Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS serta adanya pengaruh antara variabel

PELAYANAN PADA keselamatan pasien, efektivitas dan


PASIEN BPJS DAN PASIEN UMUM efisiensi,
TERHADAP KEPUASAN
PASIEN DI RAWAT JALAN RSUD dan berorietasi pada pasien terhadap
KOTA SURAKARTA kepuasan pasien. Dari hasil persamaan
tersebut

Aisah Ayu Nur Pertiwi diketahui bahwa ketiga variabel independen


yaitu keselamatan pasien, efektivitas dan
Program Studi Magister Manajemen, efisiensi, dan pelayanan berorientasi pada
Universitas Muhammadiyah Surakarta pasien berpengaruh positif terhadap
Jl. Ahmad Yani, Pabelan Surakarta 57102 kepuasan
Email: aisahnurse313@gmail.com konsumen. Artinya jika keselamatan pasien,
efektivitas dan effisiensi, dan pelayanan

Abstrak berorientasi pada pasien, maka kepuasan


pasien semakin tinggi.
Tujuan penelitian adalah mengetahui
perbedaan kualitas pelayanan berdasarkan Kata kunci: BPJS, berorientasi pada pasien,
keselamatan pasien, kepuasan pasien
keselamatan pasien, efektivitas dan
efisiensi, dan berorietasi pada pasien, serta Abstract
kepuasan
The purpose of this study was to determine
pasien antara pasien yang menggunakan differences in the quality of service based
BPJS dan umum. Penelitian dilakukan on
sebanyak patient safety, effectiveness and efficiency,
60 responden yang terdiri dari 30 pasien and patient centeredness, as well as patient
BPJS dan 30 pasien umum di rawat jalan satisfaction between patients using BPJS
RSUD and general. The study was conducted as
Kota Surakarta. Analisis data yang many
digunakan adalah uji independent t-test as 60 respondents consisted of 30 patients
kemudian BPJS and 30 general patients Rawat jalan
dianalisis pengaruh antara variabel Hospital Surakarta. Analysis of the data
independen terhadap dependen used is the independent t-test and analyzed
menggunakan analisis the influence of the independent variable on
the dependent using multiple regression
regresi berganda. Hasil penelitian analysis. The study says there are
menyebutkan adanya perbedaan yang significant differences of quality of service
signifikan kualitas based
pelayanan berdasarkan keselamatan pasien, on patients safety, effective and efficiency,
efektivitas dan efisiensi, dan berorietasi and patient centeredness, as well as patient
satisfaction between patients using BPJS
pada pasien, serta kepuasan pasien antara and general, as well as the influence of
pasien yang menggunakan BPJS dan variable
umum, patient safety, effectiveness and efficiency,
and patient centeredness to client
satisfaction.
Forming that the three independent BPJS Kesehatan. Pada awal 2014, PT.
variables are patient safety, effectiveness Askes
and menjadi BPJS Kesehatan. BPJS diharapkan
efficiency, and patient centeredness have mampu memberikan pelayanan kesehatan
positive effect on customer satisfaction. kepada masyarakat lebih baik lagi dari
This tingkat
means that if patient safety, effectiveness awal hingga pelayanan paripurna (Putri,
and efficiensi and patient centeredness, the 2014).
higher patient satisfaction.
Namun, masih banyak persoalan yang
Key word: BPJS, patients satisfaction, terjadi di rumah sakit terkait dengan
safety, patient centeredness pelayanan
pasien yang menggunakan BPJS. Persoalan
pertama BPJS Kesehatan sudah muncul
sejak
Pendahuluan proses aktivasi kartu. BPJS menerapkan
aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru
Sakit merupakan hal yang tidak bisa
pernah aktif sepekan setelah pendaftaran diterima.
diinginkan seseorang. Pengeluaran tidak Padahal sakit menimpa tanpa terduga dan
terduga terkait dengan seseorang yang tak
terkena mungkin bisa ditunda. Selanjutnya, rujukan
penyakit, ataupun mengalami suatu lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS
kejadian Kesehatan juga terbatas dan tidak fleksibel
yang tak terduga seperti kecelakaan harus
mengeluarkan biaya untuk datang ke Menurut Pratiwi et al. (2014) kepuasan
fasilitas merupakan hasil evaluasi (penilaian)
kesehatan. konsumen terhadap berbagai aspek kualitas
pelayanan. Menyatakan kualitas pelayanan
Tingginya biaya kesehatan semakin harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan
menyulitkan masyarakat untuk memperoleh berakhir pada persepsi konsumen (Tjiptono
layanan kesehatan. Salah satu metode yang dan Chandra, 2011). Kepuasan pasien atau
dapat digunakan dalam meringankan beban peserta asuransi merupakan salah satu
pembiayaan kesehatan dengan faktor yang dapat digunakan sebagai acuan
menggunakan
asuransi. Upaya telah dilakukan pemerintah dalam menentukan keberhasilan progam
dalam memberikan jaminan kesehatan pelayanan. Hal ini berarti kualitas yang baik
untuk dari suatu layanan bukan berdasar pada
masyarakat seperti adanya Jaminan persepsi penyedia jasa, tapi berdasarkan
Kesehatan pada
Nasional (JKN). Berdasarkan undang- persepsi konsumen karena konsumenlah
undang yang
nomor 24 tahun 2011, Badan menikmati pelayanan yang diberikan oleh
Penyelenggara perusahaan (Trisnawati, 2015).
Jaminan Sosial (BPJS) akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada Menurut Wijono (dalam Safrudin, 2012)
di Indonesia yaitu lembaga asuransi pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
jaminan menggunakan strategi utama persaingan
kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi perusahaan yaitu berorientasi pada
kepuasan
pasien akan mampu bertahan di tengah
persaingan global yang semakin kuat. Baik pada dimensi reliability (keandalan) dengan
secara subjektif maupun ojektif dimensi skor gap 0,62.
mutu diukur dengan enam dimensi yaitu
safety, effective, effisiency, timeliness, Berbagai masalah yang dipaparkan,
patient seperti berlakunya rujukan berjenjang dan
centeredness, dan equity (Cahyono, 2008). pembatasan diagnosis tertentu terhadap
Penelitian hanya mengambil variabel safety, pasien yang menggunakan BPJS untuk
effective dan effisiency menjadi satu berobat di RSUD Kota Surakarta, tuntutan
kesatuan, rumah sakit meningkatkan kualitas
serta patient centeredness. pelayanan,
serta mengutamakan kepuasan pasien dalam
Rumah sakit dituntut terakreditasi dan memberikan pelayanan, maka penelitian ini
berstandar internasional, maka akreditasi mengambil judul Analisis Perbedaan
JCI (Joint Commision International) Kualitas
memiliki standar bahwa keselamatan pasien Pelayanan pada Pasien BPJS dan Pasien
dan peningkatan mutu merupakan tonggak Umum Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat
akreditasi internasional tersebut. Di Jalan RSUD Kota Surakarta.
samping
itu menurut peraturan presiden nomor 12 Tujuan penulisan ini adalah (1) Untuk
Tahun 2013 pasal 42 menyebutkan bahwa mengetahui tingkat perbedaan pelayanan
pelaksanaan pelayanan kesehatan pada berdasarkan dimensi safety (keselamatan
peserta JKN harus memperhatikan mutu pasien) pada pasien yang menggunakan
pelayanan dan berorientasi pada keamanan BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota
pasien, efektivitas pelayanan, kesesuaian Surakarta, (2) Untuk mengetahui tingkat
dengan kebutuhan pasien, dan efisiensi perbedaan pelayanan berdasarkan dimensi
biaya. effective and efficiency (efektivitas dan
effisiensi) pada pasien yang menggunakan
Menurut Trisnawati (2015), terdapat BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota
perbedaan bermakna antara harapan dan Surakarta, (3) Untuk mengetahui tingkat
persepsi responden pada masing-masing perbedaan pelayanan berdasarkan dimensi
dimensi pada masa pelaksanaan Askes dan patient centeredness (berorientasi pada
JKN dengan nilai sig 0,000 (CI 95%). Gap pasien) pada pasien yang menggunakan
terbesar pada masa Askes terdapat pada BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota
dimensi reliability (keandalan) dengan skor Surakarta, (4) Untuk untuk mengetahui
gap yaitu -0,87 dan gap terbesar pada masa tingkat perbedaan kepuasan pasien pada
JKN juga terdapat pada dimensi reliability pasien yang menggunakan BPJS dan umum
(keandalan) dengan skor gap -1,49. Selain di rawat jalan RSUD Kota Surakarta, dan
itu, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa (5) Untuk mengetahui pengaruh
terdapat perbedaan bermakna antara keselamatan
kepuasan pasien, efektivitas and efficiensi, pelayanan
responden pada masa Askes dan JKN
dengan berorientasi pada pasien terhadap kepuasan
nilai sig 0,004 (CI 95%). Perbedaan nilai pasien BPJS dan umum di rawat jalan
gap RSUD
kepuasan pada masa Askes dan JKN Kota Surakarta.
terbesar
Tinjuan Pustaka
1. Kepuasan Pasien (Cahyono, 2008).
Kepuasan pasien merupakan sesuatu
yang sangat penting bagi penyedia jasa Kemauan atau keinginan pasien dan
layanan kesehatan atau rumah sakit. Jika masyarakat dapat diketahui melalui survei
rumah sakit ingin tetap bertahan dalam kepuasan pasien. Pengalaman membuktikan
persaingan global, rumah sakit milik bahwa transformasi ekonomi pasti akan
pemerintah ataupun rumah sakit milik mengubah keinginan dan kebutuhan
swasta masyarakat terhadap layanan kesehatan.
harus semakin bersaing secara kompetitif Survei kepuasan pasien menjadi penting
dan perlu dilakukan bersamaan dengan
guna meningkakan kepuasan pelanggan pengukuran dimensi mutu layanan
(Yuniarti, 2015). kesehatan
yang lain (Pohan, 2007).
Pendekatan jaminan mutu layanan
kesehatan yang diterapkan, memposisikan 2. Kualitas Pelayanan
kepuasan pasien menjadi bagian yang Menurut Wijono (dalam Safrudin, 2012)
integral
dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas
layanan kesehatan. Artinya, pengukuran dengan
tingkat kepuasan pasien menjadi tidak dapat
dipisahkan dari pengukuran mutu layanan
kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang
demikian adalah kepuasan pasien menjadi menggunakan strategi utama persaingan
salah satu dimensi mutu layanan kesehatan perusahaan yaitu berorientasi pada
yang penting (Pohan, 2007). kepuasan
pasien akan mampu bertahan di tengah
Kepuasan pasien adalah tingkat persaingan global yang semakin kuat
perasaan yang timbul setelah seorang pasien (Trisnaeni, 2014).
mendapatkan pelayanan kesehatan dan
membandingkan dengan apa yang Mutu merupakan sebuah kata yang
diharapkan penting bagi penyedia jasa yaitu suatu
(Pohan, 2007). Mutu atau kualitas sering tindakan yang harus dikerjakan dengan
disetarakan dengan kepuasan pelanggan. baik.
Kepuasan merupakan hasil evaluasi Aplikasi mutu sebagai sifat dari penampilan
(penilaian) konsumen terhadap berbagai produk atau kinerja merupakan bagian
aspek kualitas pelayanan. Penilaian kualitas utama
dilakukan dengan membandingkan antara strategi perusahaan dalam rangka meraih
harapan dengan kinerja nyata kualitas yang keunggulan yang berkesinambungan, baik
dirasakan. Semakin kecil kesenjangan sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai
antara strategi untuk terus tumbuh (Kotler, 2009).
harapan dengan kualitas yang dirasakan,
maka Menurut Zeithaml dan Bitner (dalam
akan semakin tinggi kepuasan. Sebaliknya, Pratiwi 2014), untuk mengetahui konsep
semakin lebar kesenjangan harapan dengan dari
kinerja kualitas, maka tingkat kepuasan pun kualitas pelayanan menyebutkan bahwa
akan semakin rendah (Kotler dan Keller, mutu
2007). Dapat diartikan bahwa pelanggan pelayanan yang diterima konsumen
puas dinyatakan
apabila yang diterima lebih besar daripada dalam ukuran besarnya ketidaksesuaian
yang diharapkan (perceived>expected)
antara harapan dan keinginan dengan kualitas pelayanan dan meningkatkan
tingkat kepuasan pasien (Glowacki, 2015).
persepsi mereka terhadap pelayanan yang
akan Keselamatan pasien memiliki
diperoleh. Persepsi dari kualitas pelayanan dampak yang langsung dapat dirasakan
selanjutnya diinterpretasikan pada oleh pasien akibat dari pelayanan rumah
perbedaan sakit. Pelayanan yang bermutu sudah
antara persepsi mutu pelayanan dan harapan pasti tidak akan mencederai pasien dan
yang akan diterima oleh konsumen. sudah pasti aman. Sebaliknya layanan
yang aman belum tentu bermutu, belum
Mutu pelayanan merupakan suatu tentu bebas dari kesalahan. Menurut
indikator pelayanan kesehatan yang IOM, keselamatan pasien didefinisikan
menjadi sebagai layanan yang tidak menciderai
salah satu indikator penentu citra institusi atau merugikan pasien (safety is defined
pelayanan kesehatan di masyarakat. as freedom from accidental injury)
Kualitas (Cahyono, 2008).
RS dijadikan sebagai jasa kesehatan pada
kualitas pelayanan medis dan keperawatan b.
yang diberikan kepada pasien dengan Effective and Efficiency atau
menggunakan strategi kegiatan jaminan Efektifitas dan Efisiensi (X2).
mutu. Secara teknis, definisi efektif lebih
mudah dipahami bila dikaitan dengan
Baik secara subjektif maupun objektif
penerapan klinis, yaitu efektivitas klinis.
dimensi mutu diukur dengan enam dimensi:
Uji klinis randomisasi (randomized
a. controlled trial, RCT) adalah kunci
Safety atau Keselamatan Pasien (X1)
Menurut Permenkes No. 1691 penelitian efektivitas klinis. Jadi,
tentang Keselamatan Pasien Rumah pengertian efektif di sini identik dengan
Sakit menyebutkan bahwa keselamatan
pasien merupakan suatu sistem di mana standar yang telah ditentukan atau standar
rumah sakit membuat asuhan pasien terkini. Standar yang dianggap benar
dan terkini adalah hasil penelitian yang
dengan aman yang meliputi identifikasi,
bersifat RCT (paling baik) (Cahyono,
assasmen risiko, dan pengelolaan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pasien, 2008).
pelaporan dan analisis insiden, kemampan
belajar dari insiden, dan implementasi Peter F. Drucker, seorang pakar dalam
untuk meminimalkan terjadinya risiko manajemen modern memberikan arti kata
efisien, yakni mengerjakan pekerjaan
dan mencegah cidera yang disebabkan dengan benar (doing things right). Sistem
oleh suatu tindakan. pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih
efisien. Pelayanan yang efisien berarti
Keselamatan pasien adalah bagian menghindari segala pemborosan dalam
dari mutu. Fokus perbaikan pelayanan penyediaan alat, mengurangi masa rawat
manajemen penanganan pengurangan inap, serta mengurangi pemeriksaan
rasa sakit pada pasien merupakan suatu diagnostik dan terapi yang tidak perlu
implikasi tindakan guna memperbaiki (Cahyono, 2008).
Kesembuhan pasien tidak hanya
bergantung pada kebenaran diagnosis saja,
melainkan juga tergantung pada hal lain
Pasien sering dibingungkan dalam seperti kepercayaaan. Era sudah berubah,
praktik keseharian di rumah sakit karena
terdapat berbagai variasi pelayanan. Di pasien dan keluarga semakin pandai dan
rumah sakit yang sama dan kelas yang lebih mengerti haknya. Mereka ingin
sama, namun dengan dokter bedah yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
berbeda, operasi apendiktomi misalnya Pola hubungan ini dikenal dengan nama
bisa berbeda baik dari sisi perawatan, obat partnership atau shared decision making.
yang digunakan, dan tarif jasa medis pun
bisa berbeda. Hal ini terjadi karena tidak Metode
adanya standardisasi dalam pelayanan
yang diberikan. Penelitian ini memakai jenis rancangan
yang digunakan adalah survey yang bersifat
c. deskriptif. Jenis penelitian causal
Patient centeredness atau comparative
Berorientasi pada Pasien (X3) research atau case control study. Sampel
Pelayanan yang berfokus pada pasien responden mengambil seluruh sampel
bukan konsep yang baru, tetapi nilainilai pasien
ini telah diabaikan oleh para dokter. umum sebanyak 30 orang yang ditemui di
Kecenderungan yang terjadi saat ini rawat jalan RSUD Surakarta dan sebagian
berorientasi pada teknologi (technology dari pasien BPJS di rawat jalan RSUD
centered), berpusat pada dokter (doctor Surakarta sebanyak 30 orang setelah
centered), berpusat pada rumah sakit diseleksi
(hospital centered), dan berpusat pada responden sesuai dengan tujuan dan
penyakit (disease centered). Nilainilai masalah
pasien seperti harapan, perasaan, yang diteliti pada waktu yang telah
keinginan, dan kecemasan yang muncul ditentukan
selama interaksi pasien dengan dokter yang diseleksi menggunakan kriteria inklusi
sering diabaikan. Ketidakpuasan, tuntutan dan eksklusi.
malpraktik, dan cedera medis terjadi
sebagai akibat pelayanan yang tidak Variabel bebas (independen) dalam
berfokus pada pasien. Pelayanan yang penelitian ini adalah keselamatan pasien
berfokus pada pasien bertujuan untuk (X1),
menciptakan hubungan dokter-pasien effective and efficiency (X2), berorientasi
lebih seimbang (Cahyono, 2008). pada pasien (X3). Variabel terikat
(dependen)
Perawatan yang berfokus pada dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien
pasien merupakan harapan di lingkungan (Y). Teknik analisis pada penelitian ini
pelayanan pada saat ini. Pasien yang menggunakan uji t-test membandingkan
ditempatkan sebagai kelompok perbedaan kualitas pelayanan dan kepuasan
pertama dalam sistem kesehatan untuk pasien antara pasien BPJS dan umum
mengoptimalkan kualitas dan keamanan kemudian
pelayanan. Prinsip-prinsip pelayanan menganalisis adanya pengaruh dimensi
yang berpusat pada pasien memberikan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
rasa aman, efektif, efisien, tepat waktu, pasien
dan perawatan yang adil (Ricards & menggunakan analisis regresi linier
Adam, 2015). berganda
dan koefisiensi regresi serta uji asumsi kelompok BPJS dengan kelopok umum
klasik secara signifikan. Nilai mean pelayanan
Multikolinieritas, Heteroskedastisitas, dan berorientasi pada pasien BPJS sebesar
Normalitas dengan menggunakan SPSS 16,13
versi lebih rendah dari nilai mean pasien umum
(17,87) dan mempunyai nilai
23. (p=0.013<0.05),
Hasil Dan Pembahasan ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara pasien BPJS dengan
Penelitian menggunakan 60 responden umum
yang terdiri atas 30 pasien BPJS dan pasien pada pelayanan yang berorientasi pada
umum. Responden wanita sebanyak 34 pasien.
pasien Terdapat perbedaan yang signifikan antara
yang terdiri atas 16 (47,06%) pasien BPJS pasien BPJS dengan umum, hal ini terlihat
dan 18 (52,94%) pasien umum. Responden pada nilai mean kepuasan pasien umum
laki-laki sebanyak 26 pasien terdiri atas 14 lebih
(53,85%) pasien BPJS dan 12 (46,15%) tinggi (20,50) dibanding pasien BPJS
pasien umum. Umur responden sebagian (17,19).
besar antara 31-60 tahun sebanyak 28 orang Setelah diuji dengan independent t-test,
yang terdiri atas 14 (50%) pasien BPJS dan data diolah kembali menggunakan analisis
14 regresi linier berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel x terhadap y.
Tabel 1. Analisis Regresi Berganda
Model
118 Unstandardized
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan Coefficients
pada Pasien BPJS dan Standardized
Pasien Umum .. (113-121) Coefficients
(50%) Umum. Distribusi pekerjaan t Sig.B Std. Error Beta
responden 1 (Constant) 4.887 2.276 2.147 0.036
yang menggunakan BPJS sebagian besar Keselamatan pasien 0.202 0.107 0.200
adalah PNS/TNI/POLRI dan swasta 61,5%. 1.888 0.064
Pasien umum sebagian besar adalah pelajar/ Efektivitas dan Efisiensi 0.406 0.094 0.467
mahasiswa sebanyak 10 orang (83,3%). 4.318 0.000
Berdasarkan uji beda, terlihat bahwa Berorientasi pada Pasien 0.237 0.094 0.254
variabel keselamatan pasien untuk 2.511 0.015
kelompok Sumber: Output SPSS 23, 2016.
BPJS mempunyai nilai mean sebesar 16,77 Berdasarkan hasil analisis seperti yang
lebih rendah dibanding keselamatan pasien terlihat pada tabel 1 tersebut dapat dibuat
umum dengan nilai (p=0.045<0.05) yang persamaan regresinya sebagai berikut:
berarti ada perbedaan yang signifikan antara Y = 4,887 + 0,202 X1 + 0,406 X2 + 0,237
keselamatan pasien BPJS dengan X3
keselamatan 1. Nilai koefisien regresi untuk variabel
pasien umum. Nilai mean efektivitas dan keselamatan pasien (X1) sebesar positif
efisiensi pelayanan kelompok BPJS 0,202 berarti bahwa setiap kenaikan
diperoleh variabel keselamatan pasien (X1) akan
sebesar 15,90 lebih rendah dibanding umum menaikan kepuasan pasien.
yaitu 18,07 dengan (p=0.038<0.05) yang 2. Nilai koefisien regresi untuk variabel
berarti terdapat perbedaan yang signifikan efektivitas dan efisiensi (X2) sebesar
antara efektivitas dan efisiensi pelayanan positif 0,406 berarti bahwa setiap
kenaikan variabel efektivitas dan efisiensi yaitu 18,07 dengan (p=0.038<0.05) yang
(X2) akan menaikkan kepuasan pasien. berarti terdapat perbedaan yang signifikan
3. Nilai koefisien regresi untuk variabel antara efektivitas dan efisiensi pelayanan
pelayanan berorientasi pada pasien (X3) kelompok BPJS dengan kelopok umum
sebesar positif 0,237 berarti bahwa setiap secara signifikan. Nilai mean pelayanan
kenaikan variabel berorientasi pada berorientasi pada pasien BPJS sebesar
pasien (X3) akan menaikkan kepuasan 16,13
pasien. lebih rendah dari nilai mean pasien umum
Dari hasil persamaan tersebut diketahui (17,87) dan mempunyai nilai
bahwa ketiga variabel independen yaitu (p=0.013<0.05),
keselamatan pasien, efektivitas dan ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
efisiensi, signifikan antara pasien BPJS dengan
dan pelayanan berorientasi pada pasien umum
berpengaruh positif terhadap kepuasan pada pelayanan yang berorientasi pada
konsumen. Artinya jika keselamatan pasien, pasien.
efektivitas dan efficiensi, dan pelayanan Terdapat perbedaan yang signifikan antara
berorientasi pada pasien, maka kepuasan pasien BPJS dengan umum, hal ini terlihat
pasien semakin tinggi. pada nilai mean kepuasan pasien umum
a. Perbedaan pelayanan dimensi lebih
keselamatan pasien pada pasien yang tinggi (20,50) dibanding pasien BPJS
menggunakan BPJS dan umum. (17,19).
Berdasarkan hasil uji independen t-tes Setelah diuji dengan independent t-test,
yang telah dilakukan, ada perbedaan data diolah kembali menggunakan analisis
yang signifikan antara keselamatan regresi linier berganda untuk mengetahui
pasien pasien BPJS dengan keselamatan pengaruh variabel x terhadap y.
pasien umum. Berarti pada pasien BPJS Tabel 1. Analisis Regresi Berganda
dan umum terdapat pelayanan yang Model
berbeda yang berakibat pada kepuasan Unstandardized
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan Coefficients
pada Pasien BPJS dan Standardized
Pasien Umum .. (113-121) Coefficients
(50%) Umum. Distribusi pekerjaan t Sig.B Std. Error Beta
responden 1 (Constant) 4.887 2.276 2.147 0.036
yang menggunakan BPJS sebagian besar Keselamatan pasien 0.202 0.107 0.200
adalah PNS/TNI/POLRI dan swasta 61,5%. 1.888 0.064
Pasien umum sebagian besar adalah pelajar/ Efektivitas dan Efisiensi 0.406 0.094 0.467
mahasiswa sebanyak 10 orang (83,3%). 4.318 0.000
Berdasarkan uji beda, terlihat bahwa Berorientasi pada Pasien 0.237 0.094 0.254
variabel keselamatan pasien untuk 2.511 0.015
kelompok Sumber: Output SPSS 23, 2016.
BPJS mempunyai nilai mean sebesar 16,77 Berdasarkan hasil analisis seperti yang
lebih rendah dibanding keselamatan pasien terlihat pada tabel 1 tersebut dapat dibuat
umum dengan nilai (p=0.045<0.05) yang persamaan regresinya sebagai berikut:
berarti ada perbedaan yang signifikan antara Y = 4,887 + 0,202 X1 + 0,406 X2 + 0,237
keselamatan pasien BPJS dengan X3
keselamatan 1. Nilai koefisien regresi untuk variabel
pasien umum. Nilai mean efektivitas dan keselamatan pasien (X1) sebesar positif
efisiensi pelayanan kelompok BPJS 0,202 berarti bahwa setiap kenaikan
diperoleh variabel keselamatan pasien (X1) akan
sebesar 15,90 lebih rendah dibanding umum menaikan kepuasan pasien.
2. Nilai koefisien regresi untuk variabel pelayanan pada pasien (Cahyono, 2008).
efektivitas dan efisiensi (X2) sebesar b. Perbedaan pelayanan dimensi efektivitas
positif 0,406 berarti bahwa setiap and efisiensi pelayanan pada pasien
kenaikan variabel efektivitas dan efisiensi yang menggunakan BPJS dan umum.
(X2) akan menaikkan kepuasan pasien. Hasil penelitian diperoleh nilai rerata
3. Nilai koefisien regresi untuk variabel pada variabel pelayanan untuk BPJS
pelayanan berorientasi pada pasien (X3) mempunyai nilai yang lebih rendah
sebesar positif 0,237 berarti bahwa setiap dibanding dengan umum. Nilai mean
kenaikan variabel berorientasi pada efektivitas dan efisiensi kelompok BPJS
pasien (X3) akan menaikkan kepuasan diperoleh sebesar 15,90 lebih rendah
pasien. dibanding umum yaitu 18,07 yang berarti
Dari hasil persamaan tersebut diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara
bahwa ketiga variabel independen yaitu efektivitas dan efisiensi kelompok BPJS
keselamatan pasien, efektivitas dan dengan kelompok umum. Hal ini berarti
efisiensi, pelayanan BPJS kurang efektif dan d.
dan pelayanan berorientasi pada pasien efisien. Selain itu, dikarenakan adanya
berpengaruh positif terhadap kepuasan rujukan lembaga jasa kesehatan yang
konsumen. Artinya jika keselamatan pasien, ditunjuk BPJS Kesehatan juga terbatas
efektivitas dan efficiensi, dan pelayanan dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya
berorientasi pada pasien, maka kepuasan boleh memilih satu fasilitas kesehatan
pasien semakin tinggi. untuk memperoleh rujukan dan tidak bisa
a. Perbedaan pelayanan dimensi ke fasilitas kesehatan lain meski samasama
keselamatan pasien pada pasien yang bekerja sama dengan BPJS.
menggunakan BPJS dan umum. c. Perbedaan pelayanan yang berorientasi
Berdasarkan hasil uji independen t-tes pada pasien pada pasien yang
yang telah dilakukan, ada perbedaan menggunakan BPJS dan umum.
yang signifikan antara keselamatan Berdasarkan hasil uji independen t-tes
pasien pasien BPJS dengan keselamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
pasien umum. Berarti pada pasien BPJS variabel berorientasi pada pasien
dan umum terdapat pelayanan yang memiliki nilai mean pada pasien BPJS
berbeda yang berakibat pada kepuasan sebesar 16,13 lebih rendah dari nilai mean

pasien umum (17,87) dan mempunyai


pasien yang berbeda pula. Menurut
Zeithaml dan Bitner (2000), pelayanan nilai (p=0,013<0.05), ini menunjukkan
yang bermutu sudah pasti tidak akan terdapat perbedaan yang signifikan
mencederai pasien dan sudah pasti aman.
Sebaliknya layanan yang aman belum antara pasien BPJS dengan umum pada
tentu bermutu, belum tentu bebas dari berorientasi pada pasien. Menurut
kesalahan. Menurut IOM, keselamatan Satrinegara (2014), pasien jika memasuki
pasien didefinisikan sebagai layanan rumah sakit dengan serangkaian harapan
yang tidak menciderai atau merugikan dan keinginan dan pada kenyataannya
pasien (safety is defined as freedom pengalamannya selama mendapatkan
from accidental injury). Pendekatan pelayanan di rumah sakit lebih baik
keselamatan pasien bertumpu pada tiga seperti apa yang diharapkannya maka dia
hal, yaitu mengurangi dampak cidera akan puas. Kondisi ini rumah sakit harus
(mitigasi), memunculkan kesalahan mengutamakan pihak yang dilayani
atau KTD (agar ada pembelajaran), dan (client oriented), karena pasien adalah
mencegah kesalahan, selain itu harus klien yang terbanyak, maka banyak
efektif dan harus efisien dalam member
sekali manfaat yang dapat diperoleh kepuasan responden pada masa Askes

suatu rumah sakit bila mengutamakan dan JKN dengan nilai signifikasi 0,004
kepuasan pasien. Hasil penelitian
didukung dengan hasil penelitian oleh (CI 95%). Hasil penelitian lain yang
Yuniarti (2015), yang menunjukan hasil mendukung yang dilakukan oleh Sari
dimensi responsiveness atau ketanggapan (2015), Berdasarkan nilai rata-rata pada
terhadap pasien mayoritas responden tingkat kepuasan pasien umum diperoleh
yang menggunakan BPJS mengatakan rerata sebesar 106,14 sedangkan pasien
bahwa pelayanan yang diberikan baik. BPJS diperoleh rerata sebesar 66,62
Hasil analisis dapat disimpulkan ada dengan selisih keduanya sebesar 39,51.
hubungan antara kualitas pelayanan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
rumah sakit pada dimensi responsiveness tingkat kepuasan pasien umum lebih baik
dengan tingkat kepuasan pasien BPJS dibandingkan dengan tingkat kepuasan
selama menjalani perawatan di Ruang pasien BPJS.

Perawatan RSUD Sultan Syarif Mohamad e.


Pengaruh keselamatan, efektivitas and
Alkadrie Kota Pontianak. efisiensi, pelayanan berorientasi pada
Perbedaan kepuasan pasien pada pasien pasien terhadap kepuasan pasien BPJS
yang menggunakan BPJS dan umum. dan umum di rawat jalan RSUD Kota
Pada variabel kepuasan pasien terdapat Surakarta. Pada hasil regresi berganda
diperoleh hasil variable independen
mempengaruhi variabel dependen, dan
perbedaan yang signifikan antara yang paling signifikan adalah efektif
dan efisien, sehingga dapat disimpulkan
pasien BPJS dengan umum. Pasien bahwa pasien BPJS maupun pasien
BPJS mempunyai kepuasan yang lebih umum beranggapan bahwa pelayanan
rendah dibanding yang umum. Hal ini yang terpenting menjadikan kepuasan
dikarenakan adanya pelayanan yang pasien adalah pada pelayanan kesehatan
yaitu mengenai keefektivan dan efisiensi
tidak efektif dan efisien. Menurut yang dilakukan oleh rumah sakit, karena
kualitas rumah sakit dibangun sebagai
Yuniati (2015) kepuasan pasien jasa kesehatan pada kualitas pelayanan
merupakan sesuatu yang sangat penting medis dan keperawatan yang diberikan
bagi penyedia jasa layanan kesehatan kepada pasien dengan menggunakan
atau rumah sakit. Jika rumah sakit strategi kegiatan jaminan mutu (Kartini et
ingin tetap bertahan dalam persaingan
global, rumah sakit milik pemerintah al., 2016). Baik secara subjektif maupun
ataupun rumah sakit milik swasta harus ojektif dimensi mutu diukur dengan enam

semakin bersaing secara kompetitif dimensi yaitu safety, effective, effisiency,


timeliness, patient centeredness, and
equity (Cahyono, 2008).

guna meningkatkan kepuasan pelanggan. Penutup


Hasil penelitian ini didukung dengan
hasil penelitian Trisnawati (2015), Simpulan penelitian ini adalah (1)
menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan kualitas pelayanan
terdapat perbedaan bermakna antara antara
pasien BPJS dengan umum pada dimensi Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008.
keselamatan pasien, (2) terdapat perbedaan Membangun Budaya Keselamatan Pasien
kualitas pelayanan antara pasien BPJS dalam Praktik
dengan Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
umum pada dimensi efektivitas dan
efisiensi Joint Commision International. 2016.
pelayanan, (3) terdapat perbedaan kualitas International Patient Safety Goals. USA:
pelayanan antara pasien BPJS dengan Foundation of
umum Accreditations.
pada dimensi pelayanan yang berorientasi
pada pasien, (4) terdapat perbedaan
kepuasan
pasien antara pasien BPJS dengan umum, Kottler & Keller, and Philip. 2009.
Marketting Management Analysis,
(5) variabel keselamatan, efektivitas dan Planning,
efisiensi, dan pelayanan berorientasi pada Implementations, and Control. Prentice
pasien secara simultan berpengaruh positif Hall.
terhadap kepuasan konsumen, dan (6)
kepuasan pasien dipengaruhi oleh variabel Kurnia. 2008. Analisis Kepuasan. Fisip UI,
Jakarta, Indonesia.
keselamatan pasien, efektivitas dan
efficiensi, _____, Nasution. 2016. Chapter II-Analaisis
Kepuasan Pasien. www.
dan pelayanan berorientasi pada pasien Repository.usu.ac.id.
sebesar 43,40% sedangkan sisanya sebesar Diakses pada tanggal 06 Oktober 2016.

57,60% dipengaruhi oleh faktor lain. Nooria, Widoningsih. 2008. Pengaruh


Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap
Saran yang disampaikan adalah rumah Kepuasan
sakit agar lebih meningkatkan pelayanan dan Loyalitas Pelanggan di RSU Saras
yang Husada Purworejo. Skripsi (Tidak
diberikan baik dari segi pelayanan oleh Diterbitkan).
tenaga Fakultas Psikologi. Universitas
medis maupun kelengkapan sarana prasana Muhammadiyah Surakarta.
yang dimiliki terutama untuk meningkatkan
keefektifan dan efisiensi waktu pelayanan, Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi
dan bagi peneliti yang melakukan penelitian penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka
serupa diharapkan dapat melakukan Cipta.
penelitian
yang lebih kompleks dan luas variabel Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan:
maupun Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
jumlah sampelnya. Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Daftar Pustaka
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Anonim. (2015). Presentase Penduduk Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Miskin Maret 2016 Mencapai 10,86%. Jakarta:
http://bps.go.id. Penerbit Salemba Medika.
Diakses pada tanggal 15 April 2016.
Peraturan Presiden No. 12. Tahun 2013 Naskah Publikasi. Universitas Tanjungura,
pasal 42. Kendali Mutu dan Biaya Pontianak, Indonesia.
penyelenggaraan
Trisnawati, Komang. 2015. Analisis
Jaminan Kesehatan. Jakarta: Presiden kepuasan pasien rawat jalan Pns Pada Masa
Republik Indonesia. Hal: 35. Pelaksanaan
Askes Dan Jkn Di Rsup Dr.sardjito
Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Yogyakarta. Tesis, Universitas Gajah Mada,
Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC. Yogyakarta, Indonesia.

Pratiwi, Kartika Gita. dkk. 2014. Analisis Yuniarti, Siti. 2015. Hubungan Antara
Mutu Pelayanan Rumah Sakit dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit dan
Pengaruhnya Tingkat Kepuasan

Terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit Pasien BPJS di Ruang Perawatan RSUD
Ibu dan Anak (RSIA) Andini di Pekan Sultan Syarif Alkadrie Kota Pontianak.
Baru, Skripsi

Vol. 1 No. 2 hal. 2. tidak dipublikasikan. Universitas


Putri, Asih Eka. 2014. Paham BPJS (Badan Tanjungura, Pontianak, Indonesia.
Penyelenggara Jaminan Sosial). Jakarta:
CV.

Komunitas Pejaten Mediatama.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suhartanto, D. 2001. Kepuasan Pelanggan.


Pengaruhnya terhadap Perilaku Konsumen
di

Industri Perhotelan. Hal 42-47.


Susila & Suryanto. 2015. Metodologi
Penelitian Retrospective/ Ex Post Facto
Case Control

Causal Correlation. Klaten: BOSSSCRIPT.

Tjiptono, F. dan Chandra. 2011. Service,


Quality, and Satisfaction, 3rd ed.
Yogyakarta.

Trisnaeni, Febri. 2014. Hubungan Mutu


Pelayanan dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Selama
Berkunjung di Puskesmas Sungai Durian
Kecamatan Sugai Raya Kabupaten Kubu
Raya.

Anda mungkin juga menyukai