beragama Kristen
Protestan/Katolik (Alkitab, buku nyanyian, clan Rosario bagi
Kristen Katolik
Seperangkat alat ibadah untuk menyesuaikan agama klien.
Membaca
Minum susu
Mendengarkan radio
Menonton televisi
Mengobrol/ berbincang-bincang
Mengobservasi tidur klien nyenyak atau tidak
Mencuci tangan
D. EVALUASI
(Setelah bangun tidur) Mengobservasi respon pasien
Observasi keadaan pasien setelah bangun tidur
Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi dalam catatan
keperawatan
JUMLAH
SOP COOLER
Pengertian :

Sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi

pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan

nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati

rasa, dan bekerja sebagai counterirritant.

Tujuan :

1. Membantu menurunkan suhu tubuh

2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri

3. Membantu mengurangi perdarahan

4. Membatasi peradangan

Indikasi :

1. Pasien yang suhunya tinggi

2. Pasien perdarahan hebat

3. Pasien yang

kesakitan

Kontraindikasi :

1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena

mengurangi aliran ke luka terbuka

2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan

lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan.

3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki

alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi

(mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme

otot), yang dapat membahayakan jika orang ters ebut hipersensitif.


Persiapan Alat :
Alat

1. Bengkok

2. Kantong es

3. Sarung pelindung

Bahan

1. Potongan es secukupnya dalam wadah

2. Kassa gulung

3. Plester

4. Larutan klorin 0,5%

Perlengkapan

1. Baki dan alas

2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas

3. Tempat cuci tangan

4. Sarung tangan

5. Alat tulis dan buku catatan

6. Tempat sampah basah

7. Tempat sampah kering

8. Baskom

Persiapan Pasien :

Menjelaskan prosedur yang akan

dilakukan Menjaga privasi pasien

Langkah-langkah :

a. Menyiapkan alat dan bahan

1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.

2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.

3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat

4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul

pada sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk

mencegah kebocoran cairan jika es meleleh.

5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran

6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum
dibungkus.

7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan

kasa gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester se suai

kebutuhan.

b. Mencuci tangan di bawah ait mengalir

c. Memasang perlak dan alasnya

d. Mendekatkan alat dan bahan

e. Memakai sarung tangan

f. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya pada

jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari efek yang

mebahayakan dari kompres dingin yang berkepanjangan

g. Mengucap hamdallah dengan pasien dan berpamitan

h. Membereskan alat- alat

i. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin

j. Mencuci tangan
SOP MEMASANG WARMER BLANKET

1. DEFINISI

Blanket warmer atau selimut penghangat adalah suatu alat yang digunakan untuk
menghangatkan tubuh pasien saat mengalami hipotemi.

2. TUJUAN

1. Membantu mempertahankan suhu tubuh.

2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri.

3. Mencegah terjadinya hipotemi.

3. INDIKASI

Hipotemia berhubungan dengan :

1. Trauma.

2. Paparan lingkungan.

4. KONTRA INDIKASI

1. Pasien <18 thn.

2. Digunakan dalam operasi aeromedical (evakuasi diudara dalam dunia


pernerbangan).

5. PROSEDUR

A. Persiapan alat dan bahan

1. Warmer Blanket

2. Warning Unit

B. Persiapan klien

1. Cuci tangan (sesuai dengan SOP cuci tangan).

2. Sampaikan salam (sesuai dengan SOP terapeutik).

3. Jelaskan prosedur kepada klien untuk mengurangi kecemasan dan


mengharapkan kerjasama dari klien dan kontrak waktu.

C. Persiapan lingkungan
1. Mengatur lingkungan klien, memasang sampiran.

D. Kerja
1. Mencuci tangan.

2. Pasang warmer blanket di atas tempat tidur pasien.

3. Rapikan sebalah kanan dan kiri warmer blanket.

4. Tidurkan pasien di atas warmer blanket.

5. Hubungkan slang warmer unit dengan warmer blanket.

6. Nyalakan mesin warmer blanket dan atur suhunya.

6. EVALUASI

1. Mencatat tindakan pemasangan warmer blanket.

2. Mengobservasi respon klien selama tindakan.


Standar Operasional Prosedur Kompres Pada Luka

A. Pengertian
Membersihkan luka dan mengompres luka dengan kassa steril yang telah dicelupkan
dalam obat kompres, kemudian ditutup dengan kassa steril yang kering.
B. Tujuan
Melaksanakan program pengobatan luka.
C. Referensi
Fundamental of Nursing
D. Alat dan Bahan
1. Persiapan Alat
a. 1 set ganti pembalut
b. Obat kompres dalam mangkuk steril
c. Kassa steril dalam tromol
d. Korentang steril
e. Alcohol 70%; H₂ O₂ 3%; dan NaCl 0,9%
f. Gunting
g. Plester
h. Piala ginjal (bengkok)dan 2 buah kantong plastik
i. Bantalan plastik
2. Persiapan Pasien
a. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
b. Menyiapkan lingkungan
c. Mengatur posisi tidur pasien
E. Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Piala ginjal didekatkan ke tubuh pasien
3. Membuka balutan dengan kapas yang diberi cairan alkohol
4. Memasukkan balutan kotor ke dalam piala ginjal/kantong plastik
5. K/p menekan daerah dekat luka untuk mengeluarkan kotoran/eksudat
6. Membersihkan luka dengan H₂ O₂ 3% dan dibilas dengan NaCl 0,9% dan
sekitarnya dibersihkan menggunakan Alcohol 70%
7. Pinset yang telah dipakai dibersihkan dengan Alcohol
8. Dengan 2 pinset mengambil kassa kompres
9. Meletakkan kassa kompres pada luka sesuai dengan kebutuhan
10. Menutup dengan kassa kering kemudian diberi bantalan kapas lalu diplester
11. Merapikan pasien
12. Membereskan alat – alat
13. Membuang kotoran
14. Mencuci tangan
15. Melakukan pencatatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN RESTRAIN

A. PENGERTIAN
Restrain adalah terapi dengan alat alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien,
dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah
tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan
(Widyodinigrat. R, 2009)

B. JENIS-JENIS RESTRAIN
1. Camisole (jaket pengekang)

2. Manset/ untuk pergelangan tangan dan kaki

C. TUJUAN PEMASANGAN RESTRAIN


1. Menghindari hal hal yang membahayakan pasien selama pemberian asuhan
keperawatan
2. Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari tempat tidur) 3.
3. Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman (safety and security
needs)

D. SASARAN PEMASANGAN RESTRAIN


1. Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
2. Pasien dengan indikasi gangguan kejiwaan (gaduh gelisah)

E. PERSIAPAN ALAT
1. Pilihlah restrain yang cocok sesuai kebutuhan
2. Bantalan pelindung kulit/ tulang
F. PERSIAPAN PASIEN
Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai keperluan

G. CARA KERJA
1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
4. Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
5. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
6. Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut
nadi pada ekstremitas)
7. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain.
SOP TES ALERGI (Skin Test)

PENGERTIAN:

Suatu kegiatan memasukkan obat secara benar dan efektif untuk menghindari terjadinya alergi
obat.

TUJUAN:

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah tindakan keperawatan dalam melaksanakan tindakan


test obat suntik (Skin test) untuk menghindari reaksi alergi pasien terhadap obat yang
diberikan.

PERSIAPAN ALAT:

 Spuit 1cc dan jarum steril

 Obat obatan yang diperlukan

 Kapas alkohol dalam tempatnya

 NaCl 0,9% atau aquadest

 Bak instrumen

 Bengkok

 Sarung tangan

 Bolpoint atau spidol

 Baki

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Cuci tangan

2. Dekatkan alat dan tutup sampiran


3. Pakai sarung tangan,pilih tempat penusukan dan pasang pengalas/perlak

4. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1cc dilarutkan dengan
NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1cc

5. Mendesinfeksi kulit yang akan disuntik dengan menggunakan kapas alkohol


kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat

6. Menyuntikkan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara


lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut 15-30° dengan permukaan
kulit kemudian beri tanda pada area suntikan.

7. Rapikan alat dan pasien

 Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikkan hasil(+) bila
terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal
1cm hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas.

TAHAP TERMINASI

 Evaluasi subjektif dan objektif

 Kontrak yang akan datang

 Salam penutup,Buka sampiran, Letakkan alat pada tempatnya dan Cuci tangan
SOP PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Pengertian Pengambilan dan pendistribusian spesimen darah dalam keadaan fresh dan
aman sebagai bahan pemeriksaan laboratorium

Tujuan Sebagai acuan dalam pengambilan dan penyediaan spesimen darah untuk
dikirim ke laboratorium bagi pasien rawat inap.

Kebijakan Adanya perawat yang diberi tanggung jawab untuk kegiatan


laboratorium pada jam kerja laboratorium
Menyediakan spesimen (Urine, feses, sputum dan sampel darah)

Prosedur Persipan Peralatan :

1. Spuit
2. Kapas alcohol
3. Torniquet
4. Botol darah
5. Perlak dan pengalas

Penatalaksanaan :
Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku
pemeriksaan laboratorium
Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau
Cito 24 jam Menyediakan tempat penampungan (tabung edta)
sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan masing-masing
tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi :
a. Nama pasien
b. Umur
c. Tanggal pengambilan
d. Tanggal lahir pasien
Perawat atau asisten perawat mengantar spesimen darah ke laboratorium.
Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja pengambilan
bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar Petugas laborat
menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan laboratorium dan biayanya
(ditulis dipojok atas dengan secarik kertas) Petugas rawat inap mengumpulkan
dengan lembar status pasien
Petugas laboratorium juga mencatat hasil pemeriksaannya di komputer.
Unit terkait Laboratorium, Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat

http://kumpulansopkeperawatan.blogspot.co.id/2015/08/sop-pengambilan-
spesimen-darah-untuk.html#uds-search-results
SOP PEMERIKSAAN SKALA NYERI

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai


PENGERTIAN tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.

TUJUAN Untuk menjaga pasien dalam kondisi senyaman mungkin.

 Setiap pasien dewasa yang merasakan nyeri


KEBIJAKAN dinilai dari skala 0 – 10
1. 0 = tidak nyeri
2. 1-3 = nyeri ringan (pasien dapat
berkomunikasi dengan baik)
3. 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
mendeskripsikan dan dapat mengikuti perintah)
4. 7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, tidak dapat mendeskripsikan, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang
dan distraksi.
5. 10 = nyeri sangat berat (pasien sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi, memukul)

 Setiap pasien anak yang merasakan nyeri


dinilai dari skala wajah Wong Baker

0 1 2 3 4
5

1. Nilai 0 nyeri tidak dirasakan oleh anak


2. Nilai 1 nyeri dirasakan sedikit saja
3. Nilai 2 nyeri dirasakan hilang timbul
4. Nilai 3 nyeri yang dirasakan anak lebih banyak
5. Nilai 4 nyeri yang dirasakan anak secara
keseluruhan
6. Nilai 5 nyeri sekali dan anak menjadi menangis
 Penanganan nyeri dikecualikan pada pasien
dengan kondisi yeri HIS

PROSEDUR  Lakukan pengkajian skala, lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.
 Observasi reaksi nonverbal
 Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti:

1. Kompres dingin
2. Massage kulit
3. Buli-buli panas
4. Relaksasi seperti lingkungan yang
tenang, posisi yang nyaman dan
nafas dalam.
5. Tekhnik distraksi yakni
mengalihkan perhatian ke stimulus
lain seperti menonton televisi,
membaca koran, mendengarkan
musik
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

UNIT TERKAIT Unit


Gawat
Darurat
Unit
Rawat
Inap
Unit Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai