Oleh :
MERI SARMINA
2213101042
JAWABAN :
1. Masyarakat Indonesia Lebih percaya dengan pelayanan kesehatan di luar negeri
dibandingkan pelayanan kesehatan didalam negeri. Apa yang membuat banyak
masyarakat Indonesia justru memilih berobat ke luar negeri?
STRATEGI:
Berikut ini beberapa alasan mengapa orang Indonesia berobat ke luar negeri:
a. Akses informasi lebih mudah
Rumah sakit di luar negeri (terutama Malaysia, Thailand, Singapura)
umumnya responsif dalam menanggapi pertanyaan dari calon pasien.
Bahkan sebelum menjalani pengobatan, mereka bisa mendapatkan
informasi yang lengkap seputar prosedur hingga biaya perawatan.
Beberapa rumah sakit juga menawarkan paket khusus turis yang ingin
berobat, mulai dari transportasi dan akomodasi selama berobat. Inilah
alasan pertama mengapa banyak pasien dari Indonesia yang berobat ke
luar negeri.
b. Fasilitas lengkap dan teknologi mutakhir
Alasan berikutnya adalah, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
sangat besar. Kondisi inilah yang memunculkan rumah sakit untuk
berbagai kalangan kelas ekonomi. Dampaknya, belum semua rumah sakit
memiliki fasilitas yang optimal, terutama yang berada di lokasi terpencil.
Situasi ini berbeda dengan negara yang telah menerapkan konsepmedical
tourism seperti Malaysia dan Thailand. Jumlah rumah sakit yang tidak
begitu banyak memudahkan pemerintah di sana untuk melakukan
pemerataan dari segi pemenuhan fasilitas dan teknologi.
c. Akreditasi Internasional
Banyak rumah sakit di luar negeri yang telah mendapatkan akreditasi
Joint Commission International (JCI) dan International Organization
Standardization (ISO) 9000. Label sertifikasi internasional pada akhirnya
membuat orang lebih percaya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang
ditawarkan oleh rumah sakit atau klinik di luar negeri.
d. Keamanan dan Standar Pelayanan
Negara yang fokus padamedical tourism juga memiliki standar keamanan
dan pelayanan pasien yang ketat. Pelayanan yang diberikan bukan
hanyagood response, tapi juga menyeluruh (komprehensif). Ini karena
mereka terintegrasi dengan baik, sehingga diagnosis yang diberikan oleh
dokter menjadi lebih tepat.
6. Masalah BPJS :
a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non
aktikan tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS
b. BPJS tidak terdaftar
STRATEGI:
a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non aktikan
tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS
Status BPJS Kesehatan seorang peserta dapat menjadi tidak aktif, sehingga tidak
dapat digunakan ketika ingin berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Situasi ini
dapat terjadi karena beberapa 2 hal, yaitu:
1) Terlambat membayar iuran
BPJS Kesehatan menjadi non-aktif dan tidak dapat digunakan jika iuran
per bulannya telat dibayarkan. Berdasarkan Buku Panduan Layanan JKN
KIS, status peserta BPJS Kesehatan menjadi non-aktif sejak tanggal 1
bulan berikutnya ketika peserta terlambat membayar iurannya.
2) Peserta bekerja di perusahaan
a) Jika BPJS Kesehatan ditanggung pemberi kerja, status dapat
menjadi non-aktif ketika peserta tidak lagi bekerja di perusahaan
tersebut. Baik karena mendapatkan pemutusan hubungan kerja
(PHK) maupun mengundurkan diri.
b) Peserta sudah berusia 21 tahun (tidak lagi menjadi tanggungan
orangtua) dan dianggap mampu membayar iuran (peserta
awalnya masuk ke dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI).
b. BPJS tidak terdaftar
BPJS yang tidak terdaftar disebabkan karena adanya NIK KTP elektronik tidak
aktif, selain itu juga dpat disebabkan karena proses pindah alamat pada KTP dan
NIK masih dalam proses perpindahan dalam sistem Dukcapil.
Tugas 2 :
2. QA (Quality Assurance)
yakni bagian dari manajemen mutu yang berfokus pada memberikan keyakinan
bahwa persyaratan kualitas akan dipenuhi. Memiliki tugas sebagai berikut :
Mengidentifikasi masalah secara sistematis dalam merancang kegiatan untuk
mengatasi masalah, melakukan pemantauan tindak lanjut untuk memeriksa bahwa
tidak ada masalah baru yang terjadi, memastikan langkah-langkah perbaikan telah
efektif, dan memberikan perawatan medis jika diperlukan.
Melakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk memastikan pemenuhan kerja
dengan standar kualitas minimum.
Semua tindakan yang dilakukan adalah untuk membangun, melindungi, dan
meningkatkan kualitas (Dawson, 2017).
3. QI (Quality Improvement)
atau Peningkatan Kualitas dengan rincian tugas sebagai berikut :
Menganalisis kinerja dan melakukan upaya sistematis untuk memperbaikinya.
Melakukan tindakan sistematis dan berkelanjutan yang mengarah pada peningkatan
terukur dalam kualitas layanan dan peningkatan jumlah kustomer yang ditargetkan.
Menentukan standar pelayanan, sumber daya, proses produksi, hingga menghasilkan
produk akhir lalu menilai kembali standar-standar itu secara berkala, dan terus
meningkatkan sistem yang mendukung standar-standar itu.
Menerapkan serangkaian teknik untuk studi berkelanjutan dan peningkatan proses
pemberian layanan beserta produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan dari layanan beserta produk tersebut. Ini memiliki tiga elemen
dasar antara lain pengetahuan pelanggan, fokus pada proses pemberian layanan, dan
pendekatan statistik yang bertujuan untuk mengurangi variasi yang tidak banyak
diperlukan dalam proses-proses tersebut (Dawson, 2017).
4. QM (Quality Management)
atau manajemen mutu yang merupakan penerapan sistem dalam mengelola suatu
proses untuk mencapai kepuasan pelanggan maksimum dengan biaya keseluruhan
terendah untuk instansi sambil terus meningkatkan proses. Kegiatan dan fungsi
manajemen yang terlibat dalam penentuan kebijakan mutu dan implementasinya
melalui cara-cara seperti perencanaan kualitas dan jaminan kualitas termasuk
pengendalian mutu. Manajemen mutu mencakup semua kegiatan fungsi manajemen
keseluruhan yang menentukan tujuan dan tanggung jawab kebijakan mutu kemudian
mengimplementasikannya dengan cara seperti perencanaan kualitas, proses kualitas,
kontrol kualitas, penilaian kualitas, dan peningkatan kualitas dalam sistem kualitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu adalah tindakan mengawasi
semua kegiatan dan tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan
yang diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan serta
menerapkan perencanaan dan jaminan kualitas, lalu kontrol kualitas hingga
peningkatan kualitas (Dawson, 2017).