Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Ditetapkan di : Depok,
Pada Tanggal ; 12 November 2022
Direktur
RS Citra Arafiq Sawangan
Lampiran
Keputusan Direktur RS Citra Arafiq Sawangan
Nomor : 237/SK/DIR/RSCAS/XI/2022
Tanggal : 12 November 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LATAR BELAKANG
2
BAB III
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Sebagai rumah sakit umum dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan ingin memberikan tingkat kepuasan pasien sebagai
penggunafasilitas layanan yang kita berikan.
2. Tujuan Khusus :
a. Evaluasi peningkatan mutu pelayanan Rs. Citra Arafiq
Sawangan melalui pemantauan Indikator Mutu Wajib
Nasional /INM, MutuPrioritas, dan Mutu Unit.
b. Evaluasi program Keselamatan pasien dengan
pemantauan Insiden Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (IKP -RS)
c. Evaluasi program Manajemen Resiko
d. Rekomendasi dari Direktur mengenai program mutu
pelayanan dan penerapan keselamatan pasien di Rs.
Citra Arafiq Sawangan.
3
BAB IV
PENGERTIAN
4
pelayanan ataubarang kepada pelanggan.
l. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan
pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu
atau tolak ukur prestasi kuantitatif / kualitatif yang digunakan
untuk mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target
atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
m. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan
dengansesuatu yang harus dicapai.
n. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan
pengertian dariindikator.
o. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan
data dari sumber data untuk tiap indikator.
p. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian
terhadap indikator kinerja yang dikumpulkan.
q. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang
dalam rumus indikator kinerja.
r. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi
dalam rumus indikator kinerja.
s. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kineija yang diharapkan
bisa dicapai.
t. Keselamatan Pasien (patient safety) adalah pasien bebas dari
cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang
potensial akanterjadi terkait dengan pelayanan kesehatan.
u. Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan, nilai-nilai,
perilaku, norma-norma yang disepakati/diterima dan melingkup
semua proses sehingga membentuk bagaimana seseorang
berperilaku dan bekerja sama.
v. Cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguna struktur atau
penurunan fungsi tubuh yang dapat berupa fisik, sosial dan
psikologis.
w. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD
adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
x. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah
insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
y. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah
terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
5
aa. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.
bb. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius.
cc. Kejadian sentinel adalah kematian tidak terduga dan tidak terkait
dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri); kehilangan fungsi
utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya; salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi;
penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang
bukan orang tuanya.
dd. Laporan insiden keselamatan pasien RS internal adalah
pelaporan secaratertulis ke Tim Keselamatan Pasien setiap
kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera yang terjadi pada pasien untuk dilakukan analisis
penyebab, rekomendasi dan solusinya.
ee. Laporan insiden keselamatan pasien RS eksternal KKP-RS
adalah pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap
kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera yang terjadi pada pasien dan telah dilakukan analisis
penyebab, rekomendasi dan solusinya
ff. Root Cause Analysis (RCA) adalah analisis untuk mencari akar
masalah dengan pertanyaan “mengapa” secara berulang sampai
menemukan akarpenyebabnya.
gg.Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode
sistematik dengan pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi
dan mencegah problem sebelum terjadi.
6
BAB V
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup kerja TIM PMKP Rs. Citra Arafiq Sawangan adalah :
1. Melibatkan semua karyawan rumah sakit dan semua Unit Keija
di rumah sakit
2. Panduan Praktik Klinis ditentukan dan dilaksanakan oleh
tenaga medis.
3. Clinical Pathways dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari
tenaga kesehatan yang bersangkutan dengan pelayanan rumah
sakit.
4. Pengawasan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathways
dilakukan oleh Komite Medis
5. Mutu Unit kerja dilaksanakan oleh petugas masing-masing unit
dalam pekerjaaan sehari-hari dan dengan koordinasi Kepala
Unit masing-masing.
6. Pengawasan pelaksanaan peningkatan mutu unit kerja
dilakukan oleh Manajer / Kepala Ruangan masing-masing.
7. Tim Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TMKPRS)
bertanggung jawab pelaksanaan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit.
Sedangkan Program Tim PMKP di RS. Citra Arafiq Sawangan, meliputi tapi tidak
terbatas pada:
a. Pengukuran mutu indikator termasuk indikator Nasional mutu
(INM),Indikator mutu prioritas RS ( IMP RS) & Indikator
mutu prioritas unit ( IMP UNIT)
b. Menigkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan
berkelanjutan.
c. Mengurangi varian dalam praktik klinis dengan menerapkan
PPK/ Algoritma/ protokol dan melakukan pengukuran dengan
clinical pathway.
7
d. Mengukur dampak efisiensi dan efekitfitas prioritas perbaikan
terhadapkeuangan dan sumber daya misalnya : SDM
e. Pelaporan dan Analisa Insiden Keselamatan pasien.
8
B. STRUKTUR ORGANISASI TIM PMKP
C. KETENAGAAN
10
D. URAIAN TUGAS
1. Ketua Tim PMKP
a) Nama Jabatan :
Ketua Tim PMKP
b) Pengertian :
Seorang sarjana yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
mengatur serta mengendalikan seluruh kegiatan terkait mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko
c) Persyaratan :
Saijana yang mempunyai kemampuan manajerial dan bisa bekerja
sama dengan anggotanya
d) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam menjaga Mutu
e) Kewenangan:
Membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan Mutu,keselamatan
pasien dan manajemen risiko di RS Citra Arafiq Sawangan.
f) Tugas Pokok:
Mengatur dan mengendalikan kegiatan Tim Mutu di Rumah Sakit Citra
Arafiq Sawangan
11
d) Tanggung Jawab:
Bertanggung jawab kepada ketua Tim Mutu dalam menjaga Mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko
e) Kewenangan:
Bertanggung jawab kepada ketua Tim Mutu dalam menjaga Mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko
f) Tugas Pokok :
Membantu ketua Komite Mutu dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan Komite Mutu di Rumah Sakit Citra Arafiq Sawangan.
4. Anggota
a) Nama Jabatan :
Anggota Tim PMKP
b) Pengertian:
Seorang lulusan minimal Diploma III yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dalam membantu dan melaksanakan kebijakan dalam
rangka meningkatkan Mutu di RS. Citra Arafiq Sawangan
c) Persyaratan:
Lulusan minimal D III yang mempunyai kemampuan manajerial dan
bisa bekeija sama dengan anggota Tim Mutu lainnya
d) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada ketua Tim Mutu dalam menjaga Mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko
e) Kewenangan:
Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua Tim Mutu dalam
rangka meningkatkan Mutu di Rs. Citra Arafiq Sawangan
f) Tugas Pokok:
Membantu pelaksanaan dan mengendalikan kegiatan Tim Mutu di
Rumah Sakit Citra Arafiq Sawangan.
12
E. HUBUNGAN TATA KERJA
TIM PMKP
SPI
KOMITE MEDIS
KOMITE
KEPERAWATAN
FARMASI
KEUANGAN
FARMASI
GIZI
KAMAR OPERASI
CSSD
K3RS
CLEANING SERVICE
UNIT TATA HUBUNGAN KERJA
KOMITE MEDIS Komite Mutu memiliki hubungan keija dengan
Komite Medis terkait dengan rekomendasi hasil
evaluasi kepatuhan Clinical pathway, laporan
insiden dan manajemen risiko klinis.
KOMITE Terkait dengan penilaian kinerja tenaga klinis
KEPERAWAT'AN
SP1 Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
DIKLAT Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
BAG. KEUANGAN Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
UNIT RAWAT JALAN Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
UNIT RAWAT INAP Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
FARMASI Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
LABORATORIUM Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
RADIOLOGI Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
GIZI Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
CSSD Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
IPSRS Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelapororan insiden dan manajemen risiko
PPI Terkait dengan pencatatan indikator mutu,
pelaporan insiden dan manajemen risiko
14
BAB VI
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
1. Indikator Mutu
15
1.2 Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit
16
1.3 Indikator Mutu prioritas Unit Pelayanan
1. Indikator Mutu Rawat Jalan :
Waktu Tunggu Rawat Jalan
8. Indikator Mutu OK :
Kepatuhan mengisi laporan operasi 1x24 jam
9. Indikator HD :
Infeksi Post insersi CDL
17
15. Indikator Mutu Kasir:
Kecepatan pelayanan transaksi pasien rawatjalan.
18
a) Materi haras dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
19
ii. Evaluasi kegiatan meliputi perkembangan dan kemajuan
termasuk kendala yang ditemui serta hasil akhir yang dicapai
untuk penyempumaan Peijanjian Kerja Sama selanjutnya
iv. Organisasi dan manajemen memuat mengenai siapa
melakukanapa, bagaimana mekanismenya dilaksanakan
v. Sanksi yaitu tindakan yang dikenakan kepada salah satu pihak
yang tidak melaksanakan kewajibannya (Wanprestasi)
(1) Jangka waktu :Jangka waktu berisi tentang mulai
berlaku dan untuk berapa lama perjanjian tersebut akan
berlangsung
(2) Force Majeure :Force Majeure adalah kerugian yang
teijadi karena hal-hal diluar dugaan/kemampuan para
pihak dan kejadian yang dianggap sebagai Force
Majeure harus disebutkan yang paling menguntungkan
kedua belah pihah
(3) Pembatalan perjanjian :Pembatalan perjanjian berisi hal-
hal yang dapat menyebabkan batalnya perjanjian
tersebut
(4) Lain-lain, berisi tentang hal-hal yang belum diatur
(5) Penutup : Penutup berisi pemyataan tentang
kelenturan darikesepakatan kedua belah pihak dalam
melaksanakan perjanjian, ketentuan
penandatanganan serta jumlah naskahyang harus
dimiliki oleh masing-masing pihak
(6) Mekanisme dan tataran Wewenang
Permohonan untuk kerjasama dari Instalasi luar apabila
telah disetujui direktur Rs. Citra arafiqSawangan dengan
berdasarkan masukan dari pejabat terkait akan dibuatkan
konsep perjanjian kerja sama oleh unit yang berwenang
Konsep perjanjian kerja sama tersebut dibuat berdasarkan
pedoman yang ada dan setelah lebih dahulu disetujui oleh
pimpinan dari instansilain yang akan bekerja sama kemudian
diajukan kepada Direktur Rs. Citra Arafiq Sawangan untuk
ditandatangani.
b. Pengumpulan Data Indikator Mutu
Pengumpulan data Indikator Nasional Mutu (INM) dan
Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP RS) dilakukan
oleh unit terkait. Penanggung jawab pengumpul data pada
Unit terkait mencatat data ke dalam formulir pengumpulan
data, kemudian tiap bulan dikumpulkan ke Penanggung
Jawab Data Komite Mutu. Data direkapitulasi dan dianalisa
dalam bentuk grafik melalui sistem IT dan dilakukan
interpretasi data. Data yang telah diintrepretasi dilaporkan dari
Unit ke Kepala Rumah Sakit/ Tim Mutu
Untuk Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP Unit) pengumpulan
datadilakukan oleh penanggung) awab pengumpul data di unit
kerja masing-masing, validasi data dilakukan oleh Kepala
Ruang/Unit, dengan ketentuan petugas pengumpul data dan
validator adalah orangyang berbeda. Pengumpulan dan analisa
dilakukan tiap bulan, dilaporkan ke Kepala Rumah Sakit
20
dengan tembusan kepada Komite Mutu setiap 3 bulan dan
tahunan
c. Validasi data indikator mutu
Dari formulir pengumpulan data yang dikumpuikan
oleh unit kerjadilakukan proses validasi. Validasi
dilakukan apabila:
21
ALUR PENGOLAHAN DATA INDIKATOR MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN :
Analisa Data
O
Penyajian Data (Story Board)
P
Mengusulkan Rekomendasi utk
DIREKSI DEWAS
Menerima Hasil Evaluasi
1r
Governing Body
c ~ >
22
e. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Peningkatan Mutu
PelayananRumah Sakit
Pencatatan kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien sertasasaran keselamatan pasien dilakukan dengan cara :
1) Membuat formulir pengumpulan data Indikator Nasional
Mutu (INM), Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP-
RS), Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit) dan indikator
yang lainnya;
2) Penyediaan aplikasi Sistem Manajemen Data Akreditasi
Pengumpulan data Indikator Nasional Mutu (INM),
Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP-RS),Indikator
Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit) dan indikator mutu lainnya
ke dalam aplikasi yang telah disediakan di tiap Unit.
Pelaporan kegiatan peningkatan mutu dilakukan secara
berjenjang dimulai dari unit kerja oleh Penanggungjawab data
unit kemudian dilaporkan ke Komite Mutu, selanjutnya
dilakukan analisa dan dibuat laporan ke Kepala Rumah Sakit
dengan tembusan ke masing-masing unit. Laporan dibuat
setiap bulan, triwulan dan satu tahun.
3) Penyediaan formulir pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien di unitkerja
4) Pengumpulan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dari unit
kerja
23
g. Standarisasi proses asuhan klinis
Dalam kegiatan standarisasi asuhan klinis ini meliputi beberapa
kegiatansebagai berikut:
1) Pemilihan 5 area diprioritas yang distandarisasikan
5 area prioritas yang distandarisasikan mengacu kepada
pelayanan unggulan/prioritas Rumah Sakit Citra Arafiq
Sawangan belum ada layanan unggulan / prioritas.
2) Format Clinical Pathway yang diterapkan terlampir pada
lampiran pedoman PMKP. Evaluasi dan perbaikan dari Clinical
Pathway tersebut dilakukan minimal 1 tahun sejak
pelaksanaannya oleh Komite Medik.
3) Penyusunan Panduan Praktek Klinik (PPK)
4) Proses penyusunan Panduan Praktek Klinik (PPK)
5) Penyusunan Panduan Clinical Pathway
Proses penyusunan panduan Clinical Pathway berdasarkan
jumlah kasus yang banyak (high volume), biaya tinggi (high
cost), risiko tinggi (high risk), variasi pelayanan tinggi (high
variation), rentan teijadi masalah (problem prone), outcome
bisa diprediksi.
6) Audit Cinical Pathway
Setiap 3 bulan sekali pelaksanaan clinical pathway dilakukan
audit. Apabila terjadi varian dilakukan revisi. Setiap tahun
dilakukan penambahan 5 macam Clinical Pathway .
24
Kegiatan manajemen risiko meliputi:
a. Penerapan manajemen
risiko klinis Proses
Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah suatu proses yang
bersifat berkesinambungan, sistematis, logis, dan
terukur yang digunakan untuk mengelola Risiko di
instansi.
1
TEGAKKAN KONTEKS
a
= IDENTIFIKASI RISIKO
O
s
-z* A N A U S A RISIKO
Ul
* 2
CO
Ul
co EVALUASI RISIKO
<
g r
a
z
Z3 K E LO LA RISIKO
5
O
X.
RISK REGISTER
b) Konteks ekstemal.
Konteks ekstemal mendefmisikan sisi ekstemal organisasi yaitu
pesaing, otoritas, perkembangan teknologi, dan hal-hal lain yang
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi meliputi, tetapi
tidak terbatas pada :
(1) Hukum, sosial, budaya, politik, regulasi, keuangan, teknologi,
lingkungan ekonomi, alam dan persaingan dengan organisasi
lain dalamlingkup nasional, regional, atau intemasional;
(2) Hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan
ekstemal. Dalam menetapkan konteks dalam proses
manajemen, kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Membentuk organisasi manajemen risiko
Organisasi manajemen risiko masuk dalam struktur
organisasi Komite Mutu yaitu Sub Komite Manajemen
Risiko.
b. Membuat Program manajemen risiko
3. Identifikasi risiko
a. Identifikasi risiko adalah pemeriksaan apa yang ada di dalam yang
dapat mengakibatkan kerugian pada Rumah Sakit dan cedera pada
individu, sehingga bisa ditentukan apakah Rumah Sakit sudah
mengambil tindakan pencegahan (prevent), mitigate, mendeteksi
error yang dapat menyebabkancedera (harm);
b. Proses identifikasi risiko merupakan proses sistematis dan
terstruktur untukmenemukan dan mengenali risiko, untuk kemudian
dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi
dan dampak yang ditimbulkan.
26
c. Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk menemukan, mengenali,
dan menggambarkan risiko yang mungkin membantu atau
mencegah organisasi mencapai tujuannya. Rumah Sakit harus
mengidentifikasi risiko, apakah sumbemya berada di bawah
kendalinya atau tidak.
27
1. Beberapa kategori risiko yang harus diidentifikasi meliputi
namun tidak terbatas pada Operasional adalah risiko yang
teijadi saat Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada
pasien baik klinis maupun nonklinis.
2. Risiko klinis yaitu risiko operasional yang terkait dengan
pelayanan kepada pasien (keselamatan pasien) meliputi
risiko yang berhubungan dengan perawatan klinis dan
pelayanan penunjang seperti kesalahan diagnostik, bedah
ataupengobatanrisiko:
3. Risiko non klinis yang juga termasuk risiko operasional
adalah risiko PPI (terkait pengendalian dan pencegahan
infeksi misalnya
sterilisasi, laundry, gizi, kamar jenazah dan lain-lainnya),
risiko MFK (terkait dengan fasilitas dan lingkungan seperti
kondisi bangunan yang membahayakan, risiko yang terkait
dengan ketersediaan sumber air dan listrik, dan lain lain. Unit
klinis maupun non klinis dapat memiliki risikoyang lain
sesuai dengan proses bisnis/kegiatan yang dilakukan di
unitnya
4. Risiko keuangan; risiko kepatuhan (terhadap hukum dan
peraturanyang berlaku)
5. Risiko reputasi (citra rumah sakit yang dirasakan oleh masyarakat);
6. Risiko strategis (terkait dengan rencana strategis termasuk
tujuan strategis Rumah Sakit)
7. Risiko strategis timbul akibat penetapan dan penerapan
strategi yang kurang tepat, ketidaktepatan dalam
pengambilan suatu keputusan strategis dan kegagalan
dalam menghadapi perubahan- perubahan di lingkungan
bisnis/ekstemal, termasuk dan/ atau pengembangan bisnis
baru.
8. Risiko kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.
d. Sumber data atau informasi Insiden dan proses berisiko tinggi
dapat berasal dari:
1. Komplain pasien
2. Laporan insiden Keselamatan Pasien dan K3
3. Laporan medication error
4. Asesmen lingkungan dan fasilitas
5. Asesmen PPI
6. Asuransi atau klaim
28
2. Risk register klinis berisi kegiatan, sasaran,
pemyataan risiko,assessmen risiko (klinis: Dampak x
Probabilitas (Matriks grading risiko), sedangkan non
klinis: Dampak x Probabilitas (Matriks analisa risiko
x kriteria risiko)), penanganan risiko danrisiko inheren
dan residual.
3. Informasi Insiden keselamatan pasien, klaim litigasi
dan komplain, investigasi eksternal & internal,
exemal assessments dan Akreditasi
4. Informasi potensial risiko maupun risiko aktual
(menggunakanRCA & FMEA)
5. Membuat daftar identifikasi proses berisiko tinggi
6. Teknik : brain storming, survey, wawancara,
informasi historisataupun kelompok keija
7. Risk register ini dibuat oleh seluruh unit kerja
kemudiandikompilasi oleh Komite Mutu
8. Laporan pemantauan proses manajemen risiko di
masing-masing unit
Teknik-teknik identifikasi risiko meliputi:
29
• Analisis risiko dengan teknik Kuantitatif
- Analisis kuantitatif membutuhkan nilai numerik dengan
menggunakan angka aktual untuk peringkat
- Kemungkinan: % kemungkinan terjadi dalam jangka waktu
tertentu,Kemungkinan terjadi 2 tahun ke depan,
5 tahun ke depan, 10 tahunke depan, dll.
- Dampak : Secara umum dinyatakan dalam Rupiah : < 1
juta, 1-5 juta dll
4. Risk Matrix berfungsi untuk memetakan risiko terhadap
probabilitas dan dampak dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan dan tingkat keparahan/besamya dampak dari
kejadian tersebut. Dampak merupakan gambaran tentang
kerugian (losses) atau akibat yang ditimbulkan pada pasien
akibat adanya suatu kejadian (events), mulai dari tidak ada
cidera sampai meninggal. Dampak juga menggambarkan
konsekuensi negative dari sebuah kejadian (events).
Probabilitas merupakan gambaran tingkat kemungkinan
kejadian atau tingkat keseringa kejadian/insiden. Risk
Matrix efektif menerangkan bagaimana risiko dapat
dimitigasi pada tingkat yang bisa ditoleransi.
30
23
Cedera sedang
3 Moderate Berkurangnya fungsi motorik / sensorik /
psikologisatau intelektual secara
reversibel dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya Setiap kasus
yang memperpanjang perawatan
31
MATRIKS DERAJAT RISIKO
Potencial Concequences
Frekuensi
Insignifican Mino Moderate Majo Catastropic
tl r2 3 r4 5
32
DAMPAK
RISIKO
level Dampak dari kejadian terliadap Tujuan,
apabila Risiko terjadi
Si Tinggi
Sebagian tujuan intansi/kegiatan gagal
Terganggunya pelayanan lebih dari 2
hari
Mengancam fungsi program yang
efektif dan
Kerugian besar bagi organisasi dari
segi
Mengganggu pencapaian tujuan
Sedang Mengganggu kegiatan pelayanan
secara
Mengganggu administrasi program.
Kerugian keuangan cukup besar
Mengganggu pencapaian tujuan
Rendah Cukup menggangu jalannya pelayanan
Mengancam efisiensi dan efektivitas
Kerugian kurang material dan sedikit
Tidak berdampak pada pencapaian
Sangat Rendah tujuan
Agak mengganggu pelayanan
Dampaknya dapat ditangani pada
33
DAMPAK
1 2 3 4 5
MATRIKS ANALISIS Sanga Renda Sedan Ting Sangat
RISIKO (5X5) t h Tinggi
g gi
Renda
h
5 Hampir 5 10 15 20 25
Pasti
Terjadi
4 Sering
Terjadi 4 8 12 16 20
PROBABILITAS
3 Kadang 3 6 9 12 15
Terjadi
2 Jarang 2 4 6 8 10
Terjadi
Hampir
1 Tidakpasti l 2 3 4 5
Terjadi
34
Level KR1TERIA
RISIKO
Peringkat Tindakan
Zon Risiko
e
Diperlukan
5 > 15 SANCAT tindakan
TINGG1 segera nntuk
mengelola
risikonya.
Diperlukan
tindakan
4 10 s.d. TINGGI untuk
14 m engelola
risikonya.
Disarankan
3 5 s.d. 9 SEDANG diam bil
tindakan jika
tersedia sum
ber
dayanya.
Tidak
diperlukan
tindakan.
2 3 s.d. 4 RENDAH Buat
rencana
darurat
(contingency
plan)dan
terus
lakukan
m onitoring.
Tidak perlu
1 1 s/2 SANGAT tindakan.
RENDAH M onitoring
35
D erajat Dam pa k Da ni pa k
Sko Dam pa k Tun tut Penunda pada R eputasi pada
r (tin gk a an G an ti an K esehatan pihak
t) Rugi Pelayan dan terk ait
K euang an K eseiam at
an an
Luka Dimuat oleh
5 Sang > > Rp berganda m edia Berdampa
at 12% 5 0 .000 > 5 hari atau n asional/ k pada
l i ng angga .000 kerja kem atian internasion lebih dari
gi ran atau cacat al dan 5 pihak
perm anen media
sosial/m edia
Dimuat di
4 Tinggi > Rp Luka serius media
>8- 25.000. >3-5 padaorang nasional dan Berdampa
12% 00 0 -Rp hari atau media k pada
anggar 50.000.0 kerj beberapa online dan 4-5
an 00 a orang diingat pihak
sementara
oleh
masyarakat
Dimuat oleh
3 Sedan >5 - > Rp >2-3 Luka media massa Berdampa
g 8% 5.000.00 hari berarti lokal & k pada3
anggar 0 kerj padaorang media sosial -4
an -R p a atau namun cepat pihak
25.000 beberapa dilupakan
.000 orang masyarakat
Luka kecil Dimuat oleh
2 Renda >3- > Rp >1-2 berarti media Berdampa
h 5% 1.000.000 hari pada massa lokal k pada2
anggar -Rp kerj orang namun -3
an 5.000.000 a atau cepat pihak
beberapa dilupakan
orang masyarakat
1 Sanga <3% Luka Diketahui Hanya
t anggar < Rp < 1 hari kecil oleh berdampa
Renda an 1.000.000 kerja pada seisi k pada
h orang kantor satu pihak
atau
beberapa
orang
36
f. Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah
dampak daririsiko tersebut bila benar-benar terjadi:
o Risiko yang dampaknya besar hams segera
ditindaklanjuti danmendapat perhatian dari pimpinan.
o Risiko yang dampaknya menengah-ringan akan
dikelola oleh Komite Mutu bersama Kepala Unit Kerja
untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.
Tindakan Sesuai Tingkat & Band Risiko Klinis
37
Root Cause Analysis untuk mencari akar masalah, RCA dilakukan sesuai
grading dari setiap insiden yang dilaporkan.
LANGKAH ROOT CAUSE ANALYSIS :
Analisis Informasi
(5 why’s, Analisis Perubahan, Analisis penghalang, ANALISA
fishbone, dll
38
I. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dapat
diterima (tidak perlu penanganan) atau perlu dilakukan penanganan.
Tujuan evaluasi risiko adalah membantu pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis dan menentukan risiko yang memerlukan
prioritas penanganan. Evaluasi risiko menggunakan perbandingan
tingkat risiko dengan kriteria risiko yang ditetapkan pada penetapan
lingkup, konteks dan kriteria. Hasil evaluasi risiko juga dapat
mengarah pada keputusan untuk melakukan analisis lebih lanjut
untuk lebih memahami risiko, atau bahkan mempertimbangkan
kembali tujuan.
Langkah evaluasi risiko adalah:
(a) Membuat Rangking Risiko (Risk Rangking)
(b) Prioritas Risiko (Prioritize the risk)
(c) Cost Benefit Analysis (setelah dirangking, biaya untuk
mengurangi risiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi
risiko)
(d) Menetapkan Pengelolaan Risiko
Keputusan untuk menerima risiko dan pengelolaannya berdasarkan
pertimbangan:
1. Kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan
2. Kebijakan, tujuan
3. Sasaran dan kepentingan stakeholder
4. Keuangan, hukum, sosial
5. Penanganan Risiko
Penanganan risiko melibatkan proses berulang dari:
• Merumuskan dan memilihopsi/teknik penanganan risiko;
• Perencanaan dan pelaksanaan penanganan risiko;
• Menilai efektivitas penanganan itu;
• Memutuskan apakah eksposur risiko yang tersisa dapat diterima;
• Jika tidak dapat diterima,melakukan penanganan lebih lanjut.
Penangananrisiko dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Pengendalian risiko/Risk control melalui mitigasi kerugian
Mitigasi risiko merupakan upaya untuk mengurangi kemungkinan
dan/ataudampak dari kejadian yang tidak diharapkan yang belum
terjadi. Ini
dilakukan pada risiko dengan level sangat tinggi. Kegiatan
mitigasi risiko meliputi:
(1) Identifikasi berbagai opsi/teknik penanganan risiko
(2) Menilai opsi tersebut;
(3) Merencanakan penanganan,persiapan,dan penerapannya
Selain itu rumah sakit juga harus mempunyai Contigency Plan
yang merupakan langkah darurat yang dilakukan sebagai
upaya untuk mengurangi dampak suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang sedang/benar-benar terjadi. Penanganan
kondisi darurat paling sedikitmencakup:
1. Rencana terperinci strategi dan penanganan kondisi darurat
2. Tim penanganan kondisi daruratl angsung
dibawahpenanggungjawab penanganan
39
Risiko;dan
3. Dana penanganan kondisi darurat
2. Risk Transfer
Rumah Sakit dapat mentransfer risiko keuangan ke
pihak lain, misalnya rumah sakit kebijakan bagi staf
medis, bahwa Rumah sakit membayar kerugian yang
berhubungan dengan malpraktik medis, sehingga
kewajiban keuangan untuk kerugian ditransfer kepada
asuransi, namun tetap staf medis secara hokum
bertanggung jawab untuk cedera pasien yang
disebabka oleh kelalaiannya.
Pemilihan opsi/teknik pengendalian risiko:
(1) Menghindari risiko (Risk Avoidance) dengan
memutuskan untuk tidak memulai/melanjutkan
dengan kegiatan yangmenimbulkan risiko
(2) Mengubah kemungkinan; /Loss prevention
(Kurangiprobabilitas)
(3) Mengubahkonsekuensi;Lossreduction
(Kurangidampak)
(4) Berbagi risiko kepihak lain / Risk transfer
(Transferrisiko)
(5) Menerima risiko. /Risk acceptance (Menerima risiko)
(6) Meningkatkan risiko untuk
memanfaatkan peluang/value
40
manajemen risiko, dengan tanggungjawab yang
didefinisikandengan jelas.
Pelaksanaan monitoring meliputi:
a) Pengendalian rutin penanganan Risiko:
membandingkan kinerja actual dengan kinerja
yang diharapkan;
b) Monitoring efektivitas semua langkah dalam proses
penanganan risiko berdasarkan laporan pelaksanaan
tahapsebelumnya guna memastikan bahwa prioritas
penanganan Risiko masih selaras dengan perubahan
di dalam lingkungan kerja;
Monitoring dilakukan secara berkala min 6 bulan
sekali untuk memeriksa ukuran dan parameter yang
ada. Laporan monitoring berisi pelaporan kelemahan
yang masih ada, tanpa meninggalkan hal- hal positif
yang telah dicapai.
41
7) Laporan Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko dan hasilnya harus
didokumentasikan dan dilaporkan melalui mekanisme
yang sesuai. Keputusan mengenai
pembuatan,penyimpanan, dan penanganan informasi
terdokumentasi harus mempertimbangkan:
penggunaannya, sensitivitas informasi, dan konteks
eksternal dan internal. Setiap pemilik Risiko membuat
laporan penerapan Manajemen Risiko dalam waktu 6
bulan sekali. Laporan terdiri dari:
a) Laporan Profil risiko merupakan kumpulan risiko
kunci utama) yang disusun pada masing-masing
unit pada saatpenyusunan rencana kerja dan
anggaran
Profil Risiko terdiri dari:
Kategori risiko
Pemyataan risiko
Akar masalah penyebab utama risiko
Dampak
Probabilitas
Pengendalian
Skoring
Rangking
b) Laporan Proses manajemen risiko dimasing-masing
unit kerja yang memuat informasii mengenai risiko
kunci (utama) yang dikelola, rencana
mitigasi/pengelolaan dan realisasi
mitigasi/pengelolaan Risiko yang telah dijalankan.
c) Laporan pemantauan proses manajemen risiko
dimasing-masing unit kerja,
b. Manajemen Risiko Terintegrasi
Manajemen risiko Rumah Sakit Sahabat Pasuruan
merupakan manajemen risiko terintegrasi yang meliputi
roses identifikasi, analisis, evaluasi dan pengelolaan
semua risiko yang potensial dan diterapkan terhadap
semua unit /bagian / program/ kegiatan mulai
daripenyusunan rencana strategis, penyusunandan
pelaksanaan program dan anggaran,
pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta
pelaporan.
c. Manajemen Risiko Khusus
Manajemen risiko khusus yang dilakukan di Rumah
Sakit Citra Arafiq Sawangan adalah Infection Control
Risk Asesessment(ICRA). Infection Control Risk
Assessment(lCRA) adalah alat untuk menilai tingkat
risiko infeksi pada sebuah aktivitas. ICRA dapat
digunakan pada kegiatan pembangunan dan renovasi
bangunan. Manajemen risiko ICRA dilakukan oleh
Komite PPL
d. Pelaporan dan analisis data insiden
keselamatan pasien
Pelaporan insiden keselamatanpasien yang
selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah
suatu sistem untuk mendokumentasikanlaporan
insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi
untuk pembelajaran.
Ketentuan pelaporan dan analisis data insiden
keselamatan pasienadalah sebagai berikut:
1) Sistem pelaporan insiden dilakukan di internal
Rumah Sakit dan ekstemal kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2) Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
Pasien Rumah Sakit(SP2KP RS) kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
mencakup definisi, jenis insiden keselamatan
pasien yang meliputikejadian sentinel (point a-o),
KTD, KNC, KTC dan KPCS, mekanisme
pelaporan dan analisa serta pembelajarannya. Hal
ini dilakukan setelah analisis dan mendapatkan
rekomendasi dan solusi dari Sub Komite
KeselamatanPasien.
3) Sistem pelaporan insiden kepada Komite
Nasional Keselamatan PasienRumah Sakit harus
dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonym
(tanpa identitas), tidak mudah diakses oleh yang
tidak berhak.
4) Pelaporan insiden keselamatan kepadaKomite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
ditujukan untuk menurunkan insiden dan
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan
orang (non blaming).
5) Setiap insiden harus dilaporkan secara internal
kepada sub komite Keselamatan Pasien dalam
waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format
laporan Insiden keselamatan pasien.
6) Sub komite Keselamatan Pasien melakukan
analisis dan memberikan rekomendasi serta
solusi atas insiden yang dilaporkan.
7) Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melaporkan
hasil kegiatannya kepada Kepala Rumah Sakit.
8) Rumah Sakit harus melaporkan insiden, analisa,
rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai
format pelaporan insiden keselamatan pasien.
9) Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit melakukan pengkajian dan memberikan
umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan
43
insiden keselamatan pasien.
45
dan dibacaulang (Konfirmasi);
Melakukan veriflkasi keakuratan
komunikasi lisanatau melalui telepon
kepada pemberi perintah dengan
meminta tandatangan dan nama terang
pemberi perintah.
3. Meningkatan Keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai
1. Membuat kebijakan dan/atau prosedur untuk
membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai;
2. Membuat kebijakan/SPO dan/atau
prosedur/pengelolaan obat-obatan kewaspadaan
tinggi(high alert) termasukLASA yang meliputi :
proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian
label dan penyimpanan elektrolit konsentrat;
3. Sosialisasi kebijakan dan/atau prosedur obat-obat
yang perlu diwaspadai;
4. Implementasi kebijakan dan prosedur obat-obat
yang perludiwaspadai;
5. Monitoring pelaksanaan kebijakan dan/atau
prosedurdaftar obat-obat yang perlu diwaspadai;
6. Kebijakan obat-obat yang perlu diwaspadai
sebagaiberikut:
1. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di
unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan
diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati;
47
4. Memastikan Sisi yang Benar. Prosedur yang Benar, Pasien
yangbenar pada Pembedahan
1. Membuat kebijakan dan/atau prosedur
tentangpenandaan lokasi operasi (site
marking)
2. Sosialisasi kebijakan dan/atau prosedur penandaan
lokasioperasi (site marking);
3. Implementasi kebijakan dan/atau prosedur
penandaanlokasi operasi (site marking);
4. Monitoring pelaksanaan penandaan lokasi operasi
48
3) Membuat/menyediakan formulir asesmen resiko
jatuh untuk semua pasien rawat inap dan rawat
jalan dengan menggunakan metode yang
baku(skala morse, skala humpty dumpty dan skala
attention);
4) Menyediakan formulir assesment ulang resiko jatuh
5) Membuat SPO pemasangan gelang resiko jatuh
6) Sosialisasi asesment risiko jatuh;
7) Implementasi asesmen risiko jatuh dengan
memasang gelang berwama kuning dan memberi
tanda risiko jatuh pada tempat tidur pasien yang
berisiko jatuh;
8) Monitoring pelaksanaan asesmen risiko jatuh.
49
f. Metode
Metode PMKP Ruinah Sakit Citra Arafiq Sawangan
Dalam pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
RumahSakit Sahabat Pasuran menggunakan metode siklus mutu
PDSA (Plan,Do, Study and Action). PDSA singkatan bahasa
Inggris dari “Plan, Do, Study and Action”,
(Rencanakan, Ketjakan, belajar, Tindak Lanjuti) adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah altematif yang
umum digunakandalam pengendalian kualitas.
Pengertian
1. Plan (Rencanakan)
Rumah Sakit Sahabat menyusun perencanaan kegiatan
berdasarkan visi, misi dan tujuan Rumah Sakit. Selain itu juga
menyusun perencanaan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
kegiatan. Agar kegiatan dapat terlaksana, Rumah Sakit
merencanakan pemenuhan kebutuhan Sumber daya, sistem
monitoring dan evaluasi. Penyusunan indikator kegiatan
termasuk dalam perencanaan tersebut.
2. Do (Kerjakan) Implementasi proses.
Pelaksanaan kegiatan pada tingkat unit dan organisasi Rumah Sakit.
3. Study (belajar)
Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap
sasaran danspesifikasi dan melaporkan hasilnya.
Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tingkat unit dan
Rumah Sakit. Periode pelaksanaan monitoring dan
evaluasi: harian danbulanan.
4. Action (Tindak lanjut)
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang
diperlukan. Ini berarti juga meninjau seluruh langkah dan
memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum
implementasi berikutnya.
Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tingkat unit
dan RumahSakit. Periode pelaksanaan monitoring dan
evaluasi: bulanan, triwulan dan tahunan.
50
BAB VII
JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan Tim PMKP Rs. Citra Arafiq Sawangan adalah sebagai
berikut:
WAKTU
NO. KEGIATAN BULAN
JAN FEB MAR APR JUN JUL A SEP OCT N DEC
u 0
M G V
TIMP A
MKP Y
1 Penyusunan
Struktur Tim
2 Rapat Kordinasi V
tentang
proker tim PMKP
3 rakor penentuan V
daftar Resiko
sosialisasi tentang 17
program Jan
PMKP &
27
Jan
4 Indikator Mutuke
seluruh unit &
bagian terkait
pertemuan berkala
dengan V V V V V V V V V V V V
anggota TIM PMKP
minggu
ke2 tiap bulan
rakor penentuan V
5 IMP RS
pertemuan V
berkala dengan V
Komite Medik &
6 TIM PMKP
pengukuran
indikator Mutu
PMKP oleh V V V V V V V V V V
sel'uruh karyawan
RS dan dikoordinir
oleh Staf
pengumpul Data
7 validasi data V V V
8 penyusunan laporan V V V
Hasil TW
51
BAB vm
PENCATATAN DAN PELAPORAN
52
insidendilakukan di internal RumahSakit. Langkah
pelaporan insiden keselamatan pasien internal
adalah sebagaiberikut:
a) Apabila terjadi insiden di Rumah Sakit
wajib segera ditindak lanjuti
(dicegah/ditangani) untuk mengurangi
dampak / akibat yang tidak diharapkan.
b) Pelaporan
InsidenKeselamatanPasienRumahSakitme
ncakupKTD, KNC,KTC, KPCS dan
sentinel.
c) Setelah ditindaklanjuti, segera dibuat laporan
insiden oleh petugas yang terlibat dalam
insiden dengan mengisi formulir Laporan
Insiden pada akhir jam kerja/shift.
d) Setelah selesai mengisi laporan, segera
serahkan kepada atasan langsung pelapor
dalam waktu palinglambat 2 x 24 jam. Yang
dimaksud dengan atasan langsung pelapor
adalah Kepala Unit dimana pelaporbekerja
e) Atasan langsung akan memeriksa laporan,
memperjelas duduk masalah insiden,
berkoordinasi dengan kepala unit yang
terkait dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan. Tabel
penilaian dampak
klinis/konsekuensi/severity, tabel penilaian
probabilitas/frekuensi dan tabel matriks
grading risiko terlampir.
f) Hasil grading akan menentukan bentuk
investigasidan analisis yang akan
dilakukan sebagai berikut:
1. Grading biru : Investigasi
sederhana olehatasan langsung,
waktu maksimal 1 minggu.
g) Setelah selesai melakukan investigasi
sederhana, laporan hasil Investigasi, Solusi,
Tindak lanjutdan Evaluasi (laporan ISTE)
dilaporkan kepada Sub Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS).
h) Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KPRS) akan menganalisis kembali
hasil ISTE untuk menentukan apakah perlu
dilakukan investigasi lanjutan dan
melakukan regrading apabiladiperlukan.
i) Untuk grading kuning dan merah, dibentuk
tim RCA yang terdiri dari Sub Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
dan staf lain yang diperlukan, maksimal 45
hari.
53
j) Setelah melakukan RCA, tim RCA akan
membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta pembelajaran berupa
petunjuk/safety alert untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
k) Hasil RCA rekomendasi dan rencana kerja
dilaporkan kepada Komite Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Bhayangkara Batu.
l) Rekomendasi untuk perbaikan dan
pembelajarandiberikan sebagai umpan
balik kepada unit kerja terkait.
m) Unit kerja terkait dan Komite Mutu
membuat analisisdan trend kejadian yang
sama.
n) Monitoring dan evaluasi perbaikan
oleh KomiteMutu.
2) Eksternal
Pelaporan eksternal adalah laporan kepada
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Langkah pelaporan insiden keselamatan
pasien eksternal adalah sebagai berikut:
a) Laporan insiden grading merah yang telah
dilengkapidengan laporan RCA yang terjadi
pada pasien dilaporkan oleh sub Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
internal/Pimpinan Rumah Sakit dengan
mengisi formulir laporan insiden
Keselamatan Pasien.
Dikirim ke KKPRS nasional dengan
melakukan entry data(e-reporting) melalui
website resmi KKPRS:
www.buk.depkes.go.id.
b) Sistem pelaporan insiden kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
harus dijamin keamanannya, bersifat
rahasia, anonym (tanpa identitas), tidak
mudah diakses oleh yang tidak berhak
c) Pelaporan insiden keselamatan kepada
KomiteNasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ditujukan
untuk menurunkan insiden dan mengoreksi
system dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien dan tidak untuk
menyalahkan orang (nonblaming)
d) Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit melakukan pengkajian dan
memberikan umpan balik (feedback) dan
solusi atas laporan insiden keselamatan
54
pasien.
• Health Failure Mode Effect Analisys (HFMEA)
Health Failure Mode Effect Analisys (FIFMEA) dibuat
minimal lkasus setiap tahun
• Risk Manajemen
Untuk mengurangi risiko atau meminimalkan bahaya
terhadap pasien, keluarga pasien dan staf Rumah Sakit,
maka Rumah Sakit Bhayangkara melaksanakan
manajemen risiko Rumah Sakit. Pencatatan risiko unit
dilakukan oleh Penanggung JawabData Unit Kerja dan
membuat laporan kepada Komite Mutu.
6. Surveillance PPI
Surveillance PPI dilakukan oleh Komite PPI, hasil
surveilance PPI diberikan tembusan kepada Komite Mutu
yang dilakukan setiap bulan. Evaluasi dari surveilance PPI
dilakukan setiap 1 bulan, triwulan dan 1tahun oleh Komite
PPI dan Komite Mutu.
7. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan oleh unit Urmin / Personalia
yang diberikan tembusan kepada Komite Mutu. Penilaian
kinerja dilakukan sesuai status ketenagaan
8. Evaluasi kontrak dan perjanjian lainnya
Evaluasi kontrak dan peijanjian lainnya dilaksanakan oleh
unit Pembinaan Fungsi (Binfung), Komite Mutu menerima
tembusan hasil evaluasi kontrak dari unit Pembinaan Fungsi
(Binfung).
55
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
1. MONITORING
Monitoring kegiatan PMKP dilakukan melalui rapat koordinasi
dengan unit terkait dan jajaran manajemen Rumah Sakit
dengan melakukan audit terhadap capaian indikator mutu
Rumah Sakit.
2. EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan kegiatan PMKP dilakukan satu bulan
sekali oleh Komite Mutu untuk indikator nasional mutu,
indikator mutu prioritas Rumah Sakit, sedangkan untuk
indikator mutu unit evaluasi oleh KomiteMutu dilakukan setiap
3 bulan. Pelaporan kepada Kepala Rumah Sakit Citra Arafiq
Sawangan dilakukan setiap triwulan, semester dan 1 tahun.
56
BAB X
PENUTUP
Tim Penyusun
57