Anda di halaman 1dari 26

PERMASALAHAN

BPJS di INDONESIA
Kelompok 2 kelas 13B:
• Rizki Ashary D
• Shanty Asih Pertiwi
• Giffa Sastha AM
• Siti Nuraeni
• Yohannes Babsista
• Triyanti K.A Putri
pendahuluan

1 2 3 4 5
Latar belakang Identifikasi Tinjauan teoritik pembahasan Kesimpulan
masalah masalah

2 Presentation title 20XX


LATAR BELAKANG
BPJS adalah program pemerintah untuk pemerataan pelayanan kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Berdasarkan data yang bersumber dari BPJS Kesehatan, tahun 2016 jumlah peserta BPJS
Kesehatan di Indonesia sebanyak 171,9 juta jiwa dan terus meningkat, pada tahun 2017 tercatat
187,9 juta peserta, dan di tahun 2022 peserta BPJS meningkat menjadi 248,7 juta peserta,
sedangkan data menurut Assiten Deputi Komunikasi Publik dan Hubungan Masyarakat BPJS
Kesehatan per 1 Juni 2023 mencapai 256,6 juta peserta.
Jumlah peserta BPJS di Indonesia

4
Lanjutan….
• Meskipun tujuannya baik, penelitian menunjukkan bahwa kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
BPJS masih rendah. Beberapa penelitian, seperti yang dilaporkan oleh Ahmad (2014), Ulinuha
(2014), dan Wahyuni (2015), menyimpulkan bahwa kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan
BPJS masih relatif rendah.

• Ada kendala dan hambatan dalam sektor pelayanan kesehatan publik di Indonesia, seperti yang
dinyatakan oleh Mote (2008). Indonesia juga menduduki peringkat yang rendah dalam kualitas
layanan publik menurut laporan Bank Dunia.

• Menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang baik dan menyatakan bahwa pelayanan yang tidak
memenuhi standar dapat mengakibatkan kerugian serius bagi masyarakat, bahkan dapat menjadi
tindak pidana.

• Mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diatur dalam undang-undang sebagai acuan
untuk jenis dan mutu pelayanan dasar yang harus diberikan kepada warga negara.
LAYANAN BPJS KESEHATAN yang HANYA
BERLAKU DI INDONESIA

BPJS KELAS 3 TIDAK BISA NAIK


KELAS

Permasalahan
TARIF INA-CBGs
BPJS di
Indonesia RENDAHNYA KEPESERTAAN
BPJS KESEHATAN
IDENTIFIKASI MASALAH

• Layanan BPJS Kesehatan


BPJS Kesehatan merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk pemerataan
pelayanan kesehatan yang mana prinsip portabilitas yang dianut BPJS Kesehatan yaitu
membuat peserta Jaminan Kesehatan Nasional bisa mengakses pelayanan kesehatan di
seluruh Indonesia.

• Kelas 3 Tidak Bisa untuk Naik Kelas


Sebelumnya, peserta BPJS Kesehatan mandiri baik kategori Pekerja Bukan Penerima
Upah maupun bukan pekerja kelas 3, bisa naik kelas satu tingkat ke kelas 2 saat
perawatan di RS sesuai dengan Permenkes No 51 tahun 2018 dengan membayar
selisih biaya.
Lanjutan…
• Tarif INA-CBGs
Tarif Indonesian-Case Based Groups adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur, meliputi seluruh sumber daya
rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non medis. Tarif INA-
CBGs meliputi tarif-tarif pelayanan sesuai dengan Permenkes No. 3 tahun 2023 pasal ke 26.

• Rendahnya Kepesertaan BPJS


Berdasarkan penelitian Ririk Harlinisari pada tahun 2021, beberapa penyebab rendahnya
kepesertaan BPJS disebabkan oleh berbagai factor, di antaranya: tidak puas dengan layanan
BPJS di beberapa fasilitas kesehatan, adminiStandarasi yang lama dan rumit, pengetahuan
tentang alur layanan masyarakat yang kurang tentang BPJS dan waktu tunggu layanan di
beberapa fasilitas kesehatan yang cukup lama.
TINJAUAN TEORITIK
Definisi BPJS Kesehatan

• BPJS Kesehatan adalah Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial kesehatan yang bertugas
menyelenggarakan program jaminan kesehatan di seluruh Indonesia.

• Peserta BPJS Kesehatan dapat mengakses layanan kesehatan hingga tiga kali kunjungan, tanpa
bergantung pada alamat domisili peserta.

• Peserta yang berada di luar wilayah dalam jangka waktu yang lebih lama disarankan untuk pindah
FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama).
Lanjutan….
Macam-Macam Peserta BPJS
Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi dua kategori:
• Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran): Fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibiayai
pemerintah sebagai peserta jaminan kesehatan.

• Peserta Non-PBI: Termasuk pekerja penerima upah, warga negara asing yang bekerja di Indonesia,
pegawai negeri sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non-Pegawai
Negeri, pegawai swasta, pekerja yang tidak termasuk dalam kategori tersebut, investor, pemberi
kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, j, duda, atau anak yatim piatu dari veteran
atau perintis kemerdekaan.
Lanjutan…
Tarif Pelayanan Kesehatan pada FKRTL
• Standar tarif pelayanan kesehatan pada FKRTL mencakup Tarif INA-CBGs (Classification-Based
Groups) dan Tarif non INA-CBGs.

• Tarif INA-CBGs mencakup berbagai layanan medis, pemeriksaan, obat, dan pelayanan lainnya.

• Tarif non INA-CBGs mencakup pelayanan tertentu seperti dialisis peritoneal, pemeriksaan
imunohistokimia, pengobatan kanker, obat penyakit kronis, dan sebagainya.
Lanjutan….
Asuransi Swasta
• Asuransi kesehatan internasional adalah proteksi kesehatan yang cocok untuk individu dengan
mobilitas tinggi dan memberikan perlindungan yang komprehensif di seluruh dunia.

• Beberapa perusahaan asuransi yang menyediakan produk asuransi kesehatan internasional termasuk
AXA Mandiri, Allianz, Asuransi MSIG Indonesia, Tokio Marine Asia (PT Asuransi Jasa Indonesia),
Asuransi Cigna (Cigna Indonesia), dan Prudential.
PEMBAHASAN

Keterbatasan Pelayanan
BPJS Kesehatan masih belum merata, dengan beberapa daerah di Indonesia mengalami kesulitan
dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai karena keterbatasan fasilitas
kesehatan, tenaga medis yang terbatas, dan peralatan medis yang kurang memadai.

• Kemacetan Birokrasi: Birokrasi yang rumit dalam BPJS Kesehatan seringkali menghambat proses
pengobatan dan pelayanan kepada pasien karena proses klaim, persetujuan, dan adminiStandarasi
memakan waktu yang lama.

• Defisit Keuangan: BPJS Kesehatan sering menghadapi defisit keuangan karena premi yang dibayarkan
oleh peserta tidak mencukupi untuk menutup biaya pelayanan kesehatan. Hal ini menempatkan
tekanan pada keuangan program dan membuat pemerintah mencari solusi untuk mengatasi defisit ini.
Lanjutan….

• Ketidaksetaraan: Program BPJS Kesehatan dianggap tidak merata dalam memberikan


akses kesehatan, dengan pasien berstatus sosial ekonomi lebih tinggi mendapatkan
manfaat yang lebih baik daripada mereka yang berada di lapisan masyarakat yang
lebih rendah.

• Kualitas Layanan: Beberapa pengguna BPJS Kesehatan merasa bahwa kualitas


layanan yang mereka terima tidak sesuai dengan yang diharapkan. Fasilitas dan
pelayanan di rumah sakit atau klinik yang menerima pasien BPJS Kesehatan mungkin
berbeda dengan yang menerima pasien dengan asuransi kesehatan swasta.
Lanjutan….
• Tantangan Penyalahgunaan: Program BPJS Kesehatan juga dihadapkan pada tantangan
penyalahgunaan, seperti klaim yang tidak sah atau peresepan obat yang tidak sesuai, yang
dapat menyebabkan kerugian finansial dan menghambat kemampuan program untuk
memberikan pelayanan yang baik.

• Kapasitas Kesehatan yang Terbatas: Sistem kesehatan Indonesia menghadapi masalah


kapasitas terbatas, terutama selama masa pandemi COVID-19. Kapasitas rumah sakit dan
tenaga medis yang terbatas menjadi hambatan serius dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang memadai.

• Kesenjangan Regional: Terdapat perbedaan dalam ketersediaan dan aksesibilitas layanan


kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia, dengan wilayah perkotaan memiliki akses yang
lebih baik dibandingkan dengan wilayah pedesaan, menciptakan kesenjangan dalam
pelayanan kesehatan.
BPJS Kelas 3 tidak bisa naik kelas
Kelas 1 adalah kelas tertinggi dengan fasilitas terbaik, sedangkan
Kelas 3 adalah kelas terendah dengan fasilitas yang lebih
terbatas. Namun, perubahan aturan pada BPJS Kesehatan telah
menyebabkan ketidakmungkinan untuk naik kelas dari Kelas 3 ke
Kelas 2 atau Kelas 1.
Beberapa alasan mengapa BPJS Kelas 3 tidak bisa naik kelas
antara lain:
• Keterbatasan anggaran: BPJS Kesehatan menghadapi
keterbatasan anggaran, sehingga tidak mampu memberikan
pelayanan kelas yang lebih tinggi kepada seluruh peserta
Lanjutan….
• Ketidaksetaraan pelayanan: Jika peserta BPJS Kelas 3 diperbolehkan naik kelas, ini
dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan yang diterima oleh
peserta kelas berbeda.

• Kendala regulasi: Peraturan yang ada mungkin tidak memungkinkan peserta BPJS
Kelas 3 untuk naik kelas, atau mungkin ada biaya tambahan yang sulit dijangkau oleh
peserta.

• Kepastian keuangan BPJS: Pemerintah perlu memastikan keberlanjutan keuangan


BPJS Kesehatan, dan naik kelas peserta dapat mempengaruhi stabilitas program.
Lanjutan….

• Dalam prakteknya, peserta BPJS Kelas 3 yang ingin mendapatkan pelayanan lebih
baik harus mencari perawatan di luar jaringan BPJS, misalnya di rumah sakit swasta.
Namun, ini biasanya memerlukan biaya tambahan yang harus ditanggung oleh peserta
secara pribadi.

• Penting untuk diingat bahwa aturan dan kebijakan BPJS Kesehatan dapat berubah dari
waktu ke waktu, jadi selalu disarankan untuk memeriksa dengan sumber resmi BPJS
Kesehatan atau pihak berwenang terkait untuk informasi terbaru mengenai program
ini.
Pembahasan INA-CBGs

INA-CBGs (Indonesian Case-Based Groups) adalah sistem pembiayaan


kesehatan BPJS Kesehatan di Indonesia. Masalah tarif INA-CBGs BPJS
melibatkan beberapa aspek penting:

• Perubahan Tarif: Perubahan tarif seiring waktu memengaruhi peserta dan


penyedia layanan kesehatan. Kenaikan tarif bisa mengurangi akses
peserta, sementara penurunan tarif bisa mempengaruhi penyedia layanan.

• Kepatuhan Pemberi Layanan: Kepatuhan pemberi layanan terhadap tarif


INA-CBGs penting. Upaya manipulasi tarif dapat memengaruhi keuangan
dan kualitas pelayanan.
Lanjutan….
• Kepuasan Peserta: Kepuasan peserta terhadap tarif mempengaruhi tingkat pengaduan.
Tarif harus sesuai dengan kualitas pelayanan.

• Keadilan Akses: Tarif harus mencerminkan prinsip keadilan akses ke layanan


kesehatan.

• Fleksibilitas Tarif: Fleksibilitas tarif diperlukan untuk mencakup semua jenis


pelayanan kesehatan.

• Transparansi dan Akuntabilitas: Penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas


dalam penetapan tarif INA-CBGs untuk mengurangi penyalahgunaan.
Rendahnya Kepesertaan BPJS Kesehatan
• Faktor Metode: Ketidakpuasan dalam pelayanan BPJS Kesehatan, terutama
waktu tunggu yang panjang di rumah sakit rujukan dan adminiStandarasi
yang rumit, terutama bagi pasien yang baru pindah FKTP.

• Faktor Biaya (Money): Perbedaan pelayanan antara pasien BPJS dan pasien
umum, serta masalah ketidakdisiplinan dalam membayar iuran BPJS setelah
perusahaan tidak lagi menanggung iuran.

• Faktor Manusia (Man): Kurangnya pengetahuan dan informasi membuat


masyarakat merasa BPJS tidak memberikan manfaat yang cukup besar.
Diperlukan upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat
BPJS Kesehatan agar partisipasi meningkat.
Lanjutan….
KESIMPULAN
• Pentingnya Jaminan Kesehatan sebagai Hak Konstitusional: Jaminan kesehatan di Indonesia
diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai hak konstitusional bagi setiap warga negara. Ini mencerminkan komitmen pemerintah
untuk memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan.

• Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan: Pemerintah Indonesia telah


mendirikan BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional.
Program ini telah mencapai pertumbuhan yang signifikan dalam jumlah peserta dari tahun ke
tahun.

• Tantangan Kualitas Pelayanan: Meskipun pertumbuhan peserta BPJS Kesehatan meningkat,


masih ada masalah kualitas pelayanan kesehatan, terutama di sektor publik. Hal ini menjadi
perhatian, dan pemerintah telah menetapkan Standar minimum untuk memastikan pelayanan
yang memadai bagi semua warga negara.
Summary
• Rendahnya Kepesertaan BPJS: Beberapa faktor seperti ketidakpuasan
terhadap layanan, masalah adminiStandaratif, dan kurangnya
pemahaman masyarakat menjadi penyebab rendahnya kepesertaan
BPJS Kesehatan.

• Tarif Pelayanan Kesehatan: Tarif INA-CBGs adalah sistem pembiayaan


kesehatan BPJS Kesehatan. Pembahasan mengenai tarif ini melibatkan
aspek perubahan tarif, kepatuhan pemberi layanan, kepuasan peserta,
keadilan akses, fleksibilitas tarif, transparansi, dan akuntabilitas.

• Kelas 3 BPJS Tidak Bisa Naik Kelas: Peserta kelas 3 BPJS tidak dapat
naik kelas karena beberapa kendala, termasuk keterbatasan anggaran,
ketidaksetaraan pelayanan, kendala regulasi, dan keuangan BPJS yang
harus dijaga.

• Keterbatasan Pelayanan: Ada tantangan dalam meratakan pelayanan


kesehatan, keterbatasan birokrasi, defisit keuangan, ketidaksetaraan,
kualitas layanan, penyalahgunaan, kapasitas kesehatan yang terbatas,
kesenjangan regional, dan birokrasi yang rumit dalam BPJS Kesehatan.

24
Referensi
• Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional.
• Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Permenkes No 3 tahun 2023 tentang standar tarif pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraaan progam jaminan kesehatan
• https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/529/Percepat-Validasi-Data
Peserta-PBI-BPJS-Kesehatan-Integrasikan-Sistem-Informasi-dengan-Kemensos
.
• https://dataindonesia.id/kesehatan/detail/peserta-bpjs-kesehatan-capai-24877-juta-jiw
a-pada-2022
• https://www.gooddoctor.co.id/program-kesehatan-karyawan/asuransi-karyawan/saat-b
erobat-ke-luar-negeri-jadi-pilihan-pastikan-bekali-dengan-asuransi-kesehatan-internas
ional/
• Ahmad, N dan Kiki, H. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan
Pasien Pengguna Kartu BPJS Kesehatan di Puskesmas Mojowarno Kabupaten
Jombang. (Program Studi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Pemkab Jombang, 2014),
hlm. 122.
• Ulinuha, F.E. Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Di Unit Rawat Jalan
Rumah Sakit Permata Medika Semarang. (Semarang: Jurnal Keperawatan, 2014),
hlm. 2
• Mote, Frederik. Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap. Pelayanan
Publik di Puskesmas Ngesrep Semarang. (Tesis. Universitas Diponegoro Semarang,
Thank you

Anda mungkin juga menyukai