Disusun oleh
Kelompok 2 A
1. Galih Pramita Kinasih ( 201812004 )
1
KATA PENGANTAR
Segala puji kami limpahkan atas Rahmat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan Publik. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memahami dan memperluas pengetahuan tentang Pelayanan
Publik, khususnya mengenai Reinventing Government. Makalah ini disusun
dengan berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan segala pertolongan Allah Swt. Akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi para
pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari para pembaga
sehingga kami bisa menyempurnakan tugas kami.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
1. Apa pengertian dari Reinventing Goverment?...................................................2
2. Bagaimana implementasi Prinsip dari Reinventing Goverment?.......................2
3. Apa kendala yang terjadi dalam pengimplementasian konsep Reinventing
Goverment di Indonesia?............................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
1. Untuk mengetahui Konsep Reinventing Goverment.........................................2
2. Untuk mengetahui Prinsip dan Implementasi Reinventing Goverment.............2
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam pengimplementasian
konsep Reinventing Goverment di Indonesia.............................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Reinventing Goverment........................................................................3
B. Prinsip Reinventing Goverment.............................................................................3
1. Pemerintahan katalis...........................................................................................3
2. Pemerintahan milik rakyat..................................................................................4
3. Pemerintahan yang kompetitif............................................................................4
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi..........................................................4
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil................................................................5
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan................................................................5
7. Pemerintahan wirausaha.....................................................................................6
8. Pemerintahan antisipatif......................................................................................6
9. Pemerintahan desentralisasi................................................................................7
10. Pemerintahan berorientasi pasar......................................................................7
C. Beberapa kendala dalam implementasi Reinventing Goverment............................8
BAB III. PENUTUP.........................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
iii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa,
dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyedia penyelenggara
pelayanan publik. Terkait dengan pelayanan publik yang dimaksud, Undang-
Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya sehingga efektivitas
penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya
penyelenggaraan pelayanan publik.
1
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Reinventing Goverment?
Bagaimana implementasi Prinsip dari Reinventing Goverment?
Apa kendala yang terjadi dalam pengimplementasian konsep Reinventing
Goverment di Indonesia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Reinventing Goverment.
Untuk mengetahui Prinsip dan Implementasi Reinventing Goverment.
Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam
pengimplementasian konsep Reinventing Goverment di Indonesia.
2
BAB II.
PEMBAHASAN
3
[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Konsekuensinya adalah
Konsekuensinya, periu ada redistribusi kepenguasaan dan pemerintah.
Secara tradisional, peran pemerintah adalah mengatur dan kurang
mengedepankan dialog. Dalam konsep baru, peran pemerintah
diharapkan lebih bersifat mengarahkan pada dialog serta membangun
kemitraan dengan swasta khususnya kegiatan yang berkaitan dengan
pelayanan [ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh: untuk
membangkitkan peranan masyarakat di tingkat kecamatan dalam
meningkatkan produktivitas pertanian unggulan di daerahnya, seorang
camat bisa memberikan rangsangan pembelian pupuk yang murah,
memberikan bimbingan dan penyuluhan yang tanpa bayar, memberikan
hadiah yang merangsang petani bekerja dengan senang dan giat. Camat
mengatur, mendorong dan mempengaruhi agar produk pertaniannya di
lingkungan kecamatannya bisa maju akan tetapi juga camat juga
menggunakan metode yang memberikan insentif kepada
masyarakatnya.
2. Pemerintahan milik rakyat yakni memberi wewenang dari pada
melayani. Artinya, birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada
pelayanan menghasilkan ketergantungan dari rakyat. Hal ini
bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi mereka. Oleh karena
itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan inisiatif
dari mereka sendiri [ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Dengan memberikan
kewenangan kepada masyarakat diharapkan akan dapat membangkitkan
kepercayaan serta mampu memberikan solusi yang lebih baik.,
mengingat masyaraakat memiliki komitmen yang lebih tinggi serta
lebih memahami masalahnya dan dapat menegakkan standar perilaku
yang lebih efektif[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh di sini seorang
camat harus mau dikontrol, dikritik, dan diawasi oleh rakyat. Kantor
kecamatan dibuka untuk 24 jam menerima masukan, saran, kritik, dan
kontrol dari masyarakat.
3. Pemerintahan yang kompetitif yakni menyuntikkan persaingan ke
4
dalam pemberian pelayanan; Artinya, berusaha memberikan seluruh
pelayanan tidak hanya menyebabkan risorsis pemerintah menjadi habis
terkuras, tetapi juga menyebabkan pelayanan yang harus disediakan
semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah (organisasi
publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan
efektifitas pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu,
pemerintah harus mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara
masyarakat, swasta dan organisasi non pemerintah yang lain dalam
pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih besar,
tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang
lebih inovatif[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Kompetisi yang sehat akan
memberikan keuntungan antara lain terjadinya etlsiensi yang lebih
besar, meningkatkan respon terhadap kebutuhan pelanggan, mendorong
inovasi, dan membangkitkan rasa harga diri maupun semangat
juang[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh seorang camat selain
mampu mendorong masyarakatnya untuk berperan aktif dalam
meningkatkan produksi pertaniannya atau perdagangan, atau kerajinan
yang ada di daerahnya juga harus mampu mendorong staf karyawannya
untuk bersaing meningkatkan kinerjanya. Untuk itu camat harus kreatif
untuk mencari sumber yang bisa dipergunakan untuk merangsang
peningkatan kinerja tersebut.
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi yakni mengubah organisasi
yang digerakkan oleh peraturan; Artinya, pemerintahan yang dijalankan
berdasarkan peraturan akan tidak efektif dan kurang eisien, karena
bekerjanya lamban dan bertele-tele. Oleh karena itu, pemerintahan
harus digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya sehingga akan
berjalan lebih efektif dan efisien. Karena dengan mendudukkan misi
organisasi sebagai tujuan, birokrat pemerintahan dapat mengembangkan
sistem anggaran dan peraturan sendiri yang memberi keleluasaan
kepada karyawannya untuk mencapai misi organisasi
tersebut[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Untuk dapat membangun
5
organisasi yang digerakkan dengan misi, perlu ada pernyataan tentang
misi, serta mengorganisasi berdasarkan misi dan bukan berdasarkan
atas kekuasaan[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh Seorang camat
harus mampu rnenganalisis ataran-aturan yang bisa menghambat proses
perbaikan atau peningkatan kinerjanya dan masyarakatnya, yang pada
gilirannya disampaikan kepada atasannya untuk diperbaiki.
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil yakni membiayai hasil, bukan
masukkan. Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai
berdasarkan masukan (income), maka sedikit sekali alasan mereka
untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang lebih baik. Tetapi jika
mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi obsesif
pada prestasi. Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya,
seharusnya didasarkan atas kualitas hasil kerja bukan pada masa kerja,
besar anggaran dan tingkat otoritas[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Untuk
menilai suatu hasil dilakukan dengan kriteria kepuasan pelayanan,
tingkat partisipasi masyarakat, serta kualitas lingkungan. Untuk
mendukung hal tersebut, pemerintah sebaiknya mengembangkan sistem
insentif sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil yang berprestasi
[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Di atas diterangkan bahwa kinerja carnat
yang baik dan berciri wiraswasta ini adalah senantiasa berorientasi pada
hasil. Berapa produksi pertanian yang dihasilkan oleh masyarakatnya
ditotal setiap bulannya atau tahunnya atau setiap semesteran, atau setiap
musimnya.
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan yakni memenuhi kebutuhan
pelanggan, bukan birokrasi. Artinya pemerintah harus belajar dari
sektor bisnis dimana jika tidak fokus dan perhatian pada pelanggan
(customer), maka warga negara tidak akan puas dengan pelayanan yang
ada atau tidak bahagia. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan
rakyat sebagai pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya.
Pemerintah harus mulai mendengarkan secara cermat para
pelanggannya, melalui survei pelanggan, kelompok fokus dan berbagai
6
metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama ini seringkali berlaku
kasar dan angkuh ketika melayani warga masyarakat yang datang ke
Instansinya[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Contoh setiap orang yang
meminta pelayanan ke kantor Kecamatan harus didahulukan
kepentingannya, diurus dan segera diselesaikan urusannya. Gunakanlah
target pelayanan “tiga menit selesai”. Target atau standar ini harus
konsekuen dilaksanakan. Semua urusan di kecamatan selesai dalam tiga
menit.
7. Pemerintahan wirausaha yakni berorientasi untuk menghasilkan
daripada membelanjakan. Jika orientasi pemerintahan hanya pada
pengeluaran maka akan terjadi pemborosan. Pembiayaan atau
pengeluaran hendaknya dipandang sebagai kegiatan menabung
sehingga setiap pengeluaran atau investasi dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil. Untuk itu perlu diadakan pengubahan pada diri
manajer publik termasuk pada birokrat agar selalu bertindak dan
berfikir sebagai wirausaha, bersifat inovatif, efisien serta berani
melakukan investasi[ CITATION Bud17 \l 1057 ]. Menurut
[ CITATION Suk02 \l 1057 ] Daripada menaikkan pajak atau
memotong program publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi
bagaimana menjalankan program publik dengan sumber daya keuangan
yang sedikit tersebut. Dengan kata lain pemerintah mendorong agar
para pejabat dapat berbuat untuk meningkatkan produktivitas sumber-
sumber ekonomi yang rendah ke arah peningkatan produktivitasnya.
Banyak contoh yang dapat dikemukakan, bagaimana kinerja camat
untuk senantiasa jeli melihat kesempatan untuk meningkatnya
produktivitas kecamatannya.
8. Pemerintahan antisipatif yakni mencegah daripada mengobati.
Artinya, pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada
penyediaan jasa untuk memerangi masalah. Misalnya, untuk
menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan kesehatan. Untuk
menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi. Untuk
7
memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk pemadam
kebakaran. Pola pemerintahan semacam ini harus diubah dengan lebih
memusatkan atau berkonsentrasi pada pencegahan[ CITATION
Bud17 \l 1057 ]. Dalam pemerintahan yang antisipatif dalam
mengurangi masalah kesehatan pemerintah membangun sarana air
bersih, pengolahan limbah, pengawasan makanan, menyelenggarakan
vaksinasi dan sebagainya, yang semua kegiatan tersebut merupakan
upaya pencegahan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
antisipatif terhadap apa yang akan terjradi diharapkan dampak negatif
akan dapat diminimalisasi serta pembiayaan untuk mengatasi hal
tersebut akan lebih sedikit, serta akan dapat menghindarkan diri dari
kemungkinan krisis yang timbul. Sehubungan dengan itu, maka
pemerintah hendaknya memiliki pandangan ke depan dan dapat
mengantisipasi akan yang akan terjadi pada masa depan, selanjutnya
merumuskan sejumlah kegiatan daIam suatu kerangka rencana
strategis[ CITATION Suk02 \l 1057 ]. Contoh seorang Camat harus
senantiasa melihat ke depan bukan hanya mampu melihat yang
dilakukan kemarin. Ibarat mengendarai mobil seorang sopir harus lebih
banyak melihat jalan di depan, bukan selalu melihat kaca spion. Camat
harus mampu mengajak rakyat dan pegawainya untuk melihat
kesempatan apa di depan yang bisa ditingkatkan.
9. Pemerintahan desentralisasi yakni dari hierarki menuju partisipasi dan
tim kerja. Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar
berbagai lokasi masih lamban, dan pekerja publik relatif belum terdidik,
maka sistem sentralisasi sangat diperlukan. Akan tetapi, sekarang abad
informasi dan teknologi sudah mengalami perkembangan pesat,
komunikasi antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak
pegawai negeri yang terdidik dan kondisi berubah dengan kecepatan
yang luar biasa, maka pemerintahan desentralisasilah yang paling
diperlukan. Tak ada waktu lagi untuk menunggu informasi naik ke
rantai komando dan keputusan untuk turun[ CITATION Bud17 \l
8
1057 ]. Pemerintah atau lembaga yang terdesentralisasi memiliki
unggulan:
a) Lebih fleksibel karena dapat memberikan respon yang lebih cepat
terhadap lingkungan dan kebutuhan yang berubah.
b) Lebih efektif karena dapat mengetahui perkembangan setiap saat
dan menciptakan solusi yang lebih baik.
9
produk relatif cukup banyak baik jumlah maupun jenisnya;
(c) Dapat memberikan respon yang lebih cepat terhadap perubahan
yang terjadi [ CITATION Suk02 \l 1057 ].
cara ini, organisasi swasta atau anggota masyarakat berperilaku yang
mengarah pada pemecahan masalah sosial.
10
individu di dalamnya untuk berperilaku korup, nepotis, dan kolusif. Oleh
karena itu pula, birokrasi patrimonial menjadi ciri khas birokrasi Indonesia
di mana hubungan-hubungan yang dilakukan lebih mendasarkan pada
hubungan patron-klien, maka di bidang ekonomi pun muncul fenomena
rent-seeker.
Untuk tujuan ini, dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yakni :
11
BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Birokrasi pemerintah harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
tata pemerintahan yang baik dan profesional. Reinventing Government
yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler menemukan titik
relevansinya dalam konteks peningkatan kualitas pelayanan publik dimana
10 prinsip yang terkandung di dalamnya. Pelaksanaan 10 prinsip tentu
harus disesuaikan dengan sosio-kultur kita, bisa menjadi solusi alternatif
yang efektif untuk menghilangkan patologi - patologi birokrasi peradilan
kita selama ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, I. G., & Subanda, I. N. (2017, Februari). Pengembangan Rencana Bisnis Dalam
Perspektif Reinventing Government. JURNAL ADMINISTRATOR, 9.
13