Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN

PELAYANAN
KEFARMASIAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


DR. SAM RATULANGI TONDANO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala Pujian Syukur Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, karena dengan
HikmatNya serta petunjuk yang diberikanNya, sehingga Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit boleh disusun dan dibuat untuk digunakan sebagai acuan bagi petugas farmasi
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum DR. Sam
Ratulangi Tondano.
Pedoman Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit DR. Sam Ratulangi ini
disusun dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkini dan
akan terus diperbaiki seiring dengan peningkatan pelayanan farmasi di Rumah sakit.
Semoga dengan adanya buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian ini, bisa membantu
semua tenaga farmasi yang ada di rumah sakit umum DR. Sam Ratulangi Tondano untuk lebih
memperhatikan dan menjalankan tugas-tugas kefarmasian dengan baik demi menunjang
pelayanan kefarmasian di rumah sakit bagi banyak orang.

Tondano, Januari 2022


TIM PKPO
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
SK PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan Pedoman Pelayanan Farmasi 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan 3
D. Batasan Operasional 3
E. Landasan Hukum 4
BAB II STANDAR KETENAGAAN 6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 6
B. Distribusi Ketenagaan 6
C. Jadwal Kegiatan 7
BAB III STANDAR FASILITAS 9
A. Denah Ruang 9
B. Standart Fasilitas 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 11
A. Perencanaan Sistem Pelayanan Kefarmasian 11
Dan Penggunaan Obat
B. Pemilihan 11
C. Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi dan BMHP 13
D. Penyimpanan 14
E. Pendistribusian 18
F. Peresepan/Permintaan Obat/Instruksi Pengobatan 19
G. Penyiapan (Dispensing) 21
H. Pemberian 21
I. Pemantauan Terapi Obat 21
J. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 22
Dan Reaksi Obat Yang Tidak Diharapkan (ROTD) 22
K. Rekonsiliasi Obat 23
L. Pemusnahan dan Penarikan 24

ii
M. Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) 25

BAB V LOGISTIK 26
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 27
A. Pengertian 27
B. Tujuan 28
C. Tata Laksana 28
BAB VII KESELAMATAN KERJA 32
A. Pengertian 32
B. Tujuan 32
C. Tata Laksana 32
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU 33
A. Pengertian 33
B. Tujuan 33
C. Tata Laksana 33
BAB IX. PENUTUP 35

iii
PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SAM RATULANGI TONDANO
Jl. Suprapto Luaan KecamatanTondano Timur Telp. (0431)-321171,Fax (0431)-321172

KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO
Nomor : 186 TAHUN 2022

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI
RSUD DR.SAM RATULANGI TONDANO

DIREKTUR RSUD DR.SAM RATULANGI TONDANO

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan instalasi farmasi
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Farmasi di RSUD DR.
Sam Ratulangi Tondano dapat terlaksana dengan baik,
maka perlu adanya pedoman pelayanan Instalasi
Farmasi di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanannya
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas
perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Mengingat : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
eMemperhatikan : Peraturan Direktur di RSUD DR. Sam Ratulangi
Tondano Nomor 014.A Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pelayanan Kefarmasian diInstalasi Farmasi.

iv
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD DR. SAM RATULANGI


TONDANO TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. SAM
RATULANGI TONDANO
Kedua : Pedoman dimaksud merupakan dasar/ acuan
penyelenggaraan pelayanan di Bagian Farmasi RSUD DR.
Sam Ratulangi Tondano
Ketiga : Evaluasi terhadap Pedoman Pelayanan Bagian Instalasi
Farmasi di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano
dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, namun
apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan
didalamnya, maka akan diadakan revisi sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di : Tondano
Pada Tanggal : 16 Juli 2022

DIREKTUR
RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano,

dr. Nancy C. Mongdong, MHSM, Sp.PD, FINASIM


NIP. 19760103 200312 2 005

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu
ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan
demikian, para Apoteker dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di
negara sendiri.
Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga
dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara komprehensif dan simultan
baik yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik.
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan
Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen
kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model iniakan terjadi efisiensi
tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat

1
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman,
dan terjangkau.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah
Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya
diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik kefarmasian
pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar
Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan
perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu
Standar Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri Kesehatan,
sekaligus meninjau kembali Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

B. TUJUAN PEDOMAN PELAYANAN FARMASI


a. Menjalankan Pelayanan Kefarmasian yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan.

2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pedoman pelayanan farmasi ini yaitu pada pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD DR Sam Ratulangi Tondano.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia termasuk obat tradisional
2. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan gas medis
3. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika
4. Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin implant yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
5. Obat yang menurut Undang – Undang yang berlaku dikelompokkan ke dalam obat keras,
obat keras tertentu dan obat narkotika harusdiserahkan kepada pasien oleh apoteker
6. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku
7. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
8. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata – rata masyarakat serta penyelenggaraannyasesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi
9. Pengendalian mutu adalah suatu kegiatan untuk menjaga mutu pelayanan obat agar
tetap aman, bermutu, bermanfaat, berkhasiat, efektif dan efisien.

3
10. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang meliputi
penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi,
pelayanan kefarmasian kepada pasien/ pelayanan farmasi klinik

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
9. Petunjuk teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Kemenkes
2019
10. Pedoman penyusunan rancangan kebutuhan obat dan pengendalian persediaan
obat di rumah sakit kemenkes 2019
11. Pedoman dasar dispensing sediaan steril Kemenkes 2009
12. Perka BPOM No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis
cara distribusi obat yang baik
13. KMK No. HK.01.07-Menkes-200-2020 tetang pedoman penyusunan formularium
rumah sakit
14. KMK No. HK.01.07-Menkes-6485-2021 tentang Formularium Nasional
15. PMK 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
16. PMK 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien

4
17. PMK 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di
rumah sakit

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Apoteker
a) Apoteker memenuhi persyaratan administrasi:
 Memiliki ljazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
 Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
 Memiliki Sertifikat Kompetensi yang masih berlaku
 Memiliki Surat lzin Praktik Apoteker
b) Memiliki kesehatan fisik dan mental
c) Memiliki jiwa kepemimpinan
d) Mampu mengorganisir kegiatan kefarmasian
e) Dapat berkomunikasi dengan baik
f) Berpenampilan profesional, sehat, bersih, rapih
g) Menggunakan atribut praktik/ tanda pengenal
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
a) Memliki Ijasah D3 Farmasi/ S1 Farmasi
b) Memiliki STRTTK
c) Memiliki SIPTTK
d) Memiliki kesehatan fisik dan mental
e) Dapat melakukan pekerjaan kefarmasian
f) Dapat berkomunikasi dengan baik
3. Tenaga Administrasi
a) Dapat berkomunikasi dengan baik
b) Memahami prinsip kefarmasian
c) Mampu mengopersionalkan komputer

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Instalasi Farmasi RSUD DR Sam Ratulangi Tondano memiliki tenaga sebanyak 25

6
orang dengan distribusi:
1. 1 orang Apoteker Kepala Instalasi
2. 1 orang Apoteker Koordinator Gudang Farmasi
3. 1 orang Apoteker Koordinator Farmasi Rawat Jalan
4. 1 orang Apoteker Koordinator Farmasi Rawat Inap
5. 2 orang Apoteker Pelayanan
6. 10 orang Tenaga Teknis Kefarmasian
7. 9 orang Tenaga Administrasi

C. JADWAL KEGIATAN ,TERMASUK PERATURAN JAGA


A. Kepala IFRS : Dinas Pagi
B. Jadwal Farmasi Rawat Inap
Dinas Pagi Apoteker Koordinator 1 orang
Apoteker Pelayanan 1 Orang
TTK 2 Orang
Dinas Siang TTK 2 Orang
Administrasi 1 Orang
Dinas Malam TTK 2 Orang

C. Jadwal Gudang Farmasi


Dinas Pagi Apoteker Koordinator 1 orang
Administrasi 2 Orang

D. Jadwal Farmasi Rawat Jalan


Dinas Pagi Apoteker Koordinator 1 orang
TTK 2 Orang
Administrasi 2 Orang
Dinas Siang TTK 1 Orang
Adiministrasi 2 Orang

7
Pengaturan Jaga :
1. Dinas Pagi : Jam 08.00 – 14.00 WITA (Kepala IFRS dan Koordinator 08.00 – 16.00
WITA)
2. Dinas Sore : Jam 14.00 – 20.00 WITA
3. Dinas Malam : Jam 20.00 – 08.00 WITA

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kefarmasian dengan baik, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Bangunan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, selalu dalam keadaan bersih,
bebas dari tumpukan sampah dan barang-barang yang tidak diperlukan. Penerangan yang
cukup untuk dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan benar.
Perlengkapan yang memadai untuk memungkinkan penyimpanan produk yang
memerlukan pengamanan maupun kondisi penyimpanan khusus disertai alat monitor
suhu dan kelembaban ruang yang tepat jika diperlukan kondisi penyimpanan yang

9
menuntut ketepatan temperatur dan kelembaban. Suhu dan kelembaban ruang dijaga agar
tidak mempengaruhi stabilitas obat
Sarana dan Prasarana yang ada di Instalasi Farmasi RSUD DR. Sam Ratulangi
Tondano :
1. Ruangan Kepala Instalasi Farmasi
2. Ruangan Instalasi Farmasi Rawat Jalan
3. Ruangan Instalasi Farmasi Rawat Inap
4. Ruangan Gudang Farmasi

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PERENCANAAN SISTEM PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT


Perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano merupakan bagian
penting dalam pelayanan pasien. Pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan di rumah
sakit harus mampu menjamin ketersediaan obat dan BMHP yang bermutu, bermanfaat,
aman dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan pasien. Sistem Pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano terdiri dari pelayanan rawat
jalan, rawat inap dan IGD.
Sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah sakit dirancang,
diimplementasikan dan dilakukan peningkatan mutu secara berkesinambungan terhadap
proses-proses: pemilihan, perencanaan dan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
peresepan/ permintaan obat/ instruksi pengobatan, penyiapan (dispensing), pemberian dan
pemantauan terapi obat.

B. PEMILIHAN

Pemilihan obat-obatan yang disediakan di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano


mengacu pada Formularium Nasional yang kemudian disusun oleh Komite Farmasi dan
Terapi menjadi Formularium Rumah Sakit.
Proses pemilihan obat oleh KFT dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit :
1. Mengutamakan penggunaan obat generik.
2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut :1 (satu)
obat generik; dan 3 (tiga) obat me too, jika memungkinkan (satu) obat generik; 1 (satu)
obat original; dan 2 (empat) obat me too.
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

11
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
8. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung.
9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada :
a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
c. Obat yang stabilitasnya lebih baik
d. Mudah diperoleh
e. Obat yang telah dikenal
10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
a. Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap
b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
daripada masing-masing komponen
c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang
tepat untuk sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut
d. Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
e. Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.
11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Sam
Ratulangi Tondano, dengan harga yang terjangkau.
Pengusulan draft/formulir usulan obat ke KFT oleh dokter spesialis. Untuk obat baru
yang generiknya belum pernah ada di rumah sakit, maka harus didukung literature maupun
evidence based medicine yang mendukung efektifitas obat yang bersangkutan dengan efek
samping yang minimal. Nama-nama obat yang diusulkan oleh masing-masing dokter
spesialis melalui rapat KFT, dibahas dan diseleksi oleh KFT kemudian selanjutnya jika
sudah disetujui oleh KFT, disahkan oleh direktur.

12
C. PERENCANAAN DAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI DAN BMHP

Perencaaan untuk pengadaan obat-obatan dan BMHP di RSUD DR. Sam Ratulangi
Tondano berdasarkan Metode Konsumsi yaitu dengan melihat banyaknya jumlah
pemakaian obat dan BMHP tahun sebelumnya. Untuk pengadaan obat dan BMHP
diadakan oleh Apoteker melalui pemesanan secara e purchasing e cataloge LKPP atau
secara manual e cataloge terhadap penyedia pemenang.
1). Alur Pengadaan Obat dan BMHP

Rencana Kebutuhan Obat dan BMHP

Pengadaan Melalui Sistem E Purchasing e


cataloge/Manual e cataloge oleh Apoteker

Penyedia Pemenang E Cataloge LKPP

Distributor Penyedia menyiapkan dan


mendistribusikan Obat & BMHP

Penerimaan obat & BMHP di Gudang Famasi


Rumah Sakit

Penyimpanan di Gudang Farmasi Rumah Sakit

13
D. PENYIMPANAN

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara


menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan
adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menghindari kehilangan dan pencurian serta memudahkan pencarian
dan pengawasan.
Barang diterima di Instalasi Farmasi disimpan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian
yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Tatacara penyimpanan perbekalan farmasi digudang :
1. Pengelompokkan perbekalan farmasi berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan, sifat
barang, suhu penyimpanan. Tersedia rak atau lemari untuk memuat sediaan farmasi &
BMHP
2. Metode penyimpanan menggunakan gabungan sistem First Expired First Out (FEFO),
First In First Out (FIFO) dan penyimpanan berdasarkan alfabetis.
3. Obat kadaluwarsa yang menunggu waktu pemusnahan disimpan di tempat khusus
yaitu ruang karantina.
4. Obat harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan aktif hingga
digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu penyimpanan obat dapat dilihat
pada kemasan obat atau sesuai peraturan yang berlaku. Suhu penyimpanan dipantau
setiap hari.
Suhu penyimpanan obat dibagi menjadi :
1) Penyimpanan pada suhu dingin (2-8oC)
2) Penyimpanan pada suhu sejuk (15-25oC)
3) Penyimpanan pada suhu kamar (25-30oC)
5. Penyimpanan obat LASA (Look a like, Sound a like) letaknya terpisah atau tidak saling
berdekatan dan diberi label khusus berwarna kuning yang bertuliskan LASA.

14
6. Penyimpanan obat High Alert disimpan dilemari khusus dan diberi label Merah yang
bertuliskan High Alert Double Cek dan dilakukan proses double cek (paraf) untuk
penanganannya.
Obat-obat yang masuk dalam daftar Obat High Alert (Elektrolit Konsentrat Tinggi)
dilarang disimpan dalam ruangan perawatan rawat inap kecuali bila dibutuhkan secara
klinis dan penyimpanannya terpisah dengan obat lain (Lemari Khusus) dan diberi label
identitas. Label ditempelkan pada kemasan satuan terkecil obat.

DAFTAR RINCIAN OBAT HIGH ALERT


TAHUN 2022

NO NAMA OBAT KATEGORI


1 Isofluran Inj Anestesi umum
2 Sevofluran Inj Anestesi umum
3 Midazolam Inj Anestesi umum
4 Propofol Inj Anestesi umum
5 Lidocain Inj Anestesi lokal
6 Fentanyl Inj Analgetik Narkotika
7 Otsu MgSO4 20% Cairan Elektrolit
8 Otsu MgSO4 40% Cairan Elektrolit
9 Otsu NaCl 3% Cairan Elektrolit
10 Otsu KCl 7,46% Cairan Elektrolit
11 Novorapid Anti Diabetes
12 Novomix Anti Diabetes
13 Rizodeg Anti Diabetes
14 Levemir Anti Diabetes
15 Tramus, Tracium Penghambat Neuomuskular
Look Alike Sound
16 CefOTAXIME Inj CefTRIAXONE Inj
Alike
Look Alike Sound
17 DoBUTAmin Inj DoPAmin Inj
Alike
Look Alike Sound
18 LEVOfloxacin CIPROfloxacin
Alike
19 Ephinephrine Inj Phytomenadione Inj Look Alike
20 KCL 7,46% 25ml MgSO4 25ml Inj Look Alike

15
21 AMINOfilin AmPIcillin AMOXIcillin Sound Alike
Asam
22 Asam MEFEnamat Sound Alike
TRANEKSamat
23 AZYthromycin ERYthromycin Sound Alike
24 CANDEsartan VALsartan Sound Alike
25 EphEDRIN EphINEFRIN Sound Alike
26 MethylPREDNISOLON MethylERGOMETRIN Sound Alike
27 NovoMIX NovoRAPID Sound Alike
28 Acyclovir 200mg Acyclovir 400mg Multiple Strength
29 Amlodipin 5mg Amlodipin 10mg Multiple Strength
30 Candesartan 8mg Candesartan 16mg Multiple Strength
31 Erythromycin 250mg Erythromycin 500mg Multiple Strength
32 Glukosa 5% Glukosa 10% Multiple Strength
33 Irbesartan 150mg Irbesartan 300mg Multiple Strength
Methylprednisolone Methylprednisolone Methylprednisolone
34 Multiple Strength
4mg 8mg 16mg
35 Lisinopril 5mg Lisinopril 10mg Multiple Strength
36 MgSO4 20% MgSO4 40% Multiple Strength
37 Meloxicam 7,5mg Meloxicam 15mg Multiple Strength
38 Salbutamol 2mg Salbutamol 4mg Multiple Strength
Stesolid 5 mg rectal Stesolid 10 mg rectal
39 Multiple Strength
tube tube
40 Pradaxa 75mg Pradaxa 110mg Multiple Strength
41 Simvastatin 10mg Simvastatin 20mg Multiple Strength
42 Sifrol 0,375mg Sifrol 0,75mg Multiple Strength
43 Atorvastatin 10mg Atorvastatin 20mg Multiple Strength
44 Bisoprolol 2,5mg Bisoprolol 5mg Multiple Strength
45 Dumin 125mg Dumin 250mg Multiple Strength
46 Terasozin 1mg Terasozin 2mg Multiple Strength
47 Griseofulvin 125mg Griseofulvin 500mg Multiple Strength
48 Fenofibrate 100mg Fenofibrate 300mg Multiple Strength
Natrium Diclofenak Natrium Diclofenak
49 Multiple Strength
25mg 50mg
50 Ibuprofen 200mg Ibuprofen 400mg Multiple Strength
Glimepiride
51 Glimepiride 1mg Glimepiride 2mg Glimepiride 3mg Multiple Strength
4mg
52 Piracetam 800mg Piracetam 1600mg Multiple Strength
Spironolactone
53 Spironolactone 25mg Multiple Strength
100mg
54 Telmisartan 40mg Telmisartan 80mg Multiple Strength

16
55 Valsartan 80mg Valsartan 160mg Multiple Strength
56 Risperidone 1mg Risperidone 2mg Multiple Strength
57 Alprazolam 0,5mg Alprazolam 1mg Multiple Strength
58 Codein 10mg Codein 20mg Multiple Strength

7. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus yang double pintu, double
kunci dan lemari selalu dalam keadaan terkunci. Dalam setiap pengambilan obat
narkotika/psikotropika harus melampirkan resep dan langsung dicatat dalam kartu stok
yang memuat tanggal pengambilan, nama pasien, dan jumlah yang diberikan. Kunci
lemari narkotika yang pertama dipegang oleh apoteker atau TTK penanggung jawab
shift dan kunci yang kedua dipegang oleh apoteker atau TTK lainnya yang dinas pada
saat itu.
8. Obat golongan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) disimpan dilemari khusus dengan
penandaan yang menunjukan sifat bahan tersebut dan dijaga suhu ruangannya.
Tabel daftar obat B3 di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano
NAMA BENTUK
NO KANDUNGAN KATEGORI TANDA MSDS
DAGANG SEDIAAN
Cairan
Alkohol 70%
1 Alkohol 70% Cairan mudah Ada
1000 ML
terbakar
Hydrogen
2 peroxide H2O2 3% Cairan Korosif Ada
1000 ML
Povidone
Povidone
3 Iodine 10% Cairan Beracun Ada
Iodine 10%
1000 ML

9. Obat gas medis tidak dikelola di Instalasi farmasi RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano
10. Radioaktif dan Obat yang digunakan untuk penelitian tidak ada di Instalasi Farmasi
RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
11. Obat Nutrisi Parenteral disimpan di atas palet dengan suhu penyimpanan sesuai yang
tertera pada kemasan.

17
12. Obat & BMHP Program pemerintah tidak disimpan di Instalasi Farmasi RSUD DR. Sam
Ratulangi Tondano, dikelola oleh petugas khusus yang di tunjuk.
13. Obat donasi disimpan di instalasi farmasi, terpisah dengan obat lain.
14. Reagen disimpan diunit terkait (Laboratorium) dan sesuai dengan stabilitasnya dan
suhu penyimpanannya terkontrol.
15. Obat & BMHP untuk kondisi emergency yang tersimpan di luar Instalasi Farmasi
disimpan dalam troli emergency disemua ruangan perawatan dan hanya digunakan
dalam kondisi yang emergency. Dalam troley emergency terdapat berbagai jenis obat
termasuk obat-obat golongan high alert. Troley emergency dikunci dengan
menggunakan kunci bernomor seri. Daftar obat-obatan dan BMHP berada di sisi luar
troley emergency, yang memuat nama obat dan BMHP, jumlah, dan masa kadaluarsa.
Apabila ada obat/BMHP yang terpakai atau kadaluarsa dicatat dan dilaporkan di
Instalasi Farmasi Rawat Inap untuk permintaan penggantiannya. Supervisi dilakukan
setiap bulan 1 kali oleh petugas farmasi dengan memeriksa kondisi kunci troli dan
kadaluarsa obat dan BMHP.
16. Obat & BMHP di Ambulans disimpan dalam kit emergensi dan hanya digunakan dalam
kondisi yang emergency. Kit emergensi dikunci dengan menggunakan kunci bernomor
seri. Daftar obat-obatan dan BMHP berada Instalasi Farmasi. Perawat yang akan
merujuk pasien mengajukan permintaan kit emergensi ke Instalasi Farmasi Rawat Inap.
Obat yang terpakai dicatat dalam buku pemakaian kit emergensi dan dilakukan
penggantian oleh petugas farmasi, kemudian di kunci. Kit emergensi disimpan pada
Instalasi Farmasi Rawat Inap.

E. PENDISTRIBUSIAN

Distribusi adalah kegiatan menyalurkan obat & BMHP di Rumah Sakit untuk
pelayanan pasien dalam proses terapi baik pasien rawat inap maupun rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis dan BMHP. Tujuan pendistribusian adalah tersedia obat
& BMHP di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah.
Sistem distribusi yang digunakan RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano adalah sistem
distribusi sentralisasi dimana distribusi dilakukan oleh Instalasi Farmasi secara terpusat ke
semua unit Rawat Inap di Rumah Sakit secara keseluruhan.

18
a) Distribusi Obat dan BMHP
a. Pendistribusian obat & BMHP dilakukan dari gudang farmasi ke Instalasi Farmasi
Rawat Jalan dan Rawat Inap serta unit-unit lain di rumah sakit.
b. Obat & BMHP dari Instalasi farmasi Rawat Jalan, Rawat Inap dan unit-unit lain di
rumah sakit didistribusikan untuk pelayanan /kebutuhan pasien.
c. Sistem distribusi yang dilakukan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano adalah:
 Peresepan individu sesuai kebutuhan kondisi pasien (Individual prescription)
Rawat Jalan dan IGD
 Unit dose dispensing (UDD) untuk Rawat Inap
 Persediaan obat dan BMHP di Ruang Perawatan dan Klinik (floor stock)

F. PERESEPAN/PERMINTAAN OBAT/INSTRUKSI PENGOBATAN

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada Apoteker baik
dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep yang dilayani di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano harus memenuhi
kelengkapan resep sebagai berikut :
1) Persyaratan administrasi meliputi :
 Nama, nomor rekam medis, umur/tanggal lahir, jenis kelamin dan berat badan pasien
 Nama, nomor SIP dokter, alamat serta paraf kewenangan klinis dokter
 Tanggal resep
 Tidak ada alergi
 Ruangan/unit asal resep
2) Persyaratan farmasetik meliputi :
 Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
 Dosis dan jumlah
 Stabilitas
 Aturan dan cara penggunaan
3) Persyaratan klinis meliputi :
 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan

19
 Tidak didapatkan duplikasi pengobatan
 Alergi dan efek samping dan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)
 Kontraindikasi.
 Interaksi Obat

Setelah resep diperiksa kelengkapannya, obat disiapkan sesuai prosedur untuk


selanjutnya di serahkan oleh apoteker. Sebelum obat di serahkan ke perawat (untuk pasien
rawat inap) atau kepada pasien/keluarga (untuk pasien rawat jalan) maka harus dilakukan
telaah obat yang meliputi pemeriksaan kembali untuk memastikan obat yang telah disiapkan
sesuai dengan resep, aspek yang diperiksa dalam telaah obat meliputi 5 tepat yakni :
1) Tepat obat
2) Tepat pasien
3) Tepat dosis
4) Tepat rute
5) Tepat waktu pemberian
Pada penyerahan obat untuk pasien rawat jalan maka harus disertai pemberian
informasi, yang meliputi nama obat, kegunaan/indikasi, aturan pakai, efek terapi dan efek
samping dan cara penyimpanan obat.

RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano menerapkan pengelolaan resep khusus.


Pengelolaan resep khusus antara lain :
1) Resep Emergency
Resep dikatakan emergensi apabila tertulis perintah CITO/urgent/pim, maka resep
akan segera dilayani.
2) Automatic Stop Order (ASO)
ASO diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat yang
kuat/poten dan obat-obat yang memerlukan review regular misal anti infeksi, anti viral,
anti fungi, narkotika dan kortikosteroid.
Pengelolaan ASO belum dilakukan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano.
3) Tappering Off
Tappering Off adalah penurunan dosis obat tertentu ketika obat hendak dihentikan

20
penggunaannya. Tujuan dilakukannya Tappering Off adalah agar tubuh kita tidak
mengalami gangguan akibat penghentian obat yang bersifat tiba-tiba.
Pengelolaan Tappering Off belum dilakukan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano.
G. PENYIAPAN (DISPENSING)

Persiapan obat rawat jalan dan rawat inap dilakukan oleh petugas farmasi disiapkan
dalam lingkungan yang aman dan bersih, dilakukan secara seragam serta sesuai peraturan
yang berlaku.
1. Pencampuran obat intravena, epidural dan nutrisi parenteral serta pengemasan kembali
obat suntik harus dilakukan dalam ruangan yang bersih dan petugas yang terlatih dengan
teknik aseptic serta menggunakan alat perlindungan diri. Staf yang menyiapkan
didelegasikan kepada perawat TK.II
Faktor yang perlu diperhatikan :
1) Ruangan khusus
2) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet (belum tersedia di RSUD Dr. Sam
Ratulangi Tondano)
3) HEPA filter (belum tersedia di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano)
2. Semua resep permintaan obat dan instruksi pengobatan ditelaah ketepatannya oleh
apoteker. Pengkajian resep meliputi :
1) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum dan waktu
pemberian
2) Duplikasi pengobatan
3) Potensi alergi dan sensitifitas
4) Interaksi antara obat dengan obat lain atau dengan makanan
5) Berat badan pasien
6) Kontraindikasi

3. Pencampuran sitostatika belum dilakukan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano.

H. PEMBERIAN

Pemberian meliputi kegiatan pengecekan kesesuaian nama pasien, umur, alamat


serta nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai, bentuk sediaan farmasi yang akan diberikan

21
pada pasien atau keluarga pasien. Saat pemberian obat juga dilakukan pemberian
konsultasi dan informasi serta edukasi (KIE) obat kepada pasien.

I. PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan
terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD.
Kegiatan yang dilakukan :
a) Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat
yang tidak dikehendaki (ROTD)
b) Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
c) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat
Tahapan Pemantauan Terapi Obat :
a) Pengumpulan data pasien
b) Identifikasi masalah terkait obat
c) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
d) Pemantauan
e) Tindak lanjut

Faktor yang harus diperhatikan :


a) Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya
b) Kerahasiaan informasi
c) Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat)

J. MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) DAN REAKSI OBAT TIDAK


DIHARAPKAN (ROTD)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap
respons tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. ASHP
mendefinisikan efek samping (side effect) sebagai reaksi yang dapat diperkirakan
frekuensinya dan suatu efek yang intensitas maupun kejadiannya terkait dengan besarnya

22
dosis yang digunakan mengakibatkan sedikit atau tidak ada perubahan terapi pada
pasien (misalnya, efek mengantuk atau mulut kering pada penggunaan antihistamin; efek
mual pada penggunaan obat kanker). ASHP mendefinisikan ROTD atau ADR (Adverse
Drug Reactions) sebagai respon yang tidak dapat diperkirakan, yang tidak dikehendaki,
atau respons yang berlebihan akibat penggunaan obat sehingga muncul reaksi alergi
atau reaksi idiosinkrasi.
Tujuan :
a) Menemukan ESO atau ROTD sedini mungkin terutama yang berat
b) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO atau ROTD yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan.
c) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan /
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO atau ROTD.
d) Meminimalkan risiko kejadian ESO atau ROTD.
f) Mencegah terulangnya kejadian ESO atau ROTD.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan :


a) Mendeteksi adanya kejadian ESO atau ROTD
b) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO
atau ROTD
c) Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo
d) Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO atau ROTD di Tim Farmasi danTerapi.
e) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan :


a) Kerjasama dengan Tim Farmasi dan Terapi dan tenaga kesehatan di ruang
rawat/bangsal
b) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat

Kegiatan MESO di RSUD Dr Sam. Ratulangi Tondano hanya dilakukan sampai pada
mendeteksi adanya kejadian.

23
K. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi obat adalah proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat
(resep dan non resep) yang sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci, termasuk dosis
dan frekuensi, sebelum masuk rumah sakit dan membandingkannya dengan resep/ instruksi
pengobatan ketika admisi, transfer, dan discharge, mengidentifikasi adanya diskrepansi dan
mencatat setiap perubahan, sehingga dihasilkan daftar yang lengkap dan akurat.
Proses rekonsiliasi obat di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano hanya dilakukan pada
saat pasien transfer, khusus ruang rawat inap interna. Kegiatan yang dilakukan apoteker
pada rekonsiliasi obat saat transfer antar ruang rawat adalah membandingkan terapi obat
pada formulir instruksi pengobatan di ruang sebelumnya dengan resep/instruksi
pengobatan di ruang rawat saat ini dan daftar obat yang pasien gunakan sebelum admisi.

L. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN


Rumah sakit harus memiliki sistem penanganan obat yang rusak (tidak memenuhi
persyaratan mutu)/ telah kadaluarsa/ tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan Kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan/ dicabut izin edarnya untuk
dilakukan pemusnahan atau pengembalian ke distributor sesuai ketentuan yang berlaku.
Tujuan pemusnahan adalah untuk menjamin sediaan farmasi dan BMHP yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang
sub standar.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor farmasi dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan untuk kelompok khusus obat ini. Tahapan pemusnahan
obat adalah membuat daftar obat dan BMHP yang akan dimusnahkan, menyiapkan berita
acara pemusnahan mengkordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait, menyiapkan tempat pemusnahan dan melakukan pemusnahan sesuai
peraturan yang berlaku.
Pemusnahan yang dilakukan di RSUD DR Sam Ratulangi Tondano dilakukan sesuai
dengan jenis, bentuk sediaan dan peraturan yang berlaku. Untuk pemusnahan narkotika,
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan kab/kota dan
dibuatkan berita acara pemusnahan.

24
Penarikan Obat dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut
oleh Menteri. Penarikan obat dan BMHP yang tidak memenuhi standar/ ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan obat dan BMHP yang telah dilakukan di RSUD DR Sam Ratulangi
Tondano adalah penarikan obat dan BMHP yang tidak memenuhi persyaratan yang
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM

M. PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)

Rumah sakit menyelenggarakan program resistensi antimikroba (PPRA) sesuai


peraturan perundang-undangan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2021. Rumah Sakit
membentuk Komite PPRA dengan melibatkan semua unsur yang terkait sesuai dengan
regulasi yang akan mengelola dan menyusun program pengendalian resistensi anti mikroba
dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit. Rumah Sakit melakukan
pemantauan dan evaluasi kegiatan PPRA serta membuat laporan kepada Pimpinan RS
secara berkala dan kepada kementerian Kesehatan sesuai peraturan perundang-
undangan.

Komite PPRA di RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano telah melaksanakan dan


mengembangkan penatagunaan antimikroba di unit pelayanan yang melibatkan Dokter,
Apoteker dan Perawat dalam menyusun dan mengembangkan Panduan Praktik Klinis
(PPK), Panduan Penggunaan Anti Mikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB).

25
BAB V
LOGISTIK

No. Nama Barang

1 Obat
2 Bahan Medis Habis Pakai
Cetakan :
Etiket obat tablet/kapsul/puyer/sirup
Etiket obat luar
Kartu stok obat/BMHP
3 Surat Pemesanan OKT
Lembar penerimaan barang

Buku
Buku permintaan obat dan alkes
Rumah Tangga :
Gunting
4 Plastik klip
Sabun cuci tangan
Sendok obat

Alat Tulis dan Kantor :


Printer
Tinta printer
Clip
Bantalan stempel
Binder clip
Bolpen
Buku tulis
Clear holder
5 Flash disc
Isi staples
Lakban
Pelubang kertas
Penggaris
Spidol
Stabilo
Staples
Tinta stempel

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan
risiko. Dengan demikian keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam risiko
pelayanan di rumah sakit. Instalasi farmasi mengidentifikasi dan mengevaluasi untuk
mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien. Pendekatan sistem bertujuan untuk
meminimalkan risiko dan mempromosikan upaya keselamatan penggunaan obat termasuk
alat kesehatan yang menyertai. Tata cara / urutan yang dilakukan dalam pengelolaan
(pencegahan dan pengumpulan data) kesalahan yang disebabkan obat dan peresepan obat
(Medication Errors). Kesalahan yang dicatat adalah yang potensial menyebabkan
kesalahan (belum sampai ke pasien) maupun yang faktual (sudah terjadi dan sampai
kepada pasien). Kesalahan yang berkaitan dengan obat, potensial terjadi pada tahap-tahap:
1. Tahap penulisan resep (Prescribing)
2. Tahap pembacaan dan penyiapan resep serta penyerahan obat (Transcribing dan
dispensing)
3. Tahap pemberian obat kepada pasien (Administering)
Kesalahan peresepan didapat pada saat pengkajian/screening/ penapisan resep atau
dapat juga merupakan laporan kasus.
Kategori Kesalahan :
Errors Kategori Hasil
Kejadian yang potensial menyebabkan terjadi
No error A
kesalahan
B Terjadi tetapi obat belum mencapai pasien
Error, no Terjadi kesalahan dan obat sudah
Harm C diminum/digunakan pasien tetapi tidak
membahayakan pasien

27
Terjadi kesalahan, sehingga monitoring ketat
D harus dilakukan tetapi tidak membahayakan
pasien
Terjadi kesalahan, hingga terapi dan intervensi
E lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan
efek yang buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesaalahan dan megakibatkan pasien
F harus dirawat lebih lama di rumah sakit serta
Error, harm
memberikan efek buruk yang sifatnya sementar
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk
G
yang bersifat permanen
Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa
H
pasien contoh syok anafilaktik
Error, Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
I
kematian

B. TUJUAN
1. Tersedianya data jenis kesalahan peresepan guna pecegahan kesalahan sejenis dan
mengurangi kerugian yang diderita pasien.
2. Memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh obat/peresepan yang ditanggung oleh
pasien

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN

Rumah Sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut
terhadap kesalahan obat (medication error) dan berupaya menurunkan kejadiannya.
Medication safety di RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano bertujuan mengarahkan
penggunaan obat yang aman dan meminimalkan resiko kesalahan penggunaan obat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien merupakan bagian dari penerapan sistem pelaporan kesalahan obat yang akurat
dan tepat waktu. Upaya untuk mendeteksi, mencegah dan menurunkan kesalahan obat

28
dalam meningkatkan mutu proses penggunaan obat dilakukan dengan metode análisis
kesalahan yang muncul dari proses perancangan suatu pekerjaan atau Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA).

RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano telah melakukan pelatihan terhadap staf terkait
kesalahan obat (medication error).
Tahapan pengelolaan medication error

1. Pengelolaan kesalahan peresapan yang terjadi pada saat penulisan resep / tahap
Prescribing.
a. Petugas farmasi mencatat ke dalam buku konsultasi dokter setiap kali
mengkonsulkan kepada dokter mengenai :
 Permasalahan peresepan yang ditulis oleh dokter/apa yang dikonsulkan.
 Bagaimana pengatasannya / jawaban dokter.
 Nama dokter.
 Sarana konsultasi (telepon atau mendatangi dokternya)
b. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompokkan data serta membuat laporan.
c. Pengelompokan data kesalahan berdasarkan :
 Permasalahan dosis : Dosis tidak lazim, tidak tertulis kekuatan obat
 Permasalahan signa : Signa tidak lazim, signa tidak lengkap, tidak ada signa,
aturan pakai tidak jelas dll
 Permasalahan obat : Obat tidak dapat digerus, duplikasi obat, kombinasi tidak
lazim, salah nama obat, tidak tertulis jumlah obat, tidak tertulis bentuk sediaan,
obat tidak sesuai jenis jaminan /tidak masuk formulairum
 Lain-lain : Duplikasi resep, Tidak jelas tulisan dokter, Interaksi, Kontraindikasi
dan lain-lain
2. Kesalahan tahap penulisan resep dan tahap pembacan serta penyiapan resep dapat
juga diperoleh dengan cara:
a. Petugas farmasi dengan rasa kesadaran dan tanggung jawab mencatat setiap
kesalahan yang dilakukannya sendiri atau mengetahui kesalahan yang dilakukan
petugas farmasi yang lain ke dalam buku
b. Mengatasi permasalahan yang terjadi

29
c. Mendokumentasikan kesalahan yang terjadi, baik kesalahan yangpotensial
maupun faktual terjadi
d. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompokkan data serta membuat laporan.
e. Pengelompokkan data kesalahan berdasarkan ;
 Permasalahan dosis : Salah perhitungan dosis dll
 Permasalahan obat : Salah baca, salah ambil obat, salah memasukkan obat
ke dalam wadah, salah memberi obat, jumlah obat kurang, jumlah berlebih,
sirup kering antibiotik belum direkonstitusi, obat tidak dapat digerus,
memberikan obat yang sudah kadaluarsa dll
 Permasalahan etiket : Etiket tertukar, salah menulis etiket, etiket belum
lengkap, etiket belum ada
 Lain-lain : Salah membuat copy resep, tidak menulis copy resep, Salah pasien/
memberikan obat kepada pasien lain.
3. Kesalahan tahap penulisan resep dan tahap pembacan serta penyiapan resep dapat
juga diperoleh dengan cara :
a. Pada awal atau akhir jam pelayanan pasien, dilakukan penapisan (screening)
resep.
b. Kejanggalan yang ditemukan, dikonfirmasikan kepada petugas yang mengerjakan
resep.
c. Mencatat semua kesalahan yang ditemukan di Form Medication Error kesalahan
tahap penulisan resep atau kesalahan tahap pembacaan dan penyiapan resep.
d. Menindaklanjuti, menyelesaikan kesalahan yang terjadi
e. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompokkan data serta membuat laporan.
4. Pengelolaan kesalahan peresepan yang terjadi pada saat pemberian obat kepada
pasien di ruangan perawatan.
a. Mencatat ke buku setiap kesalahan yang dilakukan oleh perawat atau yang
dilakukan petugas farmasi pada waktu memberikan obat kepada pasien rawat inap
di bangsal untuk dikonsumsi.
b. Pencatatan kesalahan dilakukan terhadap kesalahan yang potensial maupun
faktual terjadi
c. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompokkan data serta membuat laporan.

30
d. Pengelompokkan data kesalahan berdasarkan :
 Pasien butuh obat (untreated indications).
 Obat tidak perlu (drug without indications)
 Obat salah (Improper drug selections)
 Dosis kurang (Subdose)
 Dosis berlebih (Overdose)
 Efek samping obat (Adverse drug reaction)
 Pasien gagal menerima obat (Compliance /failure to receive drug)
 Interaksi obat dan kontraindikasi.
e. Pelaporan kegiatan pengelolaan medications errors kepada Direktur melalui
KPMKP dan juga mensosialisasikan / menginformasikan hasil kegiatan kepada
unit-unit yang terkait
f. Melaporkan kegiatan kepada Dewan Pengawas

31
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan unit pelaksana fungsional yang bertanggung
jawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian secara menyeluruh di rumah sakit
dengan ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan
produksi perbekalan farmasi yang aman untuk petugas dan lingkungan rumah sakit.

B. TUJUAN
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi rumah sakit agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.

C. TATA LAKSANA
1. Petugas farmasi menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat menyiapkan,
melayani obat, diantaranya:
a. Sendok obat untuk mengambil obat.
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Desinfektan pencuci tangan
Gudang dilengkapi dengan alat pemadam api ringan (APAR) dan alarm bahaya
kebakaran serta westafel.
2. Gudang penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dilengkapi dengan label bahan
berbahaya dan beracun.

32
BAB VIII
PENGENDALIAAN MUTU

A. PENGERTIAN
Sistem Manajemen Mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem
Manajemen Mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif,
bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Sistem Manajemen Mutu berlandaskan
pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan.Proporsi terbesar
diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal.
Pelayanan kefarmasian menyelenggarakan suatu sistem jaminan mutu sehingga
obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahannnya sampai
ke tangan konsumen. Distribusi obat harus menjamin bahwa obat yang didistribusikan
dengan kondisi penyimpanan yang sesuai terjaga mutunya, dan selalu dimonitor
termasuk selama transportasi serta terhindar dari kontaminasi.
Pengendalian mutu merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit
terhadap perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, dan
rusak.

B. TUJUAN
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi stándar pelayanan yang ditetapkan dan
dapat memuaskan pelanggan.

C. TATA LAKSANA
Instalasi farmasi rumah sakit menjaga dan mengendalikan mutu obat dan Alkes
dilakukan dengan cara :
1. Pembelian perbekalan farmasi pada distributor yang resmi
2. Penyimpanan obat dan Alkes sesuai standar
a. Kondisi ruang penyimpanan dalam ruang kamar (di bawah suhu 25°C) dengan
kelembaban ruang harus kering, dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruang (AC

33
/ air condition) serta alat thermohigrometer (alat monitor suhu dan kelembaban
ruang).
b. Obat yang stabil pada suhu 2- 8°C disimpan dalam refrigerator/almari es dengan
suhu yang dimonitor ketat 2 kali dalam sehari.
c. Bahan beracun dan berbahaya (B-3) disimpan terpisah, mengikuti Standar
Prosedur Penyimpanan B-3.
d. Obat dan Alkes yang rusak, sudah kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat disimpan
terpisah.
3. Setiap pengeluaran, pengambilan, dan pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan prinsip FIFO dan / atau FEFO.
4. Minimal 2 kali dalam setahun dilakukan:
a. Pencarian dan mengumpulkan obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati
waktu kadaluarsa, lambat pergulirannya/menumpuk/slow move serta berhenti
bergulir/death stock dan dibuat daftarnya.
b. Daftar obat tersebut diinformasikan dan disitribusikan kepada dokter, KSM dan De
farmasi untuk dikeluarkan, digunakan, diresepkan terlebih dahulu.
5. Dibuat persetujuan (MOU) dengan PBF pemasok untuk dapat menukarkan obat yang
akan kadaluarsa dengan obat yang kadaluarsanya lebih panjang.

34
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Farmasi ini sangat penting untuk meningkatkan pelayanan


kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Diharapkan agar buku ini dapat dijadikan
acuan bagi pihak rumah sakit dan setiap staf farmasi dalam meningkatkan pelayanan
farmasi yang bermutu.

35

Anda mungkin juga menyukai