Anda di halaman 1dari 18

REFORMASI BIROKRASI PADA ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA

Tugas Mata Kuliah

TEORI ADMINISTRASI

Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si

Oleh Kelompok 3:

Adam Djuan Fahrizal (CA181110382)

Afdila Syafira D. (CA181110537)

Nita Dwi Indriana Astuti (CA181110386)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK (S1)

KEBIJAKAN DAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAGEMEN STIAMI

2018
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikumWr.Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah matakuliah Teori Administrasi ini. Kami mengucapkan terimakasih pada Bapak
Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si selaku dosen pembimbing Teori Administrasi, serta teman-
teman satu kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari penyusunan,
bahasa, atau pun penulisannya.

Oleh karena itu, kami mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari Bapak Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si selaku dosen
pembimbing matakuliah Teori Administrasi guna menjadi acuan bekal untuk kami agar
lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Jakarta, Maret
2019
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTA
R.....................................................................................................................

DAFTAR
IS
I....................................................................................................................................

BAB I
Pendahuluan................................................................................................................

1.1 Latar
Belakan
g
.....................................................................................................................................

1.2 Ruang
Lingku
p
.....................................................................................................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat


Penulisan.....................................................................................................

BAB II Kajian
Pustaka................................................................................................................

2.1 Teori
Reformas
i...................................................................................................................................
2.2 Teori
Birokras
i
.....................................................................................................................................

2.3 Teori Reformasi


Birokrasi..............................................................................................................

2.4 Konsep Reformasi


Birokrasi..........................................................................................................

2.5 Visi dan Misi Reformasi


Birokrasi...............................................................................................

2.6 Tujuan Reformasi


Birokrasi...........................................................................................................

2.7 Birokrasi di Era


Reformasi.............................................................................................................

BAB III
Penutu
p...........................................................................................................................

3.1
Kesimpula
n
.
.
.
.
.
.
.
.....................................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAK
A......................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Reformasi Birokrasi terjadi karena perubahan dan modernisasi birokrasi yang


tidak berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tuntutan keadaan,
karenanya diperlukan usaha yang sadar dan terencana untuk mengubah struktur
dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi kelembagaan, sikap dan perilaku
birokrat/aspek prilaku atau kinerja), meningkatkan efektivitas organisasi (aspek
program), sehingga dapat diciptakan birokrasi yang sehat dan terciptanya tujuan
pembangunan nasional.

Reformasi birokrasi yang digulirkan menjadi agenda nasional ditegaskan melalui


Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi
Birokrasi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun
2010-2015. Reformasi Birokrasi memiliki tujuan utama yaitu mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang berkelas dunia dengan bercirikan terselenggaranya
pemerintahan yang efektif, efisien, akuntabilitas, transparan, bersih dari praktik-
praktik kolusi, korupsi dan nepotisme atau clean goverment, sehingga pada
akhirnya mampu meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan.

Agenda nasional reformasi birokrasi digulirkan untuk mendorong seluruh


organisasi peyelenggara pemerintahan yang masih dinilai lamban, boros, dan
tidak efektif-efisien, menjadi mampu melayani dengan dukungan aparatur
pemerintah yang memiliki kapasitas memadai sehingga mampu berkinerja
secara maksimal, efektif dan efisien pada proses penyelenggaraan pemerintahan.
Upaya perubahan paradigma tersebut dilakukan diantaranya melalui
restrukturisasi organisasi, sehingga besaran organisasi menjadi tepat ukuran
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan fungsi organisasi, perubahan dan
perbaikan prosedur mekanisme kerja dengan penerapan standar baku mutu
pelaksanaan pekerjaan, serta upaya-upaya pada perbaikan budaya kerja dan
mind set aparatur penyelenggara pemerintah.

1.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup reformasi birokrasi tidak hanya terbatas pada proses dan
prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap
serta tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan permasalahan yang
bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan. Reformasi birokrasi adalah
sebuah harapan masyarakat pada pemerintah agar mampu memerangi KKN dan
membentuk pemerintahan yang bersih serta keinginan masyarakat untuk
menikmati pelayanan public yang efisien, responsip dan akuntabel.

Maka dari itu masyarakat perlu mengetahui reformasi birokrasi yang dilakukan
saat ini agar kehidupan bernegara berjalan dengan baik, masyarakat juga
berposisi sebagai penilai dan pihak yang dilayani pemerintah. Pada dasarnya
Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi
seperti kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
akuntabilitas, aparatur dan pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan
secara sadar untuk memposisikan diri (birokrasi) kembali, dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan yang dinamis.

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui teori reformasi dan teori birokrasi.

2. Untuk mengetahui teori reformasi birokrasi.

3. Untuk mengetahui konsep reformasi birokrasi.

4. Untuk mengetahui reformasi birokrasi birokrasi yang diterapkan saat ini.

5. Untuk pemenuhan tugas mata kuliah teori administrasi.

Manfaat penulisan makalah ini adalah agar menambah pengetahuan tentang


teori reformasi birokrasi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 TEORI REFORMASI

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada
yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah
kemajuan. Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada
development (Susanto, 180). Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto
menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-
normanya. Development adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan
keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini
akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian maka perubahan
masyarakat dijadikan sebagai peningkatan martabat manusia, sehingga
hakekatnya perubahan masyarakat berkait erat dengan kemajuan masyarakat.

2.2 TEORI BIROKRASI

Birokrasi adalah fenomena kehidupan yang telah lama dikenal oleh umat
manusia sejak zaman dahulu. Sejak sebelum manusia lahir sampai
meninggalnya, seorang manusia yang hidup di dunia akan senantiasa berurusan
dengan institusi pemerintah yang kita kenal dengan nama birokrasi itu. Tetapi,
Kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum
menunjukan arah perkembangan yang baik, karena masih banyak ditemukan
birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang membutuhkannya, praktik
KKN yang masih banyak terjadi, dan mentalitas birokrat yang masih jauh dari
harapan.

Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang
memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan
yang bersifat impersonal. Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi
biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat sehingga dalam proses
operasionalnya cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien.

Birokrasi banyak ditemukan dalam organisasi pemerintahan, rumah sakit,


perusahaan, sekolah, dan militer. Meskipun ada anggapan bahwa birokrasi
identik dengan inefisiensi, pemborosan, dan kemalasan, faktanya sistem
birokrasi diperlukan agar proses operasional berjalan sesuai dengan aturan yang
telah ditentukan.
2.3 TEORI REFORMASI BIROKRASI

Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai


good governance. Melihat pengalaman sejumlah negara menunjukan bahwa
reformasi birokrasi merupakan langkah awal untuk mencapai kemajuan sebuah
negara. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap system
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien tapi juga
reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Reformasi birokrasi memang akan diterapkan dijajaran kementerian
dan lembaga pemerintah. Mereformasi birokrasi kementerian dan lembaga
memang sudah saatnya dilakukan sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi
saat ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat melayani masyarakat secara
cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan faktor penentu dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional.

Oleh sebab itu cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan


pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan,
partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya dan
perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban
public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa
mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan


pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi birokrasi di Indonesia menempatkan pentingnya rasionalisasi
birokrasi yang menciptakan efesiensi, efektifitas, dan produktifitas melalui
pembagian kerja hirarkikal dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio
antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya disertai tata kerja
formalistik dan pengawasan yang ketat.
2.4 KONSEP REFORMASI BIROKRASI

Dalam kaitan penyelenggaraan pemerintahan, sifat dan lingkup pekerjaannya,


serta kewenangan yang dimilikinya birokrasi menguasai aspek-aspek yang
sangat luas dan strategis. Birokrasi menguasai kewenangan terhadap akses-
akses seperti sumber daya alam, anggaran, pegawai, proyek-proyek, serta
menguasai akses pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki pihak lain.
Dengan posisi, kemampuan, dan kewenangan yang dimilikinya tersebut, birokrasi
bukan saja mempunyai akses yang kuat untuk membuat kebijakan yang tepat
secara teknis, tetapi juga untuk memperoleh dukungan yang kuat dari
masyarakat dan dunia usaha. Selain itu, birokrasi dengan aparaturnya juga
memiliki berbagai keahlian teknis terspesialisasi yang tidak dimiliki oleh pihak-
pihak diluar birokrasi, seperti dalam hal perencanaan pembangunan, pengelolaan
infrastruktur, penyelenggaraan pendidikan, pengelolaan transportasi transportasi
dan lain-lain.

Dalam konteks policy making process, birokrasi di Indonesia juga memegang


peranan penting pada semua tahapan mulai dari tahap perumusan, pelaksanaan,
dan pengawasan berbagai kebijakan publik, serta dalam evaluasi kinerjanya. Dari
gambaran di atas nyatalah, bahwa birokrasi di Indonesia memiliki peran yang
cukup besar. Besarnya peran birokrasi tersebut akan turut menentukan
keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakan
pembangunan. Jika birokrasi buruk, upaya pembangunan akan dipastikan
mengalami banyak hambatan. Sebaliknya, jika birokrasi bekerja secara baik,
maka program-program pembangunan akan berjalan lebih lancar. Pada tataran
ini, birokrasi menjadi salah satu prasyarat prasyarat penting keberhasilan
pembangunan.

Peran birokrasi dengan fungsi administrasi publik dilakukan oleh birokrasi. Jadi
birokrasi diartikan sebagai keseluruhan lembaga pemerintahan negara, yang
meliputi aparatur kenegaraan, aparatur pemerintahan, serta sumber daya
manusia birokrasi yang terdiri atas, pejabat negara dan pegawai negeri.
Birokrasi secara leksikal berarti alat kelengkapan negara, terutama meliputi
bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai
tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari. Secara umum,
pembangunan birokrasi mencakup berbagai aktivitas terencana yang
berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan
dalam menjalankan fungsi-fungsinya (Adi Suryanto,2012).

Pembangunan birokrasi yang bersih dan bebas KKN menyangkut seluruh sendi
birokrasi, bukan hanya PNS/birokrat, namun meliputi pembangunan struktur,
sistem, business process, dan karakter/etika moral. Secara terencana
pembangunan Birokrasi pun dilakukan melalui sebuah proses multidimensi yang
disebut Reformasi Birokrasi.
Kekuasan yang memusat mengakibatkan tidak adanya transparansi sehingga
menyulitkan lahirnya pertanggungjawaban publik. Tidak adanya keterbukaan
dikalangan instansi dan pejabat pemerintah, mengakibatkan akses melakukan
kontrol rakyat menjadi buntu dan mampet. Selain itu reposisi dan restrukturisasi
kelembagaan pemerintah perlu segera ditata ulang, yang memungkinkan adanya
kejelasan antara posisi jabatan politik dan birokrasi karier.

Dengan demikian pertanggungjabawan publik bisa didorong dengan melakukan


desentralisasi kekuasaan, transparansi, reposisi dan restrukturisasi
kelembagaan pemerintah. Struktur kelembagaan pemerintah warisan pemerintah
Orde Baru perlu diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan perubahan
strategis nasional kita di era reformasi ini. Selain itu dengan memperhatikan
prinsip efisiensi, penghematan, kordinasi, integrasi dan rasionalitas maka
perampingan susunan kelembagana birokrasi pemerintah perlu dipikirkan. Selain
itu efisiensi, penghematan, kordinasi, integrasi dalam susunan kelembagaan
pemerintahan perlu dilakukan sehingga tidak ada lagi kekembaran lembaga yang
tugas dan fungsinya sama. (Thoha, 2002)
2.5 Visi dan Misi Reformasi Birokrasi

Adapun visi reformasi birokrasi yang tercantum dalam lembaran Grand Design
Reformasi Birokrasi Indonesia adalah “terwujudnya pemerintahan kelas dunia”.
Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu
pemerintahan yang professional dan berintegritas tinggi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad
ke21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

Sedangkan misi reformasi birokrasi Indonesia adalah :

a. Membentuk atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam


rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

b. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen


SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mindset
dan culturalset.

c. Mengembangkan mekanisme control yang efektif.

d. Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien.

2.6 Tujuan Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang


profersional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih
dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Adapun area
perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek
manajemen pemerintahan, seperti yang dikemukakan pada tabel di bawah ini :

Area Hasil yang diharapkan


Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran.

Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien,
terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Peraturan Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif.
Perundang-
undangan

SDM Aparatur SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable,


profersional, berkinerja tinggi dan sejahtera.

Pengawasan Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Pelayanan Pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan dan harapan


Publik masyarakat.

Pola pikir dan Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
budaya aparatur

2.7 Birokrasi di Era Reformasi

Gerakan reformasi yang digulirkan oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat,


ynag dipelopori mahasiswa pada tahun 1998, bertujuan untuk memperbaiki
kondisi bangsa yang terpuruk akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut. Gerakan
reformasi diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi penyelesaian berbagai
masalah bangsa selama pemerintah Orde Baru berkuasa, seperti kasus korupsi,
nepotisme, dan kolusi. Berbagai kasus yang mengenai penyalah gunaan jabatan
dan jabatan yang dilakukan oleh elite-elite politik dan birokrasi Orde Baru diyakini
merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi krisis ekonomi di Indonesia.

Masyarakat mengharapkan bahwa terjadinya reformasi, akan diikuti pula dengan


perubahan yang mendasar pada desain kehidupan masyakat, berbangsa, dan
bernegara, baik yang menyangkut dimensi kehidupan berpolitik, social, ekonomi,
maupun budaya. Perubahan struktur budaya dan paradigma birokrasi dalam
berhadapan dalam masyarakat menjadi suatu yang mendesak untuk dilakukan
mengingat birokrasi mempunyai kontribusi terhadap terjadinya krisis
multidimensional yang tengah terjadi sampai saat ini.

Persoalan demokrasi di negara berkembang, seperti merajalelanya korupsi,


pengaruh kepentingan politik partisan, sistem Patron-client yang menjadi norma
birokrasi sehingga pola perekrutan lebih banyak berdasrkan hubungan personal
daripada faktor kapabilitas, serta birokrasi pemerintah yang digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat favorit untuk mencari lapangan pekrjaan merupakan
sebagai fenomena birokrasi yang terdapat di banyak negara berkembang
termasuk Indonesia.

Beberapa kecendrungan birorasi yang terjadi di era reformasi, sebagai berikut :

a. Kecendrungan untuk bermain politik pada masa reformasi. Keadaan ini belum
sepenuhnya dihilangkan dari budaya birokrasi Indonesia. Perkembangan
demokrasi kontemporer memperlihatkan arogansi birokrasi sering kali masih
terjadi. Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam keenyataannya
masih saja dijadikan alat politik yang efektif bagi kepentingan golongan atau
parpol tertentu.

b. Masih adanya kecendrungan dari aparat yang kebetulan memperolah


kedudukan atau jabatan yang strategis dalam birokrasi, terdorong untuk
bermain kekuasaan dengan bermain tindak KKN. Mentalitas dan budaya
kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian besar aparat birokrasi pada
masa reformasi.

c. Kultur kekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan
colonial ternyata masih sulit untuk dilepaskan dari perilaku aparat atau
pejabat birokrasi. Masih kuatnya kultur birokrasi yang menempatkan pejabat
birokrasi sebagai pengusa dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai
pihak yang dikuasai, bukannya sebagai pengguna jasa yang dilayani dengan
baik, telah meyebabkan perilaku pejabat birokrasi menjadi bersikap acuh dan
arogan terhadap masyarakat. Dalam kondisi pelayanan yang sarat dengan
nuansa kultur birokrasi sebagai abdi masyarakat. Pada tataran tersebut
sebenarnya berbagai praktik pnylewengan yang dilakukan birokrasi terjadi
tanpa dapat dicegah secara efektif.

d. Penyelewengan yang dilakukan birokrasi tehadap masyarkat pengguna jasa


menjadikan masyarakat sebagai objek pelayanan yang dapat dieksploitasi
untuk kepentingan pribadi pejabat ataupun aparat birokrasi.

e. Inefisiensi kinerja birokrasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan


dan pelayanan public masih tetap terjadi pada masa reformasi. Birokrasi sipil
termasuk salah satu sumber terjadinya inefisiensi pemerintahan. Inefisinsi
kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik terlihat masih sering terjadiya
kelambanan dan kebocoran anggaran pemerintah. Jumlah aparat birokrasi
sipil yang terlampau besar merupakan salah satu faktor yang memberikan
kontribusi terhadap inefisinsi pelayanan birokrasi. Lambannya kinerja
pelayanan birokrasi dimanifestasikan pada lamanya penyelesaian urusan dari
masyarakat yang membutuhkan prosedur perizinan birokrasi seperti
pengurusan sertifikat tanah, IMB, HO, dan sebagainya.

f. Sebagian besar masalah birokrasi masih meiliki anggapan bahwa


eksistensinya tidak ditentukan masyarakat dalam kapasitasnya sebagai
pengguna jasa. Persepsi yang masih dipegang kuat aparat birokrasi adalah
prinsip bahwa gaji yang diterima selama ini bukan dari masyarakat tetapi dari
pemerintah sehingga konstruksi nilai yang tertanam dalam birokrasi yang
sangat independent terhadap publik tersebut menjadikan birokrasi memiliki
anggapan bahwa masyarakat lah yang membutuhkan birokrasi, bukan
sebaliknya.

g. Kontraproduktif dalam birokrasi tersebut sangat berpotensi untuk terjadinya


penularan ke seluruh jaringan birokrasi baik pusat maupun daerah, baik
dikalangan pejabat tinggi maupun dikalangan aparat bawah. Masih belum
efektifnya penegakan hokum dan control publik terhadap birokrasi,
menyebabkan berbagai macam tindakan penyimpangan yang dilakukan
aparat birokrasi masih tetap berlangsung.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi


seperti kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,
akuntabilitas, aparatur, pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan secara
sadar untuk memposisikan diri (birokrasi) kembali, dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dinamika lingkungan yang dinamis.

Kondisi birokrasi di era reformasi pun belum bisa dikatakan baik, karena masih
banyak ditemukan birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang
membutuhkannya, praktik KKN yang masih banyak terjadi, dan mentalitas
birokrat yang masih jauh dari harapan. Untuk melaksanakan birokrasi yang
secara cepat, tepat, dan konsisten guna mewujudkan birokrasi yang akuntabel
dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://paulinusbendu.blogspot.com/2015/11/makalah-reformasi-birokrasi.html

https://www.academia.edu/9106633/MAKALAH_TENTANG_REFORMASI_BIROKRASI_S
EBAGAI_ORGANISASI_PEMBANGUNAN_DI_INDONESIA

https://emakalahonline.blogspot.com/2017/01/konsep-reformasi-birokrasi.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-reformasi.html

http://www.mediapustaka.com/2014/06/reformasi-birokrasi-di-indonesia.html

https://www.academia.edu/6205065/Makalah_Reformasi_Birokrasi_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai