OLEH
RAYI SOMANTRI
NPP 32.0395/ F-1.18
Segala puji dan syukur kapada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya tanpa tiada henti kepada seluruh makhluk ciptaanya. Dengan
Ridho dan izin-Nya lah Makalh yang berjudul “Pengaruh Pengorganisasian
Kelembagaan Pemerintah Pusat terhadap Efektifitas Birokrasi di Indonesia” dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya kendala yang berarti.
Adapun tujuan mengapa dibuatnya tugas artikel ini untuk memenuhi tugas
yang dilimpahkan oleh dosen kampus IPDN. Disusunya tugas ini berdasarkan
dengan informasi yang telah didapatkan dari sumber literatur nasional maupun
internasional.
Kami menyadari bahwa hasil dari tugas ini masih butuh penyempurnaan.
Maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan demi tercapainya
kesempurnaan pada artikel ini.
Kami selaku tim penulis sangat berharap agar tugas artikel ini dapat
memberikan dampak berupa kemajuan yang signifikan terhadap wawasan yang
diperoleh oleh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................1
1.3. Batasan Masalah........................................................................2
1.4. Rumusan Masalah......................................................................2
1.5. Tujuan Penulisan.......................................................................3
1.6. Manfaat Penulisan.....................................................................3
BAB II : KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori.............................................................................4
2.1.1. Pengertian Lembaga........................................................4
2.1.2. Birokrasi..........................................................................5
2.2. Pembahasan...............................................................................6
2.2.1. Potret Kelembagaan di Indonesia....................................6
2.2.2. Pengaruh Pengorganisasian Kelembagaan di
Pemerintah Pusat terhadap Efektifitas Birokrasi
di Indonesia......................................................................7
2.2.3. Peran Pihak Pemerintahan dalam Pengorganisasian
Kelembagaan Pemerintah Pusat Untuk
Meningkatkan Keefektifan Birokrasi di Indonesia..........8
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................10
3.2. Saran.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Identifikasi Masalah
Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengalami masalah ketidakefisienan
birokrasi di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pemerintahan.
Masalah-masalah tersebut antara lain yakni:
1. Pengorganisasian kelembagaan pemerintah pusat masih belum
mencerminkan kelembagaan yang efektif.
2. Terjadinya tumpeng tindih tugas dan fungsi antar lembaga.
3. Proliferasi kelembagaan dan penataan yang terfragmentasi?
4. Ketidaktegasan dalam pembagian tugas antara kementrian, LPNK,
LNS,
Dan lembaga lainnya
5. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh ASN terkait dengan dunia
pendikan
2
1.5. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka didapatkan beberapa tujuan dari masalah antara lain:
1. Untuk mengetahui keadaan kelembagaan di Indonesia
2. Untuk memahami pengaruh pengorganisasian kelembagaan pemerintah
pusat dalam di indonesia
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam membentuk postur
kelembagaan pemerintah pusat dalam menngkatkan keefektifan
birokrasi
di Indonesia.
3
BAB II
KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN
4
3. Schmidt
Pengertian lembaga menurut Schmidt adalah sekelompok orang yang
mempunyai hubungan tertarik dengan cara memberikan hak, kewajiban,
kepentingan dan tanggung jawab secara bersama-sama.
2.1.2. Birokrasi
Jika mendengar kata birokrasi, yang ada dalam benak pikiran
bahwasanya kita berhadapan dengan suatu prosedur yang berbelit-- belit, dari
meja satu ke meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba
mahal (hight cost). Pendapat demikian tidak dapat disalahkan seluruhnya.
Akan tetapi, apabila orang-orang yang duduk dibelakang meja taat pada
prosedur dan aturan serta berdisiplin dalam menjalankan tugasnya, birokrasi
akan berjalan lancar dan "biaya tinggi" akan dapat dihindarkan.
Untuk mengeliminasi pemikiran yang demikian, mari sejenak mencerna
pendapat para ahli mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan birokrasi.
1. Birokrasi yang dalam bahasa Inggris, bureaucracy, berasal dari kata bureau
(berarti meja) dan cratein (berarti kekuasaan), artinya kekuasaan berada
pada orang-orang yang di belakang meja.Di Indonesia, birokrasi cenderung
dikonotasikan sebagaimana telah digambarkan seperti di atas.
2. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984), birokrasi dimaksudkan untuk
mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh
banyak orang. Dengan demikian, tujuan dari adanya birokrasi agar
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan terorganisasi. Bagaimana
suatu pekerjaan yang banyak jumlahnya harus diselesaikan oleh banyak
orang sehingga tidak terjadi tumpang tindih di dalam penyelesaiannya, dan
inilah yang sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi.
3. Dengan mengutip pendapat Mouzelis, Ismani (2001) mengemukakan bahwa
dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan
proses berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan efisiensi yang setinggi-
tingginya. Dari pandangan demikian, tidak sedikit pun alasan untuk
menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien.
5
4. Dengan mengutip pendapat Fritz Morstein Marx, Bintoro
Tjokroamidjojo (1984) mengemukakan bahwa birokrasi adalah tipe
organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan
berbagai tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem
administrasi yang khususnya oleh aparatur pemerintahan.
5. Dengan mengutip Blau dan Meyer, Dwijowijoto (2004) menjelaskan
bahwa birokrasi adalah suatu lembaga yang sangat kuat dengan
kemampuan untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap
hal-hal yang baik dan buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen
administrasi rasional yang netral pada skala yang besar. Selanjutnya,
dikemukakan bahwa di dalam masyarakat modern, yang terdapat begitu
banyak urusan yang terus-menerus dan ajeg, hanya organisasi birokrasi
yang mampu menjawabnya. Birokrasi dalam praktik dijabarkan sebagai
pegawai negeri sipil.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa
birokrasi adalah suatu prosedur yang efektif dan efisien, yang didasari
oleh teori dan aturan yang berlaku serta memiliki spesialisasi sesuai
tujuan yang telah disepakati dalam sebuah organisasi/instansi/lembaga
Pemerintah
2.2. Pembahasan
2.2.1. Potret Kelembagaan Indonesia
Postur kelembagaan di Indonesia saat ini masih bisa dibilang belum
mencerminkan kelembagaan yang tepat ukur sesuai dengan kebutuhan dan
beban kerja organisasi. Keberadaan UU No 39 Tahun 2009 tentang
Kementrian Negara yang sudah efektif dijalankan sejak Kebinet Indonesia
Bersatu II (KIB ke II) masih belum bisa menghadirkan suau potret
kelembagaan pusat yang tepat ukuran dan fungsi, efisien, dan efektif. Bahkan
jumlah kelembagaan pemerintahan mengalami penambahan secara signifikan,
terutama untuk LNS.
6
Poliferasi lembaga dan penataan yang terfragmentasi ini menciptakan
persoalan baru terkait dengan tumpeng tindih dalam tugas dan fungsi antar
lembaga pemerintah serta menimbulkan biaya tinggi terhadap birokrasi.
pemerintah. Selain itu, diantara kelembagaan pemerintah pusat juga belum ada
pembagian tugas yang sangat jelas antara kementrian, LNS, LPNK, dan
lembaga lainnya. Ketidaktegasan dalam pembagian tugas ini jelas akan
mencerminkan adanya in-efesiensi dan inefektifitas dalam melaksanakan
urusan-urusan pemerintah yang tercermin dalam tugas dan fungsi yang
dijelaskannya.
Untuk itu, dibutuhkan desain kelembagaan pemeerintah pusat yang
mampu menjawab tantangan perubahan dan permasalahan tersebut, dengan
memperhatikan mandate konstitusi, tantangan lingkungan strategis, pergeseran
dalam wacana pengelolaan kepemerintahan, kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, dan penataan kelembagaan yang efektif dan efisien.
7
- Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan sesuai
dengan amanat konstitusi.
- Kementrian Negara yang merupakan penajaman atas urusan
pemerintahan.
7
- Kementrian negara yang dibentuk untuk sinkronisasi dan koordinasi
program pembangunan.
2. Merevisi jumlah maksimal yang bisa dibentuk.
3. Melakukan amandemen pada Perpres dengan menata pengaturan tugas,
fungsi, serta susunan organisasi Kementrian yang disesuaikan dengan
fungsi dan juga desaindari desentralisasi.
Penataan ini berdasarkan pertimbangan yang ideal dan rasional.
Penataan ini merupakan restrukturisasi kelembagaan kementrian untuk
efisiensi dan disesuaikan dengan desain desentralisasi, dimana urusan
pemerintahan pusat hanya mencakup urusan luar negeri, pertahanan,
keamanan, keuanagan moneter dan fiskal agama.
Saat ini selain kementrian, pada pemerintah pusat juga terdapat Lembaga
Pemerintah Non Kementrian, dan Lembaga Non Struktural. Dengan adanya
ketiga jenis lembaga tersebut, upaya merumuskan desain kelembagaan
kementrian pemerintah pusat diarahkan untuk menghindari adanya duplikasi
dan tumpeng tindih tugas dan fungsi antar organisasi pemerintah tersebut.
8
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementrian yang melaksanakan urusan
pemerintahan, setiap kementiran menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.
2. Pengelolaan barang milik negara yang akan menjadi tanggung jawabnya.
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
kementrian di daerah. Ruang manuver Presiden semakin dibatasi karena
dalam mengubah kementrian, Presiden harus mendapatkan pertimbangan
dan bahkan persetujuan DPR. Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
penggabungan Kementrian dilakukan dengan pertimbangan DPR,
termasuk kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan
Kementrian dapat dibubarkan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebagai penggerak jalannya pemerintahan, lembaga pemerintah merupakan faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah. Saat ini,
terdapat 160 lembaga nonkementerian, baik lembaga pemerintah nonkementerian
(LPNK) maupun lembaga nonstruktural (LNS). Kelembagaan pemerintah dimaksud
terdiri dari kementerian, badan, lembaga, komisi, komite, tim, atau nama-nama lain,
yang dibentuk dengan instrumen hukum undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan/keputusan presiden, dan peraturan menteri. Sampai saat ini belum ada
keseragaman dalam membentuk lembaga.
3.2. Saran
Pemerintah Indonesia saat ini sebaiknya melakukan penanganan lebih lanjut
terkait dengan beberapa lembaga atau badan yang dinilai memiliki fungsi tumpang
tindih yang menyebabkan biaya negara yang meningkat serta ketidakefektifan dalam
pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Yanto, Prof, Agus. Pembagian Urusan Pemerintahan: Inkostitensi Regukasi, Distorsi
Implementasi, dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Paper Hasil
Riset. DSF World Bank, Kementrian Dalam Negeri Untuk Perumusan Grand Design For
Regional Autonomy Bidang Pembagian Urusan.
iii
6
7
8