Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MANAJEMEN STRATEGI MUTU LAYANAN DI BIDANG KESEHATAN

Dosen Pengampu: ARIDA OETAMI, dr.M.Kes

Oleh :
MERI SARMINA
2213101042

PRODI MAGISTER ILMU FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2023
TUGAS 1

Beberapa ISU Kesehatan Nasional Yang beredar di Masyarakat Menurut Mahasiswa


Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Cock Bukit Tinggi :

1. Masyarakat Indonesia Lebih percaya dengan pelayanan kesehatan di luar negeri


dibandingkan pelayanan kesehatan didalam negeri.
2. Banyaknya masyarakat Indonesia yang mengeluh dengan SISRUJ (system
rujukan), permasalahannya yaitu lamanya balasan SISRUJ dari rumah sakit yang
akan dituju.
3. Untuk permasalahan masyarakat yang menderita kejiwaan : obatnya tidak
sinkron antara rumah sakit dengan puskesmas, artinya adanya perbedaan obat
yang diberikan antara rumah sakit dengan puskesmas walaupun kandungan
obatnya sama.
4. Banyaknya stok obat yang kosong di puskemas maupun di Rumah Sakit
sehingga banyak masyarakat yang terpaksa beli obat diluar.
5. Masih banyak FasKes didaerah yang Kualitas pelayanan kesehatannya yang
kurang karena keterbatasan Alkes.
6. Masalah BPJS :
a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non
aktikan tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS
b. BPJS tidak terdaftar
7. Masih banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang membedakan dari kelas
masyarakatnya, hal ini yang umum yang terjadi adalah dilihat dari Ekonomi,
Pangkat, Jabatan dan Kekuasaan.

Selaku Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Strategi Apa Yang


Harus Kita Lakukan ,Untuk Menghadapi Isu Atau Permalahan Diatas ?

JAWABAN :
1. Masyarakat Indonesia Lebih percaya dengan pelayanan kesehatan di luar negeri
dibandingkan pelayanan kesehatan didalam negeri. Apa yang membuat banyak
masyarakat Indonesia justru memilih berobat ke luar negeri?
STRATEGI:
Berikut ini beberapa alasan mengapa orang Indonesia berobat ke luar negeri:
a. Akses informasi lebih mudah
Rumah sakit di luar negeri (terutama Malaysia, Thailand, Singapura)
umumnya responsif dalam menanggapi pertanyaan dari calon pasien.
Bahkan sebelum menjalani pengobatan, mereka bisa mendapatkan
informasi yang lengkap seputar prosedur hingga biaya perawatan.
Beberapa rumah sakit juga menawarkan paket khusus turis yang ingin
berobat, mulai dari transportasi dan akomodasi selama berobat. Inilah
alasan pertama mengapa banyak pasien dari Indonesia yang berobat ke
luar negeri.
b. Fasilitas lengkap dan teknologi mutakhir
Alasan berikutnya adalah, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
sangat besar. Kondisi inilah yang memunculkan rumah sakit untuk
berbagai kalangan kelas ekonomi. Dampaknya, belum semua rumah sakit
memiliki fasilitas yang optimal, terutama yang berada di lokasi terpencil.
Situasi ini berbeda dengan negara yang telah menerapkan konsepmedical
tourism seperti Malaysia dan Thailand. Jumlah rumah sakit yang tidak
begitu banyak memudahkan pemerintah di sana untuk melakukan
pemerataan dari segi pemenuhan fasilitas dan teknologi.
c. Akreditasi Internasional
Banyak rumah sakit di luar negeri yang telah mendapatkan akreditasi
Joint Commission International (JCI) dan International Organization
Standardization (ISO) 9000. Label sertifikasi internasional pada akhirnya
membuat orang lebih percaya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang
ditawarkan oleh rumah sakit atau klinik di luar negeri.
d. Keamanan dan Standar Pelayanan
Negara yang fokus padamedical tourism juga memiliki standar keamanan
dan pelayanan pasien yang ketat. Pelayanan yang diberikan bukan
hanyagood response, tapi juga menyeluruh (komprehensif). Ini karena
mereka terintegrasi dengan baik, sehingga diagnosis yang diberikan oleh
dokter menjadi lebih tepat.

2. Banyaknya masyarakat Indonesia yang mengeluh dengan SISRUTE (system


rujukan terintegrasi), permasalahannya yaitu lamanya balasan SISRUTE dari
rumah sakit yang akan dituju.
STRATEGI:
Seharusnya setiap faskes memiliki prosedur sendiri menghadapi kendala
jaringan dari sisrute. Beberapa ada berusaha menghubungi rumah sakit tujuan
rujuan secara manual. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum merujuk,
pastikan kondisi pasien stabil dan rumah sakit tujuan memiliki informasi
adekuat untuk menangani pasien. Sebelum kedua hal tersebut tercapai ada
baiknya memonitor kondisi pasien di faskes anda untuk mencegah komplikasi
atau pasien terlantar.

3. Untuk permasalahan masyarakat yang menderita kejiwaan : obatnya tidak


sinkron antara rumah sakit dengan puskesmas, artinya adanya perbedaan obat
yang diberikan antara rumah sakit dengan puskesmas walaupun kandungan
obatnya sama.
STRATEGI:
Dalam hal ini perlu dilakukan pertemuan antara pihak rumah sakit pemerintah
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten / kota selaku pihak yang melakukan
pengadaan obat ke Puskesmas untuk melakukan sinkronisasi antara obat yang
ada di Puskesmas dengan Rumah Sakit Pemerintah. Sehingga pengobatan pasien
jiwa di Puskesmas dengan Rumah Sakit Pemerintah bisa sejalan, karena
sebenarnya walaupun obat yang diberikan berbeda tetapi memiliki kandungan
yang sama artinya obat tersebut memiliki efektifitas yang sama.

4. Banyaknya stok obat yang kosong di puskemas maupun di Rumah Sakit


sehingga banyak masyarakat yang terpaksa beli obat diluar.
STRATEGI:
Dalam menjamin mutu pelayanan kefarmasian harus dilakukan pengendalian
pembekalan farmasi yang bertangung jawab. Menurut Permenkes no.58 tahun
2018 bahwa pengendalian mutu kefarmasian meliputi kegiatan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan, karena kekosongan stok obat di
rumah sakit atau faskes dapat mempegaruhi mutu pelayanan.
Ada bebrapa factor yang menyebabkan kekosongan obat di faskes:
a. Kurangnya pengawasan
- Petugas gudang farmasi diharapkan melihat data real konsumsi obat untuk
mengetahui obat yang dibutuhkan pasien. Sehingga dapat mengurangi kesalahan
dalam obat penentuan kebutuhan obat dan meminimalisir tertinggalnya obat
yang akan dipesan
- Dalam menentukan jumlah kebutuhan obat dan persediaan pengaman (buffer
stock)
b. Adanya penunggakan pembayaran obat
Faskes menunggak membayar pembelian obat ke perusahaan farmasi karena
terkendala biaya akibat tunggakan BPJS Kesehatan membayar klaim layanan
c. Adanya factor kebijakan produsen
Produsen penyedia obat menunggu kuota, dan mereka tidak akan memproduksi
jika pemesanan tidak mencapai kuota yang diinginkan
d. Adanya factor kebijakan antar lembaga
Terdapat kebijakan BPJS dan BPOM yang membatasi jumlah obat keras tertentu
sehingga dapat menyebabkan kekosongan obat di gudang farmasi

5. Masih banyak FasKes didaerah yang Kualitas pelayanan kesehatannya yang


kurang karena keterbatasan Alkes.
STRATEGI:
Pemenuhan ketersediaan alat kesehatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia masih mengalami hambatan sehingga kualitas pelayanan kesehatan
masih belum optimal.
Di antaranya yakni akses untuk mendapatkan alat kesehatan melalui pengadaan
elektronik LKPP masih tidak optimal karena keterbatasan jenis dan pilihan
produk alat kesehatan yang dibutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
katalog elektronik alat kesehatan.
Penyebab dari keterbatasan jenis serta pilihan alat kesehatan pada katalog
elektronik disebabkan oleh belum dilakukan pembukaan kembali untuk listing
produk baru di katalog elektronik alat kesehatan, setelah pembukaan sebelumnya
pada 2018.
Di samping itu, dalam menjaga kualitas alat kesehatan, maka perlu
melaksanakan tahap-tahap sebagai berikut.
a. Pengembangan, penerapan, dan pengarahan manajemen
peralatan,
b. Evaluasi dan pengambilan tindakan yang tepat pada insiden yang
dikaitkan dengan kerusakan peralatan atau penyalahgunaan,
c. Evaluasi dan pemilihan peralatan baru,
d. Perancangan desain baru atau renovasi fasilitas kesehatan baru.
Dengan melakukan tahap-tahap yang disebutkan sebelumnya, diharapkan
kualitas alat kesehatan menjadi optimal sehingga mutu dari pelayanan kesehatan
akan semakin meningkat.
Bila kualitas alat kesehatan semakin baik, maka pelayanan kesehatan untuk
pasien juga akan semakin baik. Dengan baiknya mutu pelayanan kesehatan akan
menimbulkan rasa kepuasan bagi pasien.

6. Masalah BPJS :
a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non
aktikan tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS
b. BPJS tidak terdaftar
STRATEGI:
a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non aktikan
tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS
Status BPJS Kesehatan seorang peserta dapat menjadi tidak aktif, sehingga tidak
dapat digunakan ketika ingin berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Situasi ini
dapat terjadi karena beberapa 2 hal, yaitu:
1) Terlambat membayar iuran
BPJS Kesehatan menjadi non-aktif dan tidak dapat digunakan jika iuran
per bulannya telat dibayarkan. Berdasarkan Buku Panduan Layanan JKN
KIS, status peserta BPJS Kesehatan menjadi non-aktif sejak tanggal 1
bulan berikutnya ketika peserta terlambat membayar iurannya.
2) Peserta bekerja di perusahaan
a) Jika BPJS Kesehatan ditanggung pemberi kerja, status dapat
menjadi non-aktif ketika peserta tidak lagi bekerja di perusahaan
tersebut. Baik karena mendapatkan pemutusan hubungan kerja
(PHK) maupun mengundurkan diri.
b) Peserta sudah berusia 21 tahun (tidak lagi menjadi tanggungan
orangtua) dan dianggap mampu membayar iuran (peserta
awalnya masuk ke dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI).
b. BPJS tidak terdaftar
BPJS yang tidak terdaftar disebabkan karena adanya NIK KTP elektronik tidak
aktif, selain itu juga dpat disebabkan karena proses pindah alamat pada KTP dan
NIK masih dalam proses perpindahan dalam sistem Dukcapil.

7. Masih banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang membedakan dari kelas


masyarakatnya, hal ini yang umum yang terjadi adalah dilihat dari Ekonomi,
Pangkat, Jabatan dan Kekuasaan.
STRATEGI:
Dalam hal ini fasilitas kesehatan termasuk petugas kesehatan didalamnya tidak
diperkenankan untuk melakukan hal tersebut, karena itu tidak sesuai dengan
kode etik dan tidak sesuai dengan kewajiban petugas kesehatan terhadap pasien.
Petugas kesehatan fasilitas kesehatan harusnya memberikan pelayanan yang
terbaik kepada seluruh masyarakat yang berobat tanpa membedakan kelas
masyakat.

Tugas 2 :

Jelaskan Maksud dari Istilah-istilah diatas ?


Kualitas telah menjadi sebuah elemen primer dalam berbagai instansi di tengah
kompetisi global saat ini. Menjadi sebuah keharusan untuk menyesuaikan pada situasi ini
sehingga mendorong manajer tidak hanya mengacu pada situasi lokal, nasional ataupun
regional, namun juga harus mampu bersaing secara internasional. Sikap perusahaan
untuk menghadapi hal ini hanya ada satu, yaitu ikut mengalami perubahan baik secara
struktural maupun sumber daya yang dimiliki. Salah satu cara yang bisa ditempuh oleh
perusahaan adalah dengan membenahi sumber daya yang dimilikinya melalui
penerapan Total Quality Management (TQM) yang dalam bahasa Indonesia disebut
Manajemen Mutu Total atau Manajemen Mutu Terpadu (Integrated Quality Control).
Sebab melalui pengelolaan sumber daya secara professional mampu mewujudkan
keseimbangan antara kebutuhan para karyawan dengan tuntutan dan kemampuan
perusahaan. Oleh sebab itu, perkembangan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi
dengan terjadinya keseimbangan hal tersebut sehingga perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar. (Suyitno, 2016).
Di dalam “Kualitas”, kita mengenal adanya hirarki dari kualitas, yakni QC —
QA — QM — TQM. Pada lingkaran hirarki kualitas, posisi TQM adalah yang besar
cakupannya, meliputi pelaksanaan QC (Quality Control), QA (Quality Assurance), QI
(Quality Improvement), dan QM (Quality Management). Gambar 2.1 memperlihatkan
posisi QC, QA, QI, QM di dalam hirarki kualitas (Dawson, 2017).

Hirarki Kualitas. Sumber : Tannady, 2015

Penjelasannya adalah sebagai berikut, pertama-tama dimulai dari


1. QC (Quality Control)
yang memiliki peranan sebagai berikut :
 Melakukan prosedur yang digunakan dalam setiap pengujian untuk memastikan uji
coba secara valid dan hasilnya dapat diukur secara pasti.
 Menysun sistem untuk memverifikasi dan mempertahankan tingkat kualitas yang
diinginkan dalam pengujian atau proses individual.
 Memantau dan menilaian proses pengujian laboratorium untuk mengidentifikasi
masalah dan mempertahankan kinerja.
 Teknik dan kegiatan operasional digunakan untuk memenuhi persyaratan untuk
kualitas (Dawson, 2017).

2. QA (Quality Assurance)
yakni bagian dari manajemen mutu yang berfokus pada memberikan keyakinan
bahwa persyaratan kualitas akan dipenuhi. Memiliki tugas sebagai berikut :
 Mengidentifikasi masalah secara sistematis dalam merancang kegiatan untuk
mengatasi masalah, melakukan pemantauan tindak lanjut untuk memeriksa bahwa
tidak ada masalah baru yang terjadi, memastikan langkah-langkah perbaikan telah
efektif, dan memberikan perawatan medis jika diperlukan.
 Melakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk memastikan pemenuhan kerja
dengan standar kualitas minimum.
 Semua tindakan yang dilakukan adalah untuk membangun, melindungi, dan
meningkatkan kualitas (Dawson, 2017).

3. QI (Quality Improvement)
atau Peningkatan Kualitas dengan rincian tugas sebagai berikut :
 Menganalisis kinerja dan melakukan upaya sistematis untuk memperbaikinya.
 Melakukan tindakan sistematis dan berkelanjutan yang mengarah pada peningkatan
terukur dalam kualitas layanan dan peningkatan jumlah kustomer yang ditargetkan.
 Menentukan standar pelayanan, sumber daya, proses produksi, hingga menghasilkan
produk akhir lalu menilai kembali standar-standar itu secara berkala, dan terus
meningkatkan sistem yang mendukung standar-standar itu.
 Menerapkan serangkaian teknik untuk studi berkelanjutan dan peningkatan proses
pemberian layanan beserta produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan dari layanan beserta produk tersebut. Ini memiliki tiga elemen
dasar antara lain pengetahuan pelanggan, fokus pada proses pemberian layanan, dan
pendekatan statistik yang bertujuan untuk mengurangi variasi yang tidak banyak
diperlukan dalam proses-proses tersebut (Dawson, 2017).

4. QM (Quality Management)
atau manajemen mutu yang merupakan penerapan sistem dalam mengelola suatu
proses untuk mencapai kepuasan pelanggan maksimum dengan biaya keseluruhan
terendah untuk instansi sambil terus meningkatkan proses. Kegiatan dan fungsi
manajemen yang terlibat dalam penentuan kebijakan mutu dan implementasinya
melalui cara-cara seperti perencanaan kualitas dan jaminan kualitas termasuk
pengendalian mutu. Manajemen mutu mencakup semua kegiatan fungsi manajemen
keseluruhan yang menentukan tujuan dan tanggung jawab kebijakan mutu kemudian
mengimplementasikannya dengan cara seperti perencanaan kualitas, proses kualitas,
kontrol kualitas, penilaian kualitas, dan peningkatan kualitas dalam sistem kualitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu adalah tindakan mengawasi
semua kegiatan dan tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan
yang diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan serta
menerapkan perencanaan dan jaminan kualitas, lalu kontrol kualitas hingga
peningkatan kualitas (Dawson, 2017).

5. TQM (Total Quality Managament)


atau Manajemen Mutu Terpadu yang merupakan pendekatan manajemen untuk
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan. Sebab pada tingkatan
manajemen mutu terpadu memiliki filosofi manajemen yang berupaya untuk
mengintegrasikan semua fungsi organisasi mulai dari keuangan, sumber daya,
produksi, layanan pelanggan, dan lain sebagainya serta berfokus pada pemenuhan
kebutuhan pelanggan dan tujuan organisasi. Juga filosofi bisnis yang memiliki
pengertian bahwa kesuksesan jangka panjang perusahaan berasal dari kepuasan
pelanggan. TQM mensyaratkan bahwa semua pemangku kepentingan dalam bisnis
bekerja bersama untuk meningkatkan proses, produk, layanan, dan budaya perusahaan
itu sendiri (Dawson, 2017).

Menurut Ross (1995), mendefinisikan Total Quality Management sebagai


integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan
mencapai perbaikan serta perbaikan peningkatan kualitas barang sebagai produk dan
layanan yang berkesinambungan sehingga dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi Manajemen Mutu Terpadu. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau
pelanggan. Karena acuannya adalah bidang ekonomi, perdagangan dan perusahaan,
maka kendali mutu merupakan hal yang sangat mendasar dalam menjamin persaingan
pasar global. Selanjutnya konsep TQM didasarkan atas sejumlah gagasan yang memiliki
pengertian bahwa memikirkan kualitas atau mutu harus dilihat dari berbagai fungsi
perusahaan yang di mulai dari proses awal sampai akhir proses dengan mengintegrasikan
berbagai fungsi yang saling berhubungan pada semua tindakan.

Pada dasarnya Manajemen Mutu Terpadu didefinisikan sebagai suatu cara


meningkatkan performasi secara terus menerus (continuous performance improvement)
pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi,
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz,
2005). Sedangkan menurut Tjiptono dan Diana (2003), Total Quality
Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk,
jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungannya. Secara singkat TQM merupakan
sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Tujuannya
adalah untuk menjamin bahwa pelanggan puas terhadap barang dan jasa yang diberikan,
serta menjamin bahwa tidak ada pihak yang dirugikan (Sallis, 2011).
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep manajemen modern
yang berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang
ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. Dasar
pemikiran penerapan TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat
bersaing unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang
terbaik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Total Quality Management (TQM)
atau Manajemen Mutu Terpadu merupakan teori ilmu manajemen yang mengarahkan
pimpinan organisasi dan personilnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara
berkesinambungan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan.
Menurut teori Ishikawa dalam Nasution (2005), Total Quality Management dipahami
sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan
semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Sementara menurut Tjiptono dan
Diana (2003) pengertian TQM adalah : “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.”
Selanjutnya menurut Ariani (2014) dalam pendekatan holistik, TQM merupakan
kerangka kerja yang mendukung manajemen pelayanan, yang akhir-akhir ini banyak
diterapkan pada industri jasa, walaupun dimulai dari industri manufaktur. Kerangka kerja
TQM tersebut ditopang oleh tujuh hal yaitu: kepemimpinan dan budaya kualitas,
penggunaan informasi dan analisis, perencanaan strategik, pengembangan sumber daya
manusia dan manajemen sumber daya manusia, manajemen kualitas proses, kualitas dan
hasil operasi, serta fokus pada pelanggan dan kepuasan pelanggan.
Tujuan TQM ialah untuk memberikan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen berkelanjutan (sustainable satisfaction) dan
pada gilirannya akan menimbulkan pembelian berkesinambungan sehingga dapat
meningkatkan produktivitas produsen mencapai skala ekonomis yang mengakibatkan
penurunan biaya produksi. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa penerapan TQM
harus mempunyai visi, misi dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang telah
ada, maupun dapat mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan datang.
Kreativitas dan kemampuan manajemen menciptakan pasar yang akan datang inilah yang
dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin atau pionir dalam
pasar tersebut.
Beberapa perusahaan yang telah menerapkan TQM ada yang telah berhasil
meningkatkan kinerjanya, tetapi ada juga yang belum mampu meningkatkan kinerja
mereka (Suprantiningrum, 2002). Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh
Kumalaningrum (2000) bahwa penerapan manajemen kualitas di Indonesia masih
parsial, hal ini dapat dibuktikannya dengan tidak seluruhnya dimensi infrastruktur
pendukung penerapan TQM berpengaruh terhadap kinerja.
Dari definisi-definisi yang telah diuraikan dapat dipahami bahwa Total Quality
Management merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi. Sehingga konsep Total Quality Management adalah pendekatan manajemen
sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi
antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah guna menciptakan peningkatan
secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai