Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH PENGORGANISASIAN KELEMBAGAAN


DI PEMERINTAH PUSAT TERHADAP
EFEKTIFITAS BIROKRASI DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia


Dosen : Drs. H. Asmungi, SH, M.Si

OLEH

RAYI SOMANTRI
NPP 32.0395/ F-1.18

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
KAMPUS SUMATERA BARAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kapada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya tanpa tiada henti kepada seluruh makhluk ciptaanya. Dengan
Ridho dan izin-Nya lah Makalh yang berjudul “Pengaruh Pengorganisasian
Kelembagaan Pemerintah Pusat terhadap Efektifitas Birokrasi di Indonesia” dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya kendala yang berarti.
Adapun tujuan mengapa dibuatnya tugas artikel ini untuk memenuhi tugas
yang dilimpahkan oleh dosen kampus IPDN. Disusunya tugas ini berdasarkan
dengan informasi yang telah didapatkan dari sumber literatur nasional maupun
internasional.
Kami menyadari bahwa hasil dari tugas ini masih butuh penyempurnaan.
Maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan demi tercapainya
kesempurnaan pada artikel ini.
Kami selaku tim penulis sangat berharap agar tugas artikel ini dapat
memberikan dampak berupa kemajuan yang signifikan terhadap wawasan yang
diperoleh oleh pembaca.

Agam, 26 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
hal

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................1
1.3. Batasan Masalah........................................................................2
1.4. Rumusan Masalah......................................................................2
1.5. Tujuan Penulisan.......................................................................3
1.6. Manfaat Penulisan.....................................................................3
BAB II : KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori.............................................................................4
2.1.1. Pengertian Lembaga........................................................4
2.1.2. Birokrasi..........................................................................5
2.2. Pembahasan...............................................................................6
2.2.1. Potret Kelembagaan di Indonesia....................................6
2.2.2. Pengaruh Pengorganisasian Kelembagaan di
Pemerintah Pusat terhadap Efektifitas Birokrasi
di Indonesia......................................................................7
2.2.3. Peran Pihak Pemerintahan dalam Pengorganisasian
Kelembagaan Pemerintah Pusat Untuk
Meningkatkan Keefektifan Birokrasi di Indonesia..........8
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................10
3.2. Saran.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Postur kelembagaan pemerintah pusat saat ini bisa dikatakan masih belum
mencerminkan kelembagana yang tepat ukur sesuai dengan kebutuhan dan beban
kerja organisasi. Keberadaan UU no.39 Tahun 2009 tentang Kementrian Negara
yang sudah efektif dijalankan sejak Kabinet Indonesia Berasatu II (KIB ke II)
masih belum bisa menghadirkan suatu potret kelembagaan Pusat yang tepat
ukuran dan fungsi, efisien, dan efektif. Bahkan jumlah kelembagaan pemerintah
mengalami penambahan secara signifikan, terutama untuk LNS.
Proliferasi kelembagaan dan penataan yang terfragmentasi ini menciptakan
persoalan baru terkait dengan tumpeng tindih dalam tugas dan fungsi antar
lembaga pemerintah serta menimbulkan biaya tinggi terhadap birokrasi
pemerintah. Selain itu diantara kelembagaan pemerintah Pusat juga belum ada
pembagian tugas yang sangat jelas antata kementrian, LPNK, LNS, dan lembaga
lainnya. Ketidaktegasan dalam pembagian tugas ini jelas akan mencerminkan
adanya inefesiansi dan inefektifitas dalam melaksanakan urusan-urusan
pemerintah yang tercermin dalam tugas dan fungsi yang dijalankannya.
Untuk itu dibutuhkan desain kelembagaan pemerintah pusat yang mampu
menjawab tantangan perubahan dan permasalahan tersebut, dengan
memeperhatikan: mandate konstitusi, tantangan lingkungan strategis, pergeseran
dalam wacana pengelolaan kepemerintahan, kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah, dan penataan kelembagaan yang efektif dan efisien, sheingga arah
penataan kelembagaan pemerintah pusat tertuang dalam UUD 1945.

1
1.2. Identifikasi Masalah
Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengalami masalah ketidakefisienan
birokrasi di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pemerintahan.
Masalah-masalah tersebut antara lain yakni:
1. Pengorganisasian kelembagaan pemerintah pusat masih belum
mencerminkan kelembagaan yang efektif.
2. Terjadinya tumpeng tindih tugas dan fungsi antar lembaga.
3. Proliferasi kelembagaan dan penataan yang terfragmentasi?
4. Ketidaktegasan dalam pembagian tugas antara kementrian, LPNK,
LNS,
Dan lembaga lainnya
5. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh ASN terkait dengan dunia
pendikan

1.3. Batasan Masalah


Karena Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, serta materi. Maka dari itu,
supaya proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan penelitian
yang lebih detail terkait dengan tema yang akan dibahas penulis akan memberi
Batasan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu “Terjadinya
tumpeng tindih tugas dan fungsi antar lembagaa”.

1.4. Rumusan Masalah


Adapun beberapa masalah yang telah dirumuskan, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana Postur Kelembagaan di Indonesia?
2. Apa pengaruh pengorganisasian kelembagaan pemerintah terhadap
efektifitas birokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam pengorganisasian kelembagaan
pemerintah pusat dalam meningkatkan keefektifan birokrasi di
Indonesia?

2
1.5. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka didapatkan beberapa tujuan dari masalah antara lain:
1. Untuk mengetahui keadaan kelembagaan di Indonesia
2. Untuk memahami pengaruh pengorganisasian kelembagaan pemerintah
pusat dalam di indonesia
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam membentuk postur
kelembagaan pemerintah pusat dalam menngkatkan keefektifan
birokrasi
di Indonesia.

1.6. Manfaat Penulisan


Terdapat manfaat dari penulisan yang didapat apabila telah tercapainya
tujuan penulisan antara lain:
1. Agar memberikan pemahaman terkait dengan keadaan kelembagaan
pemerintah di Indonesia saat ini.
2. Supaya digunakan sebagai informasi tambahan terkait seberapa besar
pengaruh pengorganisasian terhadap keefektifan birokrasi di Indonesia.

3
BAB II
KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1. Konsep Teori


2.1.1. Pengertian Lembaga
Lembaga adalah suatu institusi yang mana di dalamnya terdapa
seperangkat nilai, norma dan berbagai macam keyakinan yang sifatnya nyata
dan berpusat pada beragam kebutuhan sosial serta serangkaian tindakan
lainnya yang sangat penting dan juga berulang. Istilah ini cukup sering
didengar di sekitar, dan sering dikaitkan dengan organisasi sosial, masyarakat,
formal dan juga informal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelembagaan didefinisikan
sebagai suatu sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya lembaga dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu lembaga formal dan non-formal.
Dalam UUD 1945 lembaga negara ditetapkan sebanyak 7 lembaga
negara yang diantaranya adalah MPR,DPR,DPD, Presiden, BPK, MA, dan
MK. Masing-masing lembaga negara mempunyai ruang lingkup kekuasaan
tersendiri. Pelaksanaan kekuasaan yang diberikan kepada lembaga negara itu
ada yang dilaksanakan secara mandiri dan ada juga yang dilaksanakan secara
bersama-sama.Sementara itu, banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya terkait dengan definisi dari lembaga. Yang diantaranya yakni:
1. Macmillan
Macmillan menerangkan bahwa pengertian lembaga adalah seperangkat
keyakinan, norma, dan juga nilai nyata yang terpusat pada keperluan sosial dan
serangkaian tindakan yang penting untuk dilakukan dan berulang.
2. Hendropuspito
Menurut Hendropuspito, pengertian lembaga adalah wujud lain dari organisasi
yang dibuat secara rapi dari berbagai pola kelakuan, relasi dan peranan sebagai
suatu cara yang mengikat agar bisa mencapai beragam kebutuhan sosial dasar.

4
3. Schmidt
Pengertian lembaga menurut Schmidt adalah sekelompok orang yang
mempunyai hubungan tertarik dengan cara memberikan hak, kewajiban,
kepentingan dan tanggung jawab secara bersama-sama.
2.1.2. Birokrasi
Jika mendengar kata birokrasi, yang ada dalam benak pikiran
bahwasanya kita berhadapan dengan suatu prosedur yang berbelit-- belit, dari
meja satu ke meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba
mahal (hight cost). Pendapat demikian tidak dapat disalahkan seluruhnya.
Akan tetapi, apabila orang-orang yang duduk dibelakang meja taat pada
prosedur dan aturan serta berdisiplin dalam menjalankan tugasnya, birokrasi
akan berjalan lancar dan "biaya tinggi" akan dapat dihindarkan.
Untuk mengeliminasi pemikiran yang demikian, mari sejenak mencerna
pendapat para ahli mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan birokrasi.
1. Birokrasi yang dalam bahasa Inggris, bureaucracy, berasal dari kata bureau
(berarti meja) dan cratein (berarti kekuasaan), artinya kekuasaan berada
pada orang-orang yang di belakang meja.Di Indonesia, birokrasi cenderung
dikonotasikan sebagaimana telah digambarkan seperti di atas.
2. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984), birokrasi dimaksudkan untuk
mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh
banyak orang. Dengan demikian, tujuan dari adanya birokrasi agar
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan terorganisasi. Bagaimana
suatu pekerjaan yang banyak jumlahnya harus diselesaikan oleh banyak
orang sehingga tidak terjadi tumpang tindih di dalam penyelesaiannya, dan
inilah yang sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi.
3. Dengan mengutip pendapat Mouzelis, Ismani (2001) mengemukakan bahwa
dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan
proses berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan efisiensi yang setinggi-
tingginya. Dari pandangan demikian, tidak sedikit pun alasan untuk
menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien.

5
4. Dengan mengutip pendapat Fritz Morstein Marx, Bintoro
Tjokroamidjojo (1984) mengemukakan bahwa birokrasi adalah tipe
organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan
berbagai tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem
administrasi yang khususnya oleh aparatur pemerintahan.
5. Dengan mengutip Blau dan Meyer, Dwijowijoto (2004) menjelaskan
bahwa birokrasi adalah suatu lembaga yang sangat kuat dengan
kemampuan untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap
hal-hal yang baik dan buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen
administrasi rasional yang netral pada skala yang besar. Selanjutnya,
dikemukakan bahwa di dalam masyarakat modern, yang terdapat begitu
banyak urusan yang terus-menerus dan ajeg, hanya organisasi birokrasi
yang mampu menjawabnya. Birokrasi dalam praktik dijabarkan sebagai
pegawai negeri sipil.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa
birokrasi adalah suatu prosedur yang efektif dan efisien, yang didasari
oleh teori dan aturan yang berlaku serta memiliki spesialisasi sesuai
tujuan yang telah disepakati dalam sebuah organisasi/instansi/lembaga
Pemerintah

2.2. Pembahasan
2.2.1. Potret Kelembagaan Indonesia
Postur kelembagaan di Indonesia saat ini masih bisa dibilang belum
mencerminkan kelembagaan yang tepat ukur sesuai dengan kebutuhan dan
beban kerja organisasi. Keberadaan UU No 39 Tahun 2009 tentang
Kementrian Negara yang sudah efektif dijalankan sejak Kebinet Indonesia
Bersatu II (KIB ke II) masih belum bisa menghadirkan suau potret
kelembagaan pusat yang tepat ukuran dan fungsi, efisien, dan efektif. Bahkan
jumlah kelembagaan pemerintahan mengalami penambahan secara signifikan,
terutama untuk LNS.

6
Poliferasi lembaga dan penataan yang terfragmentasi ini menciptakan
persoalan baru terkait dengan tumpeng tindih dalam tugas dan fungsi antar
lembaga pemerintah serta menimbulkan biaya tinggi terhadap birokrasi.
pemerintah. Selain itu, diantara kelembagaan pemerintah pusat juga belum ada
pembagian tugas yang sangat jelas antara kementrian, LNS, LPNK, dan
lembaga lainnya. Ketidaktegasan dalam pembagian tugas ini jelas akan
mencerminkan adanya in-efesiensi dan inefektifitas dalam melaksanakan
urusan-urusan pemerintah yang tercermin dalam tugas dan fungsi yang
dijelaskannya.
Untuk itu, dibutuhkan desain kelembagaan pemeerintah pusat yang
mampu menjawab tantangan perubahan dan permasalahan tersebut, dengan
memperhatikan mandate konstitusi, tantangan lingkungan strategis, pergeseran
dalam wacana pengelolaan kepemerintahan, kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, dan penataan kelembagaan yang efektif dan efisien.

2.2.2. Pengaruh Pengorganisasian Kelembagaan Pemerintah Pusat


terhadap Efektifitas Birokrasi di Indonesia
Arah penataan kelembagaan diletakkan pada upaya mewujudkan sistem
Presidensialisme yang efektif dan efisien, sehingga berakibat pada efektivitas
dan efsiensi penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan amanat
konstitusi. Dalam reformasi kelembagaan Kementrian Negara, harus
diperhatikan pasal 17 tentang Kementrian Negara dan pasal 18 UUD yang
menyatakan bahwa Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat. Oleh karena itu ada dua model yang ditawarkan
yakni:
Berpijak dari desai yang sudah ada maka upaya penataan hanya dipusatkan
pada beberapa hal yaitu:
1. Merevisi soal kategori kementrian negara menjadi :
- Kementrian yang harus ada

7
- Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan sesuai
dengan amanat konstitusi.
- Kementrian Negara yang merupakan penajaman atas urusan
pemerintahan.

7
- Kementrian negara yang dibentuk untuk sinkronisasi dan koordinasi
program pembangunan.
2. Merevisi jumlah maksimal yang bisa dibentuk.
3. Melakukan amandemen pada Perpres dengan menata pengaturan tugas,
fungsi, serta susunan organisasi Kementrian yang disesuaikan dengan
fungsi dan juga desaindari desentralisasi.
Penataan ini berdasarkan pertimbangan yang ideal dan rasional.
Penataan ini merupakan restrukturisasi kelembagaan kementrian untuk
efisiensi dan disesuaikan dengan desain desentralisasi, dimana urusan
pemerintahan pusat hanya mencakup urusan luar negeri, pertahanan,
keamanan, keuanagan moneter dan fiskal agama.
Saat ini selain kementrian, pada pemerintah pusat juga terdapat Lembaga
Pemerintah Non Kementrian, dan Lembaga Non Struktural. Dengan adanya
ketiga jenis lembaga tersebut, upaya merumuskan desain kelembagaan
kementrian pemerintah pusat diarahkan untuk menghindari adanya duplikasi
dan tumpeng tindih tugas dan fungsi antar organisasi pemerintah tersebut.

2.2.3. Peran Pihak Pemerintahan dalam Pengorganisasian Kelembagaan


Pemerintah Pusat Untuk Meningkatkan Keefektifan Birokrasi di
Indonesia
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan negara dan merespon dinamika
lingkungan global, presiden juga melakukan penajaman terhadap urusan-
urusan pemerintahan. Penajaman meliputi urusan badan usaha milik negara,
perthanan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan,
teknologi,investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, dan pembangunan,
Kawasan daerah yang tertinggal.
Selain itu, dalam rnagka manajemen kepemerintahan, presiden juga
perlu melakukan koordinasi, dan sinkronasi program pemerintah, hal ini
memerlukan: perencanaan pembangunan nasional, pemberdayaan aparatur
negara, kesekretariatan negara.

8
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementrian yang melaksanakan urusan
pemerintahan, setiap kementiran menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.
2. Pengelolaan barang milik negara yang akan menjadi tanggung jawabnya.
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
kementrian di daerah. Ruang manuver Presiden semakin dibatasi karena
dalam mengubah kementrian, Presiden harus mendapatkan pertimbangan
dan bahkan persetujuan DPR. Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
penggabungan Kementrian dilakukan dengan pertimbangan DPR,
termasuk kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan
Kementrian dapat dibubarkan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebagai penggerak jalannya pemerintahan, lembaga pemerintah merupakan faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah. Saat ini,
terdapat 160 lembaga nonkementerian, baik lembaga pemerintah nonkementerian
(LPNK) maupun lembaga nonstruktural (LNS). Kelembagaan pemerintah dimaksud
terdiri dari kementerian, badan, lembaga, komisi, komite, tim, atau nama-nama lain,
yang dibentuk dengan instrumen hukum undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan/keputusan presiden, dan peraturan menteri. Sampai saat ini belum ada
keseragaman dalam membentuk lembaga.

3.2. Saran
Pemerintah Indonesia saat ini sebaiknya melakukan penanganan lebih lanjut
terkait dengan beberapa lembaga atau badan yang dinilai memiliki fungsi tumpang
tindih yang menyebabkan biaya negara yang meningkat serta ketidakefektifan dalam
pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budhiarjo, Andreas, Organisasi Menuju Pencapaian Kinerja Optimum Prasetya Mulya


Publishing, Jakarta, 2011.

Dwi Yanto, Prof, Agus. Pembagian Urusan Pemerintahan: Inkostitensi Regukasi, Distorsi
Implementasi, dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Paper Hasil
Riset. DSF World Bank, Kementrian Dalam Negeri Untuk Perumusan Grand Design For
Regional Autonomy Bidang Pembagian Urusan.

Effendi,Sofyan. Menyiapkan Aparatur Negara Untuk Mendukung Demokrasi Politik dan


Ekonomi Terbuka, Gajah Mada University. 2010

iii
6
7
8

Anda mungkin juga menyukai