Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu permasalahan kesehatan yang di hadapi oleh masyarakat

dunia saat ini termasuk di Indonesia adalah kenaikan biaya kesehatan dari

tahun ketahun biaya kesehatan yang di maksud adalah total dana yang harus di

sediakan untuk dapat menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Kenaikan biaya ini berdampak kepada semakin sulitnya akses

masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu . kenaikan berhubungan erat

dengan factor: (a) laju inflamasi; (b) kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran;

(c) perubahan pola penyakit; (d)perubahan pola pelayanan kesehatan;

(e)perubahan pola hubungan dokter pasien; (f) meningkatnya permintaan

pelayanan kesehatan; serta (g)terlambatnya mengembangkan mekanisme

kendali biaya kesehatan (yani, 2011).

Kenaikan biaya kesehatan ini terlihat di Amerika serikat, laporan

FASTATS, mengungkapkan total pengeluaran di bidang kesehatan atau biaya

kesehatan di tahun 2006 sebesar US$ 2.1 trilyun. Bila di bandingkan dengan

biaya kesehatan tahun 1990 US$ 666,2 milyar terjadi peningkatan lebih dari 3

kali lipat . biaya kesehatan (expenditure on health) terhadap pendapat domestik

bruto (PDB) Negara Amerika adalah sebesar 15,3%. Jumlah pengeluaran

kesehatan per kapita pada tahun 2006 US$ 6.714 meningkat lebih dari US$

1.000 di bandingkandengan tahun 2005 US$ 6.350. peningkatan yang sama


juga ditemukan di berbagai Negara eropa. Biaya kesehatan di Negara-negara

eropa juga meningkat dalam lima tahun terakhir. Laporan kesehatan dari

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) TAHUN

2004 Mmengungkapkan bila di kaitkan dengan pendapatan reta –rata

masyarakat Gross Domestic Product (GDP), pengeluaran biaya kesehatan

meningkatan rata-rata 7,8% tahun 1997 dan 8,5% pada tahun 2002.

Peningkatan ini berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran terhadap

teknologi kesehatan, peningkatan harapan hidup masyarakat, pengeluaran

terbanyak berhubungan dengan pengeluaran terhadap obat-obatan yang

peningkatannya mencapai 1,3 kali dari total pengeluaran biaya kesehatan (Yani,

2011).

Laporan bank dunia (world Bank) memperlihatkan telah terjadi

peningkatan biaya kesehatan di Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Pengeluaran publik Indonesia untuk sektor kesehatan telah meningkat pesat.

Bila pada tahun 1984/1985 total biaya kesehatan di Indonesia sebesar Rp. 1,98

trilyun, maka pada tahun 1988/1989 meningkat menjadi sekitar 2,80 trilyun,

dan pada tahun 1994/1995 meningkat lagi menjadi sekitar Rp. 7,03 trilyun.

Pada tahun 2001 total pengeluaran publik untuk kesehatan diperkirakan sebesar

US$ 1 milyar (Rp. 9,3 trilyun), di tahun 2007 meningkat 4 kali lipat menjadi

lebih dari US$ 4 milyar (Rp. 39 trilyun), yang untuk pertama kalinya melebihi

1% dari pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar

manusia untuk dapat hidup layak dan produktif,sehinggadiperlukan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terkendali dalam biayadanmutu

pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu setiap individu, keluarga dan

masyarakat berhak memperoleh perlindungan kesehatannya dan Negara

bertanggung jawab mengatur agar hak hidup sehat bagi seluruh rakyat dapat

terpenuhi (Hafid, 2014). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan yang kompleks dituntut untuk memberikan pelayanan dan informasi

kesehatan yang tepat. Tidak hanya mengunggulkan fasilitas kesehatan yang

lengkap, namun sikap dan layanan sumber daya manusia merupakan elemen

yang berpengaruh terhadap pelayanan yang dihasilkan dan persepsi pasien.

Semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya

kesehatan, menyebabkan tuntutan dalam pelayanan kesehatan semakin

meningkat sehingga perlu adanya upaya untuk mengantisipasi keadaan tersebut

dengan menjaga dan mengevaluasi kualitas pelayanan secara terus menerus

agar diketahui kelebihan maupun kelemahan dari jasa pelayanan kesehatan

yang diberikan. Kesinambungan pada semua kegiatan layanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien harus dikoordinasikan dengan efektif bagi semua

bentuk pelayanan yang tersedia, baik itu rujukan,mrekam medik, obat maupun

laboratorium (Jahid, Balqis, & Hamzah, 2012).

Dengan mempertimbangkan tingkat urgensi dari kesehatan, maka

Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah telah melakukan beberapa

upaya untuk meningkatkan kemudahan akses pada fasilitas kesehatan. Di

antaranya adalah dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU

BPJS). Dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan No.1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

disebutkan bahwa jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah. Dengan diberlakukannya program ini sejak Januari 2014

diharapkan bahwa masyarakat dari berbagai lapisan semakin memanfaatkan

pelayanan dan fasilitas kesehatan yang ada baik itu di Puskesmas, rumah sakit,

maupun balai pengobatan yang bekerja sama dengan program ini. Kepuasan

pasien adalah masalah penting bagi penyedia layanan kesehatan. Penyedia

layanan kesehatan bekerja dan bersaing secara kompetitif dalam memenuhi

kepuasan pelanggannya. Rumah sakit perlu meningkatkan tingkat kepuasan jika

mereka ingin tetap berada dalam persaingan denganrumah sakit lain. Kepuasan

pasien pada dasarnya untuk memuaskan harapan pasien dan memahami

kebutuhan mereka (Raheem, Nawaz, Fouzia, & Imamuddin, 2014). Tujuan dari

mengukur kepuasan pasien adalah untuk mengevaluasi kualitas pelayanan

kesehatan, mengevaluasi hasil konsultasi intervensi dan hubungan antara

perilaku sehat dan sakit, membuat keputusan administrasi, mengevaluasi efek

dari perubahan organisasi pelayanan, administrasi staf, fungsi pemasaran, dan

formasi etik professional (Suryawati, Dharminto, & Shaluhiyah, 2006).


Dalam perkembangannya, terdapat lima faktor dominan yang

berhubungan dengan dimensi kepuasan. Kelima faktor tersebut terdiri dari

Tangible (bukti fisik) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan

sarana komunikasi. Reliability (keandalan) merupakan kemampuan untuk

melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan

memuaskan. Responsivenes (daya tanggap) yaitu kemampuan untuk menolong

pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik. Assurance

(jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya yang dapat

dipercaya sehinnga pelanggan dapat terbebas dari risiko. Emphaty yaitu rasa

peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan,

memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi.

Berdasarkan keterangan diatas peneliti merasa penting untuk melakukan

penelitian dengan judul tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan BPJS di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Provinsi Aceh Tahun 2015. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien BPJS di Rumah

Sakit Iibu dan Anak Pemerintah Provinsi Aceh tahun 2015.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan

terkait manajemen pelayanan kesehatan dengan indikator kesehatan pasien.

Hasil penelitian juga di harapkan dapat menjadi bahan informasi dan evaluasi

mengenai pelayanan kesehatan yang telah di berikan kepada pasien pengguna

BPJS di rumah sakit dan menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan

kualitas pelayanan di rumah sakit. Untuk penelti selanjutnya di harapkan dapat

digunakan untuk menambah penegtahuan dan informasi mengenai hubungan


antara kualitas pelayanan pengguna BPJS dengan kepuasan pasien di ruang

rawat inap rumah sakit dan mengembangakan penelitian yang ada dengan

metode yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah

tersabut, maka perumusan masalah dalah penelitian ini aadalah bagaimana

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan BPJS di rumah sakit ibu dan anak

pemerintah provinsi aceh tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Adapun tingkat penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat

Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Pemerintah Provinsi Aceh Tahun 2015.

2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan BPJS di

Rumah Sakit Ibu dan Anak .

b. Untuk mendapatkan informasi tentang sikap masyarakat

terhadap kebijakan pemerintah dalam pemberian BPJS.

c. Untuk mendapatkan informasi tentang fasilitas pendukung

terhadap kebijakan pemerintah BPJS.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institut Pendidikan Dokter

Sebagai informasi mengenai tingkat kepuasan pasien akan

kebijakan pemerintah dalam pemberian BPJS.

2. Bagi mahasiswa kedokteran

Sebagai dasar pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa

kedokteran untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan BPJS sehingga dapat untuk di pelajari dan di terapkan

oleh mehasiswa tersebut pada saat jadi dokter.

3. Bagi instansi pemerintah

Sebagai bahan masukan dan pengevaluasian BPJS untuk dapat

memperbaiki dan meningkatkan layanan jaminan kesehatan.

E.Hipotesa

Ha : Ada hubungan antara pengetahhuan , keyakinan, sikap, fasilitas

dan sikap petugas kesehatan dengan persepsi

masyarakatterhadap kebijakan pemerintah dalam pemberian

BPJS.

Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, keyakinan,

fasilitas, dan sikap petugas kesehatan dengan persepsi

masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dalam pemberian

BPJS.

Anda mungkin juga menyukai