PENGERTIAN
Tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang diciptakan
untuk mengatur keseimbangan pada saat berjalan
TUJUAN
1. Meningkatkan kekuatan otot, penggerak sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri pasien
KEBIJAKAN
1. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah
2. Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah
3. Pasien dengan kelemahan kaki atau post stroke
PETUGAS PERAWAT PERALATAN KRUK PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap pra interaksi
1. Melakukan verivikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Mendekatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada keluarga atau pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien
C. Tahap kerja
1. Teknik berjalan dengan kruk
a. Langkah I, dengan kruk tetap di tempatnya, tekanan tempat di tangan anda
b. Langkah II, pindahkan kaki dioperasikan dan kedua kruk maju pada saat yang sama
c. Langkah III, mencari dan lurus kedepan, langkah pertamadengan kaki dioperasikan
diikuti oleh kaki anda acreage
2. Teknik turun tangga
a. Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit
b. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada kruk
c. Gerakkan kaki yang sakit kedepan
d. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
3. Teknik naik tangga
a. Pindahkan berat badan pada kruk
b. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga
c. Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit
d. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
4. Teknik duduk
a. Klien diposisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki
menyentuh kursi
b. Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun dari kursi
c. Klien memegang kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang sakit
d. Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih kuat
5. Teknik naik kendaraan
Tubuh dirapatkan ke mobil, kemudian pegang bagian atas pint, bokong diangkat kemudian
naikkan kaki yang sakit
D. Tahap terminasi
1. Memberi kesempatan untuk bertanya
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dengan klien
4. Cuci tangan
“SOP Penggunaan Tripod”
A. DEFINISI :
Indikasi dilakukan pada klien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah
tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan.
Anestesi, antipiretik, danjugasifat anti-
inflamasiringanPyremolmenyebabkankelancaranpenggunaannyauntukmenghilangka
n rasa sakitringandansedangdariberbagaietiologi, termasuk:
sakitkepala,
sakitgigi,
nyeriotot
nyeri di persendian.
Indikasipenggunaanobatinisebagaiantipiretikadalahpenyakitdisertaikondisidemam.
D. KONTRAINDIKASI
E. ACUAN :
a. Suratundkk. KlienGangguanSistemMuskuloskeletal. 2008. EGC. Jakarta
b. Barbara, Kozierdkk. BukuAjarPraktikKeperawatanKlinisKozier& ERB, Edisi 5.
2009. EGC. Jakarta
4. PROSEDUR
1. Tanggungjawabdanwewenang
2. Bagianakademiksebagaipenanggungjawabpembelajaran
3. Koordinatormataajaran KMB yang
bertanggungjawabdalampengelolaanketercapaianproseduralat bantu tripod
4. Pembimbingpraktikpendidikan&lahan yang bertanggungjawabdalammembimbing ,
menilaiketercapaianpelaksanaanprosedurtindakansetiappesertadidiksecaraobjektifba
ik di laboratoriummaupun di lahanpraktik
“ PROSEDUR ALAT BANTU TRIPOD ”
N
O Prosedur
A Pastikankebutuhan pasiendenganmengkajiulang
B PersiapanLingkungan
1. Mengaturlingkunganklien
2. Jaga privacy kliendanciptakanlingkungan yang amandannyaman
3. Dekatkanalat-alat
4. Aturposisikliensenyamanmungkin
C PersiapanKlien
1. Sampaikan salam (sesuai SOP komunikasi terapeutik)
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan & prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Menjaga privacy klien
D TahapPrainteraksi
1. Verifikasi data sebelumnya (bilaada)
2. Mencucitangan
3. Menyiapkanalat
Tripod
E
TahapInteraksi
1. Memberikansalamterapeutik
2. Menjelaskantujuandanproseduralat bantu tripod
3. Menanyakanpersetujuan / kesiapanpasien
Melakukankontrakdenganpasien
F
Tahapkerja
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin
2. Atur posisi duduk klien berada ditepi tempat tidur dengan tungkai ke bawah
tempat tidur
3. Letakkan tongkat kaki disamping tangan klien
4. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang paling terkuat
5. Jelaskanpadaklienuntukmemegangtongkatdengantangan yang sehat
6. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju dengan
tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antara tongkat dan kaki yang
terkuat.
7. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga kaki terlemah dan
berat badan klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
8. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klien kemungkinan jatuh
ke arah bagian tungkai yang lemah tersebut.
9. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan.
10. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan tidak segera pulih,
masukkan tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri yang luas untuk
mendapatkan dasar tumpuan yang baik.
11. Sandarkan klien pada pinggul anda sampai tiba bantuan, atau rendahkan badan
anda dan turunkan klien secara perlahan ke lantai.
G
TahapTerminasi
1. Lakukanevaluasitindakan
2. Kontrakuntukkegiatanselanjutnya
3. Pamitanpadapasien
4. Bereskanalat
5. Cucitangan
Catat/dokumentasikankegiatan
SOP MENGUKUR KEKUATAN OTOT
Pengertian Otot adalah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai
alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot menyebabkan
adanya pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ
dalam organisme tersebut.
Tujuan Untuk mengukur kenormalan fungsi otot
1. Kertas pengkajian klien
Alat dan bahan
2. Alat tulis
3. Handscoon
4. Midline
A. PENILAIAN KLIEN :
Langkah-
1. Menyapaa klien dengan sopan dan ramah.
langkah
2. Menanyakan identitas klien.
3. Memastikan bahwa klien sudah memahami mengapa
harus menjalani pengukuran tonus, kekuatan, dan massa
otot.
4. Memastikan bahwa klien sudah memahami
kemungkinan temuan seperti apa yang dihasilkan dan
tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
B. PERSIAPAN :
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
2. Menyiapkan posisi nyaman klien dan meminta klien
melemaskan ekstremitas yang akan diperiksa.
3. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon.
C. PENGUKURAN TONUS OTOT
1. Pemeriksa menggunakan keduaa tangan untuk
menggerakkan secara pasif lengan bawah sendi siku
secara berulang kali secara perlahan kemudian secara
cepat.
2. Pemeriksa menggunakan kedua tangan untuk
menggerakkan secara pasif tungkai bawah sendi lutut
secara berulang kali secara perlahan kemudian secara
cepat.
Tahanan yang terasa oleh pemeriksa sewaktu menekuk dan
meluruskan bagian anggota tubuh harus dinilai.
Skala penilaian tonus otot :
0 : Negatif
+1 : Lemah
+2 : Normal
+3 :Meningkat
+4 : Hiperaktif
D. PENGUKURAN KEKUATAN OTOT
INDIKASI a. PROM
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat
proses penyembuhan
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya
keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b. AROM
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara
aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan
bantuan atau tidak Pada saat pasien memiliki kelemahan
otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan AROM
KONTRA Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
INDIKASI mengganggu proses penyembuhan cedera
ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi
besar, sedangkan AROM pada persendian dan kaki
untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri
koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas
masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
GERAKAN ROM • Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
• Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
• Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
• Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
• Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu
bagian melingkari aksis tubuh
• Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/
menelungkupkan tangan
• Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan
tangan
• Inversi, yaitu gerakan ke dalam
• Eversi, yaitu gerakan ke luar
PRINSIP a) Prinsip-Prinsip dalam melakukan Latihan ROM
MELAKUKAN Kozier, et all. (2008), Potter & Perry (2006), Rhoad &
GERAKAN ROM Mekeer (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perawat pada saat melakukan latihan
ROM sebagai berikut :
1) Untuk latihan ROM aktif, klien dianjurkan untuk
melakukan gerakan sesuai yang sudah diajarkan, hindari
perasaan ketidaknyamanan saat latihan dilakukan, gerakan
dilakukan secara sistematis dengan urutan yang sama
dalam setiap sesi, setiap gerakan dilakukan tiga kali denga
frekuensi dua kali sehari.
2) Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan latihan ROM
dilakukan.
3) Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak
bebasnya,sendi digerakkan ke titik tahanan dan dihentikan
pada titik nyeri.
4) Pilih waktu di saat pasien nyaman dan bebas dari rasa
nyeri untuk meningkatkan kolaborasi pasien
5) Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal
6) Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut, perlahan
dan berirama
7) Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk
menghindari peserta latihan mengalami ketegangan dan
injuri otot serta kelelahan
8) Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara
leluasa
9) Tekankan pada peserta latihan bahwa gerakan sendi yang
adekuat adalah gerakan sampai dengan mengalami tahanan
bukan nyeri.
10) Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri
11) Amati respons non verbal peserta latihan
12) Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan
pada peserta latihan untuk beristirahat apabila terjadi
spasme otot yang dimanifestasikan dengan kontraksi otot
yang tiba-tiba dan terus menerus
b) Intensitas Latihan
Dosis dan intensitas latihan ROM yang dianjurkan
menunjukkan hasil cukup bervariasi. Secara teori tidak
disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas
latihan ROM tersebut, namun dari berbagai literatur dan
hasil penelitian tentang manfaat latihan ROM dapat
dijadikan sebagai rujukan dalam menerapkan latihan
ROM sebagai salah satu intervensi. Smeltzer & bare
(2008) menyebutkan bahwa latihan ROM dapat
dilakukan 4 sampai 5 kali sehari, dengan waktu 10
menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter
(2006) menganjurkan untuk melakukan latihan ROM
minimal 2 kali/hari. Tseng, et al. (2007) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan yang
dipergunakan yaitu 2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu
selama 4 minggu dengan intensitas masing-masing 5
gerakan untuk tiap sendi. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa responden penelitian yang
melakukan latihan tersebut mengalami perbaikan pada
fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang gerakan sendi
dan gejala depresi.
PROSEDUR A. Tahap Pre Interaksi
KERJA 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatsn terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan atau prosedur tindakan pada
keluarga / pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1) Perawat mencuci tangan
2) Jaga privacy klien
3) Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan
pergerakan
4) Angkat selimut sebagai mana diperlukan
5) Anjurkan klien berbarin g dalam posisi yang nyaman
6) Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan pasien
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selnajutya
4. Perawat mencuci tangan
E. Dokumentasi
1. Mencatat hasil pemerikasaan kedalam catatan
keperawatan
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TINDAKAN RELAKSASI
2. Tahaporintasi
a. Memberikansalamteraupetik
b. Validasikondisipasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskantujuandanprosedur yang
akandilakukankepadapasiendankeluarga
3. Tahapkerja
a. Memberikesempatankepadapasienuntukbertanyabilaadasesuatu yang
kurangdipahami/jelas
b. Atusposisipasien agar rilekstanpaadanyabebanfisik
c. Instruksikanpasienuntukmelakukantariknapasdalamsehinggaronggaparu
berisiudara, intruksikanpasiendengancaraperlahan.
d. Menghembuskanudaramembiarkannyakeluardarisetiapanggotatabuh,
padasaatbersamaanmintapasienuntukmemusatkanperhataiannyapadasesu
atuhal yang indahdanmerasakanbetapanikmatnyarasanya
e. Instruksikanpasienbuatbernafasdenganirama normal beberapasaat (1-2)
menit
f. Instruksikanpasienuntukkembalimenariknafasdalam,
kemudianmenghembuskannyadengancaraperlahan
g. Merasakansaatiniudaramulaimengalirdaritangan, kaki menujukeparu-
paruseterusnyarasakanudaramengalirkeseluruhbagiananggotatubuh
h. Mintapasienuntukmemusatkanperhatian pad kaki
dantangandanmerasakankeluardariujung-ujungjaritangandan kaki
danrasakankehangatannya
i. Mintapasienuntukmemusatkanperhatianpada kaki dantangan, udara yang
mengalirdanmerasakankeluardariujung-
ujungjaritangandankaidanrasakankehangatanya
j. Instruksiakanpasienuntukmengulaniteknik-teknikiniapabila rasa
nyerikembalilagi
k. Setelahpasienmerasakanketenangan,
mintapasienuntukmelakukansecaramandiri
4. Tahapterminasi
a. Evaluasihasilkegiatan
b. Lakukankontrakuntukkegistsnselanjutnya
c. Akhirikegiatandenganbaik
d. Cucitangan
5. Dokumentasi
a. Catatwaktupelaksaantindakan
b. Catatresponpasien
c. Parafdannamaperawatjuga
1. PENGERTIAN
Suatu model untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada
hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami
Jenis Distraksi:
a. Distraksi Visual
Membaca/menonton TV
Menonton pertandingan
Imajinasi terbimbing
b. Distraksi Auditori
Humor
Mendengarkan musik
c. Distraksi Taktil
Bernapas perlahan dan berirama
Masase
Memegang mainan
d. Distraksi Intelektual
Hobi (menulis cerita)
2. TUJUAN
a. Mengurangi rasa sakit/nyeri
b. Mengurangi rasa cemas
c. Menjadikan hati tentram
3. INDIKASI
a. Ketika badan terasa nyeri/sakit
b. Ketika cemas atau gelisah
c. Ketika tergesa-gesa dalam melakukan aktivitas
d. Pikiran tidak tenang atau tidak fokus/konsentrasi
4. KONTRAINDIKASI
-
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan tanyakan kondisi pasien.
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan pasien.
c. Atur posisi yang nyaman dan aman pada pasien.
6. PERSIAPAN ALAT
a. Televisi (TV)
b. Buku
7. CARA KERJA
a. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
b. Tanyakan keluhan pasien
c. Menjaga privasi pasien
d. Memulai dengan cara yang baik
e. Mengatur posisi agar rileks tanpa beban fisik
f. Memberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distraksi
Bernafas pelan-pelan
Mesase sambil bernafas pelan-pelan/sesuai irama
Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepuk jari kaki
Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
Menonton TV
Berbincang-bincang dengan orang lain
g. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi tersebut
h. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa nyaman ketidak
nyamanan
8. HASIL
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
9. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
-
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU PASIEN
MELAKUKAN RITUAL TIDUR
NILAI
NO ASPEK PENILAIAN 0 1
PENGKAJIAN
Cek catatan medis dan catatan keperawatan
PERENCANAAN
Mengidentifikasi hasil yang diharapkan
Persiapan Alat :
Radio
Tape recorder Buku
cerita Alat
beribadah
Makanan dan minuman kesukaan klien
IMPLEMENTASI
Memperkenalkan diri
Memberikan salam dan menyebutkan nama klien
Menjaga privasi
Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur
Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
Menanyakan persetujuan kepada klien
Mencuci tangan
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel, kalau
perlu matikan lampu/pasang lampu tidur yang redup
Modifikasi lingkungan yang menunjang istirahat-tidur
Menggali kebiasaan ritual tidur klien
Memfasilitasi ritual tidur (sesuai kebutuhan klien)
Beribadah
Seperangkat alat ibadah untuk yang beragama Islam (Al-
Qur'an, Sajadah, mukena untuk wanita sarung untuk pria, peci
untuk pria dan tasbih)
Seperangkat alat ibadah untuk beragama Kristen
Protestan/Katolik (Alkitab, buku nyanyian, clan Rosario bagi
Kristen Katolik
Seperangkat alat ibadah untuk menyesuaikan agama klien.
Membaca
Minum susu
Mendengarkan radio
Menonton televisi
Mengobrol/ berbincang-bincang
Mengobservasi tidur klien nyenyak atau tidak
Mencuci tangan
D. EVALUASI
(Setelah bangun tidur) Mengobservasi respon pasien
Observasi keadaan pasien setelah bangun tidur
Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi dalam catatan
keperawatan
JUMLAH
SOP COOLER
Pengertian :
Tujuan :
4. Membatasi peradangan
Indikasi :
3. Pasien yang
kesakitan
Kontraindikasi :
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
2. Kassa gulung
3. Plester
Perlengkapan
4. Sarung tangan
8. Baskom
Persiapan Pasien :
Langkah-langkah :
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul
pada sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum
dibungkus.
kebutuhan.
f. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya pada
j. Mencuci tangan
SOP MEMASANG WARMER BLANKET
1. DEFINISI
Blanket warmer atau selimut penghangat adalah suatu alat yang digunakan untuk
menghangatkan tubuh pasien saat mengalami hipotemi.
2. TUJUAN
3. INDIKASI
1. Trauma.
2. Paparan lingkungan.
4. KONTRA INDIKASI
5. PROSEDUR
1. Warmer Blanket
2. Warning Unit
B. Persiapan klien
C. Persiapan lingkungan
1. Mengatur lingkungan klien, memasang sampiran.
D. Kerja
1. Mencuci tangan.
6. EVALUASI
A. Pengertian
Membersihkan luka dan mengompres luka dengan kassa steril yang telah dicelupkan
dalam obat kompres, kemudian ditutup dengan kassa steril yang kering.
B. Tujuan
Melaksanakan program pengobatan luka.
C. Referensi
Fundamental of Nursing
D. Alat dan Bahan
1. Persiapan Alat
a. 1 set ganti pembalut
b. Obat kompres dalam mangkuk steril
c. Kassa steril dalam tromol
d. Korentang steril
e. Alcohol 70%; H₂ O₂ 3%; dan NaCl 0,9%
f. Gunting
g. Plester
h. Piala ginjal (bengkok)dan 2 buah kantong plastik
i. Bantalan plastik
2. Persiapan Pasien
a. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
b. Menyiapkan lingkungan
c. Mengatur posisi tidur pasien
E. Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Piala ginjal didekatkan ke tubuh pasien
3. Membuka balutan dengan kapas yang diberi cairan alkohol
4. Memasukkan balutan kotor ke dalam piala ginjal/kantong plastik
5. K/p menekan daerah dekat luka untuk mengeluarkan kotoran/eksudat
6. Membersihkan luka dengan H₂ O₂ 3% dan dibilas dengan NaCl 0,9% dan
sekitarnya dibersihkan menggunakan Alcohol 70%
7. Pinset yang telah dipakai dibersihkan dengan Alcohol
8. Dengan 2 pinset mengambil kassa kompres
9. Meletakkan kassa kompres pada luka sesuai dengan kebutuhan
10. Menutup dengan kassa kering kemudian diberi bantalan kapas lalu diplester
11. Merapikan pasien
12. Membereskan alat – alat
13. Membuang kotoran
14. Mencuci tangan
15. Melakukan pencatatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN RESTRAIN
A. PENGERTIAN
Restrain adalah terapi dengan alat alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien,
dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah
tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan
(Widyodinigrat. R, 2009)
B. JENIS-JENIS RESTRAIN
1. Camisole (jaket pengekang)
E. PERSIAPAN ALAT
1. Pilihlah restrain yang cocok sesuai kebutuhan
2. Bantalan pelindung kulit/ tulang
F. PERSIAPAN PASIEN
Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai keperluan
G. CARA KERJA
1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
4. Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
5. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
6. Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut
nadi pada ekstremitas)
7. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain.
SOP TES ALERGI (Skin Test)
PENGERTIAN:
Suatu kegiatan memasukkan obat secara benar dan efektif untuk menghindari terjadinya alergi
obat.
TUJUAN:
PERSIAPAN ALAT:
Bak instrumen
Bengkok
Sarung tangan
Baki
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
4. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1cc dilarutkan dengan
NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1cc
Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikkan hasil(+) bila
terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal
1cm hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas.
TAHAP TERMINASI
Salam penutup,Buka sampiran, Letakkan alat pada tempatnya dan Cuci tangan
SOP PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pengertian Pengambilan dan pendistribusian spesimen darah dalam keadaan fresh dan
aman sebagai bahan pemeriksaan laboratorium
Tujuan Sebagai acuan dalam pengambilan dan penyediaan spesimen darah untuk
dikirim ke laboratorium bagi pasien rawat inap.
1. Spuit
2. Kapas alcohol
3. Torniquet
4. Botol darah
5. Perlak dan pengalas
Penatalaksanaan :
Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku
pemeriksaan laboratorium
Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau
Cito 24 jam Menyediakan tempat penampungan (tabung edta)
sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan masing-masing
tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi :
a. Nama pasien
b. Umur
c. Tanggal pengambilan
d. Tanggal lahir pasien
Perawat atau asisten perawat mengantar spesimen darah ke laboratorium.
Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja pengambilan
bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar Petugas laborat
menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan laboratorium dan biayanya
(ditulis dipojok atas dengan secarik kertas) Petugas rawat inap mengumpulkan
dengan lembar status pasien
Petugas laboratorium juga mencatat hasil pemeriksaannya di komputer.
Unit terkait Laboratorium, Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat
http://kumpulansopkeperawatan.blogspot.co.id/2015/08/sop-pengambilan-
spesimen-darah-untuk.html#uds-search-results
SOP PEMERIKSAAN SKALA NYERI
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
0 1 2 3 4
5
1. Kompres dingin
2. Massage kulit
3. Buli-buli panas
4. Relaksasi seperti lingkungan yang
tenang, posisi yang nyaman dan
nafas dalam.
5. Tekhnik distraksi yakni
mengalihkan perhatian ke stimulus
lain seperti menonton televisi,
membaca koran, mendengarkan
musik
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri