Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan keringanan dan
kemudahan dalam mengerjakan segala aktifitas, terutama dalam menyelesaikan tugas makalah
pada mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu. Alhamdulillah dengan usaha kami yang maksimal
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa juga kami sebagai penulis dalam menyelesaikan tugas ini mengucapkan
banyak terimakasih kepada ibu Yenny Yuniarti, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu, yang telah
mengarahkan serta berpatisipasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik
mungkin.
Dengan makalah ini, penulis berharap dapat membantu para pembaca yang berguna
dikehidupan sehari hari. terutama dalam mengetahui materi materi yang telah tercantum di
makalah ini yang berjudul “Analisis Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK) Dalam
Kualitas”.
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keuntungan organisasi secara keseluruhan. Dalam kesimpulannya, melibatkan seluruh SDM
dalam manajemen kualitas sangat penting untuk mencapai keunggulan kualitas,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi organisasi, serta meningkatkan keterlibatan
dan motivasi karyawan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penelitian lain yang dilakukan oleh Abdullah, Yusoff, dan Shariffuddin (2019)
dalam jurnal "Employee Empowerment and Organizational Performance: A Mediating Role
of Organizational Learning Capability" menunjukkan bahwa PPK juga dapat meningkatkan
kinerja organisasi melalui kapasitas pembelajaran organisasi. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa PPK berpengaruh positif terhadap kemampuan belajar organisasi, yang
selanjutnya berdampak positif pada kinerja organisasi.
3
2.2 Faktor Penghambat Dalam PPK
Meskipun konsep PPK memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa faktor
penghambat yang dapat menghambat pelaksanaan PPK dalam manajemen kualitas. Salah
satu faktor penghambat utama adalah kurangnya dukungan dari manajemen dan pemimpin
organisasi. Tanpa dukungan yang cukup dari manajemen, implementasi PPK dapat menjadi
sulit dan kurang berhasil (Aslam, Ali, & Hassan, 2018). Selain itu, kurangnya pelatihan dan
keterampilan karyawan juga dapat menjadi faktor penghambat dalam implementasi PPK.
Karyawan yang kurang dilatih atau kurang memahami konsep PPK mungkin tidak dapat
memberikan kontribusi yang optimal dalam proses manajemen kualitas (Akter &
Chowdhury, 2019).
Penolakan terhadap perusahan juga merupakan faktor penghambat utama bagi
penetap PPK. Penolakan tersebut dapat berasal dari karyawan, serikat kerja, dan
manajemen, penolakan yang paling besar biasanya berasal dari manajemen. Akan tetapi,
sering kali disadari atau tidak, penolakan juga terjadi dari karyawan dan serikat kerja. Hal
tersebut tidak boleh diabaikan. Meskipun karyawan dari serikat kerja mendukung PPK,
tetapi apabila pihak menejemen tidak memiliki komitmen penuh terhadap PPK, maka hal
tersebut tidak dapat bekerja dengan baik. Banyak organisasi yang gagal dalam
meleksanakan PPK karena terlebih dahulu melakukan perubahan fundamental yang
diperlukan dalam struktur organisasi atau gaya manajemen. Penolakan manajemen terhadap
PPK antara lain karena alasan sebagai berikut :
1. Ketidakamanan
Pepatah kono menyatakan, bahya pengetahuan merupakan kekuasaan. Dengan
mengendalikan akses pada pengetahuan dan arus pengetahuan, seorang manajer
dapat mempertahankan kekuasaannya atas para karyawan. Manajer yang
memandang lingkungan kerja dan perspektif kita melawan mereka cenderung
mereka tidak aman terhadap inisiatif yang dirasakan akan dapat mengurangi
kekuasaannya.
2. Nilai-Nilai Pribadi
Banyak manajer dewasa ini memiliki pemikiran dogmatik terdahapk aryawan. Hal
ini berarti bahwa mereka menganggap karyawan harus mengerjakan apa yang
diperintakan, saat mereka diperintakan, dan bagaimana mereka diperintah. Nilai
4
pribadi seperti ini tidak dapat mendukung PPK. Manajer yang demikian akan
menolah PPK dan berpandangan bahwa “hanya ada satu bos disini dan saya kah
orangnya” .
3. Ego
Orang yang menjadi manajer dalam suatu organisasi dapat dimengerti bila bangga
akan statusnya yang dapat memberikan keuntungan bagimereka. Status bersifat
menarik bagi ego manusia, manajer yang ego – focused dapat menerapkan sikap I’m
the boss. Manajer seperti ini akan sulit menerima PPK karena mereka
memandangnya sebagai pengurangan statusnya, yang pada akhirnya akan mengurai
keuntungan.
4. Pelatihan Manajemen
Banyak manajer saat ini yang dididik dan dilatih oleh pengikut modern dari
Frederich Taylor, Bapak Manajer Ilmiah. Pengikut Taylor, baik profesor maupun
pelatih manajemen, cenderung berfokus pada penetapan prinsip-prinsip ilmiah dalam
perbaikan proses dan teknologi, tetapi hanya ada sendiri perhatian terhadap
perbaikan yang berorintasi pada manusia.
5. Karakteristik Kepribadian Para Manajer
Manajer berpendidikan lama sering kali lebih bersifat task orientad dari pada people
oriented. Mereka cenderung lebih berfokus pada tugas dan pelaksanaannya dari pada
orang yang mengerjarkan tugas tersebut. Manajer seperti ini juga tidak dapat
mendukung usaha PPK yang membutuhkan sikap dan orintasi yang seimbang dalam
mempertimbangkan tugas dan orang.
6. Ketidakterlibatan Manajer PPK Berkaitan Dengan Pelibatan Secara Menyeluruh
Seluruh Personil Yang Akan Dipengaruhi Oleh Suatu Ide Atau Suatu Keputusan.
Konsep ini mencangkup tingkat pertama manajemen (penyelia), manajemen
madya,dan manajemen eksukutif. Setiap manajer atau tingkat manajer yang
tidakterlibat dalam proses mungkin akan menolak PPK meskipun PPK telah
didukung oleh semua karyawan dan para eksekutifnya memiliki komitmen penuh,
hal ini tidak bisa sukses bila manajer madya dan penyelia tidakterlibat.
7. Struktur Organisasi Dan Praktik Manajemen
5
Struktur organisasi dan praktik manajemen dapat pula mengurangikesuksesan
pelaksanaan PPK
Pimpinan yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk dirinya sendiri
akan tetapi yang mampu mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai
tujuan bersama dengan melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi sikap
disiplin. Pelibatan dan pemberdayaan karyawan akan berarti hanya apabila hal tersebut
merupakan suatu usaha sistemik yang dilakukan untuk membantu organisasi guna
meningkatkan nilai yang akan diberikan kepada pelanggan (Fandy Tjiptono, 2003:135).
6
Berikut adalah metode yang sering digunakan: melalui pembangunan sekolah,
pengadaan dan perawatan infrastruktur pendidikan, serta kualitas guru yang meningkat.
Masyarakat yang berkualitas, tidak saja sanggup meraih setiap peluang kerja yang
tersediamelalui investasi, tetapi juga sanggup menciptakan lapangan kerja yang
baru.Terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan untuk mendorongkaryawan agar mereka
memberikan masukan dan menyalurkannya kepada pengambil keputusan.
7
4. Kotak Saran
Cara ini dilakukan dengan cara menyediakan kotak sebagai tempatkaryawan
menyampaikan saran tertulis.
5. Management By Walking Around
Jalan-jalan di tempat kerja dan berbicara dengan karyawan untukmengumpulkan
masukan. Cara ini dinilai efektif karena dapat denganlangsung melihat sendiri di
lapangan sejauh apa karyawan memahamiapa yang mereka kerjakan sehingga
manajer dapat mengetahui kendalayang ada.
Menurut Mulyadi (2001) sistem reward dan pengakuan atas kinerja trainee
merupakan sarana untuk mengarahkan perilaku trainee keperilaku yang dihargai dan diakui
oleh organisasi. Dengan pemberian reward yang telah ditetapkan organisasi, bagaimana
dukungan seseorang dalam menghadapi pekerjaan akan melihat bagaimana dampak
pemberian reward kepada seseorang sesuai dengan yang ditetapkan organisasi, dan
bagaimana dampak pemberian reward yang telah ditetapkan organisasi, memperkuat atau
memperlemah hubunganya dengan kinerja. Reward atau penghargaan dapat menjadi suatu
alat bagi perusahaan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengelolaan
trainee dan merupakan salah satu alat untuk memotivasi karyawan.
Ada beberapa penghargaan dan pengakuan prestasi yang dapat diberikan kepada
karyawan yang terlibat dalam pemberdayaan dan pelibatan karyawan untuk meningkatkan
kualitas sumber jurnal di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:
8
kepada karyawan yang telah menyelesaikan program pelatihan tertentu dapat
memberikan pengakuan dan motivasi pada karyawan.
3. Promosi Jabatan: Pemberdayaan karyawan dapat mencakup memberikan kesempatan
untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan baru. Jika seorang karyawan
berhasil dalam proyek pemberdayaan dan pelibatan karyawan, maka karyawan
tersebut mungkin dapat dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi.
4. Publikasi Jurnal: Jika proyek pemberdayaan dan pelibatan karyawan menghasilkan
penelitian atau temuan yang signifikan, maka publikasi jurnal dapat memberikan
pengakuan yang berharga kepada karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut.
5. Penghargaan Internasional: Ada beberapa penghargaan internasional yang diberikan
kepada perusahaan atau individu yang berhasil mencapai hasil terbaik dalam bidang
penelitian atau pengembangan. Jika proyek pemberdayaan dan pelibatan karyawan
berhasil mendapatkan penghargaan internasional, maka karyawan yang terlibat
dalam proyek tersebut dapat menerima pengakuan prestasi yang signifikan.
Namun, perlu diingat bahwa setiap perusahaan atau organisasi dapat memiliki
kriteria penghargaan dan pengakuan prestasi yang berbeda-beda tergantung pada tujuan,
visi, dan nilai perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kebijakan
penghargaan dan pengakuan prestasi di perusahaan atau organisasi Anda.
9
Implementasi sistem saran dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui
evaluasi kinerja secara berkala, mentoring atau pembimbingan, dan pelatihan keterampilan.
Selain itu, organisasi dapat mengadopsi teknologi yang memungkinkan karyawan untuk
memberikan umpan balik secara anonim dan terbuka, sehingga dapat meningkatkan
partisipasi dan keterbukaan.
Dalam konteks PPK dalam kualitas, sistem saran dapat membantu organisasi
untuk memonitor dan meningkatkan kinerja karyawan secara berkala. Dengan memberikan
umpan balik yang jelas dan konstruktif, karyawan dapat merespons dan memperbaiki
kinerja mereka untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih baik.
10
kesempatan untukmengembangkan kemampuan, terbukti mampu bekerja sesuai dengan
keberdayaannya, dandapat meningkatkan kualitas pelayanan di bidang transportasi.
Selaras dengan itu, peran pimpinan mempunyai andil yang cukup besar
dalammemberdayakan bawahannya; dengan memberi semangat dalam bekerja dan
membantu bawahan mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi, adalah merupakan
dorongan dalam dirikaryawan untuk bekerja lebih giat dan baik.Hal tersebut
menunjukkan, bahwa pemberdayaan karyawan yang menciptakansemangat kerja, telah
menghasilkan kemampuan untuk berprestasi lebih tinggi dan lebih produktif serta mampu
meningkatkan kualitas pelayanan di bidang transportasi. Pada akhirnya, pemberdayaan
karyawan akan lebih optimal dengan dukungan budaya organisasiyang kondusif. Karena,
semangat kerja karyawan akan lebih meningkat jika dibarengi dengan penerapan prinsip
rewards and punishment yang bernuansa keadilan (equity), sehingga, pelayanan bidang
transportasi akan semakin berkualitas jika karyawan bekerja lebih proaktif,lebih
bertanggung jawab, dan lebih transparan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa melibatkan seluruh
SDM (Sumber Daya Manusia) dalam manajemen kualitas adalah kunci penting untuk
mencapai keunggulan kualitas yang berkelanjutan. Dalam hal ini, tidak hanya fokus pada
peran departemen kualitas saja, namun juga memerlukan partisipasi aktif dari seluruh
karyawan di berbagai departemen. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap bagian
organisasi memahami peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai kualitas yang
diharapkan.
12
memperhatikan pengembangan SDM agar setiap individu memahami pentingnya
manajemen kualitas dan mampu berkontribusi dalam mencapai keunggulan kualitas. Dengan
demikian, perusahaan dapat memastikan keberhasilan dalam mencapai tujuan kualitas yang
ditetapkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., Yusoff, R.M., & Shariffuddin, J. (2019). Pemberdayaan Karyawan dan Kinerja
Organisasi: Peran Mediasi Kemampuan Pembelajaran Organisasi. Jurnal Penelitian Lanjutan
dalam Studi Bisnis dan Manajemen, 15(1), 1-11.
Gasperz, V (2019), Manajemen kualitas. Jakarta: PT Gramedia.dan oss E.J. dan Omachonu
V.K. (2019), Principles Of Total Quality, DerlayBeach: St. Lcie Press 14.
Munfaridi, M., & Sayuti, A. J. (2020). Pengaruh Keterlibatan Karyawan Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi. Jurnal Aplikasi Manajemen
dan Bisnis, 1(1), 36-46.
Rizwan, M., Kalyar, M. N., & Azam, M. (2019). Dampak Keterlibatan Karyawan dalam
Manajemen Kualitas Total terhadap Kinerja Organisasi. Pakistan Journal of Social Sciences
(PJSS), 39(1), 15-25.
Tariq, S., Amin, S., & Lodhi, R. N. (2021). Keterlibatan Karyawan dan TQM: Tinjauan
Literatur. Dalam Praktik Inovatif dalam Manajemen dan Teknologi (hal. 61-77). Springer,
Singapura.
Wu, C., Liao, S., & Chen, Y. (2018). Hubungan Antara Pemberdayaan Karyawan dan Kualitas
Layanan: Menguji Peran Mediasi Perilaku Kewarganegaraan Organisasi. Jurnal Riset
Perhotelan & Pariwisata, 42(1), 3-31.
14