Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

“Perilaku Birokrasi”

Kelompok I

Dandi 200222129
Rahmat 1922101
Nuranissa 200222089
Faisal Tamrin 200222088
Ayu Lestari Junia 200222087

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

T.A 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar. Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap Birokrasi Indonesia pemahaman tersebut dapat
dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan kesimpulan
dalam makalah ini. Makalah Perilak Birokrasi ini disajikan dalam bahasa yang
sederhana.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Dengan lapang dada penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah
wawasan. Terimakasih.

Sinjai, 22 Maret 2023


penulis,

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Pengertian Birokrasi ..................................................................................... 4
B. Pengertian Perilaku Birokrasi ...................................................................... 5
C. Karakteristik Birokrasi ................................................................................. 5
D. Pentingnya Birokrasi .................................................................................... 6
E. Fungsi Biokrasi ............................................................................................ 6
F. Perilaku Birokrasi di Indonesia .................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu
administrasi. Dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja,
hirarki kewenangan, impersonalitas hubungan, pengaturan perilaku, dan
kemampuan teknis dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
penyelenggara administrasi pemerintahan. Sebagai suatu organisasi
modern, birokrasi pada dasarnya memiliki lima elemen dasar sebagai
berikut : satu, the strategic-apex, atau pimpinan puncak yang bertanggung
jawab penuh atas berjalannya roda organisasi; dua, the middle-line,
pimpinan pelaksana yang bertugas menjembatani pimpinan puncak dengan
bawahan; tiga, the operating-core, bawahan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan pokok yang berkaitan dengan pelayanan dan produk organisasi;
empat, the tecgnostructure, atau kelompok ahli seperti analis, yang
bertanggung jawab bagi efektifnya bentuk-bentuk tertentu standardisasi
dalam organisasi; lima, the support-staff, atau staf pendukung yang ada
pada unit, membantu menyediakan layanan tidak langsung bagi organisasi,
(Mintzberg,1983;11).
Bekerjanya birokrasi berdasarkan hirarki kewenangan
memungkinkan terjadinya kontrol yang efektif dan kinerja yang positif.
Apalagi jika kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan puncak (the
strategic-apex) didesentralisasikan kepada pimpinan pelaksana (the
middle-line). Struktur yang telah didesentralisasikan tersebut
memungkinkan terciptanya birokrasi profesional yang berdampak kepada
peningkatakan kinerja organisasi dimana birokrasi dapat menjadi
bertanggung-gugat dengan adanya kewenangan yang didelegasikan
tersebut. Adanya keteraturan cara kerja yang terikat kepada peraturan yang
ada dalam pandangan Weber bertujuan untuk menjamin tercapainya
kesinambungan tugas dan peran pemerintahan. Namun jika aturan main
tersebut diterapkan secara kaku (rigid) maka akan melahirkan birokrasi
tidak profesional yang terefleksikan dalam menjalankan tugas dan

1
fungsinya terikat kepada aturan yang berlaku (rule-driven
professionalism) dan menjadikan birokrasi tidak responsif dan inovatif.
Apabila birokrasi tidak terlalu terikat kepada petunjuk pelaksana dan
aturan baku pelaksanan tugas tapi lebih digerakkan oleh misi yang ingin
dicapai oleh organisasi (mission-driven professionalism) maka akan
terwujud birokrasi profesional yang menjalankan tugas dan fungsinya
secara efektif, efisien, inovatif, dan mempunyai etos kerja tinggi
(Tjokrowinoto,1996;191).
Mengingat urgensitas peran aparatur dalam menyelenggarakan
peran dan fungsinya, perlu kiranya dicari dan dirumuskan suatu
pendekatan strategis untuk membangun wajah baru aparatur profesional
yang handal, tanggap, inovatif fleksibel dan tidak prosedural dalam
memberikan pelayanan dan penyelenggaraan pembangunan. Peran
pemerintah yang selama ini sebagai ruler seharusnya diganti dengan
sebagai fasilitator seperti yang dikatakan oleh (Osborne &
Gaebler,1992;29), dengan sepuluh prinsip Mewirausahakan Birokrasi,
yang memperkenalkan paradigma baru dengan menempatkan birokrasi
sebagai fasilitator bukan sebagai ruler atau patron. Walaupun upaya untuk
mewujudkan birokrasi pemerintahan yang responsif dan inovatif dengan
memposisikan diri sebagai fasilitator bukan pekerjaan yang mudah, namun
upaya untuk mewujudkan cita cita tersebut tetap harus diupayakan demi
memberikan pelayanan yang baik kepada publik dan mampu memperbaiki
citra birokrasi Indonesia yang selama beberapa dasawarsa banyak
menimbulkan citra negatif dan telah kehilangan legitimasi dimata
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana perilaku birokrasi
yang di anut oleh Indonesia

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasakan rumusan masalah pada makalah ini maka tujuan dari
penulisan makalah tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku
birokrasi yang di anut oleh Negara Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Birokrasi
Pengertian birokrasi dikalangan masyarakat sering dihubungan
dengan ketidakpuasan, rumit, bertele-tele dan banyak lagi perkataan-
perkataan yang dilotarkan oleh sebagai masyarakat yang merasa kecewa
atas pelayanan suatu birokrasi yang mereka alami. Jika dilihat dari segi
bahasa, birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang artinya meja dan
krasi yang artinya kekuasaan. Birokrasi memiliki dua elemen utama yang
dapat membentuk pengertian, yaitu peraturan atau norma formal dan
hirarki. Jadi, dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang
bersifat formal yang didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan
prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. Secara etimologi
birokrasi berasal dari istilah “buralist” yang dikembangkan oleh Reineer
von Stein pada 1821, kemudian menjadi “bureaucracy” yang akhir-akhir
ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersonal dan leglistik
(Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002). Menurut Ferrel Heady ada 3 (tiga)
pendekatan dalam merumuskan birokrasi yaitu :
1. Pendekatan Struktural
Menurut pendekatan ini birokrasi sebagai suatu susunan yang terdiri
dari hierarki otorita dan pembagian kerja yang amat terperinci
(Victor Thonson)
2. Pendekatan Perilaku
Menurut pendekatan ini menekankan arti pentingnya objektivitas,
pemisahan, ketepatan dan konsistensi yang dikaitkan dengan ukuran
fungsional dari pejabat administrasi. Dengan kata lain, perilaku positif
lekat dengan pencapaian tujuan organisasi birokratik
3. Pendekatan Pencapaian Tujuan
Menurut pendekatan ini birokrasi sebagai suatu organisasi yang
memaksimalkan efisiensi dalam administrasi atau satu metode

4
pelembagaan perilaku sosial yang terorganisasi dalam kerangka usaha
mencapai efisiensi administrasi.

B. Pengertian Perilaku Birokrasi


Perilaku birokrasi adalah pada hakekatnya merupakan hasil interaksi
birokrasi sebagai kumpulan individu dengan lingkungannya (Thoha,
2005:138). Perilaku birokrasi yang menyimpang lebih tepat dipandang
sebagai patologi birokrasi atau gejala penyimpangan birokrasi (dysfunction
of bureaucracy). Dalam kaitannya dengan fenomena perilaku birokrasi
maka kedudukan, peran dan fungsinya tidak dapat dipisahkan dari individu
selaku aparat (pegawai) yang mempunyai persepsi, nilai, motivasi dan
pengetahuan dalam rangka melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung
jawab sosial.Perilaku manusia dalam organisasi sangat menentukan
pencapaian hasil yang maksimal dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi. Thoha (2005:29) menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah
fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perilaku
seorang individu terbentuk melalui proses interaksi antara individu itu
sendiri dengan lingkungannya.
Setiap individu mempunyai karakteristik tersendiri, dan karakteristik
tersebut akan dibawanya ketika ia memasuki lingkungan tertentu.
Karakteristik ini berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, kebutuhan,
pengalaman dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan organisasi
sebagai lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik tertentu, yaitu
keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, pekerjaan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sistem imbalan dan sistem pengendalian.
Jika karakteristik individu (aparat) dan karakteristik organisasi (birokrasi)
berinteraksi, maka terbentuklah perilaku individu (aparat) dalam organisasi
(birokrasi).

C. Karakteristik Birokrasi
Dennis. H. Wrong mengungkapkan bahwa setiap organisasi birokrasi
mempunyai ciri structural utama sebagai berikut ;
1. Pembagian tugas

5
2. Hierarki otorita
3. Peraturan dan ketentuan yang terperinci
4. Hubungan interpersonal di antara anggota organisasi
Sedangkan Max Weber memberikan 6 (enam) ciri dari organisasi
birokrasi yaitu :
1. Terdapat prinsip yang pasti dan wilayah yurisdiksi yang resmi,
yang pada umumnya diatur dengan hukum atau peraturan-perataran
administrasi;
2. Terdapat prinsip hierarki dan tingkat otorita yang mengatur system;
3. Manajemen didasarkan atas dokumen-dokumen yang dipelihara
dalam bentuk aslinya;
4. Terdapat spesialisasi dan pengembangan pekerja melalui latihan
keahlian;
5. Aktivitas organisasi menurut kapasitas anggota secara penuh;
6. Berlakunya aturan-aturan main mengenai manajemen.

D. Pentingnya Birokrasi
Bahwa proses kebijaksanaan pemerintah terdiri dari formulasi,
implementasi, evaluasi dan terminasi, yang kesemuanya itu merupakan
proses dari suatu birokrasi, sehingga birokrasi mempunyai andil dan
keterlibatan yang besar dalam pembuatan keputusan. Robert Presthus
memperlihatkan peranan birokrasi dalam pebuatan keputusan dalam hal-
hal sebagai :
1. Pembuatan peraturan dibawah peraturan perundang-undangan
(delegated legislation);
2. Pemrakarsa kebijaksanaan (bureaucracy’s role in initiating policy);
3. Hasrat Intenal birokrasi untuk memperoleh kekuasaan, keamanan dan
kepatuhan..

E. Fungsi Biokrasi
Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya
ada 4 fungsi birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi
tersebut adalah

6
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi,
pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan
fungsi administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh
legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan
demikian, administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu
negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian
rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau
kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG)
di Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana
badan tersebut ditujukan demi melayani kepentingan masyarakat yang
akan melakukan perjalanan atau mengungsikan diri dari kemungkinan
bencana alam. Untuk batas-batas tertentu, beberapa korporasi negara
seperti PJKA atau Jawatan POS dan Telekomunikasi juga menjalankan
fungsi public serviceini.
3. Pengaturan(regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi
mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi
ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan:
Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak. Badan
birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan
membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah
berdasarkan situasi faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu menjadi
ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan

7
data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya, pemungutan
uang yang tidak semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat SIM
atau STNK tentunya mengalami pembengkakan. Pungli tersebut
merupakan pelanggaran atas idealisme administrasi negara, oleh sebab
itu harus ditindak. Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan
membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar tidak
memberi ruang bagi kesempatan melakukan pungli.

F. Perilaku Birokrasi di Indonesia


Perilaku birokrasi di Indonesia berkaitan dengan praktek birokrasi yang
dibangun dari proses kesejarahan yang amat panjang, dari warisan
kerajaan-kerajaan yang ada sampai pada lamanya masa kolonialisme.
Sejarah perjalanan birokrasi di Indonesia tidak pernah terlepas dari
pengaruh sistem politik yang berlangsung. Apapun sistem politik yang
diterapkan selama kurun waktu sejarah pemerintahan di Indonesia,
birokrasi tetap memegang peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Baik
dalam sistem politik yang sentralistik maupun sistem politik yang
demokratis sekalipun, seperti yang diterapkan di Negara-negara maju,
keberadaan birokrasi sulit dijauhkan dari aktivitas-aktivitas dan
kepentingan-kepentingan politik pemerintah (Dwiyanto, 2008:9). Dengan
demikian perilaku birokrasi di Indonesia mereflesikan percampuran atau
perpaduan antara karakteristik birokrasi modern yang legal rasional,
dengan karakteristik birokrasi yang berakar dalam sejarah. Jadi konsep
neo-patrimonialisme memiliki atribut yang bersifat modern dan rasional
dalam bentuk institusi birokrasi, tetap juga memperlihatkan atribut yang
patrimonial tertanam dalam bentuk pola perilaku.
Faktor kultural dalam masyarakat Indonesia pada umumnya cenderung
kondusif untuk mendorong terjadinya perilaku negatif seperti korupsi,
dengan adanya nilai atau tradisi pemberian hadiah kepada pejabat. Akar
kultural pada masyarakat Indonesia yang nepotis juga memberikan
dorongan bagi terjadinya tindak korupsi. Secara struktural, perilaku negatif
juga dapat diakibatkan oleh adanya faktor dominanya posisi birokrasi

8
pemerintah dalam penguasaan sebagian besar informasi kebijakan dan
pengaturan kegiatan ekonomi (Mas’oed, 2008:30).
Substansi dari persoalan perilaku birokrasi yang korup pada dasarnya
merupakan bagian dari bentuk feodalisme yang terus dipelihara oleh
sistem birokrasi. Hal ini menciptakan kehidupan birokrasi yang kental
dengan upaya kooptasi penguasa negara terhadap institusi birokrasi.
Apalagi dominasi negara mengerdilkan kekuatan lain dalam masyarakat,
yang kemudian menjadikan birokrasi menguasai sebagian besar informasi
kebijakan untuk mempengaruhi opini publik. Pendapat Mas’oed
(2008:119-120) tersebut dalam teori Crouch disebut sebagai
bentuk bureaucratic polity, yang ciri-cirinya sebagai berikut: Pertama,
lembaga politik yang dominan adalah birokrasi. Kedua, lembaga-lembaga
politik lainnya seperti parlemen, partai politik, dan kelompok-kelompok
kepentingan berada dalam keadaan lemah, sehingga tidak mampu
mengimbangi atau mengontrol kekuatan birokrasi. Ketiga massa diluar
birokrasi secara politik dan ekonomis adalah pasif, yang sebagian adalah
merupakan kelemahan partai politik dan secara timbal balik menguatkan
birokrasi.
Analisis ini menjelaskan, bahwa kepentingan penguasa negara yang
diwakilkan lewat institusi birokrasi mengalami penguatan bukan hanya
karena ketidakberdayaan masyarakat dalam mengontrol birokrasi, tetapi
juga karena ketidakmampuan birokrasi sendiri melepaskan diri dari
cengkeraman penguasa negara.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara seseorang
individu dengan lingkungannya. Thoha (2002:184). Gibson (1997:6),
perilaku dipandang sebagai sesuatu yang bekerja pada tingkat individu,
kelompok dan organisasi. Ini formula psikologi, dan mempunyai
kandungan pengertian bahwa perilaku seseorang itu tidak hanya sampai
seberapa jauh interaksi antara dirinya dengan lingkungannya, sedangkan
birokrasi dipergunakansebagai suatu sitem untuk merasionalkan organisasi
(Thoha,2002:184).
Dengan demikian perilaku birokrasi di Indonesia mereflesikan
percampuran atau perpaduan antara karakteristik birokrasi modern yang
legal rasional, dengan karakteristik birokrasi yang berakar dalam sejarah.
Jadi konsep neo-patrimonialisme memiliki atribut yang bersifat modern
dan rasional dalam bentuk institusi birokrasi, tetap juga memperlihatkan
atribut yang patrimonial tertanam dalam bentuk pola
perilaku. Dari beberapa uraian diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan
penting, yaitu:
1. Terdapat tiga tipe birokrat dalam birokrais publik, yaitu
operator, manajer dan eksekutif yang mempunyai perilaku yang
berbeda satu sama lain;
2. Perilaku ketiga tipe birokrat tersebtu pada dasarnya rasional
dalam menentukan pilihan dan selalu menjaga kepentingannya;
3. Perilaku birokrasi sangat ditentukan oleh perilaku
eksekutifnya terutama dalam memahami budaya organisasinya dan
sekaligus juga kekuatan dan kelemahannya dan hubungan dengan pihak
luar organisasi.

10
B. Saran
Saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan maupun isi materi yang kami tuangkan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan kami
selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah. 2011. Birokrasi pemerintah Indonesia di era


reformasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Indar. 2010. Birokrasi pemerintahan dan perubahan sosial


politik. Makassar: Pustaka Refleksi.

Albrow, Matin. 2004. Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Thoha, Miftah. 2002. Perspektif perilaku birokrasi. Jakarta: PT Raja


grafindo persada.

http://fadilabidin75.blogspot.co.id/2011/09/perilaku-birokrasi-dalam.html Diakses
pada tanggal 24 April 2018

12

Anda mungkin juga menyukai