DISUSUN OLEH:
Mualifatus Zulfa
E-Mail : zulfaae54@gmail.com
ABSTRAK
Rumah sakit dituntut memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan merata kepada
seluruh pasien tanpa melihat status sosial dan ekonomi. Tapi masih terdapat perbedaan
pelayanan antara pasien pengguna BPJS dan pasien umum, tidak sedikit pasien pengguna BPJS
dinomorduakan oleh pihak layanan kesehatan. Suatu pelayanan dikatakan berkualitas oleh pasien
jika jasa yang diberikan sesuai dengan harapan. Terdapat perbedaan pelayanan yang signifikan
antara pasien yang menggunakan BPJS dan umum, perbedaan kepuasan antara pengguna BPJS
dan umum, seta serta adanya perbedaan reliability / keandalan perawat terhadap pasien pengguna
BPJS dan pasien umum.
Latar belakang
Banyak kasus yang ditemukan di lapangan bahwa pasien BPJS dinomorduakan oleh
pihak layanan kesehatan daripada pasien umum. Khususnya pasien dan keluarganya yang terkait
dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter maupun tempat pelayanan kesehatan, baik
puskesmas dan tempat dokter praktek yang melayani pasien BPJS maupun Rumah Sakit.
Pada prinsipnya seluruh rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta merupakan badan
usaha kesehatan yang menjalankan pelayanan dengan prinsip keuntungan. Yang dimana dengan
memakai citra program pemerintah itu adalah 'gratis', seolah pemerintah itu dermawan bila
menyelenggarakan program tersebut. Namun dalam menjalankan pelayanannya, pihak rumah
sakit masih terikat dengan berbagai aturan yang ketat yang disebut dengan Kode Etik Profesi
Medis. Jadi dalam hal ini mereka bertujuan tidak hanya serta merta mencari keuntungan semata,
akan tetapi mereka mempunyai prinsip-prinsip kemanusiaan dan cara melayani pasien yang
diwajibkan oleh Negara.
Sebenarnya masalah ini bukan terletak pada manajemen rumah sakitnya, namun terletak
pada petugas medis yang bekerja pada rumah sakit tersebut. Dengan membedakan dalam cara
melayani pasien dan harga tindakan medis bagi pasien umum dan BPJS. Akibatnya membuat
masyarakat untuk tidak menggunakan kartu BPJS sebagai kartu berobat. Sedangkan disini BPJS
kesehatan berperan sebagai penjamin pendanaan atas biaya pasien yang telah terdaftar sebagai
peserta dengan sesuai kelas yang ditetapkan.
Rumusan masalah
Tinjauan pustaka
Kepuasan pasien merupakan sesuatu yang sangat penting bagi penyedia jasa layanan
kesehatan atau rumah sakit. Jika rumah sakit ingin tetap bertahan dalam persaingan global,
rumah sakit milik pemerintah ataupun rumah sakit milik swasta harus semakin bersaing secara
kompetitif . Pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan yang diterapkan, memposisikan
kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu
layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi tidak dapat dipisahkan
dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah
kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan,
2007).
Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan yang timbul setelah seorang pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan dan membandingkan dengan apa yang diharapkan (Pohan,
2007). Mutu atau kualitas sering disetarakan dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan
hasil evaluasi (penilaian) konsumen terhadap berbagai aspek kualitas pelayanan. Penilaian
kualitas dilakukan dengan membandingkan antara harapan dengan kinerja nyata kualitas yang
dirasakan.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan UU yang berlaku tentang pedoman
tatalaksana pelayanan umum.
Pembahasan
Dalam upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan murah yang melalui
kartu BPJS kesehatan, nampaknya belum sepenuhnya diikuti dari beberapa masyarakat. Karena
mereka mendengar dari beberapa pasien BPJS yang sering mengeluh sehingga tidak sangat
memuaskan jika menjadi pasien BPJS kesehatan. Begitu juga pihak manajemen rumah sakit
sampai saat ini merasakan belum sepenuhnya memuaskan. Pada variabel kepuasan pasien
terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien BPJS dengan umum. Pasien BPJS
mempunyai kepuasan yang lebih rendah dibanding yang umum. Hal ini dikarenakan adanya
pelayanan yang tidak efektif dan efisien. Menurut Yuniati (2015) kepuasan pasien merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi penyedia jasa layanan kesehatan atau rumah sakit. Jika rumah
sakit ingin tetap bertahan dalam persaingan global, rumah sakit milik pemerintah ataupun
rumah sakit milik swasta harus semakin bersaing secara kompetitif guna meningkatkan
kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Trisnawati (2015),
menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kepuasan responden
pada masa Askes dan JKN. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien
umum lebih baik dibandingkan dengan tingkat kepuasan pasien BPJS.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien BPJS dan pasien
umum tentang mutu pelayanan keperawatan (keandalan / reliability) dengan mean rank pada
pasien umum lebih tinggi dari pada pasien BPJS sehingga dapat disimpulkan tingkat kepuasan
pasien umum tentang karateristik jaminan lebih baik dari pada pasien BPJS. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwin (2012) tentang hubungan dimensi
mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien yang menyatakan kehandalan perawat sangat
mempunyai pengaruh signifikan dengan tingkat kepuasan.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan kualitas pelayanan kesehatan antara
pengguna BPJS dan umum sehingga dapat memengaruhi kepuasan pasien dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien BPJS
dan pasien umum tentang mutu pelayanan keperawatan dalam hal reliability / keandalan, pasien
BPJS merasakan dimensi reliability yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien umum.
Daftar pustaka
Pertiwi, Aisah Ayu Nur ( 2017 ). Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan Pada Pasien
BPJS Dan Pasien Umum Kepada Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan RSUD Kota Surakarta.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fitriayanah, Ema, dkk ( 2017 ). Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Dan Pasien
Umum Tentang Mutu Pelayanan Keperawatan Unit Rawat Inap Kelas 3 RSUD Dr. H Soewondo
Kendal. Semarang : STIKES Telogorejo Semarang
Kurniawan, Yudo, dkk ( 2015 ). Analisis Perbedaan Pelayanan Kesehatan Pada Pasien
BPJS Dan Pasien Umum. Untag : Surabaya
https://www.kompasiana.com/amp/fajarqolbylaily1205/5b554c5c6ddcae5395780197/
ketidakadilan-layanan-kesehatan
Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi
kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga apabila pasien merasa
puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihan nya.
Berdasarkan artikel di atas maka, disini penentuan variable yang saya temukan adalah :
Ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Pada variabel kepuasan
pasien terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien BPJS dengan umum. Pasien BPJS
mempunyai kepuasan yang lebih rendah dibanding yang umum. Hal ini dikarenakan adanya
pelayanan yang tidak efektif dan efisien.
TEORI
Terdapat teori-teori menurut para ahli yang mengemukakan tentang kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan. Ada beberapa teori, yaitu :
1. Pohan, 2013 Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diharapkannya.
2. Hafizurrachman, 2004 Kepuasan pasien adalah memberikan informasi terhadap
suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang
mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang
dikehendaki.
3. Ilyas, 1999 Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen yakni
beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaanya terhadap pelayanan yang pernah
dirasakan, oleh karena itu prilaku konsumen dapat juga diartikan sebagai model
perilaku pembeli.
4. Kusumapraja, 1997 Kepuasan pasien merupakan evaluasi purna beli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampau harapan pasien.
Dengan demikian kepuasan timbul apabila evaluasi yang diharapkan
menunjukkan bahwa alternatif yang diambil lebih rendah dari harapan.
5. Kotler (2007) Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan
harapannya.
6. Gerson (2004) Kepuasan pasien adalah persepsi pasien bahwa harapannya telah
terpenuhi atau terlampaui.
7. Nurachmah (2005) kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi paska
konsumsi bahwa suatu produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi
harapan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam
memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi.
PENYELESAIAN MASALAH
Perawat merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
mereka harus memiliki pengetahuan terkini tentang lingkup layanan kesehatan dan
masalah dalam keperawatan serta tren yang sedang berkembang. Dengan begitu perawat
terlibat aktif dalam restrukturisasi dan ikut memaksimalkan sistem pemberian layanan
kesehatan serta menjalankan kode etik keperawatan dan memberikan asuhan
keperawatan. Kita sebagai seorang tenaga kesehatan terutama perawat tidak boleh
membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan mengacu kepada
status ekonomi dan jaminan kesehatan yang dimiliki oleh pasien.
Wajib hukumnya seorang perawat harus mampu memberikan kasih sayang
kepada seluruh pasien tanpa membeda-bedakan. Seorang perawat harus menjalankan
tugas utamanya dalam merawat pasien dengan sepenuh hati, baik saat menerima pasien,
melakukan keperawatan hingga berpisah dengan pasien.
Di negara lain, mereka lebih memprioritaskan kesehatan pasiennya dari segi
pengobatan daripada biaya. Sedangkan yang kita temui dilingkungan kita banyak rumah
sakit yang tidak memprioritaskan kesehatan pasien terlebih dahulu. Selain itu, pada
pelayanan kesehatan juga terjadi perbedaan kasta dimana pasien dengan ekonomi tinggi
di prioritaskan dibandingkan ekonomi rendah padahal kebutuhan mereka sama, mereka
sama sama masyarakat yang membutuhkan pengobatan, sama sama ingin sembuh hanya
karna perbedaan kasta mereka dibedakan padahal kebutuhan mereka sama.
Terdapat lima nilai profesionalisme sebagai identitas bagi perawat dan dapat
mencerminkan perawat yang profesional menurut American Association of Colleges of
Nursing (AACN, 2008), yaitu altruism, autonomy, human dignity, integrity, dan social
justice.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut terdapat pengertian, contoh penerapan, dan
tujuan yang berbeda-beda di setiap nilainya. Maka dari itu, penting bagi perawat untuk
menanamkan dan mengembangkan setiap nilai-nilai profesionalisme dalam memberikan
asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas. Perawat juga dapat menunjukkan kepada
masyarakat bahwa stigma negatif dan kesalahpahamannya mengenai profesi perawat
tidak benar, dengan cara menerapkan nilai-nilai profesionalisme yang baik dan benar.
Apabila setiap perawat berhasil dan konsisten dalam menerapkan nilai-nilai ini, maka
perlahan stigma negatif dan kesalahpahaman dari masyarakat akan hilang dan digantikan
dengan komentar positif dari masyarakat mengenai profesi perawat.
Kemudian kita sebagai seorang perawat harus memastikan apakah pasien yang
kita layani benar-benatr puas dengan pelayanan yang kita berikan dengan cara mengukur
kepuasan daripada pasien tersebut. Kepuasan pasien merupakan cerminan kualitas
pelayanan. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan. Mutu pelayanan yang baik tidak hanya diukur dari kemewahan fasilitas,
kelengkapan teknologi dan penampilan fisik akan tetapi dari sikap dan perilaku
karyawan harus mencerminkan profesionalisme dan mempunyai komitmen tinggi.
Pasien harus puas dalam semua hal tersebut. Kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan dapat diukur dengan menggunakan dimensi kualitas pelayanan kesehatan
WHO yang terdiri atas 6 dimensi
yaitu effective (efektif), efficient (efisien), accessible (dapat diakses), patient-
centred (berfokus pada pasien), equitable (adil), dan safe (aman).