Oleh :
Marisa
07121401046
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di dalam suatu kehidupan selalu menggambarkan suatu tingkat sosial yang berbeda. Mulai
dari pekerjaan maupun pendapatan ekonomi dan itu merupakan sumber dari adanya sebuah
kemiskinan dan diskriminasi kehidupan yang kemudian ditandai dengan perbedaan antara
stratifikasi sosial antara masyarakat dari kelas atas, menengah dan bawah. Kemiskinan
merupakan salah satu hambatan terbesar bagi sebuah negara berkembang terutama untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya. Tingkat kemiskinan juga menjadi
penyebab masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
tergolong mahal. Namun, kemahalan akan biaya kesehatan tidak menjamin kualitas yang baik
pada kesehatan itu sendiri karena Kualitas kesehatan masyarakat indonesia selama ini tergolong
rendah.
Sebenarnya pemerintah indonesia sejak tahun 1986 sudah mengeluarkan kebijakan yang
secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun
(PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen
Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana
oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai
cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional. kemudian, pada tahun 1984 dalam upaya Untuk
lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat
dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima Pensiun (PNS,
ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum
Husada Bhakti.selanjutnya pada tahun 1991 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1991, kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum
Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota
1241/MENKES/SK/XI/2004
dan
Nomor
56/MENKES/SK/I/2005,
sebagai
Faskes
Jumlah
Apotik
1401
Optik
811
Rumah sakit
1545
3786
Klinik pratama
2034
( www.bpjskesehatan.go.id )
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Dimana rumah sakit memegang peranan
penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009). Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan
yang menerapkan sistem SJSN yang diselengarakan oleh BPJS. Dimana dalam BPJS rumah
sakit menjadi Penyedia Pelayanan Kesehatan tingkat 2 dan 3 untuk pengguna kartu tersebut .
Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil bagi
semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktisi
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan sebagai evaluasi terhadap kinerja rumah sakit
dalam melaksanakan BPJS 2014.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman secara
langsung dengan menerapkan teori yang diperoleh dari institusi
pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
penelitian ini berkenaan dengan kualitas pelayanan kesehatan bagi pengguna kartu
bpjs di rumah sakit umum daerah kayu agung. oleh karena itu, teori-teori utama yang
djadikan
landasan
adalah
teori
mengenai
kualitas
pelayanan,pelayanan
kesehatan,kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan masyarakat dalam hal ini adalah
pengguna kartu bpjs di rumah sakit daerah kayu agung.
2.2 kualitas pelayanan kesehatan (kualitas pelayanan)
Azrul Azwar (1988:40) mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama
dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut
biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk
mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan
kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
merupakan
bagian
dari
proses
berpikir
ketika
seseorang
Sesuatu diputuskan akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan, atau
peristiwa yang sedang dihadapi.