Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

RS GADING MEDIKA

Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu 38221

Telp. (0736) 5500938 e-mail : gadingmedikars@gmail.com

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pihak rumah sakit panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga pedoman yang membahas tentang ”Pelayanan
Instalasi Radiologi” ini dapat terselesaikan.
Pihak rumah sakit menyadari pedoman ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi, oleh
karena itu pihak rumah sakit mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam pedoman berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Pihak rumah sakit menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan pedoman ini, semoga pedoman
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ditetapkan di : Bengkulu
PadaTanggal : 03 Januari 2022
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................6

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................6

B. TUJUAN PEDOMAN .................................................................................................6


C. RUANG LINGKUP ....................................................................................................6
D. BATASAN OPERASIONAL .......................................................................................6
E. LANDASAN HUKUM .................................................................................................7
BAB II STANDAR KETENAGAAN........................................................................................8
A. KUALIFIKASI SDM.....................................................................................................8

B. DISTRIBUSI TENAGA................................................................................................8
BAB III DENAH RUANG RADIOLOGI .................................................................................9
BAB IV KEBIJAKAN RADIOLOGI.........................................................................................11
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................................................14
BAB VI LOGISTIK ...............................................................................................................19
BAB VII KESELAMATAN PASIEN........................................................................................21
BAB VIII KESELAMATAN KERJA........................................................................................24
BAB IX PENGENDALIAN MUTU..........................................................................................26
BAB X PENUTUP.................................................................................................................28
RS GADING MEDIKA
Kesembuhan Dan Kepuasan Anda Adalah Kebanggaan Kami
Jl. Citandui No. 34 Kode Pos 38221 Telp. (0736) 5500938 Bengkulu
email : gadingmedikars@gmail.com

 
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GADING MEDIKA
Nomor : 10/SK-DIR/RSGM/I/JAN/2022

Tentang
PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

DIREKTUR RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,


maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Radiologi yang
bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan radiologi di Rumah Sakit dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur
Rumah Sakit sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Radiologi di Rumah Sakit ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud
dalam a dan b, perlu ketetapan Direksi Perihal tentang
Pedoman Pelayanan Radiologi di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Gading Medika.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.36 tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 04 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 Tahun 2011 tentang
Standart Pelayan Kedokteran
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1014 / MENKES / SK / XI /
2008 tentang standar pelayanan radiodiagnostik di sarana
pelayanan kesehatan

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : Kebijakan Pelayanan Radiologi Rumah Sakit sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Gading Medika dilaaksanakan oleh Wakil
Direktur Penunjang Medik Rumah Sakit Gading Medika.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkanya dan akan dilakukan
evaluasi setiap tahunnya.
Keempat : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : BENGKULU
Tanggal : 03 Januari 2022

Lampiran
Surat Keputusan Direktur RS Gading Medika
Nomor : 10/SK-DIR/RSGM/I/JAN/2022

Tentang: Pedoman Pelayanan Unit Radiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan
secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana
kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah
selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan adanya Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang standar pelayanan
radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan mengatur dalam penggunaan radiologi
diagnostik vang aman terhadap pasien dan petugas kesehatan. Serta semakin
berkembangnya teknologi di bidang kedokteran menjadi tantangan Rumah Sakit dalam
menyediakan layanan yang terbaik. Radiologi RS sudah menyiapkan perlengkapan yang
sesuai dengan perkembangan terkini dalam bidang diagnostik, sehingga pasien dapat
dilakukan pemeriksaan dengan cepat namun tetap memperhatikan keamanan pasien.
Dalam menyediakan layanan yang terbaik perlu upaya untuk mengatur pelayanan di
unit radiologi agar alur dan proses pekerjaan dapat memvisualisasikan sinergi kerja yang
cepat dan tepat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pelayanan radiologi antara lain meliputi standar ketenagaan, standar fasilitas, tata
laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan kerja, proteksi radiasi dan
pengendalian mutu.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Pelayanan Unit Radiologi adalah Pelayanan penunjang dan yang menggunakan
radiasi pengion dan atau radiasi non pengion yang terdiri dari pelayanan radiodiagnostik dan
imaging diagnostik untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan radiologi di Rumah Sakit Gading Medika meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Imejing Diagnostik.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Radiodiagnostik, adalah Pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan x-ray konvensional, MSCT,
dan Panoramik.
2. Pelayanan Imejing Diagnostik, adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan USG.

E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi di
RS diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/ Menkes/ SK/ II/ 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/
2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/ Menkes/ SK/ VIII/ 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
6. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif.
7. Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2008 tentang Perizinan Sumber Radiasi Pengion
dan Bahan Nuklir.
8. Permenkes Nomor 357/ MENKES/ PER/ VI/ 2006 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Radiografer.
9. Permenkes Nomor 375/ MENKES/ SK/ III/ 2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/ MENKES/ SK/ XI/ 2008 tentang Standar
Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
11. Peraturan Mentri Kesehatan RI No 81 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Radiografer.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Dalam upaya mempersiapkan tenaga Keuangan yang handal, perlu kiranya melakukan
kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi.
Tujuannya adalah mendayagunakan sumber- sumber tersebut seefektif mungkin
sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan
persyaratan jabatan. Adapun pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia di
Instalasi Radiologi adalah sebagai berikut :

No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi

1. Dokter Radiologi Dokter Spesialis Radiologi STR, SIP

2. Ka. Unit Radiologi D3 Radiogi STR, SIP

3. Radiografer D3 Radiogi STR, SIP

4. PPR D3 Radiologi STR, SIB

B. DISTRIBUSI TENAGA
Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya dan
dilakukan penjadwalan rotasi kerja pada bidang tertentu untuk pemerataan kompetensinya.
Pola pengaturan ketenagaan Keuangan yaitu :
 Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 3 orang Kategori :
1 Keuangan dan pelaporan
1 adminitrasi keuangan
1 kasir pelaksana
 Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 1 Orang Kategori :
1 orang kasir
 Untuk Dinas Malam :
yang bertugas sejumlah 1 Orang Kategori :
1 Orang kasir
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN KEUANGAN


1. Denah Kasir Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Batu
2. Denah Kasir Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Batu
3. Denah Bagian Pembayaran

B. SARANA DAN PRASARANA


Daftar Inventaris Rumah Tangga
NO NAMA BARANG JUMLAH
1 Box file. Keu 1
2 Brankas uang .keu 1
3 Bufet coklat pintu 2 laci 3. Keu 1 set
4 C P U .keu 2
5 Filing kabinet besi brother .keu 1
6 Filing kabinet coklat ss.3 kayu. Keu 1
7 Filing kabinet hijau ss.4 kayu.keu 1
8 Filing kabinet kayu laci 4. Keu 1
9 Gunting K. keu 2
10 Gorden cendela. Keu 1 PSG
11 Kalkulator Casio DR 120 LBA. Keu 1
12 Keranjang plastik. Keu 3
13 Keranjang sampah plastik. Keu 2
14 Kursi hijau beroda. Keu 2
15 Kursi kayu. Keu 4
16 Lemari mini pintu 1 laci 1. Keu 1 set
17 Meja kerja oval. Keu 1

18 Meja kerja besar. Keu 1


19 Monitor BENQ. Keu 2
20 Pelubang kertas. Keu 2
21 Pesawat telpon tens. Keu 2
22 Printer Epson L110 1
23 Rak mika coklat ss. 3. Keu 1
24 Salib. Keu 1
25 Stempel pembayaran . Keu 1
26 Stempel pembayaran K.keu 1
27 Stempel trodot Print 4912. Keu 1
28 Staples Jumbo. Keu 1
29 Staples k. keu 2
30 Staples T . Keu 2
31 Tempat isolasi besar. Keu 1
32 Tempat tissu ktk. Keu 1
33 Money Detector 1
33 UPS Kenika. Keu 2
BAB IV

KEBIJAKAN

Instalasi radiologi RS memiliki beberapa kebijakan sebagai berikut:


1. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Instalasi radiologi memberikan pelayanan radiologi dilaksanakan 24 jam.
3. Permintaan pemeriksaan dan pembuatan foto diajukan oleh dokter dari Unit Rawat Jalan /
Unit Medical Check Up I Unit Rawat Inap / Unit Gawat Darurat / Dokter Luar.
4. Permintaan diajukan kepada instalasi radiologi, dengan melakukan order melalui surat
permintaan foto dan disertai keterangan klinis/ diagnosa klinis.
5. Permintaan Fota tanpa klinis tidak diekspertise.
6. Pasien harus mendapat informasi terlebih dahulu sebelum dilakukannya tindakan yang
memerlukan persiapan khusus, misalnya puasa dan lain-lain.
7. Untuk Pasien Luar RS Pemeriksaan dapat dilakukan bila pasien terlebih dahulu
menyelesaikan proses pembayaran baik dengan cash ataupun dengan jaminan, Untuk
pasien rawat jalan pembayaran dilakukan di kasir. Untuk pasien rawat inap pembayaran
dilakukan jika pasien sudah mendapat pesanan pulang dari unit keperawatan.
8. Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan informed consent, pasien harus diberikan
informasi mengenai tujuan, proses dan risiko pemeriksaan yang akan dilakukan dan juga
harus mengisi form informedconsentyang telah disediakan.
9. Pada pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan media kontras, dibuatkan jadual
waktu pemeriksaannya (bila diperlukan).
10. Pada jenis pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus, pasien tidak dapat diperiksa
langsung, melainkan akan dijadualkan dan diterangkan tentang persiapan yang dilakukan
oleh pasien.
11. Pemeriksaan dan ekspertise hasil radiologi dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai
dengan kompetensinya.
12. Pemeriksaan radiodiagnostik tanpa kontras dilaksanakan oleh radiografer dan
pemeriksaan yang mempergunakan kontras dilaksanakan bersama dokter spesialis
radiologi.
13. Yang berwenang menyuntikkan kontras adalah radiolog atau perawat radiologi yang telah
didelegasikan oleh radiolog. Bila yang bersangkutan tidak ada, maka kewenangan
diberikan kepada dokter lain berdasarkan tugas dari Direktur Pelayanan.
14. Semua petugas radiologi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.
16. Pemeriksaan USG dan ekspertisenya dilakukan oleh radiolog, untuk pemeriksaan khusus
seperti obgyn dan perkemihan dapat juga dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan
pelatihan USG (Spesialis Obgyn atau Dokter Spesialis Urologi) yang memiliki SIP di
rumah sakit dan itu hanya untuk keperluan klinisnya saja, untuk pemeriksaan yang
membutuhkan ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi.
17. Pemeriksaan radiologi di tempat hanya dilakukan pada pasien dengan kondisi khusus
karena alasan keselamatan dan kondisi pasien atau kondisi ruangan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan di ruang radiologi.
18. Dalam keadaan CITO, foto-foto dapat dipinjam "basah" (foto yang belum : baca) dan
kemudian dalam waktu 1x24 jam, foto yang dipinjam tersebut harus sudah di baca oleh
radiolog.
19. Hasil radiologi yang dikonsulkan atau hasil kritis harus sudah dibaca maksimal 2 jam
setelah pasien selesai diperiksa.
20. Bila ada radiolog yang berhalangan hadir, maka digantikan oleh radiolog lainnya,
mekanisme pengaturan oleh kepala Kelompok Staf Medis (KSM) nya.
21. Radiolog bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan radiologi (diagnostic imaging) secara
keseluruhan dan hasil ekspertise yang dihasilkannya.
22. Setiap radiografer dan radiolog yang bekerja pada area radiasi wajib menggunakan
personal monitoring dosis radiasi dan mengetahui cara pemakaian dan penyimpanan alat
tersebut.
23. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan.
24. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
25. Peralatan radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
26. Pemeliharaan dan QC (Quality Control) alat radiologi dikerjakan secara teratur oleh
petugas radiologi dan teknisi alat sesuai dengan ketentuan setiap alat.
27. Sertifikat kalibrasi sebagai bukti pelaksanaan/ dokumentasi kalibrasi harus diarsipkan.
28. Semua alat yang memanfaatkan radiasi pengion harus lulus uji kesesuaian.Peralatan
radiologi yang mengalami kerusakan harus segera dilaporkan untuk dilakukan perbaikan.
29. Fasilitas dan peralatan radiologi harus selalu siap pakai dan dikembangkan mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
30. Peralatan radiologi harus terkalibrasi dan ter-maintenance dengan baik dan berkala.
31. Demi ketertiban dan kelancaran pelayanan radiologi, harus tersedia film dan bahan
kontras yang memadai serta disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
32. Untuk penggunaan film dan kontras pemakaiannya menggunakan kaidah FEFO (First
Expire First Out) guna menjamin material film dan kontras tersebut tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
33. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
serta Keamanan dan Pengendalian Infeksi di Radiologi.
34. Untuk melaksanakan koordinasi dan evakuasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
35. Untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi dari bahan kontras wajib disediakan
obat dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
36. Mutu layanan harus selalu ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu layanan harus selalu
diadakan peertemuan-petemuan rutin teratur dan dievaluasi secara berkala.
37. Evaluasi secara berkala dilakukan sesuai waktu yang telah ditentukan. Evaluasi terhadap
pasien dilakukan dengan menggunakan kuisioner kepuasan pelanggan, evaluasi terhadap
kepuasan klinisi/ dokter dilakukan dengan menggunakan kuisioner klinisi dan pertemuan
klinik. Evaluasi sasaran mutu dilakukan setiap bulan dan Evaluasi terhadap material
kontras dilakukan dengan menginventarisir kejadian yang tidak diinginkan (KTD) sebagai
komplikasinya.
38. Semua data radiologi harus diarsipkan.
39. Lama penyimpanan data dan arsip radiologi maksimal 5 tahun dan jika tidak
memungkinkan penyimpanan minimal 3 tahun.
40. Apabila terjadi kerusakan alat maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki
peralatan sejenis atau lebih tinggi dan memiliki kualifikasi minimal setara dengan RS.
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. KETENTUAN UMUM :
1. Untuk Pelayanan Umum: Senin - Minggu : 08.00 - 08.00 WIB
2. Untuk Pelayanan Emergency / Cito berlaku 24 jam
3. Pelayanan di loket pendaftaran radiologi hanya dilakukan kepada mereka yang membawa
formulir atau surat permintaan pemeriksaan rontgen dari dokter dengan klinis yang jelas
4. Bila pasien tidak membawa formulir atau surat permintaan, maka pasien dapat mendaftar
ke poliklinik umum, untuk diperiksa terlebih dahulu.
5. Untuk pasien dengan kasus gawat darurat/emergency, tanpa kelengkapan administrasi
tetap dapat dilakukan tindakan radiologi sesudah mendapat persetujuan dari dokter yang
merawatnya.
6. Permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter pengirim dapat dilakukan melalui blanko
permintaan foto rontgen.

B. PROSEDUR PENDAFTARAN
1. Pasien Rawat Inap
a. Perawat ruangan menghubungi petugas radiologi via telepon bahwa akan mendaftar
dan atau mengirim pasien ke instalasi radiologi.
b. Selanjutnya Perawat ruangan mengantar pasien ke instalasi radiologi dengan
membawa surat/blanko permintaan rontgen dan status pasien.
c. Petugas administrasi radiologi menerima surat/blanko permintaan rontgen,
kemudian mencocokkan data pasien di surat/blangko permintaan dengan data di
komputer billing dan membuat rincian besarnya biaya pemeriksaan.
d. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien di buku register pemeriksaan
radiologi.
e. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter dan SPO
pemeriksaan radiologi.
f. Setelah selesai pemeriksaan, Perawat mengantar pasien kembali ke ruangan rawat
inap.
g. Jika radiograf sudah diexpertise oleh dokter radiologi maka petugas radiologi
(administrasi radiologi/radiografer) menghubungi Perawat ruangan via telepon untuk
mengambil hasil pemeriksaan rontgen.
h. Perawat/petugas bangsal mengambil hasil pemeriksaan rontgen dan
menandatangani di buku pengambilan hasil radiologi rawat inap.

2. Pasien Rawat Jalan


a. Pasien/keluarga pasien rawat jalan datang ke loket pendaftaran instalasi radiologi
dengan membawa surat/blangko permintaan rontgen dari dokter.
b. Petugas administrasi radiologi menerima surat/blangko permintaan rontgen, kemudian
mencocokkan data pasien di surat/blangko permintaan dengan data di komputer billing
dan memberitahu besarnya biaya pemeriksaan radiologi. Setelah pasien/keluarga
pasien menyetujuinya, petugas administrasi radiologi membuat kuitansi perincian
besarnya biaya pemeriksaan dan menyerahkan kepada pasien/keluarganya. Kemudian
pasien dipersilakan untuk menunggu panggilan pemeriksaan.
c. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien di buku register pemeriksaan
radiologi.
d. Pasien/ keluarganya membayar biaya pemeriksaan di kasir dan menyerahkan bukti
pembayaran kepada petugas administrasi radiologi.
e. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter dan SPO
pemeriksaan radiologi.
f. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter dan SPO
pemeriksaan radiologi.
g. Petugas administrasi radiologi mempersilakan pasien untuk menunggu hasil
pemeriksaan.
h. Jika radiograf sudah diexpertise oleh dokter radiologi maka petugas administrasi
radiologi (dapat dibantu radiografer) memanggil pasien dan menyerahkan hasil rontgen.
i. Pasien menerima hasil pemeriksaan rontgen dan menandatangani di buku
pengambilan hasil radiologi rawat jalan.

3. Pasien IGD (Instalasi Gawat Darurat)


a. Perawat IGD menghubungi petugas radiologi via telepon mendaftarkan pasien
sekaligus akan mengirim pasien ke radiologi.
b. Selanjutnya Perawat IGD mengantar pasien ke instalasi radiologi dengan membawa
surat/blangko permintaan rontgen dan status pasien.
c. Petugas administrasi radiologi (radiografer bila jaga malam/di luar jam kerja) menerima
surat/blangko permintaan rontgen, kemudian mencocokkan data pasien di
surat/blangko permintaan dengan data di komputer billing dan membuat perincian
besarnya biaya pemeriksaan.
d. Petugas radiologi (administrasi/radiografer jaga) menuliskan data pasien di buku
register pemeriksaan radiologi.
e. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter dan SPO
pemeriksaan radiologi.
f. Jika radiograf sudah diexpertise oleh dokter radiologi maka petugas radiologi
menyerahkan hasil pemeriksaan rontgen ke perawat IGD yang mengantar pasien.
g. Perawat IGD tanda tangan di buku pengambilan hasil radiologi rawat jalan.
h. Perawat IGD mengantar pasien kembali ke IGD.

C. PELAYANAN RADIOLOGI RUTIN


1. Instalasi radiologi memberikan pelayanan setiap hari kerja mulai pukul 07.00s/d 20.00 WIB
2. Prosedur pelayanan umum diagnostic adalah sebagai berikut:
a. Pasien dari luar mendaftar di loket pendaftaran radiologi dan mengurus kelengkapan
administrasi serta melakukan pembayaran di kasir.
b. Pasien dari rawat inap dan rawat jalan mendaftar di loket radiologi untuk dilakukan
validasi secara elektronik, pembayaran dilakukan setelah selesai dilakukan tindakan
radiologi.
c. Setelah itu pasien menunggu panggilan untuk diperiksa di ruang tunggu.
d. Pemeriksaan radiologi dilakukan di ruang pemeriksaan tertentu.
e. Setelah itu gambar rontgen diproses dengan mengggunakan Computerize Radiography
(CR).
f. Pengecekan hasil rontgen dilakukan oleh radiografer, jika baik pasien diberitahu bahwa
pemeriksaan telah selesai, tapi jika kurang baik maka dilakukan pengulangan foto.
g. Pasien pulang atau kembali ke ruang perawatan bagi pasien yang dirawat
h. Untuk pasien yang cito, hasil expertise dapat ditunggu.
i. Hasil Pemeriksaan Radiologi dilaporkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
j. Analisis dan expertise dilakukan oleh radiolog.

D. PELAYANAN RADIOLOGI GAWAT DARURAT


1. Instalasi radiologi memberikan pelayanan gawat darurat setiap hari selama 24jam.
2. Prosedur pelayanan gawat darurat diagnostic adalah sebagai berikut:
a. Dokter pengirim melakukan order pemeriksaan radiologi melalui blangko permintaan
rontgen pada pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD).
b. Perawat menghubungi instalasi radiologi untuk mengantar pasien dari IGD.
c. Petugas Radiologi melakukan validasi pada pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan radiologi.
d. Pemeriksaan Radiologi dilakukan di ruang pemeriksaan tertentu.
e. Setelah itu gambar rontgen diproses dengan menggunakan Computerize
Radiography (CR).
f. Pengecekan hasil rontgen dilakukan oleh radiografer, jika baik, pasien ke IGD atau
ruang perawatan, tapi jika kurang baik, maka dilakukan pengulangan foto.
g. Untuk pasien IGD yang benar-benar dalam keadaan sangat tidak kooperatif maka
pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan di ruang radiologi di IGD dengan
menggunakan mobile unit.
h. Untuk pasien ICU/PICU/NICU, pemeriksaan diagnostik dilakukan di ruang
ICU/PICU/NICU dengan menggunakan mobile unit.
i. Analisis dan expertise dilakukan oleh radiolog.

E. LAPORAN HASIL DAN ARSIP


Pendokumentasian Hasil/ Pemberian expertise
1. Di dalam jam kerja
Setelah selesai pemeriksaan, petugas radiologi menyatukan surat/blangko permintaan
rontgen dengan film radiograf dan di klip dengan amplop film radiograf sesuai dengan
identitas pasien. Selanjutnya membawanya ke meja dokter radiolog untuk di expertise.
Dokter radiolog mengexpertise film radiograf dengan bantuan light case (viewing bo)t).
Dokter radiolog mengetik hasil expertise di komputer khusus expertise yang on line secara
intranet. Setelah memeriksa kebenarannya, selanjutnya dicetak rangkap tiga dan
ditandatangani.
2. Arsip
Hasil expertise yang sudah di print rangkap tiga diambil oleh petugas radiologi untuk
diverifikasi;
a. Lembar hasil warna putih dan hijau dijadikan satu dengan film radiograf dan
dimasukkan ke dalam amplop sesuai dengan identitas pasien. Kemudian diarsipkan
sesuai dengan urutan tanggal, bulan, dan tahun dengan penyusunan bilangan tanggal,
bulan, dan tahun terkecil berada paling bawah.
b. Lembar hasil warna kuning dilubangi dengan menggunakan pervorator kertas.
c. Selanjutnya dimasukkan ke dalam file arsip sesuai dengan kategori pasien rawat inap
dan rawat jalan, dan diletakkan di tempat arsip.
3. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah non infeksius dan limbah infeksius dari radiologi dilakukan oleh
bagian sanitasi Rumah Sakit. Limbah non infeksius (yang tidak terkontaminasi dengan
darah dan cairan tubuh pasien) misalnya: kertas, sisa makanan, plastik, kardus, botol
aqua bekas, dan sebagainya. Sedangkan limbah infeksius (yang terkontaminasi dengan
darah dan cairan tubuh pasien) misalnya: verban, spuit, jarum suntik, cateter, infus set,
kassa, betadin, dan sebagainya.

4. Pemesanan, Penyimpanan dan distribusi Logistik


a. Film
Pemesanan Film dilakukan dengan menuliskan pada buku pemesanan yang
ditunjukkan ke bagian pengadaan setelah disetujui oleh kepala instalasi atau
penanggung jawab radiologi. Jumlah pemesanan diatur sesuai daftar minimal dan
maksimal persediaan. Film disimpan secara aman di tempat yang telah disediakan,
jauh dari sumber radiasi sinar-x, menggunakan indikator suhu yang dicatat setiap
harinya. Suhu dan kelembaban minimal yaitu 10 derajat Celsius dan 30, sedangkan
suhu dan kelembaban maksimal yaitu 25 derajat dan 60. Film didistribusikan sesuai
dengan kebutuhan Unit. Pakailah terlebih dahulu film yang mempunyai waktu
kadaluarsa yang hampir habis atau sesuai standar FIFO (First In First Out).
b. Kontras Media
Kontras media diresepkan dan diambil di apotek.
c. Evaluasi Logistik
Evaluasi dilakukan setiap bulannya terhadap ketersediaan film sesuai dengan minimal
dan maksimal persediaan, jumlah kontras yang terpakai harus disesuaikan dengan
jumlah pasien dengan menggunakan film harus diperiksa apakah ada yang rusak baik
label merk dan isinya. Tanggal Kadaluarsa di data dan diperiksa apakah ada film dan
obat yang mendekati tanggal kadaluarsa. Jika kontras atau film tersebut mendekati
kadaluarsa minimal 3 bulan harus segera diserahkan ke unit farmasi untuk dibuatkan
berita acara.

F. Jenis Pelayanan Diagnostic Imaging


1. Pelayanan Radiografi Konvensional
a. Radiografi Konvensional Tanpa Kontras
1) Thorax Foto
- Posisi PA (Postero-Anterior).
- Posisi Lateral.
- Posisi AP (Antero-Posterior).
- Posisi Top Lordotik.
- Posisi Lateral Dekubitus.
2) Foto Kepala
- Posisi Antero-Posterior (A-P).
- Posisi Lateral kanan / kiri.
- Posisi Cadwell's (Postero anterior dengan angulasi tabung 15°- 25°arah kaudal)
- Posisi Water's.
3) Foto Extremitas Atas
- Humerus.
- Radius Ulna.
- Pergelangan Tangan.
- Tangan.
4) Foto Extremitas Bawah
- Femur
- Sendi Lutut
- Tungkai Bawah
- Ankle Joint
- Kaki
5) Foto Vertebrae
- Cervical
- Thoracal
- Lumbal
- Pelvis
- Scaro Iliaca
6) Foto Abdomen
- Abdomen AP
- Abdomen Lateral
- Abdomen Lateral Dekubitus
b. Radiografi Konvensional Kontras
- HSG

2. Pelayanan Ultrasonografi
1) USG Abdomen
2) USG Tyroid
3) USG Mammae
4) USG Ginjal
5) USG Scrotum
6) USG Femur
BAB VI
LOGISTIK

A. PENGATURAN
1. Unit Radiologi menetapkan jumlah kebutuhan film X Ray dan perbekalan penting untuk
menunjang proses pemeriksaan radiologi.
2. Unit Radiologi menjamin ketersedediaan X Ray film, dan perbekalan penting lainnya.
3. Persediaan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya diminta berdasarkan
jumlah persediaan yang telah mencapai batas minimal
4. Pemesanan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya tidak boleh lebih dari
batas maksimal.
5. Pemesanan harus ditulis dengan lengkap nama barang, jumlah, satuan dan kode
barang.
6. Pastikan pengukur suhu tempat penyimpanan terjaga dengan baik, melalui
pengecekan.
7. Pastikan kartu stok tidak habis.
8. Pastian kunci lemari penyimpanan obat berfungsi dengan baik.
9. Pastikan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian
farmasi sesuai dengan surat pemesanan dan pengeluaran barang (SPPB).
10. Penyimpanan harus sesuai FIFO (First In First Out) dan atau FEFO (First Expired First
Out).
11. Setiap hari suhu dan kelembapan penyimpanan Film x-ray dan kontras media dicatat.
12. Pemberian label untuk semua perbekalan dilakukan secara lengkap dan akurat.

B. PEMESANAN
1. Tulis Permintaan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya sesuai dengan stok
Minimal dan maksimal barang.
2. Permintaan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya harus dibuat oleh staf
radiologi yang telah disetujui oleh kepala unit.
3. Permintaan yang telah disetujui diserahkan ke bagian farmasi. Jika barangnya berupa
ATK (Alat Tulis Kantor) surat permintaan pengadaan barang ditunjukkan ke bagian
Gudang Umum.

C. PENYIMPANAN
1. Proses penyimpanan semua perbekalan unit radiologi disesuaikan dengan peraturan yang
ditetapkan oleh manufaktur.
2. X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian farmasi atau
gudang umum harus diperiksa fisik, jumlah dan kemasannya sebelum ditanda tangani
bukti serah terima barang.
3. Setelah dihitung X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya disimpan dalam lemari
yang terkunci.
4. Penyimpanan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya dicatat di kartu stok.
5. Penyimpanan harus sesuai FIFO (First In First Out) atau FEFO (FirstExpired First Out).
6. Setiap hari suhu dan kelembapan penyimpanan film x-ray dan kontras media dicatat.
7. Suhu untuk menyimpan film x-ray dan kontras media diatur dan dikontrolsetiap hari sesuai
dengan prosedur.
8. Setiap kali pengambilan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya harus dicatat di
kartu stok.

D. DISTRIBUSI
1. Proses distribusi perbekalan unit radiologi sesuai dengan ketentuan dari rumah sakit,
untuk mendukung proses pelayanan radiologi.
2. Setiap dinas pagi perawat menghitung kebutuhan alkes dan obat-obatan untuk standar
minimal dan maksimal trolley.
3. Perawat mengambil obat dan alkes sesuai kebutuhan dengan mencatat di kartu stok.
4. Pastikan obat-obatan yang didistribusikan diperiksa expire datenya dan kondisi fisiknya.
5. Jika rusak atau sudah expire maka dilaporkan ke kepala unit pelaksana Radiologi untuk
ditindaklanjuti.
6. Perawat mendistribusikan obat-obatan tersebut di trolley setiap ruangan sesuai standar
minimal dan maksimal.

E. LAPORAN LOGISTIK UNIT RADIOLOGI


Pelaporan dilakukan agar pemesanan, pemakaian dan distribusi barang dan obat di unit
radiologi tercatat dan terkontrol dengan baik, yaitu ;
1. Laporan pencatatan jumlah order barang dan obat dalam satuan tergantung jenis barang
dan obat. Adapun nama satuan yang dipakai antara lain piece, box, roll, botol, vial, kg,
tablet, supp, ampul, tube, buku, lembar, liter dan lainnya.
2. Laporan pencatatan jumlah order barang dalam nilai rupiah untuk pemakaian barang dan
obat bulanan.

F. EVALUASI LOGISTIK
Evaluasi dilakukan setiap bulan terhadap ketersediaan barang dan obat sesuai, jumlah
barang dan obat yang terpakai harus disesuaikan dengan jumlah pasien yang menggunakan
barang dan obat tersebut. Fisik dari barang dan obat harus diperiksa apakah ada yang rusak
baik label merk dan isinya. Tanggal kadaluwarsa di data dan diperiksa apakah ada barang
dan obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa. Jika barang atau obat tersebut mendekati
kadaluwarsa minimal 3 bulan harus segera diserahkan ke Unit Farmasi untuk dikembalikan
dan dibuat berita acara.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. IDENTIFIKASI RISIKO
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang. Resiko di Instalasi Radiologi meliputi :
1. Risiko Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Pasien jatuh.
b. Salah pemberian obat (dosis, rute, obat, pasien).
c. Resiko pemberian obat/kontras media (alergi).
d. Terpapar radiasi.
e. Tindakan yang salah / dilakukan pada pasien yang salah.
f. Penanganan terlambat.
2. Risiko Keselamatan Staf (Staff Safety)
a. Karyawan jatuh.
b. Tertusuk jarum suntik atau benda tajam lain.
c. Terpapar bahan kimia atau cairan tubuh pasien.
d. Terpapar radiasi.
e. Terpapar infeksi.
f. Low back pain karena proses mengangkat yang tidak tepat
g. Security hazard dari pasien / pengunjung.

B. MANAJEMEN RISIKO /RISK MANAGEMENT


Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi
dan memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri. Upaya mengurangi resiko tersebut
diantaranya adalah dengan:
1. Prosedur identifikasi pasien, komunikasi & prosedur keselamatan lain.
2. Prosedur penanganan needle stick injury & cairan tubuh lainnya.
3. Penyediaan & pemakaian alat pelindung diri termasuk Apron.
4. Pengkajian 4 tepat (tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) dalam pemberian
obat.
5. Pelatihan teknik BLS (Basic Life Support).
6. Memastikan kecukupan tenaga.
7. Monitoring paparan radiasi baik personal monitoring maupun device monitoring medical
check up berkala bagi karyawan.
8. Pemberian extra fooding.
9. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3 dengan sesuaiprosedur.
10. Penanaman budaya safety, safety meeting & awareness.

C. INFECTION CONTROL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah
sakit, infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di rumah sakit. Untuk
mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ke
tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau
dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsur/profesi
yang ada di rumah sakit. Instalasi radiologi menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan
dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi
dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS.

D. SUMBER INFEKSI
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
1. Petugas rumah sakit (perilaku).
2. Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
3. Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
4. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
5. Menderita suatu penyakit.
6. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
7. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran / kesehatan, linen dan lainnya).
8. Kotor atau kurang bersih / tidak steril.
9. Rusak atau tidak layak pakai.
10. Penyimpanan yang kurang baik.
11. Dipakai berulang-ulang.
12. Lewat batas waktu pemakaian.
13. Pasien.
14. Kebersihan kurang.
15. Menderita penyakit menular / infeksi.
16. Lingkungan.
17. Tidak ada sinar matahari yang masuk.
18. Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik.
19. Ruangan lembab.
20. Banyak serangga.

E. FAKTOR YANG SERING MENIMBULKAN TERJADINYA INFEKSI


1. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi.
2. Bagi lingkungan dan pasien lain.
3. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya.
4. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi.
5. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi.
6. Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptik.
7. Kondisi pasien yang lemah.

F. PENCEGAHAN
1. Petugas bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan
Radiologi
2. Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
5. Bila sakit segera berobat.
6. Peralatan :
- Perhatikan kebersihan.
- Penyimpanan bahan kimia Radiologi yang benar dan perhatikan batas waktu.
- Penyimpanan (FIFO).
- Peralatan yang rusak segera diganti.
7. Ruangan/Lingkungan
- Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan.
- Penerangan cukup.
- Ventilasi sirkulasi udara baik.
- Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan.
- Pembersihan secara berkala.
- Lantai kering dan bersih.
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA


Dalam menerapkan kebijakan dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, instalasi
radiologi disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan
Tim Kesehatan & Keselamatan Kerja RS dan unit terkait lainnya.

B. PRINSIP DASAR USAHA KESEHATAN KERJA


Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas : ruang lingkup usaha kesehatan kerja.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara / metode kerja dan kondisi yang
bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan / kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor- faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaan.

C. KAPASITAS KERJA DAN BEBAN KERJA


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti status
kesehatan kerja dan gizi kerja serta kemampuan fisik prima diperlukan agar seorang pekerja
dapat melakukan pekerjaannya secara optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang
prima merupakan modal awal seseorang untuk mencapai produktifitas yang diharapkan.
Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapt dipengaruhi oleh kondisi temperatur kerja, gizi
kerja, kebugaran jasmani dan kesehatan mental.
Beban kerja meliputi fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.

D. LINGKUNGAN KERJA DAN PENYAKIT KERJA YANG DITIMBULKANNYA


Penyakit akibat kerja dan / atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja. Fakta di lapangan menunjukan terdapat kesenjangan antara
pengetahuan tentang bagaimana bahaya kesehatan berperan dan usaha untuk
mencegahnya antara kognisi dan emosi. Misalnya, alat pelindung kerja yang tidak digunakan
secara tepat oleh pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpapar melalui kontak
langsung atau tidak tersedianya pelindung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka
langkah awal penting adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan upaya
perlindungan dan penanggulangan dan dievaluasi kemudian dilakukan pengendalian.

E. POTENSI BAHAYA PADA INSTALASI RADIOLOGI


1. Kebakaran
Kebakaran merupakan hal yang mungkin terjadi di instalasi radiologi. Pencegahan dan
penanggulangan:
a. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
b. Penyimpanan bahan kimia di Instalasi Radiologi RS sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Mengidentifikasi dan pengawasan hal-hal yang bisa menimbulkan bahaya.
d. Kebakaran, seperti alat listrik yang bisa menimbulkan arus pendek.
e. Menjadikan Instalasi Radiologi sebagai kawasan bebas rokok.
f. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran seperti Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) & Hydrant.
g. Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang rawan terjadi
kebakaran, mudah terlihat.
h. Pengecekan rutin terhadap fungsi alat-alat pemadam kebakaran. I
i. Pelatihan dan sosialisasi kepada staf mengenai penanggulangan bahaya.
j. Kebakaran dan penggunaan alat pemadam kebakaran.

2. Terpeleset / Terjatuh
Terpeleset / terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat
terjadi pada instalasi radiologi. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat
mengakibatkan cedera yang berat seperti fraktur, dislokasi sendi dan cedera kepala.
a. Penanggulangan:
1) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali sepatu
yang longgar.
2) Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak licin.
b. Pemeliharaan lantai:
1) Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti air, debu, minyak yang
memudahkan terpeleset.
2) Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring harus segera
diperbaiki.
c. Bahaya Mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikrobiologi hidup seperti bakteri, virus, ricket parasit dan jamur. Petugas unit radiologi
yang menangani pasien senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang
tercemar kuman patogen. Pencegahan terhadap bahaya mikrobiologi adalah sebagai
berikut:
1) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan pelayanan.
2) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
3) Melakukan tindakan dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan
alat yang digunakan.
4) Secara teknis setiap petugas harus melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan SPO.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

A. MONITORING MUTU
1. Data Monitoring Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan
radiologi.
2. Proses Monitoring Selain daripada pengumpulan data tersebut, monitoring dilakukan juga
dengan cara melakukan pengawasan pelaksanaan SPO di lapangan oleh petugas
radiologi.
3. Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap:
a. Data hasil monitoring
1) Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik kemudian
dibandingkan dari bulan ke bulan dan dari tahun tahun.
2) Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap 3 bulan sekali.
3) Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan setiap indikator /
parameter yang diukur.
4) Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan ditemukan dari
proses pengumpulan data.
b. Hasil proses monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan Terhadap
data subyektif hasil pengawasan (Observasi) pelaksanaan SPO di lapangan. Adapun
proses-proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh
penanggung jawab radiologi dan tim mutu radiologi:
1) Proses proteksi radiasi
2) Ketepatan waktu melaporkan hasil pemeriksaan untuk pasien gawat darurat.
3) Kualitas hasil pemeriksaan radiologi.
4. Insiden / Kejadian
Setiap insiden, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pasien di unit radiologi,
baik yang terkait dengan profesi medik maupun keperawatan, kepuasan pelanggan,
maupun keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan dicatat oleh Risk management,
kemudian dilakukan analisa insiden. Untuk kejadian atau insiden keselamatan baik
pasien, pengunjung maupun staf, akan dilakukan grading oleh tim K3RS. Bila grading
biru atau hijau, maka analisa dilakukan oleh kepala pelayanan radiologi di unit radiologi
dengan cara Investigasi sederhana. Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan/
rekomendasi.

B. PROGRAM KENDALI MUTU


Untuk menjaga mutu pelayanan (quality assurance) instalasi radiologi mengaturnya dalam
program kendali mutu.

C. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya adalah
menyusun rencana atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki performance /
mutu yang diperoleh dari proses monitoring. Continuous improvement terdiri dari :
1. Penyusunan program atau rencana kerja baru.
2. Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur kebijakan baru.
3. Penambahan tenaga baik kuantitas (rekrutment) maupun kualitas (training).
4. Penambahan / penggantian medical equipment maupun equipment lain.
5. Perubahan lay out ruangan Radiologi.

BAB X
PENUTUP
Pelayanan radiologi yang dilaksanakan di rumah sakit hendaknya senantiasa sejalan
dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan
kedokteran. Selain itu, dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan
bebas, maka pelayanan radiologi rumah sakit juga harus dipersiapkan secara profesional. Hal
tersebut akan berdampak pada meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit selanjutnya akan meningkatkan nilai jualnya.
Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di
rumah sakit, dan merupakan salah satu pelayanan yang dapat diunggulkan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan.
Buku pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan sistematis dalam
mengelola dan melaksanakan pelayanan radiologi di rumah sakit yang tepat bagi pasien. Selain
itu, pedoman ini bermanfaat bagi pengelola rumah sakit dalam mengimplimentasikan dan
mengevaluasi kemajuan dan perkembangan pelayanan radiologi. Demikian telah disusun Buku
Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit sebagai acuan kerja bagi petugas Radiologi dalam
melaksanakan tugasnya. Pedoman ini akan dievaluasi secara berkala untuk meningkatkan
kinerja instalasi dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai