Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Syukur, Alhamdulillah kita junjungkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
keringanan dan kemudahan dalam mengerjakan segala aktifitas, terutama dalam menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Manajemen Pelayanan Publik. Alhamdulillah dengan usaha dan
bantuan dari kawan kawan, baik dari segala pihak yang berpatisipasi dalam proses pembuatan
makalah dan dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa juga kami sebagai penulis dalam menyelesaikan tugas ini mengucapkan banyak
terimakasih kepada ibu Dra. Erida, M.Si. sebagai dosen pengampu, yang telah mengarahkan
serta berpatisipasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin. Dengan
makalah ini, kami berharap dapat membantu para pembaca yang berguna dikehidupan sehari
hari, terutama dalam mengetahui materi materi yang telah tercantum di makalah ini yang
berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik”.
KELOMPOK 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini Masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi pelayanan
kepada masyarakat. Salah satu bentuk Pelayanan Publik kepada masyarakat yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Reformasi dibidang pelayanan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam era otonomi daerah sekarng ini wewenang dan
tanggung jawab yang dimiliki oleh pemerintah daerah diperlukan adanya aparat birokrasi
yang semakin bertanggung jawab. Muara dari pelaksanaan otonomi daerah adalah
terselenggaranya pemerintahan yang “good governance dan good goverment” akan
menghasilkan birokrasi yang handal dan profesional, efisien, produktif serta memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Masyarakat dan pemerintah dapat terjadi
1
sinkronisasi yaitu saling bersentuhan, menunjang dan melengkapi dalam satu kesatuan
langkah menunju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
2
2006:21).Untuk itu peningkatan kualitas SDM aparatur menyagkut kinerja yang menangani
sektor publik merupakan hal yang bersifat penting dan komprehensif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses yang digunakan untuk
memprediksi permintaan dan penyediaan sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Dengan perencanaan sumber daya manusia yang tepat dapat diperkirakan jumlah dan jenis
tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga dapat membantu dalam
perencanaan rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan pelatihan.
“Perencanaan sumber daya manusia adalah proses analisis dan identifikasi tersedianya
dan kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi tersebut dapat mencapai
tujuan” (Robert L.Mathis dan Jhon H.Jackson;2001). “Perencanaan sumber daya manusia
atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga
kerja dan berarti mempertemukankebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi
dengan rencana organisasi” Menurut Andrew E. Sikula (1981;145). George Milkovich dan
Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa: “Perencanaan tenaga kerja
adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang
menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara
benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Jadi dapat diambil kesimpulan pengertian dari perencanaan sumber daya manusia
adalah proses perencanaan yang sistematis dalam menentukan sumber daya manusia di masa
yang akan datang.
4
2. Melalui perencanaan sumber daya manusia yg matang, produktifitas kerja dari tenaga yang
sudah ada dapat ditingkatkan.
3. Perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan penentuan kebutuhan akan tenaga
kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk mengisi berbagai
jabatan dan menyelenggarakan berbagai aktivitas baru kelak.
4. Salah satu segi manajemen sumber daya manusia yang dewasa ini dirasakan semakin
penting ialah penanganan informasi ketenagakerjaan.
5. Salah satu kegiatan pendahuluan dalam perencanaan, termasuk perencanaan sumber daya
manusia, adalah penelitian. Berdasarkan bahan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan
untuk kepentingan perencanaan sumber daya manusia, akan timbul pemahaman yang tepat
tentang situasi pasar kerja.
6. Rencana sumber daya manusia merupakan dasar bagi penyusunan program kerja bagi
satuan kerja yg menangani sumber daya manusia dalam organisasi.
Dengan perencanaan sumber daya manusia yang baik dapat diperoleh manfaat
semaksimal mungkin. Perencanaan yang matang akan memudahkan manajer/pengurus dalam
mengoptimalkan SDM yg ada di lingkungan kerjanya. Dengan perencanaan yg matang akan
memajukan perusahaan itu sendiri.
5
lingkungan.
B. Penetapan tujuan
Penetapan tujuan diperlukan untuk memfokuskan perhatian dan atau sebagai dasar
penilaian atas usaha yang dilakukan dalam menghadapi kelebihan atau kekurangan sumber
daya manusia. Tujuan harus memuat antara lain apa yang akan dilakukan terhadap sumber
daya manusia ( program ), dan periode waktu tujuan tersebut terealisasi.
C. Perencanaan strategis
Langkah ini menentukan cara – cara yang akan digunakan untuk menghadapi
kelebihan dan kekurangan tenaga kerja. Cara yang diambil akan dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang , hal lain yang perlu diperhatikan
adalah akibat strategi yang diambil terhadap sumber daya manusia.
6
D. Implementasi Program
Setelah perencanaan strategis dilakukan maka tahap berikutnya ialah implementasi
program. Tahap ini perlu ada kejelasan tentang siapa yang bertanggung jawab atas
pelaksanan program dan wewenang apa yang dimilikinya. Jika program ternyata tidak efektif
maka harus segera diambil tindakan – tindakan tertentu untuk mengefektifkan tujuan yang
telah ditetapkan.
D. Evaluasi program
Tujuan utama tahap ini adalah meyakinkan bahwa progaram telah terencana dengan
baik. Disamping itu tahap ini bermanfaat untuk mengetahui hal – hal yang mungkin berjalan
tidak sebagaimana mestinya. Sebenarnya proses evaluasi dapat dilakukan ketika progaram
berjalan maupun setelah selesai dijalankan.Hasil perencanaan sumber daya manusia menjadi
sumber informasi bagi organisasi untuk merencanakan program rekruitmen karyawan baru
sesuai kebutuhan organisasi. Departemen sumber daya manusia memiliki tanggung jawab
penuh terhadap program yang diselengggarakan untuk mendukung pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan.
Pembinaan Inovasi Pelayanan Publik adalah upaya sistematis yang dilakukan baik
secara nasional maupun secara instansional dan/atau regional melalui kegiatan penciptaan,
pengembangan, dan pelembagaan Inovasi. Sebagaimana Pasal 3, Pembinaan Inovasi
dilakukan terhadap inovasi yang memiliki kriteria sebagai berikut:
7
- berkelanjutan, yaitu terus diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan, serta
mendapat dukungan masyarakat.
1. .penciptaan;
2. pengembangan; dan
3. pelembagaan Inovasi.
Pengertian Pengawasan
Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan antara lain adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan
membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi, dengan maksud untuk secepatnya
melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan/penanggung jawab
fungsi/kegiatanyang bersangkutan agar dapat diambil tindakan korektif yang perlu.
Pengawasan bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah.
Tujuan utama pengawasan ialah untuk memahami apa yang salah demi perbaikan dimasa
datang, dan mengarahkan seluruh kegiatan-kegiatan dalam rangka pelaksanaan dari pada
8
suatu rencana sehingga dapat diharapkan suatu hasil yang maksimal. Selain itu tujuan
pengawasan ialah untuk mengetahui danmemahami kenyataan yang sebenarnya tentang
pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan yangmenjadi objek pengawasan, apakah sesuai dengan
yang semestinya atau tidak, sebagai bahanuntuk melakukan perbaikan-perbaikan di waktu
yang akan datang.
a. Sebagai suatu tindakan pencegahan, agar tidak tejadi sesuatu yang tidak di inginkan, jadi
pengawasan itu tidak harus setelah terjadinya atau adanya dugaan akan terjadi suatu
tindak pidana atau pelanggaran. Contoh: pengawasan terhadap perusahaan atau proses
produksi yang dapat menghasilkan limbah yangmembahayakan bagi kesehatan manusia.
b. Untuk mengetahui terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan- peraturan
yang telah dibuat oleh administrasi negara. Untuk itulah di pekerjakan pegawai-pegawai
yang bertugas sebagai pengawas.
1) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau badan tata
usahanegara telah sesuai dengan maksud dan tujuan pemberiannya.
2) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau badan tata
usahanegara telah sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggara pemerintahan yang baik.
3) Untuk mengetahui kemungkinan adanya kendala-kendala atau kelemahan-kelemahan
serta kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan wewenang telah diberikan kepada
Pejabat/BadanTata Usaha Negara, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk
memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
4) Untuk melindungi hak asasi manusia yang telah dijamin oleh undang-undang
darikemungkinan tindakan penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang oleh aparatur
pemerintah.
9
5) Untuk menghindari terjadinya perbuatan (pemerintah) yang dapat merugikan
kepentingan masyarakat, setidak-tidaknya untuk menekan seminimal mungkin
terjadinya perbuatan yang tersebut.
Selain itu juga, Soekarno dalam Gouzali Saydam mengemukakan tujuan pengawasan
antaralain sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana.
2) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan intruksi.
3) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah berjalan efisien.
4) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam kegiatan.
5) Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan ke arah
perbaikan.
Macam-macam Pengawasan
Adapun macam-macam pengawasan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara
lain:
A. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
1) Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum sebuah perda
diberlakukan atau ditetapkan. Jadi menurut pengawasan ini, suatu perda hanya dapat
10
berlaku apabila telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
mengesahkannya.Pengawasan preventif ini hanya dilakukan terhadap perda yang berisi
atau mengatur materi-materi tertentu, yaitu materi-materi yang dianggap penting yaitu
yang menyangkut kepentingan-kepentingan besar terutama bagi daerah dan penduduknya.
2) Pengawasan Represif
Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan/suatu
kegiatan dilaksanakan. (Sujamto, 1986, 67). Pengawasan represif dilaksanakan
dalambentuk penangguhan, penundaan dan pembatalan. Oleh karenanya pengawasan
represif dimaksudkan untuk memperbaiki jika terjadi kekeliruan.
2.Pengawasan Ektern
Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh pejabat atau
petugasyang ditunjuk dari luar organisasi itu. Misalnya masalah keuangan suatu
departemendiperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
11
negara dan rakyat didaerah dapat terjamin. Pemerintah pusat mempunyai hak untuk
mengawasipenyelenggaraan pemerintahan daerah. Hak pengawasan ini merupakan hak
plaset (placet),yaitu hak yang diberikan pada atasan untuk mengawasi kerja bawahannya.
12
2.3 Leadership dalam Pelayanan Publik
13
B.Tipe Kepemimpinan.
1. Kharismatik/non-kharismatik
Para pemimpinan kharismatik bergantung pada kepribadian, kualitas pemberi semangay
“aurat’nya. Mereka adalah pemimpin yang visioner, memiliki orientasi prestasi pengambil
resiko yang penuh perhitungan, dan juga merupakan komunikator yang baik. Adapun para
pemimpinan nonkharismatik sangat bergantung pada pengetahuan mereka, kepercayaan diri
dan ketenangan diri, serta pendekatan analitis dan menangani permasalahan.
2. Otokratis/ Demokratis
Menurut teori gaya kepemimpinan didasarkan atas perintah-perintah dan paksaaan.
Pemimpin melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara
efisien. Kepimpinan berorientasi pada tugasnya masing-masing sesuai dengan yang ada pada
struktur organisasi dalam perusahaan tersebut. pemimpin ini hanya berperan sebagai pemain
tunggal dan sangat ingin menguasai situasi, sikapnya selalu jauh dari bawahan sebab
mengangap dirinya sebagai seorang yang sangat istimewa dibandingkan dengan bawahannya.
3. Pendorong/Pengawasan
Pemimpinan yang memiliki sifat mendorong, member semangat kepada pegawai
menggunakann visinya dan memberdayakan untuk mencapai tujuan kelompok. Adapun
pemimpin bergaya pengawas memanipulasi pegawai agar patuh.
4. Transaksional /transformasional.
Pemimpin transaksional memanfaatkan uang, pekerjaan dan keamanan peekrjaan untuk
memperoleh kepatuhan dari pegawainya. Para pemimpin transformasional memberikan
motivasi kepada pegawai untuk bekerja keras mencapai tujuantujuan yang lebih tinggi.
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada halhal dan kebutuhan
pengembangan dari masingmasing pengikut, pemimpinan transformasional mengubah
kesadaran para pengikut dan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang
masalah lama dengan cara-cara baru.
14
C. Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Pelayanan Publik
Mengapa pelayanan publik sangat penting dan menjadi barometer utama untuk
mengukur keberhasilan seorang pemimpin di dalam menggerakkan dan mengarahkan semua
potensi yang ada di dalam organisasi yang dipimpinnya. Pertama, pelayanan publik selama
ini menjadi ranah dimana negara yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga-
lembaga non pemerintah. Dalam ranah ini terjadi pergumulan yang sangat intensif antara
15
pemerintah yang secara langsung diwakili oleh gaya atau perilaku kepemimpinan publik
yang wajib memberikan layanan publik dengan warganya.
Etika. Bertens (2000) menjelaskan konsep etika dengan beberapa arti, salah
satunya dan yang biasa digunakan orang adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Filsuf
besar Aristoteles, kata Bertens, telah menggunakan kata etika ini dalam menggambarkan
filsafat moral, yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Bertens juga mengatakan bahwa di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan
Purwadaminta, etika dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral),
sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1988), istilah etika disebut sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak;
16
Etika Pelayanan Publik. Dalam arti sempit, pelayanan publik adalah suatu
tindakan memberikan barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun kemitraan dengan
swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan
masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih menekan bagaimana pelayanan publik berhasil
diberikan melalui suatu sistem pengiriman yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat
sehari-hari di bidang administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih,
telekomunikasi, transportasi, bank, dsb.Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan barang
dan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi
apa yang menjanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
1.Nilai-nilai dasar yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Pasal 6)
4.Semangat nasionalisme
Alasan mendasar mengapa pelayanan publik harus diberikan adalah adanya kepentingan
publik atau kepentingan publik yang harus dipenuhi oleh pemerintah karena pemerintahlah
yang memiliki “tanggung jawab” atau tanggung jawab. Dalam memberikan pelayanan ini
pemerintah diharapkan secara profesional melaksanakannya, dan harus mengambil keputusan
politik secara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak, dimana, kapan, dsb.
Padahal, kenyataan menunjukan bahwa pemerintah tidak memiliki tuntunan atau pegangan
kode etik atau moral secara memadai. Asumsi bahwa semua aparat pemerintah adalah pihak
yang telah teruji pasti selalu membela kepentingan publik atau masyarakatnya, tidak
selamanya benar. Banyak kasus membuktikan bahwa kepentingan pribadi, keluarga,
17
kelompok, partai dan bahkan struktur yang lebih tinggi justru mendikte perilaku seorang
birokrat atau aparat pemerintahan. Birokrat dalam hal ini tidak memiliki “kemandirian”
dalam bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak ada “otonomi dalam beretika”.
B. Profesionalism
18
Ciri – Ciri Profesional
6. Mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien,
mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang
dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional.
Contohnya
Pendahuluan
19
Administratif Dan Bentuk Pelayanan di Kantor Desa Kotabaru Seberida No Jenis surat
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Selesai Tidak selesai selesai Tidak selesai selesai Tidak
selesai Pelayanan Administratif bidang Kemasyarakatan penyediaan pelayanan public
4 Sk tidak 11
mampu
5 Sk pindah 98 34 16
6 Pengantaran 75 34
sksk
Sk izin 65 73 67 94 9 7
Kendari
7
8 Sk hak 11 12 156 6 13
kepemilikian
20
tanah
9 skgd 65 93
10 Pas jalan 8 4 04 7 4
Pelayanan yang diberikan pemerintah Desa Kotabaru Seberida terlihat masih adanya
keluhan yang disampaikan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal
ini terlihat dari masih rendahnya pelayanan bidang pemerintahan di Kantor Desa Kotabaru
Seberida, serta masih kurangnya sarana kerja yang memadai. Pelayanan yang
berkualitas seringkali mengalami kesulitan untuk dapat dicapai karena aparat tidak selalu
memahami bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik, hal ini terjadi
disebabkan oleh masih rendahnya kemampuan profesional aparat dilihat dari latar belakang
pendidikan dan etos kerja sumber daya manusia (aparat desa) serta sarana dan
prasarana yang masih belum memadai.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa pelatihan dan pengembangan
karyawan sangat penting dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan sumber daya
manusia dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Selain itu, penting juga
untuk memperhatikan faktor psikologis dan motivasi karyawan dalam memberikan
pelayanan publik yang baik.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan perencanaan SDM yang matang dan terintegrasi untuk
memastikan ketersediaan SDM yang berkualitas dan memadai dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
22
2. Pelatihan dan pengembangan SDM harus ditingkatkan untuk memperkuat kompetensi
dan keterampilan SDM dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Kajian Bisnis VOL. 25, NO. 1, 2017, 1 – 12 Priyastiwi Prodi Akuntansi STIE Widya
Wiwaha Yogyakarta, email priyastiwi@yahoo.co.id. 1, Januari 2017
Ayatullah, F., & Indrayani, I. (2020). Pengaruh manajemen sumber daya manusia terhadap
kinerja pelayanan publik di Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu
Administrasi Negara, 7(1), 71-80. Fauzi, A. (2020). The effectiveness of human resource
management in public service delivery in Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 7(2),
225-236.
Ningsih, Y. A., & Yulianto, A. (2020). Pengaruh pelatihan, disiplin kerja, dan kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedungkandang Kota Malang.
Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 7(2), 289-300.
Salim, H. A., & Saputra, A. A. (2019). Analisis manajemen sumber daya manusia terhadap
kinerja pelayanan publik di Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi. Jurnal Ilmu Administrasi
dan Studi Kebijakan, 3(1), 36-44.
Santoso, T. B., & Rochayati, S. (2020). Peran kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai di Kantor Samsat Sragen. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 8(1), 31-39.
Dessler, Gary. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Jakarta Indeks.
Jackson. Randal, Schuler. Steve, Werner. (2010). Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba Empat.
24