PROPOSAL TESIS
2106803156
Nama :
NPM : 2106803156
Tanda Tangan :
ii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
1.5. Batasan Penelitian ........................................................................... 10
1.6. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Universitas Indonesia
3
3. kriteria dan syarat lain yang bersifat khusus berdasarkan usulan masing-masing
K/L dan disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) (Kementerian Keuangan, 2020)
Kementerian Keuangan sebagai salah satu dari K/L dalam struktur
pemerintahan negara Indonesia juga turut terdampak dari kebijakan delayering.
Kementerian Keuangan dan unit-unit Eselon I di bawahnya sudah memulai
berbagai kajian untuk pemetaan jabatan-jabatan yang bisa dialihkan menjadi
jabatan fungsional. Sebelum adanya kebijakan delayering ini, Kementerian
Keuangan juga sudah memiliki unit Eselon I yang dalam strukturnya didominasi
oleh jabatan fungsional, yaitu Inspektorat Jenderal yang didominasi oleh jabatan
fungsional Auditor.
Universitas Indonesia
4
Sumber: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2022 (telah diolah kembali)
Pada tahun 2021, BPPK mengalami transformasi organisasi untuk unit pusat
berupa restrukturisasi dengan perubahan nomenklatur beberapa jabatan struktural
dan penghapusan satu jabatan administrator yaitu Kepala Bagian Tata Usaha.
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Pada bulan April 2022, kembali terdapat perubahan untuk unit pelaksana
teknis atau yang biasa disebut dengan Balai Pendidikan dan Pelatihan (Balai Diklat)
di lingkungan BPPK. Perubahan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Indonesia
7
Gambar 1.5. Struktur Organisasi Balai Diklat Keuangan dan Balai Diklat
Kepemimpinan Setelah Restrukturisasi
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12 Universitas Indonesia
13
4. episodic – radical change, adalah perubahan dengan titik balik berbeda yang
secara dramatis menggeser nilai-nilai, misi, atau makna utama dari organisasi.
Kreitner & Kinicki (2010) juga menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis
perubahan dalam organisasi, yaitu perubahan yang sifatnya adaptif, perubahan yang
sifatnya inovatif, dan perubahan inovatif radikal (p. 539). Perubahan yang sifatnya
adaptif merupakan perubahan yang memiliki biaya, tingkat kompleksitas dan
tingkat ketidakpastian yang paling rendah. Perubahan adaptif juga tidak
menimbulkan ancaman untuk pegawai karena sifatnya familiar. Sedangkan
perubahan yang bersifat inovatif berada di tengah-tengah untuk level biaya,
kompleksitas dan ketidakpastian. Suatu perubahan disebut inovatif ketika
perubahan tersebut merupakan bentuk penerapan dari cara-cara yang sebelumnya
sudah dilakukan oleh organisasi lain. Rasa asing dan ketidakpastian yang cukup
besar membuat ketakutan untuk berubah menjadi masalah yang biasa muncul dalam
perubahan inovatif. Jenis perubahan yang terakhir adalah perubahan inovatif
radikal. Perubahan semacam ini merupakan perubahan yang paling mengancam
bagi kepercayaan diri manajer dan keamanan kerja pegawai. Perubahan yang
radikal harus didukung oleh budaya organisasi. Perubahan organisasi memiliki
kemungkinan lebih besar untuk gagal apabila perubahan tersebut tidak konsisten
dengan tiga tingkatan budaya organisasi.
Terdapat beberapa teori yang membahas terkait langkah-langkah perubahan
organisasi. Yang paling dikenal adalah Lewin’s Change Model. Dalam teori Lewin,
disebutkan bahwa terdapat tiga langkah dalam proses perubahan, yaitu unfreezing,
changing, dan refreezing. Unfreezing adalah tahapan yang berfokus untuk
menciptakan motivasi untuk berubah. Changing adalah tahapan di mana perubahan
tersebut terjadi, dan tahapan terakhir yaitu refreezing yang bertujuan untuk
mendukung dan memperkuat perubahan tersebut.
Selain Teori Lewin, teori lain yang sering dijadikan acuan adalah Kotter’s
Eight Steps for Leading Organizational Change atau teori Kotter. Dalam teori
Kotter, disebutkan bahwa terdapat delapan langkah yang harus dilakukan untuk
memimpin perubahan organisasi. Delapan langkah tersebut adalah:
1. membentuk rasa urgensi;
2. menciptakan koalisi pemandu;
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Bowers & Todd, 2018). Caldwell (2013, p.33) dalam Hemme, Bowers & Todd
(2018) menyebutkan bahwa kesiapan untuk berubah bisa jadi sangat cocok untuk,
dan pada kenyataannya terbatas untuk konteks perubahan di bawah ini:
1. dorongan untuk berubah datang dalam bentuk permintaan dari pihak lain;
2. para penerima perubahan mengatribusikan perubahan tersebut untuk dipaksa
dilakukan dalam organisasi;
3. perubahan bersifat transaksional;
4. para penerima perubahan terdampak secara langsung;
5. kepemimpinan bersifat transaksional; dan
6. karakteristik individu membuat para penerima perubahan berkemungkinan
kecil untuk berubah sendiri.
Rowden (2001) dalam Hemme, Bowers & Todd (2018) berargumen bahwa
karena organisasi harus berada dalam kondisi selalu siap untuk berubah kapanpun,
maka pertimbangan atas level kesiapan individu maupun kolektif dalam organisasi
juga akan mempengaruhi tahap adopsi atas perubahan dan mempengaruhi apakah
para penerima perubahan akan berkomitmen dalam mendukung proses perubahan.
Selanjutnya Hemme, Bowers & Todd (2018) menyebutkan bahwa sentimen
kesiapan memainkan peran yang sangat krusial dalam memastikan keberhasilan
yang berkelanjutan atas upaya perubahan organisasi dan tanpa kesiapan, semua
percobaan yang dilakukan untuk berubah sudah ditakdirkan untuk gagal. Hal ini
sejalan pula dengan apa yang disampaikan oleh Eby, Adams et al (2000) dalam
Sawitri & Wahyuni (2018), bahwa persepsi pegawai menjadi dasar yang sangat
penting untuk membangun momentum perubahan.
Berneth (2004) dalam Sawitri & Wahyuni (2018) menyebutkan bahwa
kesiapan untuk berubah akan membutuhkan investasi dalam hal waktu karena
organisasi perlu menyampaikan sebuah pesan terkait perubahan yang mengandung
lima komponen: kesenjangan, presisi, dukungan pimpinan, kepercayaan diri untuk
menjalankan perubahan, dan keuntungan yang akan diperoleh dari perubahan.
Kesiapan untuk berubah juga dianggap sebagai faktor yang mendorong inisiasi atas
perubahan (Sawitri & Wahyuni, 2018)
Universitas Indonesia
17
2.3. Delayering
Bo, Wu & Zhong (2020) menyebutkan bahwa delayering merupakan
pengurangan atas lapisan-lapisan (layers) pada hirarki sebuah organisasi.
Delayering atau perataan hirarki (flattening hierarchy) biasanya diartikan sebagai
pemadatan vertikal yang direncanakan atas tingkatan hirarki manajerial, yang
melibatkan pemindahan atau penghapusan besar-besaran atas satu atau lebih
tingkatan manajerial atau supervisor dari organisasi (Littler, et. Al, 2003 dalam
Dahlia, 2020).
Wulf (2012) dalam Dahlia (2020) menemukan bahwa mayoritas perusahaan
sudah melakukan penghapusan secara sistematis atas struktur hirarki manajemen
senior pada perusahaan. Bagian dari delayering semacam ini dapat diatribusikan
pada penghapusan posisi manajemen senior kunci yang bertindak sebagai perantara
(intermediaries). Delayering juga memungkinkan pimpinan tinggi untuk
memperluas rentang kendali mereka dan meningkatkan jumlah dari manajer
fungsional yang melapor langsung kepada mereka (Dahlia, 2020). Qian (1994)
dalam Li, Lu & Wang (2016) menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari
memiliki tingkatan yang lebih sedikit dalam organisasi, yaitu penurunan kerugian
kumulatif yang ada di setiap level hirarki, sedangkan kerugian dari memiliki
tingkatan organisasi yang lebih sedikit adalah menurunnya efektivitas pengawasan
yang disebabkan adanya peningkatan rentang kendali. Li, Lu & Wang (2016)
sendiri menemukan bahwa bertambahnya rentang kendali akibat proses delayering
menyebabkan sulitnya pemerintahan yang berada di hirarki puncak untuk
berkoordinasi dan memantau pemerintah daerah.
Studi yang dilakukan oleh Bo, Wu & Zhong (2020) menyebutkan bahwa
perataan hirarki organisasi memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
jumlah anggaran yang disalahgunakan. Penelitian yang sama juga menyebutkan
bahwa penyalahgunaan anggaran merupakan tanda turunnya efisiensi internal pada
struktur pemerintahan dan perataan hirarki memiliki efek yang merugikan pada
operasional organisasi pemerintah (Bo, Wu & Zhong, 2020). Hasil penelitian
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Li, Lu & Wang (2016) yang
menemukan bahwa perataan hirarki dalam struktur pemerintahaan memiliki
dampak yang negatif terhadap kinerja ekonomi.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
26
Universitas Indonesia
27
Kategori Kriteria
Penyusun Kebijakan 1. Pejabat atau pegawai yang memiliki tugas dan fungsi
terkait pengelolaan Sumber Daya Manusia
2. Pejabat atau pegawai yang memiliki tugas dan
fungsi terkait pengelolaan Organisasi dan Tata
Laksana
Pihak yang Berpotensi 1. Pejabat Eselon III
Terdampak oleh 2. Pejabat Eselon IV
Delayering 3. Pelaksana
Pemangku Jabatan 1. Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi
Fungsional Baru Pembelajaran
Dampak Implementasi 2. Pejabat Fungsional Analis Pengelolaan Keuangan
Delayering APBN
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
4. Uji konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji
dependabilitas. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian dan
dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2017, p. 374)
Universitas Indonesia
32
dan pemahaman atas pertanyaan wawancara akan dilakukan melalui wording test
kepada salah satu calon responden yang memenuhi kriteria.
Studi literatur dilakukan dengan menelaah literatur yang terkait dengan
objek penelitian. Dalam penelitian ini, literatur yang akan digunakan adalah artikel
jurnal, buku, peraturan terkait dan sumber lain seperti artikel berita.
Universitas Indonesia
33
1. Peneliti memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakan apakah bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua keadaan dan dapat
mengumpulkan beragam data sekaligus.
3. Angket atau tes tidak mampu menangkap keseluruhan situasi, manusia bisa.
4. Sebuah situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami hanya
dengan pengetahuan, namun perlu untuk sering dirasakan dan diselami
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti.
5. Peneliti dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
6. Hanya instrumen berupa manusia yang dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan di satu waktu tertentu dan menggunakan
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Badan Kepegawaian Negara. (2022). Buku Statistik ASN Desember 2021. Jakarta:
Penyusun.
Baran, B.E., Filipkowski, J.N., & Stockwell, R.A. (2018). Organizational Change:
Perspective from Human Resource Management. Journal of Change
Management, 1479-1811.
Bo, S., Wu, Y., & Zhong, L. (2020). Flattening of Government Hierarchies and
Misuse of Public Funds: Evidence from Audit Programs in China. Journal of
Economic Behavior and Organization, 179, 141 – 151.
Hameed, I., Khan, A.K., Sabharwal, M., Arain., Hameed, I. (2019). Managing
Successful Change Efforts in the Public Sector: An Employee’s Readiness for
35 Universitas Indonesia
36
Hemme, F. Bowers, M.T., & Todd. S.T. (2018). Change Readiness as Fluid
Trajectories: A Longitudinal Multiple-Case Study. Journal of Organizational
Change Management, 31(5), 1153-1175.
Jackson II, R.L., Drummond, D.K., & Camara, S. (2007). What is Qualitative
Research?. Qualitative Research Reports in Communication, 8(1), 21 – 28.
Kreitner, R., & Kinicki, A. (2010). Organizational Behavior (9th Edition). New
York: McGraw-Hill/Irwin.
Kuhn, D. (2011). Delayering and Firm Performance: Evidence from Swiss Firm-
Level Data. WWZ Discussion Paper, 2011/02.
Li, P., Lu, Y., & Wang, J. (2016). Does Flattening Government Improve Economic
Performance? Evidence From China. Journal of Development Economics, 123,
18 – 37.
Miles, M.B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014), Qualitative Data Analysis
(3rd Edition). California: SAGE Publications, Inc.
Nery, V.B., Franco, K. S., & Neiva, E. R. (2019), Attributes of the Organizational
Change and Its Influence on Attitudes Toward Organizational Change and
Well-Being at Work: A Longitudinal Study. The Journal of Applied Behavioral
Science, 55(4), 477-496.
Universitas Indonesia
37
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 229 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
Rafferty, A.E., & Minbashian, A. (2019). Cognitive Beliefs and Positive Emotions
About Change: Relationships with Employee Change Readiness and Change-
Supportive Behaviors. Human Relations, 72(10), 1623 – 1650.
Ritchie, J., & Lewis, J. (2013). Qualitative Research Practice – A Guide for Social
Science Students and Researchers. London: SAGE Publications Ltd.
Sawitri, H.S.R. & Wahyuni, S. (2018). Readiness to Change in the Public Sector.
International Journal of Business and Society, 19(1), 259-267.
Universitas Indonesia
38
Yin, R.K. (2009). Case Study Research Design and Methods. California: SAGE
Inc.
Universitas Indonesia