Anda di halaman 1dari 17

REINVENTING GOVERNMENT

Disusun oleh
Kelompok 2 A
1. Galih Pramita Kinasih ( 201812004 )

2. Rimba Pradana Wijaya ( 201812014 )

3. Alya Sal Sabilla ( 201812016 )

4. Yogie Imam Tri Oktavidian ( 201812017 )

5. Gladys Tiara JM ( 201812035 )

6. Inayah Eriantika ( 201812036 )

7. Dinda Putri S ( 201812061 )

STIKES YAYASAN RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO

PRODI S-1 ADMINSITRASI RUMAH SAKIT

TAHUN AKADEMIK 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kami limpahkan atas Rahmat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan Publik. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memahami dan memperluas pengetahuan tentang Pelayanan
Publik, khususnya mengenai Reinventing Government. Makalah ini disusun
dengan berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan segala pertolongan Allah Swt. Akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi para
pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari para pembaga
sehingga kami bisa menyempurnakan tugas kami.

Surabaya, Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
1. Apa pengertian dari Reinventing Goverment?...................................................2
2. Bagaimana implementasi Prinsip dari Reinventing Goverment?.......................2
3. Apa kendala yang terjadi dalam pengimplementasian konsep Reinventing
Goverment di Indonesia?............................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
1. Untuk mengetahui Konsep Reinventing Goverment.........................................2
2. Untuk mengetahui Prinsip dan Implementasi Reinventing Goverment.............2
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam pengimplementasian
konsep Reinventing Goverment di Indonesia.............................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Reinventing Goverment........................................................................3
B. Prinsip Reinventing Goverment.............................................................................3
1. Pemerintahan katalis...........................................................................................3
2. Pemerintahan milik rakyat..................................................................................4
3. Pemerintahan yang kompetitif............................................................................4
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi..........................................................4
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil................................................................5
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan................................................................5
7. Pemerintahan wirausaha.....................................................................................6
8. Pemerintahan antisipatif......................................................................................6
9. Pemerintahan desentralisasi................................................................................7
10. Pemerintahan berorientasi pasar......................................................................7
C. Beberapa kendala dalam implementasi Reinventing Goverment............................8
BAB III. PENUTUP.........................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa,
dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyedia penyelenggara
pelayanan publik. Terkait dengan pelayanan publik yang dimaksud, Undang-
Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya sehingga efektivitas
penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya
penyelenggaraan pelayanan publik.

Pelayanan publik saat ini sangat erat kaitannya dengan reformasi


administrasi publik yaitu Reinventing Government yang di dasarkan atas
pengalaman negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru
secara berangsur-angsur diadopsi ke dalam manajemen pemerintahan terkait
pelayanan publik di berbagai negara, termasuk Indonesia. Transformasi
manajemen pemerintahan dalam Reinventing Government mulai dari penataan
kelembagaan / Institutional Arrangement, reformasi kepegawaian / Civil Servant
Reform, dan reformasi pengelolaan keuangan Negara / New Management Reform
(Mahmudi, 2007).

Pada pembahasan tentang Reinventing Government tersebut pemerintah


dianjurkan untuk meninggalkan paradigma administrasi tradisional yang
cenderung mengutamakan sistem dan prosedur, birokratis yang tidak efisien,
pemberian layanan yang lambat serta tidak efektif, dan menggantikannya dengan
orientasi pada kinerja dan hasil. Pemerintah dianjurkan untuk melepaskan diri dari
birokrasi klasik, dengan mendorong organisasi dan pegawai agar lebih fleksibel,
dan menetapkan tujuan, serta target organisasi secara lebih jelas sehingga
memungkinkan pengukuran hasil (D.Moynihan, Sanjai K Pandey, 2003)

1
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Reinventing Goverment?
Bagaimana implementasi Prinsip dari Reinventing Goverment?
Apa kendala yang terjadi dalam pengimplementasian konsep Reinventing
Goverment di Indonesia?

C. Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Reinventing Goverment.
Untuk mengetahui Prinsip dan Implementasi Reinventing Goverment.
Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam
pengimplementasian konsep Reinventing Goverment di Indonesia.

2
BAB II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reinventing Goverment


Gagasan Reinventing Government yang dicetuskan oleh David Osborne
dan Ted Gaebler adalah gagasan yang mengkritisi dan memperbaiki konsep-
konsep dan teori-teori klasik tersebut untuk optimalisasi pelayanan publik.
Gagasan Reinventing Government dikemukakan oleh David Osborne dan Ted
Gaebler pada tahun l992. Gagasan ini muncul sebagai respon atas buruknya
pelayanan publik yang terjadi di pemerintahan Amerika Serikat sehingga
timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah [ CITATION Bud17 \l 1057 ].

Reinventing government merupakan cara birokrasi mengubah sistem atau


pengaturan agar pelaksanaan pemeritahan dapat berjalan secara akuntabilitas,
resposif, inovatif, professional, dan entrepreneur. Entrepreneur dimaksudkan
agar pemerintah daerah yang telah diberikan otonomi memiliki semangat
kewirausahaan untuk lebih inovatif dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan dapat menjawab tuntutan masyarakat di era globalisasi.
Sehingga mewirausahakan birokrasi bukan berarti birokrasi melakukan
wirausaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melainkan
memberdayakan institusi agar produktivitas dan efisiensi kerja dapat
dioptimalkan [ CITATION Sae20 \l 1057 ].

B. Prinsip Reinventing Goverment


l0 prinsip menurut David Osborne dan Ted Gaebler adalah:

1. Pemerintahan katalis yakni mengarahkan dari pada mengayuh artinya


jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah
seharusnya sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu,
bukannya sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu
bergerak. Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi
pada pembuatan kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada
disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis pelayanan (mengayuh)

3
[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Konsekuensinya adalah
Konsekuensinya, periu ada redistribusi kepenguasaan dan pemerintah.
Secara tradisional, peran pemerintah adalah mengatur dan kurang
mengedepankan dialog. Dalam konsep baru, peran pemerintah
diharapkan lebih bersifat mengarahkan pada dialog serta membangun
kemitraan dengan swasta khususnya kegiatan yang berkaitan dengan
pelayanan [ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh: untuk
membangkitkan peranan masyarakat di tingkat kecamatan dalam
meningkatkan produktivitas pertanian unggulan di daerahnya, seorang
camat bisa memberikan rangsangan pembelian pupuk yang murah,
memberikan bimbingan dan penyuluhan yang tanpa bayar, memberikan
hadiah yang merangsang petani bekerja dengan senang dan giat. Camat
mengatur, mendorong dan mempengaruhi agar produk pertaniannya di
lingkungan kecamatannya bisa maju akan tetapi juga camat juga
menggunakan metode yang memberikan insentif kepada
masyarakatnya.
2. Pemerintahan milik rakyat yakni memberi wewenang dari pada
melayani. Artinya, birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada
pelayanan menghasilkan ketergantungan dari rakyat. Hal ini
bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi mereka. Oleh karena
itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan inisiatif
dari mereka sendiri [ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Dengan memberikan
kewenangan kepada masyarakat diharapkan akan dapat membangkitkan
kepercayaan serta mampu memberikan solusi yang lebih baik.,
mengingat masyaraakat memiliki komitmen yang lebih tinggi serta
lebih memahami masalahnya dan dapat menegakkan standar perilaku
yang lebih efektif[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh di sini seorang
camat harus mau dikontrol, dikritik, dan diawasi oleh rakyat. Kantor
kecamatan dibuka untuk 24 jam menerima masukan, saran, kritik, dan
kontrol dari masyarakat.
3. Pemerintahan yang kompetitif yakni menyuntikkan persaingan ke

4
dalam pemberian pelayanan; Artinya, berusaha memberikan seluruh
pelayanan tidak hanya menyebabkan risorsis pemerintah menjadi habis
terkuras, tetapi juga menyebabkan pelayanan yang harus disediakan
semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah (organisasi
publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan
efektifitas pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu,
pemerintah harus mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara
masyarakat, swasta dan organisasi non pemerintah yang lain dalam
pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih besar,
tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang
lebih inovatif[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Kompetisi yang sehat akan
memberikan keuntungan antara lain terjadinya etlsiensi yang lebih
besar, meningkatkan respon terhadap kebutuhan pelanggan, mendorong
inovasi, dan membangkitkan rasa harga diri maupun semangat
juang[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh seorang camat selain
mampu mendorong masyarakatnya untuk berperan aktif dalam
meningkatkan produksi pertaniannya atau perdagangan, atau kerajinan
yang ada di daerahnya juga harus mampu mendorong staf karyawannya
untuk bersaing meningkatkan kinerjanya. Untuk itu camat harus kreatif
untuk mencari sumber yang bisa dipergunakan untuk merangsang
peningkatan kinerja tersebut.
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi yakni mengubah organisasi
yang digerakkan oleh peraturan; Artinya, pemerintahan yang dijalankan
berdasarkan peraturan akan tidak efektif dan kurang eisien, karena
bekerjanya lamban dan bertele-tele. Oleh karena itu, pemerintahan
harus digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya sehingga akan
berjalan lebih efektif dan efisien. Karena dengan mendudukkan misi
organisasi sebagai tujuan, birokrat pemerintahan dapat mengembangkan
sistem anggaran dan peraturan sendiri yang memberi keleluasaan
kepada karyawannya untuk mencapai misi organisasi
tersebut[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Untuk dapat membangun

5
organisasi yang digerakkan dengan misi, perlu ada pernyataan tentang
misi, serta mengorganisasi berdasarkan misi dan bukan berdasarkan
atas kekuasaan[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh Seorang camat
harus mampu rnenganalisis ataran-aturan yang bisa menghambat proses
perbaikan atau peningkatan kinerjanya dan masyarakatnya, yang pada
gilirannya disampaikan kepada atasannya untuk diperbaiki.
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil yakni membiayai hasil, bukan
masukkan. Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai
berdasarkan masukan (income), maka sedikit sekali alasan mereka
untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang lebih baik. Tetapi jika
mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi obsesif
pada prestasi. Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya,
seharusnya didasarkan atas kualitas hasil kerja bukan pada masa kerja,
besar anggaran dan tingkat otoritas[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Untuk
menilai suatu hasil dilakukan dengan kriteria kepuasan pelayanan,
tingkat partisipasi masyarakat, serta kualitas lingkungan. Untuk
mendukung hal tersebut, pemerintah sebaiknya mengembangkan sistem
insentif sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil yang berprestasi
[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Di atas diterangkan bahwa kinerja carnat
yang baik dan berciri wiraswasta ini adalah senantiasa berorientasi pada
hasil. Berapa produksi pertanian yang dihasilkan oleh masyarakatnya
ditotal setiap bulannya atau tahunnya atau setiap semesteran, atau setiap
musimnya.
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan yakni memenuhi kebutuhan
pelanggan, bukan birokrasi. Artinya pemerintah harus belajar dari
sektor bisnis dimana jika tidak fokus dan perhatian pada pelanggan
(customer), maka warga negara tidak akan puas dengan pelayanan yang
ada atau tidak bahagia. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan
rakyat sebagai pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya.
Pemerintah harus mulai mendengarkan secara cermat para
pelanggannya, melalui survei pelanggan, kelompok fokus dan berbagai

6
metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama ini seringkali berlaku
kasar dan angkuh ketika melayani warga masyarakat yang datang ke
Instansinya[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Contoh setiap orang yang
meminta pelayanan ke kantor Kecamatan harus didahulukan
kepentingannya, diurus dan segera diselesaikan urusannya. Gunakanlah
target pelayanan “tiga menit selesai”. Target atau standar ini harus
konsekuen dilaksanakan. Semua urusan di kecamatan selesai dalam tiga
menit.
7. Pemerintahan wirausaha yakni berorientasi untuk menghasilkan
daripada membelanjakan. Jika orientasi pemerintahan hanya pada
pengeluaran maka akan terjadi pemborosan. Pembiayaan atau
pengeluaran hendaknya dipandang sebagai kegiatan menabung
sehingga setiap pengeluaran atau investasi dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil. Untuk itu perlu diadakan pengubahan pada diri
manajer publik termasuk pada birokrat agar selalu bertindak dan
berfikir sebagai wirausaha, bersifat inovatif, efisien serta berani
melakukan investasi[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Menurut
[ CITATION Suk02 \l 1057 ] Daripada menaikkan pajak atau
memotong program publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi
bagaimana menjalankan program publik dengan sumber daya keuangan
yang sedikit tersebut. Dengan kata lain pemerintah mendorong agar
para pejabat dapat berbuat untuk meningkatkan produktivitas sumber-
sumber ekonomi yang rendah ke arah peningkatan produktivitasnya.
Banyak contoh yang dapat dikemukakan, bagaimana kinerja camat
untuk senantiasa jeli melihat kesempatan untuk meningkatnya
produktivitas kecamatannya.
8. Pemerintahan antisipatif yakni mencegah daripada mengobati.
Artinya, pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada
penyediaan jasa untuk memerangi masalah. Misalnya, untuk
menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan kesehatan. Untuk
menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi. Untuk

7
memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk pemadam
kebakaran. Pola pemerintahan semacam ini harus diubah dengan lebih
memusatkan atau berkonsentrasi pada pencegahan[ CITATION
Bud17 \l 1057 ]. Dalam pemerintahan yang antisipatif dalam
mengurangi masalah kesehatan pemerintah membangun sarana air
bersih, pengolahan limbah, pengawasan makanan, menyelenggarakan
vaksinasi dan sebagainya, yang semua kegiatan tersebut merupakan
upaya pencegahan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
antisipatif terhadap apa yang akan terjradi diharapkan dampak negatif
akan dapat diminimalisasi serta pembiayaan untuk mengatasi hal
tersebut akan lebih sedikit, serta akan dapat menghindarkan diri dari
kemungkinan krisis yang timbul. Sehubungan dengan itu, maka
pemerintah hendaknya memiliki pandangan ke depan dan dapat
mengantisipasi akan yang akan terjadi pada masa depan, selanjutnya
merumuskan sejumlah kegiatan daIam suatu kerangka rencana
strategis[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh seorang Camat harus
senantiasa melihat ke depan bukan hanya mampu melihat yang
dilakukan kemarin. Ibarat mengendarai mobil seorang sopir harus lebih
banyak melihat jalan di depan, bukan selalu melihat kaca spion. Camat
harus mampu mengajak rakyat dan pegawainya untuk melihat
kesempatan apa di depan yang bisa ditingkatkan.
9. Pemerintahan desentralisasi yakni dari hierarki menuju partisipasi dan
tim kerja. Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar
berbagai lokasi masih lamban, dan pekerja publik relatif belum terdidik,
maka sistem sentralisasi sangat diperlukan. Akan tetapi, sekarang abad
informasi dan teknologi sudah mengalami perkembangan pesat,
komunikasi antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak
pegawai negeri yang terdidik dan kondisi berubah dengan kecepatan
yang luar biasa, maka pemerintahan desentralisasilah yang paling
diperlukan. Tak ada waktu lagi untuk menunggu informasi naik ke
rantai komando dan keputusan untuk turun[ CITATION Bud17 \l

8
1057 ]. Pemerintah atau lembaga yang terdesentralisasi memiliki
unggulan:
a) Lebih fleksibel karena dapat memberikan respon yang lebih cepat
terhadap lingkungan dan kebutuhan yang berubah.
b) Lebih efektif karena dapat mengetahui perkembangan setiap saat
dan menciptakan solusi yang lebih baik.

c) Lebih inovatif karena terbukanya gagasan dan ide dari para


pelaksana di lapangan

d) Memberikan semangat kerja yang lebih tinggi, komitmen yang


tinggi sehingga produktivitas yang dicapai akan semakin
meningkat.
[ CITATION Suk02 \l 1057 ]

Contoh Seorang camat harus juga mampu memberikan atau


melimpahkan sebagian kewenangan yang ada padanya kepada staf atau
pegawainya, bukannya semua hal harus ditangani sendiri.

10. Pemerintahan berorientasi pasar : mendongkrak perubahan melalui


pasar. Artinya, dari pada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau
jasa tertentu, pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi
sebagai fasilitator dan pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang
telah ada atau yang baru tumbuh. Pemerintahan entrepreneur merespon
perubahan lingkungan bukan dengan pendekatan tradisional lagi, seperti
berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih kepada strategi yang
inovatif untuk membentuk lingkungan yang memungkinkan kekuatan
pasar berlaku [ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Jika dibandingkan dengan
manajemen administratif, mekanisme pasar memiliki beberapa
keunggulan, antara lain:
(a) lebih kompetitif sehingga lebih efisien serta mutu produk dan
pelayanan terjaga;
(b) mendorong pelanggan untuk membuat pilihan, mengingat jumlah

9
produk relatif cukup banyak baik jumlah maupun jenisnya;
(c) Dapat memberikan respon yang lebih cepat terhadap perubahan
yang terjadi [ CITATION Suk02 \l 1057 ].
cara ini, organisasi swasta atau anggota masyarakat berperilaku yang
mengarah pada pemecahan masalah sosial.

C. Beberapa kendala dalam implementasi Reinventing Goverment


Kini masalah yang barangkali timbul adalah seberapa besar
pemerintah daerah mampu menerapkan 10 prinsip reinventing
government, dan menciptakan birokrasi yang mempunyai semangat
wirausaha. Harus tetap diingat bahwa buku yang ditulis oleh Osborne dan
Gaebler merujuk pada kasus-kasus di negara federal Amerika Serikat di
mana struktur masyarakatnya secara ekonomi lebih mapan, dan secara
politik lebih demokratis. Selain itu, di negara ini, karakteristik birokrasinya
meskipun barangkali juga merujuk pada model birokrasi ala Weber, tetapi
berbeda dengan karakteristik birokrasi di Indonesia. Selain itu, birokrasi
ini tidak diliputi oleh penyakit korupsi yang kronis dan budaya nepotis yang
sangat kuat. Akibatnya, konsep birokrasi wirausaha akan jauh lebih mudah
diterapkan di negara federal AS dibandingkan dengan jika diterapkan di
daerah-daerah di Indonesia. Sistem kapitalisme yang sudah sangat
mengakar di AS juga akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
dilaksanakannya konsep reinventing government ini.
Selama Orde Baru, berbagai aktor yang dapat menjadi
penyeimbang dan pengawas lembaga-lembaga publik seperti kelompok
kepentingan, LSM, dan organisasi profesi yang tumbuh dalam masyarakat
telah dikooptasi oleh rejim. Partai politik telah “dimandulkan”, dan
disederhanakan menjadi tiga partai saja. Kondisi ini semakin diperparah
dengan kebijakan azas tunggal Pancasila sehingga partai-partai politik
tidak dapat menggunakan ikatan ideologisnya untuk mengikat
konstituennya. Akibatnya, birokrasi benar-benar menjadi institusi yang
dominan dalam sistem politik di Indonesia. Hal ini mendorong individu-

10
individu di dalamnya untuk berperilaku korup, nepotis, dan kolusif. Oleh
karena itu pula, birokrasi patrimonial menjadi ciri khas birokrasi Indonesia
di mana hubungan-hubungan yang dilakukan lebih mendasarkan pada
hubungan patron-klien, maka di bidang ekonomi pun muncul fenomena
rent-seeker.

Dengan demikian, mereformasi birokrasi publik di Indonesia


dengan menerapkan birokrasi yang mempunyai semangat wirausaha akan
menghadapi tembok besar karena karakteristik birokrasi yang ada tidak
mendukung, bahkan bertolak belakang. Oleh karena itu, dalam rangka
reinventing government maka langkah awal yang harus dilakukan adalah
menghancurkan struktur tradisional birokrasi tersebut. Model-model
birokrasi patrimonial, birokrasi rente, ataupun bereaucratic polity harus
dihancurkan, dan sedikit demi sedikit diganti dengan model birokrasi yang
mempunyai semangat wirausaha.

Untuk tujuan ini, dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yakni :

1. Pertama, melalui penegasan kembali komitmen elit politik untuk


mereformasi birokrasi publik yang lebih akuntabel dan berpihak
kepada kepentingan rakyat; dan
2. Kedua, dengan menggunakan gelombang demokrasi yang kini sedang
mengalir [ CITATION Bud04 \l 1057 ].

11
BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Birokrasi pemerintah harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
tata pemerintahan yang baik dan profesional. Reinventing Government
yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler menemukan titik
relevansinya dalam konteks peningkatan kualitas pelayanan publik dimana
10 prinsip yang terkandung di dalamnya. Pelaksanaan 10 prinsip tentu
harus disesuaikan dengan sosio-kultur kita, bisa menjadi solusi alternatif
yang efektif untuk menghilangkan patologi - patologi birokrasi peradilan
kita selama ini.

Konsep reinventing government adalah usaha mewirausahakan


pemerintah untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat agar dapat lebih produktif
dan menciptakan organisasi pemerintahan yang mandiri sesuai dengan
azas desentralisasi dan otonomi.Tujuan penerapan reinventing government
dimasa pandemic seperti saat ini adalah untuk mewujudkan pemerintahan
yang baik (good governance) dengan memberdayakan aparaturnya dengan
menerapkan kesepuluh konsep yang ditawarkan oleh Osborne.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2020). Optimalisasi Konsep Reinventing Government pada Pemerintah Desa


di masa Pandemi Covid-19. Prosiding Konferensi Nasional Ilmu Administrasi .

Budiana, I. G., & Subanda, I. N. (2017, Februari). Pengembangan Rencana Bisnis Dalam
Perspektif Reinventing Government. JURNAL ADMINISTRATOR, 9.

Sukidjo. (2002, Juni). Resensi Buku Mewirausahakan Birokrasi : Mentransformasikan


Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Cakrawala Pendidikan, 2.

Winarno, B. (2004)." IMPLEMENTASI KONSEP “REINVENTING GOVERNMENT”

13

Anda mungkin juga menyukai