Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

REINVENTING GOVERNMENT
Penulis
Kelompok 2:

Asmiati 1816041015
Anggara Fitra Maulana 1816041059
Rosiana Desmayanti 1816041007
Panji Sastrawan 1816041063
Tasya Innama 1816041021
Rizki Setiawan 1846041009

Mata Kuliah: Manajemen Publik


Dosen: Rahayu Sulistiowati,S.Sos,.M.AP

JURUSANAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Reinventing Goverment” ini dapat tersusun hingga
selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Publik.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 26 februari 2019


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ................1


DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reinventing Goverment...................................................................6
2.2 Prinsip Reinventing Goverment.........................................................................6
2.3 Strategi Reinventing Goverment......................................................................10
2.4 Implementasi Reinventing Goverment............................................................12
2.5 Reinventing Goverment di Indonesia..............................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................26
3.2 Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN PEMBAGIAN KERJA KELOMPOK.............................................28

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di zaman sekarang ini telah banyak orang yang mengerti bahwa wirausaha
adalah cara mendobrak nasib keterpurukan seseorang dengan mengganti inovasi
kreatif sedemikian rupa. Apalagi di tahun ini Indonesia telah menjadi tuan rumah
bagi pertemuan APEC di bali beberapa waktu lalu. Mau tidak mau Indonesia harus
siap mengahadapi kompetisi perekonomian dengan Negara-negara pasifik.
Dalam menghadapi pasar bebas, Indonesia harus menyiapkan sumber daya-sumber
daya yang mampu menyaingi Negara-negara lain. Dalam hal ini, Indonesia bukan
hanya membutuhkan para wirausahawan kreatif, tetapi Indonesia juga memongkar
ulang sistem kinerja pemerintahannya.
Seperti yang telah kita ketahui kewirasuhaan pada hakekatnya adalah sifat,
ciri dan watak seseorang yang memiliki gagasan inovatif ke dalam dunia nyata
secara kreatif. Menghadapi kondisi ini, maka pemerintah sebagai pelayan publik
perlu berupaya untuk menekan sekecil mungkin terjadinya kesenjangan antara
tuntutan pelayanan masyarakat dengan kemampuan aparatur pemeritah.
Keterbatasan sarana dan prasarana yang telah ada tidak dapat dijadikan sebagai
alasan pembenaran tentang rendahnya kualitas pelayanan. Kemandirian dan
kemampuan yang handal dari pemerintah merupakan syarat mutlak agar tetap
terrpeliharanya kepercayaan masyarakat. Maka pemerintah saat ini harus berupaya
merupakan perannya untuk masa yang akan datang yaitu melalui penerapan konsep
pemerintahan wirausaha atau dengan istilah Reinventing Government..

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa pengertian Reinventing Goverment?
2. Apa saja prinsip dari Reinventing Goverment?
3. Bagaimana strategi Reinventing Goverment?
4. Bagaimana Implementasi Reinventing Goverment?
5. Bagaimana Penerapan Reinventing goverment di Indonesia?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Reinventing Goverment.
2. Untuk mengetahui prinsip dari Reinventing Goverment.
3. Untuk mengetahui strategi Reinventing Goverment.
4. Untuk mengetahui Implementasi Reinventing Goverment
5. Untuk mengetahui Reinventing Goverment di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reinventing Goverment


Menurut David Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya
“Memangkas Birokrasi”, Reinventing Government adalah “transformasi system dan
organisasi pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis
dalam efektifitas, efesiensi, dan kemampuan mereka untuk melakukan inovasi.
Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan, system insentif,
pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya system dan organisasi
pemerintahan”.
Konsep reinventing government pada dasarnya merupakan representasi dari
paradigma New Public Management dimana dalam New Public Management
(NPM), negara dilihat sebagai perusahaan jasa modern yang kadang-kadang
bersaing dengan pihak swasta, tapi di lain pihak dalam bidang-bidang tertentu
memonopoli layanan jasa, namun tetap dengan kewajiban memberikan layanan dan
kualitas yang maksimal. Segala hal yang tidak bermanfaat bagi masyarakat
dianggap sebagai pemborosan dalam paradigma New Public Management (NPM).
Warga pun tidak dilihat sebagai abdi lagi, tetapi sebagai pelanggan layanan publik
yang karena pajak yang dibayarkan memiliki hak atas layanan dalam jumlah
tertentu dan kualitas tertentu pula. Prinsip dalam New Public Management (NPM)
berbunyi, “dekat dengan warga, memiliki mentalitas melayani, dan luwes serta
inovatif dalam memberikan layanan jasa kepada warga”
Konsep reinventing government, apabila diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia konsep ini berarti menginventarisasikan lagi kegiatan pemerintah. Pada
awalnya, gerakan reinventing government diilhami oleh beban pembiayaan
birokrasi yang besar, namun dengan kinerja aparatur birokrasi yang rendah.
Pressure dari publik sebagai pembayar pajak mendesak pemerintah untuk
mengefisiensikan anggarannya dan meningkatkan kinerjanya. Pengoperasian
fungsi pelayanan publik yang tidak dapat diefisiensikan lagi dan telah membebani
keuangan Negara diminta untuk dikerjakan oleh sektor non-pemerintah. Dengan
demikian, maka akan terjadi proses pereduksian peran dan fungsi pemerintah yang

6
semula memonopoli semua bidang pelayanan publik, kini menjadi berbagi dengan
pihak swasta, yang semula merupakan “big government” ingin dijadikan “small
government” yang efektif, efisien, responsive, dan accountable terhadap
kepentingan publik.1

2.2 Prinsip Reinventing Goverment


Osborn dalam buku memangkas birokrasi dan [Dr. Novita Tresiana, 2016].
mengemukakan Prinsip-prinsip Reinventing Government ,yaitu :
1. Pemerintahan katalis
Pemerintah katalis merupakan suatu fungsi yang memisahkan fungsi
pemerintah sebagai pengarah (membuat kebijakan, peraturan, undang-
undang) dengan fungsi pelaksana (penyampai jasa dan penegakan).
Kemudian pemerintah menggunakan metode kontrak, voucher hadiah,
insentif pajak dan sebagainya untuk membantu organisasi publik untuk
mencapai tujuan.

2. Pemerintah adalah Milik Masyarakat


Mengalihkan wewenang control yang dimiliki pemerintah kepada
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat sehingga mampu
mengontrol pelayanan yang dilakukan birokrasi.

3. Pemerintah yang kompetitif


Pemerintaha kompetitif mensyaratkan persaingan diantara
penyampai jasa atau pelayanan untuk bersaing berdasarkan kinerja dan

1
Osborne, D. dan Plastrik. P, (2000). Banishing Bereaucracy: The Fife Strategies
For reinventing Government. Rosyid A. (Penerjemah). Memangkas Birokrasi : lima
strategi menuju Pemerintahan wirausaha (terjemahan), seri manajemen strategi.
PPM, Jakarta.

7
harga.mereka memahami bahwa kompetisi adalah kekuatan fundamental
untuk memaksa badan pemerintah untuk melakukan perbaikan.

4. Pemerintah berorientasi pada Misi


Pemerintah yang berorientasai misi melakukan deregulasi internal,
menghapus banyak peraturan internal dan secara radikal menyederhanakan
system administrative, seperti anggaran, kepegawaian dan pengadaan.
Mereka mensyaratkan setiap badan pemerintah untuk mendapatkan misi
yang jelas, kemudian member kebebasan kepada manajer untuk
menemukan cara terbaik mewujudkan misi tersebut dalam batas – batas
legal.

5. Pemerintah berorientasi pada hasil


Pemerintah yang result oriented mengubah focus dari input
(kepatuhan pada peraturan dan membelanjakan anggaran sesuai dengan
ketetapan) menjadi akuntabilitas pada keluaran atau hasil. mereka
mengukur kinerja badan public,menetapkan target, memberi imbalan
kepada badan-badan yang mencapai atau melebihi target dan menggunakan
anggaran untuk mengungkapakan tingkat kinerja yang diharapkan dalam
besarnya anggaran.

6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan


Pemerintah yang berorintasi pada pelanggan memperlakukan
masyarakat sebagai pelanggan yang harus diberi pelayanan dengan
melakukan survey pelanggan,menetapkan standar pelayanan, memberi
jaminan dan sebagainya. Pemerintah meredesain organisasinya untuk
menyampaikan nilai maksimum kepada pelanggan.

7. Pemerintah wirausaha
Pemerintah berusaha memfokuskan energinya bukan sekedar untuk
menghabiskan anggaran, tetapi juga menghasilkan uang. pemerintah
meminta masyarakat yang dilayani untuk membayar menuntut return on

8
investment. mereka memamfaatkan insentif seperti dana usaha, dana
inovasi untuk mendorong para pimpinan badan pemerintah untuk berpikir
mendapatkan dana operasional.

8. Pemerintah antisipatif
Pemerintah yang antisipatif adalah pemerintah yang berpikir
kedepan. mereka mencoba mencegah timbulnya masalah dari pada
memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. mereka
menggunakan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan, dan
berbagai metopde lain untuk melihat masa depan.

9. Pemerintahan desentralisasi
Pemerintah desentralisasi adalah pemerintah yang mendorong
wewenang dari pusat pemerintahan melalui organisasi atau system,
mendorong mereka yang lansung melakukan pelayanan atau pelaksana,
untuk lebih berani membuat keputusan sendiri.

10. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar


Pemerintah yang berorientasi pada pasar sering memamfaatkan
struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah dari pada menggunakan
mekanisme administrative, seperti menyampaikan pelayanan atau perintah
dan control dengan memamfaatkan peraturan. mereka menciptakan insentif
keuangan, insentif pajak, pajak hijau, affluent fees. Dengan cara ini ,
organisasi swasta atau anggota masyarakat berprilaku yang mengarah pada
pemecahan masalah sosial. 2

2
Dr. Novita Tresiana Sos.,. (2016). PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK. Bandar Lampung:
Pustaka Ilmu.

9
2.3 Strategi Reinventing Goverment.
Adapun Strategi dari Reinventing Goverment ialah:
1. Strategi inti (the core strategy)
[djumiarti] Strategi ini menentukan tujuan (the purpose) sebuah sistem dan
organisasi publik. Jika sebuah organisasi tidak mempunyai tujuan yang jelas atau
mempunyai tujuan yang banyak atau saling bertentangan, maka organisasi itu tidak
dapat mencapai kinerja yang tinggi. Dengan kata lain, sebuah organisasi publik
akan mampu bekerja secara efektif jika ia mempunyai tujuan yang spesifik. Oleh
karena itu, adalah penting bagi para pemimpin organisasi-organisasi publik untuk
menetapkan terlebih dahulu tujuan organisasinya secara spesifik.
Jadi dengan demikian penetapan visi dan misi organisasi juga mempunyai
peran yang sama pentingnya dalam melengkapi tujuan organisasi publik. Hal ini
penting sebagai usaha agar karyawan atau pegawai mempunyai arah dan pegangan
yang jelas. Di luar itu, strategi ini terutama berkaitan dengan usaha-usaha
memperbaiki pengarahan (steering).

2. Strategi konsekuensi (the consequences strategy)


Strategi ini menentukan insentif-insentif yang dibangun ke dalam sistem
publik. Birokrasi memberikan para pegawainya insentif yang kuat untuk mengikuti
peraturan-peraturan, dan sekaligus, mematuhinya. Pada model birokrasi lama, para
pegawai atau karyawan memperoleh gaji yang sama terlepas dari yang mereka
hasilkan.
Dalam rangka reinventing government, seperti diungkapkan oleh Osborne
dan Plastrik, mengubah insentif adalah penting dengan cara menciptakan
konsekuensi-konsekuensi bagi kinerja. Jika perlu, organisasi-organisasi publik
perlu ditempatkan dalam dunia usaha (market place), dan membuat organisasi
tergantung pada konsumennya untuk memperoleh penghasilan. Namun, jika hal ini
tidak layak untuk dilakukan, maka perlu dibuat kontrak atau perjanjian guna
menciptakan persaingan antara organisasi-organisasi publik dan swasta (atau
persaingan antar organisasi publik).

10
Hal ini karena pasar dan persaingan menciptakan insentif-insentif yang jauh
lebih kuat sehingga organisasi publik terdorong untuk memberikan perbaikan-
perbaikan kinerja yang lebih besar. Insentif dan persaingan ini dapat mempunyai
bentuk yang beragam, seperti tunjangan kesehatan, kenaikan gaji, atau memberikan
penghargaan bagi organisasi-organisasi publik yang mempunyai kinerja yang lebih
tinggi.

3. Strategi pelanggan (the customers strategy)


Strategi ini terutama memfokuskan pada pertanggungjawaban
(accountability). Berbeda dengan birokrasi lama, dalam birokrasi model baru,
tanggung jawab para pelaksana birokrasi publik hendaknya ditempatkan pada
masyarakat, atau dalam konteks ini dianggap sebagai pelanggan. Dengan demikian,
tanggung jawab tidak lagi semata-mata ditempatkan pada pejabat birokratis di
atasnya, tetapi lebih didiversifikan kepada publik yang lebih luas.
Model pertanggungjawaban seperti ini diharapkan dapat meningkatkan
tekanan terhadap organisasi-organisasi publik untuk memperbaiki kinerja ataupun
pengelolaan sumber-sumber organisasi. Selanjutnya, dengan memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat/konsumen, akan dapat menciptakan
informasi, yaitu tentang kepuasan para konsumen terhadap hasil-hasil dan
pelayanan pemerintahan tertentu. Dengan kata lain, penyerahan pertanggungan
jawab kepada para konsumen berarti bahwa organisasi-organisasi publik harus
mempunyai sasaran yang harus dicapai, yaitu meningkatkan kepuasan konsumen
(customers satisfaction).

4. Strategi Pengawasan (the control strategy)


Strategi ini menentukan di mana letak kekuasaan membuat keputusan itu
diberikan. Dalam sistem birokrasi lama, sebagian besar kekuasaan tetap berada di
dekat puncak hierarkhi. Dengan kata lain, wewenang tertinggi untuk membuat
keputusan berada pada puncak hierarkhi.
Perkembangan birokrasi modern yang semakin kompleks telah membuat
organisasi menjadi tidak efektif. Hal ini karena proses pengambilan keputusan
harus melalui jenjang hierakhi yang panjang sehingga membuat proses

11
pengambilan keputusan cenderung lamban, dan jika hal ini dipaksakan, maka jika
dilewati akan membawa dampak terjadinya bureaucracy barierrs. Pada akhirnya,
secara keseluruhan, sistem kinerja birokrasi dalam menangani masalah dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat akan berlangsung lamban karena
bawahan tidak diberi ruang yang cukup untuk mengambil inisiatif dalam
memecahkan masalah.
Lebih lanjut, dalam model birokrasi lama, para pengelola atau manajer
mempunyai pilihan-pilihan yang terbatas, dan keleluasan atau fleksibilitas mereka
dihimpit oleh ketentuan-ketentuan anggaran yang terinci, peraturan-peraturan
perorangan, sistem pengadaan (procurement systems), praktek-praktek audit, dan
sebagainya. Karyawan hampir tidak mempunyai kekuasaan untuk membuat
keputusan. Akibatnya, organisasi-organisasi pemerintah lebih menanggapi
perintah-perintah baru dibandingkan dengan situasi yang berubah atau kebutuhan-
kebutuhan pelanggan.
Oleh karena itu, adalah penting mendesentralisasikan pembuatan keputusan
kepada pejabat-pejabat dan karyawan atau pegawai birokrasi di bawahnya karena
hal ini akan mendorong timbulnya rasa tanggung jawab dikalangan para pegawai
birokrasi, dan dalam konteks yang luas mendorong keterlibatan masyarakat dalam
proses implementasi kebijakan.

5. Strategi budaya (the culture strategy)


Strategi ini menentukan budaya organisasi publik yang menyangkut nilai,
norma, tingkah laku, dan harapan-harapan para karyawan. Budaya ini akan
dibentuk secara kuat oleh tujuan organisasi, insentif, sistem pertanggungjawaban,
dan struktur kekuasaan organisasi. Dengan kata lain, mengubah tujuan, insentif,
sistem pertanggungan jawab, dan struktur kekuasaan organisasi akan mengubah
budaya. 3

3
Titik Djumiarti S.Sos. menggagas strategi reinventing goverment.

12
2.4 Implementasi Reinventing Goverment.
[Winarno] Implementasi prinsip-prinsip reinventing government harus
selalu meningkat karakteristik dari masing-masing daerah. Artinya implementasi
semangat dan prinsip reinventing sifatnya kontekstual, bukan universal. Tantangan
yang timbul dari prinsip reinventing antar lain :
1. Bagaimana mengimplementasikan konsep tersebut tanpa menimbulkan
friksi yang justru akan menghambat efisiensi dan efektivitas birokrasi.
Sebab prinsip reinventing gorvernment sesungguhnya baru mengena pada
dimensi normatif, tetapi belum teruji secara empiris.
2. Bagaimana menentukan strategi praktis untuk mengadopsi prinsip
reinventing government ke dalam sistem dan mekanisme pemerintah, baik
pusat maupun daerah.
Penataan Kelembagaan pemerintah melalui reinventing antara lain:
1. Reorientasi. Meredefenisikan viso, misi, peran, strategi, implementasi,
dan evalusi kelembagaan pemerintah.
2. Restrukturisasi. Menata ulang kelembagaan pemerintah, membangun
organisasi sesuai kebutuhan dan tuntutan publuk .
3. Aliansi. Mensinergikan seluruh aktor, yaitu pemerintah, dunia usaha,
dan masyarakat dalam tim yang solid.
Faktor Sukses dalam reformasi birokrasi antara lain :
1. Komitmen Pimpinan. Ini merupakan faktor yang sangat penting dalam
melakukan reformasi birokrasi, mengingat masih kentalnya budaya
peternalistik dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
2. Kemauan diri sendiri. Kemauan dari penyenggara pemerintahan
(birokrasi) untuk mereformasi diri sendiri.
3. Kesepahaman. Adanya persamaan persepsi dan pandangan terhadap
pelaksanaan reformasi birokrasi sendiri, sehingga tidak terjadi
perbedaan yang dapat penghambat jalannya reformasi birokrasi.
4. Konsistensi. Harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan konsisten,
yang ketaatan perencanaan dan pelaksanaan.

13
Adapun kelebihan dan kekurangan dari reinventing goverment:
 Kelebihan
1. Masyarakat menjadi lebih baik dan kreatif karena harus memecahkan
masalah sendiri tanpa tergantung dengan pemerintah
2. Control atas pelayanan dilepaskan dari birokrasi dan diserahkan kepada
masyarakat
3. Memperbaiki keefektifan pemerintah sekarang

 Kekurangan
1. Sulit diterapkan karena harus beradaptasi pada sistem baru

2.5 Reinventing Goverment di Indonesia.


Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua lembaga yang berbeda secara
mendasar. Pemerintahan bertujuan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat
sehingga dapat dipilih kembali oleh masyarakat pada periode yang akan datang.
Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Jika suatu organisasi
bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisasi tersebut akan
mengalami Death Line atau kematian. Demikian juga dengan organisasi
pemerintahan. Jika tidak dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat (tidak
favorit bagi masyarakat) maka pemerintahan tersebut pada periode yang akan
datang tidak akan dipilih oleh masyarakat dan akan berganti dengan pemerintah
yang baru.
Perbedaan tujuan di atas menciptakan motivasi yang berbeda. Pimpinan
usaha swasta akan berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,
karena keuntungan merupakan indikator dari keberhasilan mereka. Sedangkan
dalam pemerintahan, indikator keberhasilan seorang manajer pemerintah adalah
bukan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh tetapi apakah mereka dapat
menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Karena itu kinerja manajer
pemerintah sangat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan yang menang dalam
pemilu dalam periode tertentu. Reinventing Government bukan bertujuan untuk
menghilangkan peran pemerintah dalam masyarakat dan menjadikan peran tersebut

14
dijadikan peran swasta. Dengan kata lain Reinventing Government bukan indentik
dengan swastanisasi, karena dengan swastanisasi menyeluruh fungsi pemerintah
sebagai publik service akan kabur oleh profit oriented pihak swasta.
Prinsip-prinsip utama reinventing government ini akan diigunakan sebagai
dasar analisa untuk melihat pelaksanaan reinventing government di Indonesia.
Merujuk pada pendapat yang dikemukakan [Ilmawan, 1998] tersebut, maka
penerapan reinventing government untuk konteks Indonesia dapat dilihat melalui
kelima prinsip utama tersebut yakni:
Pertama, Steering. Paradigma tradisional tentang birokrasi pemerintahan
menyatakan bahwa birokrasi pemerintahan ibarat sebuah perahu besar yang dapat
menyelamatkan seluruh warga negara dan masyarakat dari bencana banjir ekonomi
maupun politik. Hal ini menyebabkan pemerintah merupakan aktor tunggal untuk
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat dan masyarakat akan semakin tergantung
kepada pemerintahnya. Paradigma tradisional ini menyebabkan pemerintah tidak
bisa lagi berpikir jernih untuk meningkatkan mutu kerjanya, karena sudah dililit
oleh aktivitas-aktivitas rutin untuk melayani kebutuhan masyarakat. Mutu
pelayanan kepada masyarakat tidak bisa ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu
perubahan paradigma, agar pemerintah tidak lagi sebagai pelaksana tunggal
pelayanan kepada masyarakat tetapi bermitra dengan pihak swasta. Agar
pemerintah tidak lagi terjerat dengan kegiatan rutin sebagai pelayan masyarakat,
maka pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugas-tugas pelayanan
tersebut kepada masyarakat (NGO -non government organization- atau pihak
swasta) atau melaksanakan pelayanan tersebut dengan bermitra dengan masyarakat
(sistem koproduksi). Pemerintah yang banyak melaksanakan tugas pelayanan akan
semakin memberikan peluang kepada gagalnya atau lemahnya mutu pekrjaan,
maka dalam kondisi ini akan lebih baik jika pemerintah menyerahkan urusan
tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya menetapkan peraturan-peraturan
yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta. Dengan memfokuskan diri kepada
pengarahan, maka daya pikir para pembuat kebijakan publik akan meningkat dan
cermat, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil akan lebih produktif dan lebih
cermat.

15
Kedua, Empowering. Pada pemerintahan yang menganut sistem otoriter
kekuasaan tertinggi berada ditangan penguasa (negara) dan tidak memberikan hak-
hak politik kepada rakyat. Pada sistem ini rakyat hanyalah sebagai objek tanpa
mempunyai akses untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan. Rakyat tidak dapat
memberikan saran-saran/koreksi terhadap kinerja pemerintah sehingga pemerintah
bekerja tanpa terkontrol. Pada perkembangannya sistem ini tidak populer lagi
dimata masyarakat, apalagi pada sistem ini pemerintah harus melayani seluruh
kebutuhan masyarakat tetapi pemerintah tidak mampu melaksanakannya dengan
baik.
Karena sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,
maka perlu dilakukan perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah
mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dengan melakukan pemberdayaan
kepada rakyat (Empowering). Melalui sistem ini rakyat tidak lagi sebagai objek
pemerintahan tetapi juga sebagai subjek pemerintahan. Rakyat harus diberikan
kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri. Dalam pelaksanaan empowering ini
ada beberapa kendala yang dihadapi, yaitu keterbatasan kemampuan sumber daya
manusia. Dengan keterbatasan ini masyarakat belum mampu menterjemahkan
berbagai misi pemerintahan. Disini tugas pemerintah untuk melakukan pembinaan
pengetahuan masyarakat agar mampu melakukan berbagai kegiatan dalam
pembangunan.
Ketiga, Meeting the Needs of the Costumer, not the Bureaucracy. Dalam
prinsip reinventing government ini pemerintah harus memenuhi kebutuhan
consumer (masyarakat) bukan kebutuhan birokrasi. Gejala yang selama ini ada para
administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang akan dinilai baik oleh
atasannya. Para bawahan akan berusaha membuat atasan senang agar dia
mendapatkan pangkat yang lebih tinggi. Sedangkan masyarakat yang seharusnya
mendapatkan pelayanan yang baik dari para administrator menjadi faktor
sampingan, faktor yang utama adalah seorang administrator harus melayani
kebutuhan para pejabat. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat para
administrator harus merubah orientasi pelayananan dari melayani kebutuhan para
birokrat menjadi melayani kebutuhan masyarakat. Dengan demikian masyarakat
akan merasa terayomi oleh pemerintah, merasa dekat secara emosional dengan

16
pemerintah. Hal ini akan terjadi jika telah terwujud Civil Society dalam masyarakat.
Dengan civil society masyarakat akan mempunyai ekses dalam mengawasi
pelaksanaan tugas pemerintahan. Jika terjadi pelanggaran, misalnya para birokrat
tidak melayani masyarakat dengan baik tetapi melayani birokrat atasannya, maka
masyarakat akan meniupkan peluit sebagai tanda peringatan kepada administrator.
Dengan demikian penyimpangan akan semakin dikurangi. Dengan kata lain
administrator akan mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
birokrat.
Keempat, Earning. Sifat pemerintahan yang selama ini ada adalah selalu
berusaha untuk menghabiskan dana yang ada, tanpa perlu memikirkan bagaimana
mendapatkan dana tersebut. Semakin lama semakin terbatas sumber dana
pemerintah, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai berbagai program pemerintah
semakin tinggi. Disatu sisi pemerintah dapat memungut pajak yang tinggi dari
masyarakat untuk membiayai berbagai program pemerintah, tetapi hal tersebut akan
menambah beban masyarakat dan pada akhirnya akana mengurangi akuntabilitas
pemerintah dimata masyarakat. Disini berarti menaikan sektor pajak merupakan
cara yang tidak bijaksana. Sehubungan dengan hal di atas pemerintah perlu
mempertimbangkan pemikiran bahwa instansi pemerintah harus mampu
menghasilkan dana untuk membiayai berbagai programnya. Seorang manajer
instansi pemerintah harus mampu melaksanakan tugas sebagaimana halnya manajer
perusahaan swasta yakni dengan mempertimbangkan input dan out-put dari
instansinya. Masing-masing instansi pemerintah harus mampu membuat program
yang mampu menambah penghasilan instansinya, sebagaimana yang dilaksanakan
oleh sektor swasta. Dengan demikian instansi pemerintah dan para birokrat
didalamnya akan terbiasa untuk menghemat biaya/anggaran. Apabila seluruh
instansi pemerintah sudah terbiasa untuk menghasilkaan dana sendiri untuk
membiayai berbagaaai kegiatannya bahkan sampai bisa menabung/investasi untuk
usaha lain, maka beban pemerintah untuk berbagai kegiatan pemerintahan akan
semakin berkurang. Dengan demikian konsentrasi pemikiran pemerintah (pembuat
kebijakan) akan tertuju pada masalah-masalah yang penting dan mutu pelayanan
pemerintah kepada masyarakat akan meningkat.

17
Hal di atas akan dapat dilaksanakan di Indonesia, jika masing-masing
pemerintah daerah sudah mampu membiayai pemerintahannya sendiri. Dan di
dalam Pemerintah Daerah tersebut, masing-masing instansi Pemerintah Daerah
mampu menghasilkan dana sendiri dengan tidak selalu memberatkan anggaran
Pemerintah Daerah, misalnya Dinas Pertanian mampu menghasilkan dana sendiri
dengan melakukan penelitian dan pengembangan bibit unggul dan hasilnya dijual
ke masyarakat atau ke daerah lain melalui mekanisme pasar yang sehat. Demikian
juga dengan Dinas Perikanan, mampu mengembangkan sektor penelitian dan
pengembangan ikan dan hasilnya di jual kepada pasar. Demikian juga dengan
dinas-dinas lainnya. Jika hal di atas dapat diwujudkan, maka nantinya akan kita
lihat bahwa daerah-daerah di Indonesia akan merata kemajuannya. Ekonomi
masyarakat akan ditunjang dengan perdagangan antar daerah yang berjalan dengan
sehat. Hal ini pada akhirnya akan mampu mengeluarkan Indonesia dari krisis
ekonomi dan krisis politik.
Kelima, Prevention. Pemerintah selama ini cenderung untuk
menyelesaikan suatu masalah setelah masalah tersebut timbul atau menjadi masalah
besar. Setelah suatu masalah menjadi masalah besar, maka pemerintah akan
mengalami kesulitan besar untuk mengatasinya, baik dari segi kerumitan maupun
pembiayaan. Misalnya, Masalah wabah penyakit, Apabila di suatu daerah telah
terjadi wabah penyakit mutaber, demam berdarah, maka pemerintah akan bekerja
ekstra keras dan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengatasi masalah wabah
penyakit tadi. Akan lain halnya jika pemerintah sudah melakukan usaha-usaha
pencegahan terhadap datangnya penyakit tadi. Misalnya, pemerintah sudah
membuat saluran-saluran air yang baik, memberikan penyuluhan tentang hidup
sehat kepada masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan penyakit yang mewabah
tidak akan terjadi. Dengan demikian pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya
yang tinggi untuk mengatasi masalah wabah penyakit. Begitu juga dengan situasi
politik nasional dan international. Pemerintah harus sudah paham dengan situasi
politik nasional dan internasional. Apa-apa yang diinginkan oleh masyarakat harus
mampu dibaca oleh pemerintah. keputusan-keputusan yang diambil harus sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Akan terjadi akumulasi ketidakpuasan
masyarakat dalam bentuk tindakan anarkhis apabila kebutuhan masyarakat tidak

18
terlayani oleh pemerintah. Jadi dengan memahami kehendak politik rakyata secara
dini, maka rakyat akan semakin dekat dengan pemerintahnya, partisipasi politik
rakyat akan semakin tinggi dan pemerintah akan melaksanakan pemerintahan
dengan tenang.
Akhirnya jelas, sebuah perubahan harus dimulai, apapun konsep yang
hendak digunakan, namun paling tidak konsep tersebut harus merepresentasikan
juga posisi kebudayaan Indonesia sehingga ditemukan format kelembagaan
birokrasi yang efisien,efektif, adaptif dan human tanpa harus menjadi ke-barat-
barat-an, meninggalkan identitas sebagai sebuah bangsa yang otonom dan berjati
4
diri.

“STUDI KASUS PELAYANAN PUBLIK PADA PENDIDIKAN GRATIS”


Yang dimaksud dengan “pendidikan gratis” di sini adalah penyelenggaraan
pendidikan tanpa mengikutsertakan masyarakat (orang tua) dalam pembiayaan,
khususnya untuk keperluan operasional sekolah. Dalam pengertian seperti itu,
konsekuensi kebijakan pendidikan gratis sangat bergantung pada perhitungan
tentang biaya satuan (unit cost) di sekolah. Biaya satuan memberikan gambaran
berapa sebenarnya rata-rata biaya yang diperlukan oleh sekolah untuk melayani
satu murid.
Sebenarnya sekolah gratis sudah lama di galakkan, namun pada
kenyataannya sekolah gratis baru begitu mendapat perhatian oleh public pada akhir-
akhir tahun 2008. apakah dibalik masalah sekolah gratis yang mulai hangat pada
akhir tahun ini ada kepentingan-kepentingan lain yang tentunya mempunyai tujuan
dan maksut yang samar-samar ? Jika kita mencoba untuk menganalisa masalah
sekolah gratis ini, dapat kita tarik beberapa poin atau sebuah alasan kenapa sekolah
gratis baru mendapat sorotan dari publik di akhir tahun.
• Yang pertama mungkin saja di karenakan tidak ada dana, pendapat ini diperkuat
dengan bukti bahwa bangsa Indonesia pada saat ini adalah fase kritis dimana harga
minyak dunia menanjak tajam yang menyebabkan perhatian pemerintah lebih
terpusat pada masalah subsidi BBM. Masalah ini juga dipertajam dengan

4
Ilmawan. (1998). membedah politik orde baru. yogyakarta: pustaka pelajar.

19
banyaknya dana bantuan yang di peruntukkan kepada masalah pendidikan disunat
dan diotak-atik oleh tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, dan akhirnya dana
tersebut tidak mencukupi untuk membiayai pendidikan.
• Alasan yang kedua adalah tidak adanya tujuan yang jelas dan langkah-langkah
kongkrit atas sekolah gratis tersebut. Hal ini terbukti dengan kurikulum yang
dipraktekkan kerap kali bersifat rancu, seperti kurikulum 1994, KBK, KTSP dan
sebagainya. Ini memperlihatkan bahwa seolah-olah pendidikan itu adalah sebuah
kelinci percobaan yang tidak tahu tujuannya, karena setiap tahun kurikulum yang
disajikan selalu berubah-ubah, belum tuntas kurikulum yang satu, kurikulum yang
lain sudah menunggu untuk di uji cobakan. Alasan yang ketiga adalah manifesto
politik, kalau dipikir-pikir mungkin ada benarnya juga kenapa sekolah gratis baru
hangat-hangat dibicarakan pada akhir tahun, mungkin karena sebentar lagi akan
dilaksanakannya pemilihan umum, dan untuk mengangkat legistimate public bisa
saja orang bersikap menjilat dan mengambil muka agar mereka mendapat dukungan
dari rakyat atas kepeduliannya terhadap pendidikan di Indonesia.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan


Faktor yang mempengaruhi dalam implementasi pelayanan pendidikan gratis
adalah adanya keterbatasan Dana dari pemerintah daerah untuk membiayai program
tersebut.
Implikasi dari keterbatasan dana untuk membiayai program bebas biaya sekolah
tersebut mengakibatkan tidak semua sekolahan disekitar kabupaten jawabarat tidak
mendapatkan pelayanan pendidikan gratis atau bebas biaya sekolah. Sementara itu,
factor politik yang diindikasikan mempengaruhi implementasi program pendidikan
gratis teryata tidak terbukti.
Kesimpulan terakhir yang dapat ditarik yaitu digulirnya bebas biaya sekolah
untuk membantu dan meringankan beban orang tua siswa dalam membiayai
pendidikan anaknya memang dapat tercapai walapun manfaat tersebut tidak dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Untuk masalah perbedaan tingkat ekonomi yang terjadi pada tiap-tiap
daerah, langkah-langkah yang seharus diambil pada tiap daerah adalah dengan
menerapkan subsidi silang. Dimana pada subsidi silang ini, keluarga yang mampu

20
dari segi ekonomi sudah seharusnyalah mereka memberikan bantuan kepada
masyarakat yang miskin. Karena inti dari sekolah gratis ini yang menjadi perioritas
adalah masyarakat miskin atau masyarakat mengah kebawah yang tidak mampu
membiayai pendidikan. Karena masalah sekolah garatis tidaklah semuanya merata
di setiap daerah, dengan diterapkanya sistem subsidi silang dapat diharapkan
daerah-daerah yang tidak mendapat dana bantuan atau subsidi dapat tertutupi
dengan sistem subsidi silang. Ketidak merataanya sekaolah gratis pada setiap
daerah bukan hanya terhalang karena masalah dana, namun masalah sekolah gratis
diperparah oleh tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyunat-
nyunat dana untuk sekolah gratis. Pada dasarnya subsidi yang diberikan dalam
bentuk sekolah garatis itu berasal dari pajak yang anda bayar, dan jika memang
anda adalah seorang warga Negara yang sadar pajak, maka sudah sepantasnya anda
untuk mengenyam pendidikan yang diselenggaraan oleh Negara.
idikan khususnya untuk jenjang pendidikan SMP/MTs belum tersedia secara merata,
Mutu (quality) dan relevansi (relevancy) pendidikan, dapat terlihat pada kualitas
pendidikan masih relatif rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan
kompetensi peserta didik, manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan
efisien dengan anggaran pendidikan yang belum tersedia secara memadai, Selain
itu tuntutan persaingan global memerlukan SDM berkualitas yang memiliki daya
saing tinggi.
Kajian terhadap upaya peningkatan penyelenggaraan pendidikan dasar
dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: Pemerataan (equity) antara lain tingkat
pendidikan penduduk masih relatif rendah, dinamika perubahan struktur penduduk
belum sepenuhnya teratasi dalam pembangunan pendidikan, masih terdapat
kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antar kelompok masyarakat
seperti penduduk kaya dan miskin, antara penduduk perkotaan dan perdesaan,
Fasilitas pelayananan pendidikangratis.
C. Standar Pelayanan Minimalis
Standar pelayanan minimal pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM
Pendidikan Dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui
jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan merupakan ketentuan tentang

21
jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota secara langsung maupun secara tidak langsung melalui
sekolah dan madrasah. Penerapan SPM dimaksudkan untuk memastikan bahwa di
setiap sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi minimum yang dibutuhkan untuk
menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai.
SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai hal yang harus
disediakan dan dilakukan oleh dinas pendidikan, sekolah/madrasah untuk
memastikan bahwa pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
SPM menyatakan kepada warga masyarakat tentang tingkat layanan pendidikan
yang dapat mereka peroleh dari sekolah/ madrasah di daerah mereka masing-
masing. SPM tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tahapan menuju
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dengan ditetapkannya SPM Bidang Pendidikan Dasar maka setiap daerah
perlu menyusun perencanaan program/kegiatan untuk mencapai SPM. Untuk
mengukur sejauh mana kinerja dinas pendidikan telah mencapai SPM atau belum
maka dinas pendidikan perlu melakukan pemetaan terhadap kinerja layanan dinas
pendidikan/depag serta sekolah-sekolah (SD/MI dan SMP/MTs). Dari pemetaan
tersebut diketahui kinerja mana yang belum mencapai SPM dan kinerja mana yang
sudah mencapai SPM.
SPM pada pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dimulai dari kondisi
yang ada saat ini, pencapaian SPM sampai dengan memenuhi SNP. Tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Analisis Kondisi
Pada proses pencapaian SPM, analisis terhadap kondisi yang ada dilakukan
terhadap aspek pendidik dan ketersediaan sarana dan prasarana. Kondisi yang
dilihat dari aspek pendidik adalah kualifikasi dan sertifikasi. Sementara aspek
sarana prasarana antara lain buku untuk peserta didik dan set alat/media
pembelajaran IPA.

22
2) Target SPM
Target pencapaian SPM antara lain setiap SD/MI memiliki pendidik yang
berkualifikasi S-1/D-IV dan memiliki sertifikasi pendidik sekurang-kurangnya 2
(dua) orang. Setiap peserta didik memiliki satu set buku yang terdiri atas 4 (empat)
mata pelajaran atau buku elektronik yang setara dengan satu set buku dari 4 mata
pelajaran serta satu set alat/media pembelajaran IPA tanpa ruang laboratorium.
3) Pencapaian Standar Nasional Pendidikan
Setelah SPM terpenuhi di semua satuan/program pendidikan, maka pencapaian
SNP dicanangkan dengan indikator.
Perbaikan-perbaikan yang harus diperbaiki
Patut diakui bahwa setelah hampir satu dasawarsa kebijakan wajib belajar 9 tahun
ini berjalan, banyak perkembangan yang dicapai. Secara umum terjadi.
Wajib belajar pendidikan 12 tahun merupakan gagasan progresif dalam rangka
mendorong pemenuhan hak warga Negara akan pendidikan. Sesungguhnya dengan
kemauan dan komitmen politik yang kuat dari berbagai pihak, gagasan tersebut
dapat direalisasikan segera. Melihat kemampuan anggaran kita, Pendidikan 12
tahun, sekali lagi, sangat mungkin diwujudkan mulai tahun depan.
Yang mesti sangat diperhatikan adalah, gagasan tersebut akan terealisasi dengan
baik jika ada sinergi antara pusat dan daerah untuk membenahi sejumlah persoalan
yang selama ini meliputi implementasi anggaran dan program pendidikan nasional.
Sebagai contoh antara lain:
1) BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
BOS secara umum sudah mulai berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah di
tingkat pendidikan dasar. Instrumen ini perlu diteruskan dengan memastikan
peningkatan penganggaran yang lebih tepat berdasar pada satuan biaya yang
dibutuhkan (unit cost) yang dihitung secara cermat, berikut pengawasan
pelaksanaan anggaran yang tegas untuk merealisasikan pendidikan dasar gratis
yang bermutu.
Paling urgen untuk dibenahi adalah perbaikan mekanisme penyaluran BOS yang
menyebabkan terjadi keterlambatan pencairan atau penerimaan BOS oleh sekolah.
Kurangnya sosialisasi menyebabkan proses partisipasi masyarakat/komunitas pada
pengelolaan anggaran operasional sekolah menjadi lemah. Di sisi lain, Kurangnya

23
tindakan tegas pemerintah terhadap sekolah yang tidak transparan dan akuntabel
dalam pengelolaan BOS membuat banyak penyalah gunaan BOS terjadi di mulai
tingkat sekolah.
2) DAU (Dana Alokasi Umum)
Selama ini DAU berfungsi untuk memenuhi dana operasional pendidik dan tenaga
kependidikan. DAU merupakan komponen anggaran terbesar (73,22% untuk
anggaran 2012) dari anggaran fungsi pendidikan nasional. Selama ini belum ada
evaluasi memadai atas pemanfaatan anggaran untuk guru dan tenaga kependidikan
ini. Kualitas dan kinerja guru masih banyak yang memprihatinkan, meski
pemerintah memberikan tunjangan besar bagi guru profesional (dengan sertifikasi).
Perlu ada evaluasi dan pembinaan lebih serius untuk guru sebagai ujung tombak
pendidikan.
3) DAK (Dana Alokasi Khusus)
DAK sebagai conditional transfer dimaksudkan sebagai insentif agar pemerintah
daerah mampu menyelenggarakan urusan tersebut dengan sebaik-baiknya. Tujuan
yang ingin dicapai dengan DAK adalah pencapaian prioritas nasional pada sektor-
sektor yang merupakan urusan dasar (pelayanan dasar) melalui pencapaian standar
pelayanan minimum (SPM) secara merata bagi seluruh warga negara di seluruh
daerah.
Pembagian DAK Pendidikan masih banyak yang belum menyasar secara tepat.
Belum ada peta/gambaran yang memuat data kondisi sarana dan prasarana sekolah.
Masalah lain adalah dana pendamping DAK sebesar 10% juga dianggap
memberatkan bagi daerah dengan PAD yang minim.

Analisis studi kasus


Pendidikan adalah tolak ukur suatu Negara yang menjadi landasan dalam
penilaian, apakah Negara tersebut tergolong berkembang atau maju. Termasuk di
Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 264 juta jiwa hal ini membuat
pemerintah gencar mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia salah satunya
adalah dengan menciptakan sistem pendidikan yang gratis. Namun pada
pelayanannya kurang maksimal terbukti dengan banyaknya keluhan dari
masyarakat terutama para pelajar.

24
Hal ini seakan menjadi paradoks yang berkembang di sistem pendidikan itu
sendiri di karenakan menurut kasus yang kami analisis adanya faktor-faktor yang
menghambat dalam implementasi pelayanan pendidikan gratis adalah keterbatasan
dana.pada kasus ini yang menjadi sorotan adalah persentase pelajar di Indonesia
yang dapat memasuki kejenjang universitas itu persentasenya hanya sebesar 20%
jika dibandingkan dengan jumlah pelajar di Indonesia.Kasus ini mendorong
pemerintah untuk membuat standar pelayanan minimalis. Menurut kelompok kami
faktor yang paling mempengaruhi kasus ini adalah adanya perbedaan tingkat
ekonomi di antara setiap golongan masyarakat, kami menawarkan solusi bahwa
pemerintah harus menyediakan subsidi silang agar dapat menciptakan pemerataan
di bidang pendidikan itu sendiri.

BAB III

25
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Reinventing Government adalah “transformasi system dan organisasi
pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis
dalam efektifitas, efesiensi, dan kemampuan mereka untuk melakukan
inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan, system
insentif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya system
dan organisasi pemerintahan.
2. Osborn dalam buku memangkas birokrasi. mengemukakan Prinsip-
prinsip Reinventing Government ,yaitu :
 Pemerintahan katalis
 Pemerintah adalah Milik Masyarakat
 Pemerintah yang kompetitif
 Pemerintah berorientasi pada Misi
 Pemerintah berorientasi pada hasil.
 Pemerintah berorientasi pada pelanggan
 Pemerintah wirausaha
 Pemerintah antisipatif
 Pemerintahan desentralisasi
 Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar
3. Prinsip-prinsip utama reinventing government ini akan diigunakan
sebagai dasar analisa untuk melihat pelaksanaan reinventing
government di Indonesia. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan
Imawan tersebut, maka penerapan reinventing government untuk
konteks Indonesia dapat dilihat melalui kelima prinsip utama

3.2 Saran
Semoga dengan tersusun nya makalah ini dapat menambah pengetahuan
tentang birokrasi modern, khususnya mengenai Reinventing Goverment. serta
menjadi sumber referensi bagi pembacanya. penulis juga berharap sekali ada kajian
husus beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Administrasi Negara.

26
DAFTAR PUSTAKA

Osborne, D. dan Gaebler. T. 1996. Reinventing Government: How The


Entrepreneurial Spirit Is Transforming The Public Sector. Rosyid, A. (penerjemah).
Mewirausahakan Birokrasi : mentranformasi semangat wirausaha ke dalam sektor
publik jilid 2 (terjemahan), Seri manajemen strategi. PPM, Jakarta.

Osborne, D. dan Plastrik. P, 2000. Banishing Bereaucracy: The Fife Strategies For
reinventing Government. Rosyid A. (Penerjemah). Memangkas Birokrasi : lima
strategi menuju Pemerintahan wirausaha (terjemahan), seri manajemen strategi.
PPM, Jakarta.

Dr. Novita Tresiana S.Sos. M,Si., (2016). Pengantar ilmu administrasi publik.
Bandar Lampung: Pustaka Ilmu.
Imawan, Riswandha. 1998. Membedah Politik Orde Baru. Pustaka Pelajar:,
Jogyakarta
Titik Djumiarti S.Sos. menggagas strategi reinventing goverment. Dalam
memantapkan kehidupan berbangsa
Jurnal akuntansi manajemen vol 4 no. 1 juni 2009 reinventing goverment dalam
mensejahterakan masyarakat
http://denitriyanto92.blogspot.com/2013/06/ -reinveting-government-studi.html
http://madurapintar.blogspot.com/2014/11/-reinventing-goverment.html
http://eprints.undip.ac.id/984/1/Artikel_Budi_Winarno_edit.pdf
http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/307/Implementasi-Entrepreneurial-
Government-dan-Kinerja-Pemerintah-Daerah-Suatu-Tinjauan-Teoritis-dan-
Pengalaman-Empiris.pdf

27
LAMPIRAN
PEMBAGIAN TUGAS

1. Asmiati: Membuat kata pengantar, mencari materi dan mengedit makalah

2. Anggara Fitra Maulana: Mencari materi, dan mencari referensi buku

3. Rosiana Desmayanti: mencari materi, dan mencari jurnal

28
4. Panji Sastrawan: Mencari referensi buku bacaan dan menganalisis studi
kasus

5. Tasya Innama: Mencari materi dan mencari Studi kasus

6. Rizki Setiawan: analisis kasus dan membawa referensi buku bacaan

29
30
Soal-soal
1. Reinventing goverment merupakan sebuah konsep baru pemerintahan
yang diajukan oleh?
a. Lan,Zhiyong, dan Rosenbloom
b. Osbon dan Gaebler
c. Pollit
d. Barzelay
e. Hendy Fayol
Jawab: B

2. Didalam teori reiventing goverment terdapat beberapa prinsip, berikut


beberapa prinsip tersebut, kecuali?
a. Pemerintah yang katalis
b. Pemerintah yang kompetitif
c. Pemerintah yang berorientasi pada misi
d. Pemerintah yang b erorientasi pada hasil
e. Pemerintah wirausaha
Jawab: E

3. Apa yang dimaksud dengan penataan kelembagaan pemerintah melalui


reinventing goverment yang bersifat reorientasi?
a. Manata ulang kembali pemerintah, membangun organisasi sesuai
kebutuhan dan tuntutan publik
b. Meredefinisikan visi, misi, peran, strategi, implementasi, dan evaluasi
kelembagaan pemerintah
c. Mensinergikan seluruh actor
d. Kemauan dari penyelenggara pemerintah untuk mereformasi diri
sendiri
e. Persamaan persepsi dan pandangan terhadap pelaksanaan
Jawab: E

4. Berikut beberapa strategi dalam reiventing goverment, kecuali?

31
a. Strategi inti
b. Stategi konsekuensi
c. Strategi pelanggan
d. Strategi pendekatan
e. Strategi budaya
Jawab: D

5. Strategi yang menentukan tujuan sebuah sistem dan organisasi publik


adalah startegi?
a. Strategi inti
b. Strategi konsekuensi
c. Strategi budaya
d. Strategi pelanggan
e. Strategi pengawasan
Jawab: A

6. Menurut Ilmawan, prinsip utama reinventing goverment terbagi menjadi 5,


salah satunya?
a. Prinsip birokrasi
b. Prinsip administrative
c. Prinsip empowering
d. Prinsip orientasi
e. Prinsip desentralisasi
Jawab: C

7. Kelebihan dari reinventing goverment:


1. Masyarakat menjadi lebih baik dan kreatif karena harus memecahkan
masalah sendiri tanpa tergantung dengan pemerintah
2. Control atas pelayanan dilepaskan dari birokrasi dan diserahkan kepada
masyarakat
3. Memperbaiki keefektifan pemerintah sekarang

32
4. Sulit diterapkan karena harus beradaptasi pada sistem baru

Pilihlah jawaban.
a. (1) & (2) benar
b. (1) & (3) benar
c. (2) & (4) benar
d. (1), (2), & (3) benar
e. Benar semua
Jawab: D

8. Faktor yang sangat penting dalam melakukan reformasi birokrasi,


mengingat masih kentalnya budaya paternalistikdalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia merupakan definisi dari faktor?
a. Komitmen pimpinan
b. Kemauan dari diri sendiri
c. Konsistensi
d. Kesepahaman
e. Strategi konsekuensi
Jawab: A

9. Strategi ini menentukan dimana letak kekuasaan membuat keputusan itu


diberikan. Merupakan definisi dari strategi reinventing goverment yaitu?
a. Strategi inti (The core strategy)
b. Strategi konsekuensi (The consequences strategy)
c. Stategi pelanggan (The customers startegy)
d. Strategi pengawasan (The control strategy)
e. Strategi budaya (The culture strategy)
Jawab: D

10. Faktor sukses dalam reformasi birokrasi di dalam reinventing goverment


antara lain, kecuali?

33
a. Komitmen pimpinan
b. Konsistensi
c. Kemauan diri sendiri
d. Kesepahaman
e. Kekuasaan
Jawab: E

Essay
1. Pengertian reinventing goverment ?
2. Apakah dengan menerapkan reinventing government akan
menghilangkan peran pemerintah dan dikuasai swasta ?
3. Apa latar belakang munculnya reinventing government dalam
birokrasi ?
4. Jelaskan 10 prinsip reinventing goverment menurut Osborn?
5. Sebutkan 5 prinsip utama reiventing goverment menurut ilmawan
untuk konteks penerapan diindonesia?

34

Anda mungkin juga menyukai